Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONTRASEPSI NON HORMONAL


Dosen pengampu : Sri Hayati , S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh:

Astri Novianti 88190005 Rizka Aulia 88190006

Mauly Redita 88190013 Salma Fitrianingsih 88190009

Nadya Aldyra 88190004 Shinta Puspitasari 88190010

Nabila Afilia 88190016 Suriyani Kumis 88190017

Reina Dinda 88190015

UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGHANTAR

AssalamuallaikumWr. Wb.

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Mah Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Kontrasepsi Non Hormonal”. Makalah ini di susun untuk memberikan pengetahuan
tambahan kepada pembacanya, selain itu semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
sekalian.

Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat terselesaikan. Oleh
karena itu, dengan kerendahan hati kami menerima masukan serta saran dan kritikan yang
membangun untuk memperbaiki kekurangan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

WasallamuallaikumWr. Wb

Bandung, 24 Mei 2021

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................................................i

Daftar Isi..........................................................................................................................................ii

Bab 1 Pendahulua

1.1. latar Belakang...........................................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3. Tujuan.......................................................................................................................................2

Bab II Tinjauan teori

2.1.Pengertian.................................................................................................................................3
2.2.Jenis-jenis KB Non Hormonal..................................................................................................3
2.3. Indikasi dan Kontraindikasi.....................................................................................................5
2.4.Menurut saifuddin (2006), keuntungan dari kontrasepsi AKDR.............................................9
2.5.Tubektomi...............................................................................................................................10

Bab III Penutup

3.1.Kesimpulan...........................................................................................................................18
3.2.Saran.....................................................................................................................................18

Daftar Pustaka.................................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakag

Memiliki Keluarga ideal adalah dambaan setiap orang ddan dengan Keluarga
Berencana (KB) Merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang palg dasar dan
utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan
perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita.

Keluarga Berencana yang merupakan salah satu didalam paket


!elayanan Kesehatan Reproduksi perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena
dengan mutu pelayanan Keluarga Berencana berkualitas diharapkan akan
dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan.

Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang


untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga
berencana olehpemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa
diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang
berorientasi padapertumbuhan yang seimbang.

Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu
pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka
kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa
dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran
seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apasaja yang termasuk KB NonHormonal?
b. Bagaimana Cara Kerja KB non Hormonal?

1
1.3 Tujuan
a. Agar Dapat Mengetahui Apasaja yang termasuk KB NonHormonal
b. Agar Dapat Mengetahui Bagaimana Cara Kerja KB non Hormonal

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian
Kontrasepsi hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengandung hormon.
Baik estrogen maupun progesteron (Hartono, 2004). Kontrasepsi non hormonal ini
tidak akan mempengaruhi kondisi hormonal tubuh.

2.2. Jenis-jenis KB Non Hormonal

Jenis-jenis kontrasepsi non hormonal meliputi :


1) Metode Kontrasepsi Alamiah
(a) Senggama Terputus
Senggama terputus adalah mengeluarkan alat kelamin pria dari alat
kelamin wanita menjelang ejakulasi. Dengan cara ini diharapkan cairan
sperma tidak akan masuk kedalam rahim serta mengecilkan kemungkinan
bertemunya sel telur yang dapat mengakibatkan terjadinya pembuahan
(Proverawati, Islaely, & Aspuah, 2010).
(b) Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan hubungan seksual saat istri
sedang dalam masa subur. Sistem ini berdasarkan pada siklus haid atau
menstruasi wanita. Masa subur tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum
menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi
berikutnya (Proverawati, Islaely, & Aspuah, 2010).
(c) Metode Lendir Serviks
Yaitu metode kontrasepsi dengan melihat lendir dalam vagina untuk
mengetahui masa subur pada seorang wanita, dilakukan pada pagi hari
segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
2) Metode Kontrasepsi Sederhana
(a) Kondom
Kondom adalah selubung atau sarung karet yang terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vynil) atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada alat kelamin saat berhubungan.
Kondom terbuat dari karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder dengan
muaranya berpinggir tebal, yang digulung berbentuk rata. Standar kondom
dilihat dari ketebalannya yaitu 0,02 mm.
3
(b) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan
spermatozoa didalam vagina sebelum spermatozoa bergerak kedalam
traktus genetalia interna. Dikemas dalam bentuk busa (aerosol), tablet
vagina dan krim.
(c) Diafragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang diinsersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual sehingga
menutup serviks.

(d) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang
bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii.
3) Metode Kontrasepsi Mantap
(a) Tubektomi
Tubektomi adalah tindakan yang dilakukan pada kedua saluran sel
telur wanita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini digunakan untuk jangka
panjang. Walaupun kadang-kadang masih dapat dipulihkan kembali seperti
semula.

4
(b) Vasektomi
Vasektomi adalah kontrasepsi mantap pria atau vasektomi
merupakan suatu metode operatif minor pada pria yang sangat aman,
sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang sangat singkat
dan tidak memerlukan anestesi umum.
2.3.Indikasi dan Kontraindikasi
a. Kondom
Indikasi kondom meliputi pasangan suami-istri yang ingin menunda
kehamilan dengan cara yang praktis, kondom juga dipromosikan sebagai alat
pencegah penyakit yang ditularkan dari hubungan seksual.
Kontraindikasi kondom yaitu pada pria/wanita yang kulitnya sensitif atau
adanya alergi saat pemakaian.
b. Spermisida
Spermisida cocok untuk pasangan yang memutuskan metode pelindung dan :
 Punya motivasi tinggi menggunakan spermisida secara efektif
 Fertilitas alami perempuan yang menurun karena usia dan menyusui
 Kemungkinan kehamilan tidak akan menempatkan kesehatan
perempuan pada resiko tinggi.
Kontraiindikasi spermisida meliputi :
 Klien yang beresiko tinggi terhadap HIV
 Klien yang positif HIV
 Klien dengan AIDS
c. Diafragma
Cocok untuk wanita yang :
 Ingin metodfe kontrasepsi yang mandiri, tidak tergantung pada
kemauan pasangan
 Ingin memisahkan waktu penggunaan kontrasepsi dari waktu hubungan
seks
 Dapat belajar teknik memasukkan
 Mempunyai fasilitas seperti air bersih, sabun, dan jika perlu perawatan
diafragma yang memadai.
Tidak ada kontraindikasi untuk diafragma.
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) / IUD
5
Yang boleh menggunakan IUD adalah :
 Perempuan usia reproduktif
 Keadaan nulipara
 Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
 Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
 Setelah melahirkan dan menyusui
 Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
 Resiko rendah dari IMS
Kontraindikasi :
 Sedang hamil
 Pendarahan vagina yang tidak diketahui
 Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
 Kelainan bawaan uterus yang abnormal/tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri
e. Tubektomi
Indikasi :
 Klien yang telah merasa yakin telah memenuhi ukuran keluarga yang
diinginkan
 Klien yang meminta secara sadar dan mandiri untuk mendapatkan
tubektomi setelah melalui konseling dan informed consent.
Kontraindikasi :
 Klien yang hamil
 Klien yang ambivalen/ tidak yakin terhadap tubektomi
 Klien yang memiliki keganasan ginekologi
 Klien yang memiliki infeksi pelvis aktif
f. Vasektomi
Indikasi :
 Tidak ada indikasi, vasektomi dilakukan atas keinginan klien sendiri
setelah mendapatkan penjelasan mengenai vasektomi
Kontraindikasi
 Tindakan vasektomi harus ditunda apabila klien mengalami penyakit
atau kondisi infeksi lokal, infeksi sistemik akut, dan penyakit menjular
seksual.

6
3. Cara Kerja
A. Kondom
Cara Kerja Kondom
1) Mencegah sperma masuk kesaluran reproduksi wanita
2) Sebagai alat kontrasepsi
3) Sebagai pelindung terhadap infeksi atau transmisi mikro organisme penyebab
PMS (Penyakit Menular Seksual) (Lusa, 2010).
B. Spermisida
Cara kerjanya menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat
pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur (Saifuddin,
2006).
C. Diafragma
Cara kerjanya menahan sperma agar tidak mendapat akses mencapai saluran alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida
(Saifuddin, 2006).
D. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Cara kerja kontrasepsi AKDR
Menurut Saifuddin (2003), cara kerja kontrasepsi AKDR adalah :
(1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
(2) Mempengaruhi fertilitasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,walaupun
AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilitasi.
(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
E. Tubektomi
Cara tubektomi dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain saat operasi,
cara mencapai tuba, dan cara penutupan tuba (Sulistyawati, 2011).
F. Vasektomi
memakan waktu operasi yang sangat singkat dan tidak memerlukan
anastesi umum (Hartanto, 2004). Pada dasarnya cara kerja kontrasepsi non
hormonal dengan metode sederhana adalah menghindari senggama selama kurang
lebih 718 hari, termasuk masa subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom
menghalangi spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita (Hartanto,

7
2004). MOW dan MOP adalah dengan mengikat dan memotong saluran ovum atau
sperma sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum (Saifuddin, 2006). Tidak ada
satupun yang seratus persen efektif dan semua disertai dengan tingkat risiko
tertentu. Akibatnya, perlu ditekankan pentingnya penyuluhan yang tepat dan
menyeluruh (Hacker, 2001).

4. Keuntungan & Kerugian


A.kondom
Indikasi atau keuntungan kontrasepsi kondom terbagi dua, yaitu
keuntungan secara kontrasepsi dan non kontrasepsi. Manfaat
kondom secara kontrasepsi antara lain :
1. Efektif bila pemakaian benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak memerlukan resep dan pemeriksaan khusus.
5. Murah dan tersedia diberbagai tempat (Lusa,2010).
Dibawah ini
Efek samping.
1. Kondom bikin iritasi
2. Produksi Antibodi Antisperma Lebih Sedikit.
3. Kondom Tak Akan Memengaruhi Kesuburan
4. Kurang Bergairah
5. Kurang Bergairah

B. Spermisida
Keuntungan:
1. Perawatannya mudah.
2. Lebih murah.
3. Tidak memiliki efek jangka panjang terhadap hormon.
4. Dapat dibeli tanpa resep dokter.
5. Bentuknya kecil sehingga praktis untuk dibawa ke mana-mana.
6. Tidak mengandung hormone.

8
Efek samping
Efek samping yang paling sering dialami pengguna spermisida antara lain iritasi,
rasa perih dan terbakar, serta rasa gatal pada vagina. Vagina juga dapat menjadi
kering, mengeluarkan bau khas, atau mengeluarkan cairan menyerupai keputihan.
C. Diafragma
Keuntungan:
1. Aman bagi ibu menyusui
2. Efektif mencegah kehamilan
3. Tidak mengandung hormon, yang akan memengaruhi produksi ASI.

Efek samping:
1. Merasa tidak nyaman saat menggunakan diafragma.
2. Timbulnya rasa perih atau terbakar saat buang air kecil.
3. Adanya bercak atau pendarahan tidak teratur.
4. Terjadi iritasi genital.
5. Vagina atau vulva bengkak.
6. Keputihan yang tidak normal.
7. Demam tinggi.

2.4. Menurut saifuddin (2006), keuntungan dari kontrasepsi AKDR

adalah :

1. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.


2. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu
diganti).
3. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
4. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
5. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A).
6. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
7. Dapat digunakan sampai menopause.
8. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
9. Membantu mencegah kahamilan ektopik.

Efek samping

9
1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan).
2. Haid lebih lama dan banyak.
3. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
4. Saat haid lebih sakit.

Komplikasi lain:

1. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.


2. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab anemia.
3. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan.
5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR.

2.5. Tubektomi

Keuntungan

Vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai klimakterium dalam suasana alami
(Sulistyawati, 2011)

Efek samping :

1. Resiko trauma internal sedikit lebih tinggi


2. Kemungkinan infeksi serius lebih tinggi.
3. Sedikit sekali kematian yang berhubungan dengan anestesi (Hartanto, 2004).

2.6. Vasektomi

Keuntungan :

1. Efektif.
2. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas.
3. Sederhana.
4. Cepat, hanya memerlukan waktu 5-10 menit

10
5. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
6. Biaya rendah.
7. Secara kultural, sangat dianjurkan dinegara- negara dimana wanita merasa malu
untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang tersedia dokter wanita dan paramedis
wanita (Hartanto, 2004).

Efek samping:

Efek samping MOP jarang terjadi dan bersifat sementara misalnya bengkak, nyeri
dan infeksi pada luka operasi. Pada vasektomi infeksi epididimitis terjadi pada 1-2 %
pasien. Pada tubektomi perdarahan, infeksi, kerusakan organ lain dan komplikasi
karena anastesi dapat terjadi.

5. Cara Pemakaian
A. Kondom
Cara pemakaian :
Buka kemasan kondom dengan benar, ikuti petunjuk pembukaan yang ada
pada kemasan. Hindari menggunakan gunting atau gigi untuk membuka kemasan.
Sebelum merobek kemasan, dorong kondom ke sisi berlawanan agar tidak ikut
robek bersama kemasan.
Ambil kondom secara perlahan dan keluarkan dari kemasan. Lalu jepit
ujung kondom yang terdapat di bagian tengah lingkaran dengan jari, untuk
mencegah udara masuk. Udara yang masuk ke dalam kondom akan membuatnya
mudah pecah.
Sambil memegang ujung kondom, tempatkan kondom di atas kepala penis.
Pastikan penis sudah ereksi sempurna saat memakai kondom.
Buka gulungan kondom dengan lembut ke arah pangkal penis. Jika gulungan
kondom tidak bisa diturunkan, berarti pemakaiannya tidak tepat atau terbalik.
Ambil kondom baru jika telah melakukan kesalahan tersebut dan mulai dari awal.
Ketika selesai berhubungan dan telah mengalami ejakulasi, segera cabut penis dari
dalam vagina sebelum ereksinya hilang. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kebocoran kondom di dalam vagina pasangan Anda.
Usai penis sepenuhnya keluar, tarik kondom dari penis Anda secara
perlahan-lahan agar sperma di dalamnya tidak keluar. Bungkus kondom bekas
dengan tisu dan buang ke tempat sampah.
11
B. Spermisida
Cara pemakaian :
Spermisida krim dipakai dengan cara disemprotkan ke dalam vagina
menggunakan aplikator khusus. Krim spermisida akan lebih efektif ketika
disemprotkan tepat sebelum berhubungan intim. Efektivitasnya akan berkurang
setelah 30 menit disemprotkan.
C. Diafragma
Cara pemakaian:
Diafragma dimasukkan ke dalam vagina untuk menutupi mulut rahim agar
tidak dapat ditembus oleh sperma. Kamu dapat memasangnya tepat saat hendak
berhubungan intim atau beberapa jam sebelumnya. Biarkan diafragma di dalam
vagina minimal 6 jam dan maksimal 24 jam setelah kamu berhubungan intim.
D. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Cara pemakaian :
Letakkan kemasan pada tempat yang datar. Selipkan karton pengukur
dibawah lengan AKDR. Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung
inserter sampai ke pangkal lengan sehingga lengan akan melipat. Setelah lengan
melipat sampai menyentuh tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan
lengan.

E. Tubektomi
Cara pemakaian :
1. Membuat 1 atau 2 sayatan kecil di dekat pusar.
2. Memompa gas ke dalam perut agar tuba falopi dan rahim terlihat jelas.
3. Memasukkan laparoskop (tabung kamera mini) ke dalam perut untuk melihat
tuba falopi.
4. Memasukkan alat untuk menutup atau memotong tuba falopi melalui laparoskop
atau sayatan kecil lain.
5. Membakar atau menyumbat tuba falopi.
6. Mengeluarkan laparoskop dan alat lainnya, lalu menjahit sayatan.

F. Vasektomi

Cara pemakaian :

1. Menyuntikkan bius lokal pada kulit skrotum (kantong zakar)

12
2. Membuat sayatan pada bagian atas skrotum
3. Mencari letak vas deferens
4. Menarik bagian dari vas deferens untuk keluar melalui lubang sayatan
5. Melakukan pemotongan pada vas deferens
6. Menutup vas deferens dengan mengikatnya, menggunakan kauter, memakai klip
pembedahan, atau kombinasi dari beberapa metode tersebut
7. Mengembalikan posisi vas deferens ke dalam skrotum
8. Melakukan penjahitan untuk menutup sayatan di skrotum

13
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
kontrasepsi non hormonal adalah kontrasepsi yang tidak mengganggu system
metabolisme penggunanya, keuntungan dari kontrasepsi non hormonal adalah setelah di
copot bisa segera memiliki keturunan atau tidak mengganggu kesuburan pemakaian dan
kerugian iritasi terhadap latek.
3.2. Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat ini, kami dapat menyarankan Akseptor yang
memakai KB Non Hormonal, tidak perlu khawatir dengan beragam efek samping yang
kerap muncul pada KB Hormonal. Seperti kenaikan berat badan, menstruasi yang tidak
teratur, ASI yang tidak lancar, kesuburan susah kembali, sakit kepala atau gairah seksual
menurun.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.ump.ac.id/3599/3/A%27%AS%20PRASTI%20BAB%20II.pdf

http://perpustakaan.poltekkses-malang.ac.id/assets/file/kti/1602420024/6_BAB%20II.pdf

http://repository.unimus.ac.id/144/3BAB%20II.pdf

iii

Anda mungkin juga menyukai