Disusun Oleh:
AssalamuallaikumWr. Wb.
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Mah Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Kontrasepsi Non Hormonal”. Makalah ini di susun untuk memberikan pengetahuan
tambahan kepada pembacanya, selain itu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.
Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat terselesaikan. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima masukan serta saran dan kritikan yang
membangun untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
WasallamuallaikumWr. Wb
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................................................ii
Bab 1 Pendahulua
2.1.Pengertian.................................................................................................................................3
2.2.Jenis-jenis KB Non Hormonal..................................................................................................3
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi.....................................................................................................5
2.4.Menurut saifuddin (2006), keuntungan dari kontrasepsi AKDR.............................................9
2.5.Tubektomi...............................................................................................................................10
3.1.Kesimpulan...........................................................................................................................18
3.2.Saran.....................................................................................................................................18
Daftar Pustaka.................................................................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Memiliki Keluarga ideal adalah dambaan setiap orang ddan dengan Keluarga
Berencana (KB) Merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang palg dasar dan
utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.
Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu
pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka
kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
1
1.3 Tujuan
a. Agar Dapat Mengetahui Apasaja yang termasuk KB NonHormonal
b. Agar Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Kerja KB non Hormonal
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung hormon.
Baik estrogen maupun progesteron (Hartono, 2004). Kontrasepsi non hormonal ini
tidak akan mempengaruhi kondisi hormonal tubuh.
4
(b) Vasektomi
Vasektomi adalah kontrasepsi mantap pria atau vasektomi
merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat aman,
sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat
dan tidak memerlukan anestesi umum.
2.3.Indikasi dan Kontraindikasi
a. Kondom
Indikasi kondom meliputi pasangan suami-istri yang ingin menunda
kehamilan dengan cara yang praktis, kondom juga dipromosikan sebagai alat
pencegah penyakit yang ditularkan dari hubungan seksual.
Kontraindikasi kondom yaitu pada pria/wanita yang kulitnya sensitif atau
adanya alergi saat pemakaian.
b. Spermisida
Spermisida cocok untuk pasangan yang memutuskan metode pelindung dan :
Punya motivasi tinggi menggunakan spermisida secara efektif
Fertilitas alami perempuan yang menurun karena usia dan menyusui
Kemungkinan kehamilan tidak akan menempatkan kesehatan
perempuan pada resiko tinggi.
Kontraiindikasi spermisida meliputi :
Klien yang beresiko tinggi terhadap HIV
Klien yang positif HIV
Klien dengan AIDS
c. Diafragma
Cocok untuk wanita yang :
Ingin metodfe kontrasepsi yang mandiri, tidak tergantung pada
kemauan pasangan
Ingin memisahkan waktu penggunaan kontrasepsi dari waktu hubungan
seks
Dapat belajar teknik memasukkan
Mempunyai fasilitas seperti air bersih, sabun, dan jika perlu perawatan
diafragma yang memadai.
Tidak ada kontraindikasi untuk diafragma.
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD
5
Yang boleh menggunakan IUD adalah :
Perempuan usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Resiko rendah dari IMS
Kontraindikasi :
Sedang hamil
Pendarahan vagina yang tidak diketahui
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
Kelainan bawaan uterus yang abnormal/tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
e. Tubektomi
Indikasi :
Klien yang telah merasa yakin telah memenuhi ukuran keluarga yang
diinginkan
Klien yang meminta secara sadar dan mandiri untuk mendapatkan
tubektomi setelah melalui konseling dan informed consent.
Kontraindikasi :
Klien yang hamil
Klien yang ambivalen/ tidak yakin terhadap tubektomi
Klien yang memiliki keganasan ginekologi
Klien yang memiliki infeksi pelvis aktif
f. Vasektomi
Indikasi :
Tidak ada indikasi, vasektomi dilakukan atas keinginan klien sendiri
setelah mendapatkan penjelasan mengenai vasektomi
Kontraindikasi
Tindakan vasektomi harus ditunda apabila klien mengalami penyakit
atau kondisi infeksi lokal, infeksi sistemik akut, dan penyakit menjular
seksual.
6
3. Cara Kerja
A. Kondom
Cara Kerja Kondom
1) Mencegah sperma masuk kesaluran reproduksi wanita
2) Sebagai alat kontrasepsi
3) Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro organisme penyebab
PMS (Penyakit Menular Seksual) (Lusa, 2010).
B. Spermisida
Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin,
2006).
C. Diafragma
Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida
(Saifuddin, 2006).
D. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Cara kerja kontrasepsi AKDR
Menurut Saifuddin (2003), cara kerja kontrasepsi AKDR adalah :
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
(2) Mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilitasi.
(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
E. Tubektomi
Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain saat operasi,
cara mencapai tuba, dan cara penutupan tuba (Sulistyawati, 2011).
F. Vasektomi
memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan
anastesi umum (Hartanto, 2004). Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi non
hormonal dengan metode sederhana adalah menghindari senggama selama kurang
lebih 718 hari, termasuk masa subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom
menghalangi spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita (Hartanto,
7
2004). MOW dan MOP adalah dengan mengikat dan memotong saluran ovum atau
sperma sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum (Saifuddin, 2006). Tidak ada
satupun yang seratus persen efektif dan semua disertai dengan tingkat risiko
tertentu. Akibatnya, perlu ditekankan pentingnya penyuluhan yang tepat dan
menyeluruh (Hacker, 2001).
B. Spermisida
Keuntungan:
1. Perawatannya mudah.
2. Lebih murah.
3. Tidak memiliki efek jangka panjang terhadap hormon.
4. Dapat dibeli tanpa resep dokter.
5. Bentuknya kecil sehingga praktis untuk dibawa ke mana-mana.
6. Tidak mengandung hormone.
8
Efek samping
Efek samping yang paling sering dialami pengguna spermisida antara lain iritasi,
rasa perih dan terbakar, serta rasa gatal pada vagina. Vagina juga dapat menjadi
kering, mengeluarkan bau khas, atau mengeluarkan cairan menyerupai keputihan.
C. Diafragma
Keuntungan:
1. Aman bagi ibu menyusui
2. Efektif mencegah kehamilan
3. Tidak mengandung hormon, yang akan memengaruhi produksi ASI.
Efek samping:
1. Merasa tidak nyaman saat menggunakan diafragma.
2. Timbulnya rasa perih atau terbakar saat buang air kecil.
3. Adanya bercak atau pendarahan tidak teratur.
4. Terjadi iritasi genital.
5. Vagina atau vulva bengkak.
6. Keputihan yang tidak normal.
7. Demam tinggi.
adalah :
Efek samping
9
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
2. Haid lebih lama dan banyak.
3. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4. Saat haid lebih sakit.
Komplikasi lain:
2.5. Tubektomi
Keuntungan
Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami
(Sulistyawati, 2011)
Efek samping :
2.6. Vasektomi
Keuntungan :
1. Efektif.
2. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3. Sederhana.
4. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit
10
5. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
6. Biaya rendah.
7. Secara kultural, sangat dianjurkan dinegara- negara dimana wanita merasa malu
untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis
wanita (Hartanto, 2004).
Efek samping:
Efek samping MOP jarang terjadi dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri
dan infeksi pada luka operasi. Pada vasektomi infeksi epididimitis terjadi pada 1-2 %
pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi
karena anastesi dapat terjadi.
5. Cara Pemakaian
A. Kondom
Cara pemakaian :
Buka kemasan kondom dengan benar, ikuti petunjuk pembukaan yang ada
pada kemasan. Hindari menggunakan gunting atau gigi untuk membuka kemasan.
Sebelum merobek kemasan, dorong kondom ke sisi berlawanan agar tidak ikut
robek bersama kemasan.
Ambil kondom secara perlahan dan keluarkan dari kemasan. Lalu jepit
ujung kondom yang terdapat di bagian tengah lingkaran dengan jari, untuk
mencegah udara masuk. Udara yang masuk ke dalam kondom akan membuatnya
mudah pecah.
Sambil memegang ujung kondom, tempatkan kondom di atas kepala penis.
Pastikan penis sudah ereksi sempurna saat memakai kondom.
Buka gulungan kondom dengan lembut ke arah pangkal penis. Jika gulungan
kondom tidak bisa diturunkan, berarti pemakaiannya tidak tepat atau terbalik.
Ambil kondom baru jika telah melakukan kesalahan tersebut dan mulai dari awal.
Ketika selesai berhubungan dan telah mengalami ejakulasi, segera cabut penis dari
dalam vagina sebelum ereksinya hilang. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kebocoran kondom di dalam vagina pasangan Anda.
Usai penis sepenuhnya keluar, tarik kondom dari penis Anda secara
perlahan-lahan agar sperma di dalamnya tidak keluar. Bungkus kondom bekas
dengan tisu dan buang ke tempat sampah.
11
B. Spermisida
Cara pemakaian :
Spermisida krim dipakai dengan cara disemprotkan ke dalam vagina
menggunakan aplikator khusus. Krim spermisida akan lebih efektif ketika
disemprotkan tepat sebelum berhubungan intim. Efektivitasnya akan berkurang
setelah 30 menit disemprotkan.
C. Diafragma
Cara pemakaian:
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi mulut rahim agar
tidak dapat ditembus oleh sperma. Kamu dapat memasangnya tepat saat hendak
berhubungan intim atau beberapa jam sebelumnya. Biarkan diafragma di dalam
vagina minimal 6 jam dan maksimal 24 jam setelah kamu berhubungan intim.
D. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Cara pemakaian :
Letakkan kemasan pada tempat yang datar. Selipkan karton pengukur
dibawah lengan AKDR. Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung
inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat. Setelah lengan
melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan
lengan.
E. Tubektomi
Cara pemakaian :
1. Membuat 1 atau 2 sayatan kecil di dekat pusar.
2. Memompa gas ke dalam perut agar tuba falopi dan rahim terlihat jelas.
3. Memasukkan laparoskop (tabung kamera mini) ke dalam perut untuk melihat
tuba falopi.
4. Memasukkan alat untuk menutup atau memotong tuba falopi melalui laparoskop
atau sayatan kecil lain.
5. Membakar atau menyumbat tuba falopi.
6. Mengeluarkan laparoskop dan alat lainnya, lalu menjahit sayatan.
F. Vasektomi
Cara pemakaian :
12
2. Membuat sayatan pada bagian atas skrotum
3. Mencari letak vas deferens
4. Menarik bagian dari vas deferens untuk keluar melalui lubang sayatan
5. Melakukan pemotongan pada vas deferens
6. Menutup vas deferens dengan mengikatnya, menggunakan kauter, memakai klip
pembedahan, atau kombinasi dari beberapa metode tersebut
7. Mengembalikan posisi vas deferens ke dalam skrotum
8. Melakukan penjahitan untuk menutup sayatan di skrotum
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengganggu system
metabolisme penggunanya, keuntungan dari kontrasepsi non hormonal adalah setelah di
copot bisa segera memiliki keturunan atau tidak mengganggu kesuburan pemakaian dan
kerugian iritasi terhadap latek.
3.2. Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan Akseptor yang
memakai KB Non Hormonal, tidak perlu khawatir dengan beragam efek samping yang
kerap muncul pada KB Hormonal. Seperti kenaikan berat badan, menstruasi yang tidak
teratur, ASI yang tidak lancar, kesuburan susah kembali, sakit kepala atau gairah seksual
menurun.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.ump.ac.id/3599/3/A%27%AS%20PRASTI%20BAB%20II.pdf
http://perpustakaan.poltekkses-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420024/6_BAB%20II.pdf
http://repository.unimus.ac.id/144/3BAB%20II.pdf
iii