KELOMPOK 10 :
KELAS:
REGULER 1
DOSEN PEMBIMBING:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi yang berjudul “Pelayanan KB dengan
Metode Sederhana serta Kontrasepsi Hormonal : Oral dan Suntik”.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
pelayanan kesehatan dan KB agar mereka mampu mengikuti
perkembangan alat, obat dan cara kontrasepsi terkini. Dengan
meningkatnya pengetahuan mereka, pelayanan KB di Indonesia
diharapkan dapat meningkat kualitasnya, sehingga sasaran KB yang
ditetapkan dalam Pembangunan Nasional dapat dicapai.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelayanan KB dengan metode sederhana.
2. Untuk mengetahui kontrasepsi hormonal.
3. Untuk mengetahui pelayanan KB pada keadaan khusus.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Mekanis/Barier
a. Kondom
1. Definisi
3
2. Tipe Kondom :
a) Kondom biasa
b) Kondom berkontur (bergerigi)
c) Kondom beraroma
d) Kondom tidak beraroma
3. Cara Kerja
a) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan
cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi
perempuan.
b) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HPV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang tebuat dari lateks dan vinil).
4. Efekvitas
Kondom cukup efektif bila di pakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif
karena tidak di pakai secara konsisten. Secara ilmiah di dapatkan hanya sedikit
angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
5. Manfaat
a) Kontrasepsi
(1) Efektif bila di gunakan dengan benar.
(2) Tidak mengganggu produksi asi.
(3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
(4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(5) Murah dan dapat di beli secara umum.
(6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
(7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
di tunda.
b) Nonkontrasepsi
(1) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
(2) Dapat mencegah penularan IMS.
(3) Mencegah ejakulasi dini.
4
(4) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi
bahan karsinogenik eksogen pada serviks).
(5) Saling berinteraksi sesama pasangan.
(6) Mencegah imuno infertilisasi.
6. Cara Penggunaan
1) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
2) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke dalam
kondom.
3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
4) Pasangkan kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada
glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra.
Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut
kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi
penis ke vagina.
5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian ujungnya agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis sehingga
kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan lepaskan kondom di
luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di sekitar vagina.
8) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
1) Mencegah kehamilan.
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks.
5
3. Kerugian Metode Barier Intra-vaginal:
1) Diafragma (Diaphragma).
2) Kap Serviks (Cervical cap).
3) Spons (Sponge).
4) Kondom Wanita.
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang
menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya
Sindrom SyokToksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian
dalam pemakaiannya.Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang
dihasilkan bakteri Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi
pada wanita yang memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.
1. Diafragma (Diaphragma)
Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang
fleksibel dengan bentuk seperti topi yang menutupi mulut rahim.
6
Diafragma diletakkan posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher
rahim) tertutupi semuanya.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan
sanggama. Diafragma tidak boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah
sanggama selesai, pembilasan (douching) tidak diperkenankan, diafragma
dapat dibiarkan didalam vagina selama 24 jam setelah sanggama selesai,
lebih lama dari itu kemungkinan dapat timbul infeksi.
Cara Kerja sebagai berikut :
Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tuba falopi)
Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
Manfaat ada 2 yaitu :
1. Manfaat kontrasepsi
a) Efektif bila digunakan dengan benar
b) Tidak mengganggu produksi ASI, tidak mengganggu kesehatan
klien
c) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan
sebelumnya
d) Dapat dipakai selama haid
7
2. Kap Serviks (cervical cap)
Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja.
Dibandingkan dengan diafragma, kap serviks lebih dalam/tinggi kubahnya
tetapi diameternya lebih kecil, umumnya lebih kaku, menutupi serviks
karena hisapan (suction), bukan karena pegas.
Tingkat kegagalan
Pada 100 wanita yang menggunakan metode ini selama satu tahun,
terdapat sebanyak 7 orang yang hamil
Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga
menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus & tuba falopii) dan sebagai alat tempat
spermisida senjata sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma
yang tidak tertahan pada kaps serviks.
Keuntungan
1. Dapat digunakan selama menyusui
2. Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk
waktu > 24 jam, pemberian spermiside sebelum bersenggama
menambah efektifitasnya
3. Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional
dari vagina misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot
vagina yang kurang baik
5. Jarang terlepas selama sanggama
Kerugian
1. Angka kegagalan tinggi
2. Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Membutuhkan evaluasi dari tenaga kesehatan
4. Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit
8
5. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah
tergantung pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau
perubahan berat badan
6. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi
7. Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman
8. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual),
HIV AIDS
Kontraindikasi :
Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi), pap smear
abnormal
Postpartum 6-12 minggu
Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau
neoplasma serviks
Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstrasi
Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau
spermiside
Efek Samping dan Komplikasi
Timbulnya sekret yang sangat berbau bila kap serviks dibiarkan
terlalu lama didalam vagina
Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karen akontak
yang terlalu lama dengan karet (kap) dan spermiside nya
Menyebabkan infeksi pada saluran kemih
Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika
pemakaian cervical caps dilakukan pada saat menstruasi
Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan
HPV
3. Spons Kontrasepsi (contraceptive sponge)
Spons kontrasepsi adalah bentuk modifikasi dari agen spermisidal.
Macamnya seperti sponge kecil berbentuk bantal.
Spons ini dapat digunakan dalam beberapa kali senggama tanpa
harus diganti. Spons ini sebaiknya baru dilepas 6 jam setelah senggama.
9
Walaupun lebih nyaman dibandingkan diafragma atau kondom, namun
efektifitas spons untuk kontrasepsi lebih rendah. Tidak dianjurkan untuk
melakukan pembilasan (douching)
Cara Kerja
1. Melepaskan spermiside yang terkandung didalamnya
2. Merupakan barrier antara spermatozoa dan spermiside
3. Menjebak/menangkap spermatozoa ke dalam spons
Efektifitas
Secara teori 5-8 kehamilan/100 wanita per tahun. Namun, dalam praktik
nya 9-27/100 wanita per tahun
Insersi spons
1. Mula mula spons dibasahi dengan air ledeng sebanyak kira-kira 2
sendok makan, lalu diperas secukupnya untuk menghilangkan air yang
berlebihan
2. Sponge kemudian dimasukkan ke dalam vagina sampai mencapai
serviks
Kontraindikasi
1. Riwayat TSS atau alergi terhadap polyurethane atau spermisidenya
2. Ketidakmampuan wanita untuk melakukan insersi dengan benar
3. Kelainan anatomis dari vagina seperti prolaps uteri, sistokel, rektokel,
retrofleks yang ekstrim, septum vagina
Efek samping dan komplikasi
Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh spermisidenya
Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar
Kemungkinan timbulnya TSS
10
Cara Pemakaian Kondom Wanita
1) Cincin yang terbuka berada di luar vagina, sedangkan cincin tertutup
berada di bawah simfisis.
2) Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu
dipasang tepat menutupi serviks karena akan terdorong keatas
selama sanggama ; cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis,
keatas selama sanggama, cincin-luar menutupi labia dan dasar dari
penis.
Kimiawi (Spersimida)
1. Aman.
2. Sebagai kontrasepsi pengganti/cadangan untuk wanita dengan kontra-indikasi
pemakaian Pil-oral, IUD dan Iain-lain.
3. Efek pelumasan pada wanita yang mendekati menopause di samping efek
proteksi terhadap kemungkinan menjadi hamil.
4. Tidak memerlukan supervisi medik.
11
Kerugian Spermisid Vaginal:
12
b. Perubahan air susu ibu.
c. Efek sistemik (masuknya spermisid ke dalam aliran darah).
Tetapi sampai saat ini belum ditemukan bukti-bukti yang menyokong hal-hal
tersebut.
13
pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Siklus masa subur pada
setiap wanita tidaklah sama. Untuk itu perlu pengamatan minimal 6 kali
siklus menstruasi.
14
c. Masukan dalam rumus: jumlah hari terpanjang dalam 6 kali siklus
haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa
subur.
Rumus : Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang –
11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari
dan siklus terpanjang 30 hari (mulai dari pertama haid sampai haid
berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19.
Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama.
Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi.
Manfaat Metode kalender atau pantang berkala
Dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.
a. Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
b. Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan
melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil.
Keuntungan Metode kalender atau pantang berkala
Mempunyai keuntungan sebagai berikut:
a. Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
b. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
c. Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
d. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney,
15
metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan
metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender
adalah 14 per 100 wanita per tahun
Fase subur dan fase tidak subur dapat dinilai dengan ukuran dan dapat
digunakan untuk merencanakan dan menghindari kehamilan. Siklus menstruasi
dibagi dalam 2 fase yaitu sebelum ovulasi dan fase setelah ovulasi.
16
Lendir serviks yang diproduksi oleh kelenjar-kelenjar pada serviks
menjadi lendir yang bersahabat dengan sperma.
Peningkatan garam, gula, dan asam amino untuk memberikan
makanan pada sperma.
Peningkatan cairan samapai dengan 10 kali peningkatan volume
lendir.
Lendir yang subur terdiri dari 96% air yangtransparan, berkilat,
licin, elastisyang disebut efek spinnbarkeit.
c. Ketika estrogen mencapai tingkat tertentu dalam darah, kelenjar
hipotalamus akan menghasilkan LH yang meningkat cepat dan
kemudian akan terjadi ovulasi ( pecahnya folikel yang matang dan
mengeluarkan ovum).
2. Fase setelah ovulasi
a. Fase setelah ovulasi dikontrol oleh progesterone.
b. Setelah ovulasi, LH menyebabkan pecahnya folikel yang kemudian
folikel terebut akan berkembang menjadi korpus luteum,yang
memproduksi progesterone.
c. Dibawah pengaruh progesterone terjadi perubahan-perubahan, sebagai
berikut:
Endometrium melunak guna mempersiapkan diri untuk menerima
implantasi telur yang telah di buahi
Serviks memendek, keras dan tertutup
Lendir serviks menjadi tidak bersahabat untuk mencegah penetrasi
sperma
Setelah ovulasi terdapat perubahan status kesuburan jaringan
filament-filamen menjadi lebih padat membentuk lendir yang tebal
yang mencegah penetrasi sperma. Sperma secara cepat akan
dirusak oleh cairan vagina yang bersifat asam.
Suhu akan meningkat sekitar 0, 20 0 C atau lebih.
Korpus luteum akan bertahan sekitar 14 hari, kemudian akan kisut
dan mati. Progesteron akan turun, suhu tubuh turun dan
17
endometrium akan mengalami disintegrasi sehingga terjadilah
mentruasi dan lengkaplah satu siklus.
Cara Mengukur Perubahan Suhu Basal
Suhu tubuh normal bisanya 35.5-36 derajat celcius. Pada waktu
ovulasi suhu tubuh akan turun dan akan naik kembali mencapai 37-38
derajat celcius dan tidak akan normal kembali ke suhu normal 36 derajat.
Kenaikan suhu tubuh terjadi apabila sudah terbentuknya
progesterone yang bertugas menyiapkan jaringan dalam rahim untuk
menerimasel telur yang telah dibuahi.
2. Sebelum tidur malam, atur termometr menjadi suhu normal (36 derajat
celcius), dengan cara dikibas-kibas.
3. Ketika bangun pagi sebelum melakukan aktifitas letakan thermometer di
mulut selama 5 menit.
4. Catatlah hasil pengukuran pada grafik.
5. Berikan tanda khusus pada keadaan tertentu misalnya pada saat terjadi
sdemam atau stress karena dapat mempengaruhi keadaan suhu badan.
6. Lakukan secara rutin selama 3 bulan berturut-turut
7. Tandai juga saat melakukan hubungan seksual (intim)
18
Keuntungan dan Kekurangan Metode Suhu Basal
a. Keuntungan :
1. Memiliki tingat keamanan yang tinggi jika diukur secara rutin dan benar.
2. Murah (ekonomis)
3. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit kelamin
4. Tidak ada efek samping sistemik
b. Kekurangan :
1. Kesalahan dapat terjadi jika sedang mengalami sakit, mengukur tidak
pada waktu biasanya, tidur terlalu larut malam, danti thermometer, ganti
tempat pengukuran suhu.
2. Harus diperhatikan pada kasus-kasus tertentu, seperti ibu menyusui,
karena siklus yang sangat tidak teratur.
3. Kelemahan cara ini adalah bila seseorang lupa untuk melakukannya.
4. Pengukuran yang tidak teliti
5. Perlu pencatatan tiap hari.
19
b. Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya.
a. Membutuhkan komitmen.
b. Periksa lendir setiap kali ke belakang dan sebelum tidur, kecuali ada
perasaan sangat basah pada waktu siang. Setipa malam sebelum tidur,
20
tentukan tingkat yang paling subur dan beri tanda pada catatan untuk
kode yang sesuai. Lendir mungkin akan berubah pada hari yang sama.
e. Pada hari kering setelah haid, aman untuk bersenggama selang satu
malam( aturan selang seling).
f. Hindari senggama segera setelah ada lendir jenis apa juga atau perasaan
basah muncul (aturan awal).
g. Tandai hari terakhir dengan lendir jernih, licin dan mulur dengan tanda
X. Ini adalah hari puncak (hari ovulasi).
h. Setelah hari puncak ,hindari senggama untuk tiga hari berikut siang dan
malam (aturan puncak). Mulai dari pagi hari ke empat setelah kering,
ini adalah hari hari aman untuk bersenggama sampai hari haid
berikutnya
Manfaat
a) Manfaat Kontrasepsi
21
Metode sim to thermal digunakan sebagai alat kontrasepsi atau
menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seksual ketika
berpotensi subur.
b) Manfaat Konsepsi
Metode sim to thermal digunakan sebagai konsepsi atau menginginkan
kehamilan dengan melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur.
Efektifitas
Angka kegagalan dari pengguanaan metode sim to thermal adalah 10-
20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan
kesalahan dalam belajar, saran atau tidak adanya kerjasama pasangan.
Namun, metode sim to thermal ini akan mempunyai angka kegagalan yang
lebih rendah jika di bawah pengawasan yang lebih ketat..
Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan antara lain:
1. Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia atau operasi
yang dibutuhkan.
2. Aman.
3. Ekonomis.
Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan antara lain:
22
2. Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus mengamati
dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan lendir serviks.
Efektivitas
Manfaat kontrasepsi:
1. Efektif bila dilakukan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak ada efek samping
4. Tidak membutuhkan biaya.
5. Tidak memerlukan persiapan khusus.
6. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
7. Dapat digunakan setiap waktu.
Keterbatasan :
1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan
tumpahan sperma selama senggama.
2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah
interupsi coitus.
4. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
23
5. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
Teknik Melakukan Coitus Interuptus
1. Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling
membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu. Keduanya harus
mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan metode senggama
terputus.
2. Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus mengosongkan
kandung kemih dan membersihkan ujung penis untuk menghilangkan
sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3. Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan penisnya dari
vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di luar vagina.
4. Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5. Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.
6. Senggama dianjurkan tidak dilakukan pada masa subur.
24
normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi.
Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%
(Handayani, 2010).
Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
Monofasik, Bifasik, Trifasik
Cara kerja KB Pil
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Mengentalkan lendir serviks
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
Keuntungan KB Pil
a) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
b) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
c) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
d) Mudah dihentikan setiap saat
e) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
f) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,
g) Kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
Keterbatasan KB Pil
a) Amenorhea
b) Perdarahan haid yang berat
c) Perdarahan diantara siklus haid
d) Depresi
e) Kenaikan berat badan
f) Mual dan muntah
25
Jenis kontrasepsi Suntik
Menurut Sulistyawati (2013), terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu :
a) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150mg DMPA yang
diberikan setiap tiga bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat).
b) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg
Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik
intramuscular (di daerah pantat atau bokong).
Cara kerja kontrasepsi Suntik
a. Mencegah ovulasi
b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan
usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak
payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
(Sulistyawati, 2013).
Keterbatasan
Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
a) Gangguan haid
b) Leukorhea atau Keputihan
c) Galaktorea
d) Jerawat
e) Rambut Rontok
f) Perubahan Berat Badan
26
2.3 KB pada Keadaan Khusus
1. KB pada Pascapersalinan
KB pascapersalinan adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan melalui penggunaan
alat/ obat kontrasepsi setelah melahirkan. Klien pascapersalinan dianjurkan:
1. Memberi ASI eksklusif (hanya memberi ASI saja) kepada bayi sejak
lahir sampai berusia 6 bulan. Sesudah bayi berusia 6 bulan diberikan
makanan pendamping ASI, dengan pemberian ASI diteruskan sampai
anak berusia 2 tahun.
2. Tidak menghentikan ASI untuk mulai suatu metode kontrasepsi.
3. Metode kontrasepsi pada klien menyusui dipilih agar tidak
mempengaruhi ASI atau kesehatan bayi.
Waktu mulai kontrasepsi pascapersalinan tergantung dari status
menyusu. Metode yang langsung dapat digunakan adalah: Spermisida,
kondom dan koitus interuptus.
2. KB pada Pascakeguguran
KB pascakeguguran adalah suatu program yang dimaksudkan untuk
mengatur kelahiran, menjaga jarak kehamilan dan menghindari kehamilan
yang tidak diinginkan, agar dapat mengatur kehamilan melalui penggunaan
alat/ obat kontrasepsi setelah keguguran.
Waktu Mulai
27
Kontrasepsi yang Dipakai
Metode Waktu mulai
Ciri – ciri khusus Catatan
kontrasepsi penggunaan
Pil kombinasi Segera mulai. 1. Dapat segera dimulai
1. Jika konseling dan informasi
walaupun terdapat belum cukup, tunda suntikan
infeksi. pertama atau pemasangan
2. Sangat efektif. implant. Berikan metode
sementara.
Kontrasepsi
3. Langsung efektif.
progestin
4. Mengurangi
Suntikan
kehilangan
kombinasi
darah/anemia.
2. Untuk implant, perlu tenaga
terlatih.
Implan
28
Metode Kontrsepsi Catatan
vena dalam sedikit meningkat.
Pil kombinasi dosis rendah dapat berfungsi sebagai Terapi Sulih Hormon
pada masa perimenopause (keuntungan non kontrasepsi).
Kontrasepsi Dapat digunakan pada masa perimenopause (usia 40 – 50 tahun).
Progestin (Implan, Dapat digunakan oleh perempuan berusia > 35 tahun dan perokok.
Kontrasepsi Suntikan Implan dapat digunakan pada perempuan > 35 tahun yang mengingnkan
Progestin, kontrasepsi jangka panjang, tetapi belum siap untuk kontrasepsi mantap.
Kontrasepsi Pil
Progestin)
AKDR Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun yang tidak terpapar pada
Infeksi Saluran Reproduksi dan IMS.
AKDR Cu dan progestin: sangat efektif, tidak perlu tindak lanjut, efek
jangka panjang (Cu T-380A efektif sampai 10 tahun).
Kondom Satu – satunya metode kontrasepsi yang dapat mencegah Infeksi Saluran
Reproduksi dan IMS (HBV, HIV/ AIDS).
Perlu motivasi tinggi bagi pasangan untuk mencegah kehamilan.
Kontrasepsi Mantap Sangat tepat untuk pasangan yang benar – benar tidak ingin tambahan
anak lagi.
Indikasi Kondar
29
1. Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi, seperti :
Mekanik
Cara kerja :
30
Mencegah tertanamnya hasil pembuahan pada endometrium (selaput
dinding rahim)
Cara pemberian : 1 kali pemasangan dalam waktu < 7 hari pasca senggama
Medik
Paling sedikit ada 5 cara pemberian Kondar yang telah diteliti secara
luas. Lima cara tersebut adalah : Pil KB Kombinasi (mis: Microgynon), Pil
Progestin (mis : Postinor-2), Pil Estrogen (mis: Premarin), Mifepristone (mis :
RU-486), Danazol (mis : Danocrine)
Cara kerja :
Efek samping yang mungkin muncul : Mual, muntah, perdarahan bercak, nyeri
payudara
IUD Post Placenta adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit
setelah lepasnya plasenta pada persalinan melalui jalan lahir yaitu vagina
(Engender Health, 2008).
Pemasangan IUD/AKDR berdasarkan waktu pemasangan dapat dibagi menjadi 3
1. Immediate postplacental insertion (IPP) yaitu dipasang dalam waktu 10
menit setelah plasenta dilahirkan.
2. Early postpartum insertion (EP) yaitu dipasang antara 10 menit sampai
dengan 72 jam setelah persalinan.
3. Interval insertion (INT) yaitu dipasang setelah 6 minggu setelah persalinan.
31
Cara pemasangan IUD :
1. Dilakukan pemeriksaan dengan memasukkan tangan ke vagina terlebih
dahulu untuk memeriksa apakah ada yang tidak normal pada organ panggul
(terutama adanya kehamilan dan infeksi pada panggul) dan untuk menentukan
posisi rahim. IUD dapat di pasang dalam rahim pada berbagai posisi, tetapi
luka pada rahim biasa terjadi pada rahim dengan posisi retroverted.
2. Masukkan alat speculum, kemudian bersihkan bagian leher rahim dengan
menggunakan cairan antiseptik seeprti betadine.
3. Pegang bibir bagian depan leher rahim dengan menggunakan alat tenakulum
dan tentukan arah rahim dan kedalaman. Untuk membuat pemasangan lebih
nyaman, dapat disuntikkan 1 ml lidokain 1% (Xylocaine) kedalam leher
rahim sebelum menggunakan tenakulum dan 5 ml kedalam paraservikal pada
arah jam 4 dan jam 8.
4. Kemudian memasukkan IUD kedalam introduser dalam kondisi steril.
5. Dengan daya tarik dari tenakulum, masukkan introduser IUD melalui leher
rahim kedalam rahim.
6. Kemudian lepaskan benang IUD dari introduser dan tarik alat pemasuknya,
sehingga IUD tetap berada di rahim.
7. Potong benangnya sekitar 1 inci.
32
IUD Post Plasenta memiliki efektivitas yang sangat tinggi. Tiap tahunnya
3-8 wanita mengalami kehamilan dari 1000 wanita yang menggunakan IUD jenis
Copper T 380A. IUD dapat dipakai selama 10 tahun walaupun pada kemasan
tercantum efektifitasnya hanya 4 tahun (Manuaba,2010).
Keuntungan pemasangan IUD setelah plasenta lahir
1. Langsung bisa dipasang pada ibu yang melahirkan di pelayanan kesehatan
2. Efektif dan tidak berefek pada produksi menyusui
3. Aman untuk wanita yang menderita HIV
4. Kesuburan dapat kembali lebih cepat setelah pelepasan
5. Resiko terjadi infeksi rendah yaitu dari 0,1-1,1 %
6. Kejadian terjadinya luka di daerah leher rahimsangat rendah yaitu sekitar 1
kejadiandari jumlah populasi 1150 sampai 3800 wanita
7. Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural
8. Sedikit kasus perdarahan daripada IUD yang dipasang di waktu menstruasi
IUD dapat menyebabkan beberapa efek samping dan komplikasi, efek
samping dan komplikasi dari IUD antara lain:
1. Gangguan Menstruasi
2. Nyeri Haid
3. Kehamilan di luar kandungan
4. Infeksi Panggul
5. Ekspulsi
Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) setelah plasenta lahir
merupakan waktu yang ideal karena adanya motivasi yang tinggi terhadap
kontrasepsi serta memudahkan ibu dan tenaga medis, selain itu IUD tidak
mempengaruhi proses menyusui. Pemasangan IUD setelah plasenta lahir menjadi
penting di negara berkembang karena banyak wanita yang tidak memeriksakan
diri ke tenaga medis sampai persalinan selanjutnya. Masalah yang dihadapi adalah
masih rendahnya angka pemasangan IUD setelah plasenta lahir serta tehnik
pemasangannya serta masih ada ketakutan tentang masalah luka berat pada rahim,
lepasnya IUD dari tempat pemasanga, infeksi, nyeri dan perdarahan setelah
pemasangan (Saifudin, 2006).
33
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas , maka dapat diambil kesimpulan bahwa :
Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 macam
yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa obat dan metode
kontrasepsi sederhana dengan obat/alat.
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat
pada pil, suntik dan implant
KB pada Keadaan Khusus yaitu Kontrasepsi yang dilakukan dalam
kondisi tertentu antara lain pada Pasca persalinan, pascakeguguran,
keadaan darurat, AKDR post plasenta, dam KB pada wnaita usia
diatas 35 tahun.
3.2 Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang
membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi
di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
34
BAB IV
EVALUASI
35
5. Alat kontrasepsi yang mengandung zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus
genitalia internal adalah ….
a. Spersimisida
b. Cap Serviks
c. Kondom Wanita
d. Diafragma
e. Spons Kontrasepsi
6. Keterbatasan dari kontrasepsi suntik adalah.....
a. Gangguan Haid
b. Infertifilitas
c. Infeksi
d. Kelainan Reproduksi
e. Mencegah kehamilan
7. Mengapa pada wanita diusia > 35 tahun yang perokok tidak disarankan untuk
menggunakan KB Pil/Suntikan Kombinasi?
a. Beresiko terhadap fungsi reproduksi
b. Meningkatkan tekanan darah sehingga memicu terjadinya stroke
c. Dapat menularkan penyakit seksual
d. Menurunkan daya tahan tubuh
e. Mencegah terjadinya ovulasi
8. Metode kontrasepsi yang berdasarkan pada kesadaran untuk memulai atau
mengakhiri masa kesuburan dari siklus menstruasi perempuan disebut dengan.....
a. Metode dengan alat
b. Metode Keluarga Berencana
c. Kontrasepsi Hormonal
d. Metode tanpa alat (alamiah)
e. Kontrasepsi Oral
9. Usaha- usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan disebut....
a. Abortus
b. Kontroversi
c. Program Bayi Tabung
36
d. Pernikahan
e. Kontrasepsi
10. Usaha mencegah kehamilan pada wanita secara permanen disebut dengan....
a. Tubektomi
b. Vasektomi
c. Kontrasepsi Hormonal
d. Spiral
e. KB
DAFTAR PUSTAKA
37
Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC: Jakarta
Rizqia, Baiq Ida. 2012. Cara Mudah Ber-KB dengan KB Kalender, [online],
(http://akubaiq.blogspot.com/, diakses pada tanggal 25 Juli 2019)
38