MANAJEMEN KASUS KB
Nama Kelompok :
1. Laila Nur Happy (2021020064)
2. Linda Septiana P (2021020065)
3. Lisa Vita Andriani (2021020066)
4. Lusiyana Dewi (2021020067)
5. Lutfia Nurrahman (2021020069)
6. M. Taufiqurrohman (2021020070)
7. Masna Nur Fadilah (2021020071)
8. Mela Puspaningtyas (2021020072)
9. Mila Irle Tiara (2021020073)
10. Mohammad Aziz H (2021020074)
Ny S umur 38 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan ingin memasang KB Spiral.
Hasil pemeriksaaan TD 150/90 mmHg. Pasien sudah memiliki anak 4. Hasil pemeriksaan fisik
ditemukan varises dikaki pasien. Pasien datang tidak dengan suaminya. Dari hasil wawancara
suami belum tahu kalau pasien datang ke RS untuk pasang KB spiral.
STEP 1
STEP 2
STEP 3
1) Perhatikan efektivitasnya. Meski terdiri dari beberapa jenis, tidak semua kontrasepsi
memiliki tingkat efektivitas yang sama, Permanen atau temporal, Efek samping yang
timbul, Sesuaikan dengan aktivitas, Sesuaikan dengan kondisi medis, Sesuaikan dengan
budget.
2) Bahwa factor yang mempengaruhi akseptor/penggunaa dalam memilih kontrasepsi
yaitu factor Umur, factor pendidikan, faktor pengetahuan, dan faktor dukungan suami.
3) Tujuan KB secara khusus: Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program
ini dapat menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan
ibu terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran
mengurangi risiko kematian bayi.
4) Dua jenis alat kontrasepsi itu boleh digunakan bersamaan. Tapi sebenarnya hanya
dengan 1 alat kontrasepsi saja sudah dapat membantu mencegah kehamilan. Jika Anda
terlalu khawatir boleh menggunakan pengamanan ganda seperti yang Anda lakukan.
Tapi jika Anda memilih salah satu pun tetap bisa mencegah kehamilan.
5) Pahami tujuan Anda menggunakan alat kontrasepsi. Misalnya, bagi pengantin baru
yang ingin menunda kehamilan bisa menggunakan kondom, pil kb atau yang alami
adalah menghitung masa subur, Pilih alat kontrasepsi sesuai umur, Efektivitas alat KB,
Pahami kondisi tubuh.
6) Untuk keamanan dalam penggunaan KB bisa dibilang hampir 99% jika digunakan
dengan tepat. Sebai contoh Pil KB cukup efektif. Tingkat keberhasilan pil KB dalam
mencegah kehamilan dapat mencapai 99 persen bila kamu rutin mengonsumsinya
sesuai petunjuk.
7) KB spiral hormonal dapat berpotensi menyebabkan efek samping yang bisa
mengganggu, seperti jerawat, sakit kepala, perubahan mood, kram di perut, menstruasi
tidak teratur, dan nyeri payudara. Efek samping tersebut biasanya hilang setelah
beberapa bulan pemakaian.
8) Untuk IUD non hormonal atau yang sering disebut “spiral”, batas pemakaiannya sekitar
8-10 tahun. Sementara IUD hormonal, ternyata hanya bisa digunakan sampai batas
waktu 3 tahun.
9) IUD bisa dipasang kapan saja baik pada saat menstruasi maupun tidak. Jika dipasang
pada saat menstruasi, maka pastikan seorang wanita sedang tidak hamil. Pemasangan
lebih mudah dan tidak terlalu nyeri jika dilakukan saat menstruasi karena saat haid
kondisi serviks sedang terbuka.
10) Meskipun penggunaan KB spiral efektif dan aman dalam mencegah kehamilan, tapi
ada beberapa efek samping yang perlu diketahui. Beberapa dampak jangka panjang
menggunakan KB spiral yaitu terjadinya kista ovarium, penyakit radang panggul, serta
perforasi.
STEP 4
Kontrasepsi
PIL IUD
Merangsan pusat
Respon tubuh
nafsu makan Dx. Nyeri
terhadap benda asing
Akut
Nafsu makan Inflamasi
meningkat
Adanya Dx. Resiko
Berat Badan pendarahan Infeksi
meningkat
Dx. Defisit
Pengetahuan
STEP 5
1) Definisi
Spiral atau alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang dalam bahasa Inggris
disebut intra uterine device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim, terbuat dari plastik halus dan fleksibel (polietilin) (2). Spiral merupakan metode
KB yang tepat untuk pasangan usia subur (PUS) dan memiliki beberapa kelebihan 2
diantaranya adalah spiral merupakan metode perlindungan jangka panjang hingga 8
tahun serta tidak ada efek samping hormonal (1). Penelitian Lisdiana menemukan
bahwa ibu-ibu menggunakan metode kontrasepsi spiral dengan alasan hanya perlu satu
kali pemasangan untuk jangka waktu yang lama serta tidak membuat gemuk dan pusing
(3). Intra Uterine Device (IUD) atau alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat
kontrasepsi berbentuk huruf T, kecil, berupa 12 kerangka dari plastik yang fleksibel
yang diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), sangat efektif, reversible,
dan berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun : CuT.380A).7 IUD dapat dipakai oleh
semua perempuan usia reproduksi, kecuali oleh perempuan yang terpapar pada Infeksi
Menular Seksual (IMS).
2) Jenis
Jenis Tersedia dua jenis IUD yaitu hormonal (mengeluarkan hormon
progesterone) dan non-hormonal. IUD jenis CuT.380A berbentuk huruf T, diselubungi
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), dan tersedia di Indonesia. IUD jenis lain
yang beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering)
3) Faktor resiko
Adapun beberapa kerugian pemakaian IUD antara lain : Terdapat perdarahan
(spotting atau perdarahan bercak, dan menometroragia), tali IUD dapat menimbulkan
perlukaan portio uteri dan mengganggu hubungan seksual.23 Pemakaian IUD juga
dapat mengalami komplikasi seperti; merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5
hari setelah pemasangan, merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab
anemia, perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar). IUD
tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan, penyakit radang panggul
(PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai IUD karena PRP dapat
memicu infertilitas, dan tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik terganggu karena
fungsi IUD untuk mencegah kehamilan normal. Adapun kontraindikasi pengguna IUD
diantaranya : Hamil atau diduga hamil, infeksi leher rahim atau rongga panggul,
termasuk penderita penyakit kelamin, pernah menderita radang rongga panggul,
penderita perdarahan pervaginam yang abnormal, riwayat kehamilan ektopik, penderita
kanker alat kelamin.20 Kontraindikasi yang lain yaitu : Alergi terhadap tembaga (hanya
untuk alat yang mengandung tembaga), dan ukuran ronga rahim kurang dari 5 cm
4) Manifestasi Klinis
a. Infeksi, IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim yang berada didalam vagina, tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan dan tekhnik
pemasangan dilakukan secara steril, jika terjdi infeksi hal ini mungkin disebabkan
sudah terdapat infeksi yang subakut pada traktus genitalis sebelum pemasangan
IUD (Prawirohardjo, 2007; h. 559).
b. Perforasi, Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan
hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi jika uterus
berkontraksi IUD dapat terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga
akhirnya sampai ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus
diperhatikan apabila pada pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak terlihat
(Prawirohardjo, 2007; h. 559).
c. Kehamilan, Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih
terpasang perlu di berikan konseling tentang resiko yang akan terjadi jika
kehamilan dilanjutkan dengan IUD tetap terpasang. Resiko yang dapat terjadi
antara lain infeksi intrauterus, sepsis, aborsi spontan, aborsi sepsis spontan,
plasenta previa, dan persalinan prematur. Apabila benang IUD tidak terlihat pada
tulang serviks atau tidak teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan
pemeriksaan ultrasonografi atau USG untuk memastikan apakah IUD masih berada
didalam uterus. (Varney, 2007; h. 459). Cara Pemasangan K
a) onseling pra pemasangan
▪ Menjelaskan cara kerja KB IUD
▪ Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
▪ Menjelaskan cara pemasangan KB IUD 4) Menjelaskan jadwal
kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah pemasangan yaitu satu
minggu setelah pemasangan,enam bulan setelah pemasangan, satu
tahun setelah pemasangan.
▪ Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).
▪ Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
▪ Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servitis)
▪ Diketahui menderitaTBC pelvic
▪ Kanker alat genital
▪ Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (BKKBN, 2009 h. 159).
b) Pemasangan
▪ Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
▪ Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali
sarung tangan yang baru.
▪ Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
▪ Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
▪ Jepit bibir serviks dengan tenaculum
▪ Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh,
kemudian dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
▪ Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah
sehingga lengan IUD bebas
▪ Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
▪ Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hati-
hati.
▪ Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakanc.
c) Konseling dan instruksi pasca insersi
▪ Buat rekam medik.
▪ Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T Cu-
380A.
▪ Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan IUD
Copper T Cu-380A (Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca
pemasangan, perdarahan berat waktu haid atau diantarnya yang
mungkin penyebab anemia, perforasi uterus).
▪ Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.
Mencucui tangan.
Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke
arah bawah dan ke dalam sehingga dapat menemukan lokasi serviks.
Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik benang
tersebut
Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering mungkin di
antara bulan-bulan kunjungan ulang.
Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi.
Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera efektif setelah
pemasangan.
Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1minggu pasca
pemasangan, selanjutnya 4-6minggu, saat menstruasi yang akan
datang, atau jika ada keluhan).
Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun atau apabila
klien menghendaki.
▪ Lakukan observasi selam 15menit sebelum memperbolehkan klien
pulang (Prawiroharjo, 2006; h. 493- 494).
❖ Cara melepas IUD
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah Tindakan
b. Akseptor dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu dan
membersihkan daerah genitalnya, kemudian dipersilahkan berbaring di tempat
periksa dalam posisi litotomi.
c. Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan menentukan besar, bentuk, dan
posisi rahim.
e. Masukan spekulum ke dalam liang senggama posisikan sedemikian rupa sehingga
mulut rahim terlihat dengan baik.
f. Bersihkan serviks dengan dengan larutan antiseptik 3 kali secara merata pada
daerah serviks dan vagina.
g. Identifikasi benang IUD, jika terlihat, jepit benang dengan forsep, tarik benang
IUD perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari liang senggama. Bila terasa
ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan manuver dengan menarik-narik secara
halus benang tersebut.
h. Apabila benang tidak terlihat, masukan sonde sesuai dengan posisi rahim pada
pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang sonde secara perlahan-
lahan dalam bentuk lingkaran, benturan sonde dengan IUD akan terasa bila IUD
terdapat di dalam rahim. Tarik IUD keluar dengan memakai IUD removel/pengait
IUD.
i. Lepaskan spekulum, kemudian lakukan disinfeksi daerah vagina.
j. Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan bahan klorin
0,5%.
5) Cara kerja kontrasepsi
Bermacam macam tetapi pada umumnya terdapat 3 cara, yaitu mengusahakan
agar tidak terjadi ovulasi, melumpuhkan sperma, dan menghalangi pertemuan sperma
dengan sel telur. Cara kerja kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut: (Wiknjosastra,
2010).
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuha falopi dengan cara
menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum avum mencapai kavum uteri.
c) IUD bekerja tertana mencegah sperma dan ovum bertemu, IUD membuat
spernih Sulit risuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma
untuk fertilisasi.
d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
6) Penatalaksanaan Kb
a) Mengkonsumsi antibiotik sesuai indikasi.
b) Melepaskan IUD.
7) Manfaat
a) Risiko terjadinya infeksi rendah, yaitu dari 0.1-1.1%.
b) Kesuburan dapat segera kembali segera setelah pelepasan.
c) Efektif dan tidak memberikan efek samping terhadap produksi ASI.
d) Kejadian perforasi rendah, yaitu sekitar 1 kejadian perforasi dari jumlah
populasi 1150-3800 wanita.
e) Aman untuk wanita yang menderita HIV.
f) Kasus perdarahan menurun jika dibandingkan dengan IUD yang dipasang di
waktu menstruasi.
g) Mudah dilakukan pada wanita dengan epidural.
h) Langsung bisa didapatkan oleh ibu yang melahirkan di tempat pelayanan
kesehatan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. DATA SUBJEKTIF
a. Pengkajian
IdentitasPasien
Nama : Ny. S
Umur : 38 Tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Nama : Tn. P
Umur : 41 Tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan :Wiraswasta
b. Keluhan Utama
c. Riwayat KB
Klien menyatakan tidak menderita penyakit keturunan atau menular seperti penyakit jantung,
hipertensi, kanker payudara, DM, asma atau TBC.
Klien menyatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan atau menular
seperti penyakit jantung, DM, asma, TBC, hipertensi, hipertensi atau kanker payudara.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Wajah simetris tidak ada pembengkakan, bentuk kepala lonjong dan tidak ada
lesi.
b. Mata : Konjungtiva tidak anemis, pemeriksaan pupil isokor, sclera tidak ekterik.
c. Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi, dan
tidak ada polip, tampak kembang kempis.
d. Mulut dan tenggorokan : mukosa bibir kering.
e. Telinga: Bentuk simetris, antara telinga kanan dan kiri, tidak keluar cairan, tidak ada
sumbatan, serumen tidak terlalu cair, dan tidak terlalu kering.
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembengkakan getah bening,
g. Dada :
▪ Jantung
• Inspeksi : Tidak adanya ictus cordis.
• Palpasi : Ictus cordis berada di midklavikula lateral sinistra dan
intercosta 4.
• Perkusi : Suara pekak
• Auskultasi :Tidak ada suara jantung tambahan terdapat peningkatan vena
jugularis.
▪ ParuParu
• Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi dada kiri dan kanan sejajar,
pengembangan dada seimbang.
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
• Perkusi : Bunyi sonor
• Auskultasi : Vesikuler
h. Abdomen
• Inspeksi : Bentuk perut cembung dan tidak terdapat lesi.
• Auskultasi : Frekuensi suara bising usus normal 8 x/menit.
• Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
• Perkusi : Suara perut timpani
i. Ekstremitas
• Atas : Tangan simetris antara tangan kanan dan tangan kiri akral teraba
hangat, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan.
• Bawah : Kaki simetris antara kaki kanan dan kaki kiri teraba hangat pada kedua
kaki, terdapat varises di kedua ektremitas.
j. Kulit : Tidak ada pembengkakan dan tidak ada lesi.
k. Genetalia : Jenis kelamin perempuan, Tidak terpasang DC.
2. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang.
3. ANALISA DATA
DO :
4. INTERVENSI
No Diagnosa Tujuan Dan Hasil Intervensi Keperawatan
Edukasi
Terapeutik
- Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
- Diskusikan perbedaan
penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusikan perubahan
akibat pubertas,
kehamilan, dan
penuaan
- Diskusikan kondisi
stress yang
mempengaruhi citra
tubuh (mis: luka,
penyakit, pembedahan)
- Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
- Jelaskan kepada
keluarga tentang
perawatan perubahan
citra tubuh
- Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri sendiri
terhadap citra tubuh
Edukasi
5. IMPLEMENTASI
NO Hari & Tgl IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
1 Minggu, 14 1. Memonitor tanda dan gejala Dari hasil pemeriksaan didapatkan
Mei 2023 infeksi lokal dan sistemik S : pasien mengatakan ingin memasang
2. Memberikan perawatan kulit KB spiral
3. Memertahankan teknik aseptic O : Td : 150/90mmhg
pada pasien berisiko tinggi A ; Terdapat varises dikaki pasien
P : lanjutkan intervensi
2 4. Mengidentifikasi perubahan
citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi social
5. Memonitor frekuensi
pernyataan kritik terhadap diri
sendiri
3 6. Mengidentifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
7. Mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat