Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan demografi
yaitu mencegah terjadinya ledakan pendudukan dengan menekan laju
pertumbuhan penduduk (LPP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan
menurunkan angka kelahiran atau TFR (Total Fertiliti Rate) dari 2.87
menjadi 2.69 per wanita (BKKBN,2014).
Data yang didapatkan dari BKKBN, pada tahun 2009 peserta KB
aktif sebesar 75,70%. Berdasarkan SDKI 2007, angka pengguna
kontrasepsi adalah suntik sebesar 71,6%, pil 13,2%, IUD 4.8%, implant
2,8%, MOW 3,1%, MOP 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus
2,2% dan metode lainnya 0,4% (BKKBN,2014).
Pelayanan dan informasi keluarga berencana merupakan suatu
intervensi kunci dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
keluarga dan masyarakat, serta merupakan hak asasi manusia. Telah terjadi
perkembangan yang berarti dalam tekhnologi kontrasepsi, misalnya
transisi dari estrogen dosis tinggi ke dosisi rendah pada pil kombinasi, atau
dari AKDR inert ke AKDR yang mengeluarkan levonorgestrel.
Perkembangan ini telah menghasilkan pilihan lebih banyak tentang metode
kontrasepsi yang lebih aman dan efektif. Salah satu alat kontrasepsi yang
akan di bahas pada makalah ini adalah tentang IUD/ AKDR ( alat
kontrasepsi dalam rahim) (Sarwono, 2012).
Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun
perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi
setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi
yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu
jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar akseptor KB memilih
dan membayar sendiri berbagai macam metode kontrasepsi yang tersedia.

1
Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi antara lain
faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan,
pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor kesehatan
(status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek
samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan keluarga,
agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan
mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini dikarenakan setiap
metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektivitas yang
berbeda-beda ( Prawirohardjo Sarwono, 2014).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana
dengan akseptor KB IUD.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi data subyektif pada kasus asuhan kebidanan
keluarga berencana dengan akseptor KB IUD.
b. Mengidentifikasi data obyektif pada kasus asuhan kebidanan
keluarga berencana dengan akseptor KB IUD.
c. Mengidentifikasi penatalaksanaan pada kasus asuhan kebidanan
keluarga berencana dengan akseptor KB IUD.
d. Mengevaluasi asuhan pada kasus asuhan kebidanan keluarga
berencana dengan akseptor KB IUD.
e. Mengidentifikasi kesenjangan pada kasus asuhan kebidanan keluarga
berencana dengan akseptor KB IUD

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda,


menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi
berasal dari kata “kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau
melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (ovum)
yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi
adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
pertemuan antara sel telur dengan sperma tersebut (Mansjoer, 2012).

IUD (Intra Uterin Device) adalah suatu alat atau benda yang
dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka
panjang, dapat dipakai oleh perempuan usia reproduktif (Saefuddin, 2013)

AKDR atau IUD adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik
yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon
dan dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang
(BKKBN, 2013)

B. Jenis-jenis
Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :
1. Copper-T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga
halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup
baik (Imbarwati, 2010)
2. Copper-7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter

3
batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus
pada IUD Copper-T (Imbarwati, 2011)
3. Multi load
IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas
ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan
luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas.
Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini
(Imbarwati, 2011)
4. Lippes loop
Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol diberi benang pada ekornya.
Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah, keuntungan
lain dari AKDR/IUD jenis ini adalah jarang terjadi luka atau porforasi,
sebab terbuat dari bahan plastik (Maryani, 2014)
Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan
sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti.
Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau plastic
bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan
tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine
System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk
mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin
(Kusmarjadi, 2010).
Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah
kehamilan dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk
mencapai rongga rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun.
Progestasert IUD (melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1
tahun dan dapat digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI,
2010).

4
C. Cara kerja IUD
Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu:
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi
(Muhammad, 2014).

D. Keuntungan Metode IUD


1. Efektivitasnya tinggi  0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam
tahun pertama, 1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan.
2. Dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 th).
4. Sangat efektif (tidak perlu mengingat-ingat).
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Tidak ada efek samping hormonal.
7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan/sesudah abortus.
9. Dapat digunakan sampai dengan menopause.
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010.)

E. Kerugian Metode IUD

Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010.


Efek samping yang umum terjadi :

1. Usia Reproduktif
a. Perubahan siklus haid. (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
b. Haid lebih lama dan banyak.

5
c. Perdarahan antar menstruasi (spotting).
d. Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain
a. Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)
d. Tidak mencegah IMS
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS/perempuan
yang sering bergantian pasangan.
e. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS
memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas
f. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam
pemasangan IUD
g. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah
pemasangan IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari
h. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas
kesehatan terlatih yang harus melepas AKDR
i. Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila IUD dipasang segera setelah melahirkan)
j. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi IUD
mencegah kehamilan normal
k. Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke
waktu.

F. Indikasi
Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010.
Indikasi dari metode IUD adalah :

1. Usia reproduktif
2. Keadaan nulipara

6
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
7. Risiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metoda hormonal
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
10. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
11. Perokok
12. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terluhat
adanya infeksi
13. Gemuk ataupun kurus
14. Penderita tumor jinak payudara
15. Penderita kanker payudara
16. Pusing-pusing, sakit kepala
17. Tekanan darah tinggi
18. Varises di tungkai atau di vulva
19. Diabetes
20. Setelah kehamilan ektopik

G. Kontra indikasi
Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010.
Yang tidak diperkenankan menggunakan IUD adalah :
1. Sedang hamil.
2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau
abortus septis.
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yangdapat
6. mempengaruhi kavum uteri

7
7. Penyakit trofoblas yang ganas
8. Diketahui menderita TBC pelvik
9. Kanker alat genital
10. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

H. Waktu Penggunaan
Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010.
Waktu penggunaan yang tepat metode IUD dalah :

1. Setiap waktu dalam siklus haid (dipastikan tidak hamil).


2. Hari 1 – 7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, (48 jam pertama/ 1 bulan pasca salin).
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi
5. Selama 1 – 5 hari setelah senggama tidak terlindungi.

I. Petunjuk Bagi Klien


Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010.
Petunjuk bagi pasien pengguna metode IUD adalah :

1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 – 6 minggu pasca pemasangan


AKDR.
2. Selama 1 bulan pertama penggunaan AKDR, periksalah benang
AKDR secara rutin terutama setelah haid
3. Setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa
keberadaan benang setelah haid apabila mengalami:
a. Kram/kejang perut bagian bawah.
b. Perdarahan (spotting) diantara haid/setelah senggama.
c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual
4. Masa copper T 380A perlu dilepas 10 tahun pemasangan, tetapi dapat
dilakukan lebih awal apabila diinginkan.
5. Kembali ke klinik apabila:
a. Tidak dapat meraba benang AKDR.

8
b. Merasakan bagian keras dari AKDR.
c. Adanya infeksi.
d. AKDR terlepas.
e. Siklus terganggu.
f. Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan

J. Pemasangan IUD
Berdasarkan Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2010.
Prosedur sebelum pemasangan
1. Lakukan prosedur asepsis secara ketat selama pemasangan .
2. Lihatlah serviks dengan speculum dan bersihkan dengan larutan
antiseptic. Pegang bibir anterior dengan tenakulum. Menarik
tenakulum dengan hati-hati mengurangi sudut antara kanalis servikalis
dan rongga uterus dan memudahkan pemasangan sonda uterus.
Tenakulum harus tetap terpasang sealama memasang Nova T supaya
serviks tetap tertarik.
3. Masukkan sonda uterus melalui kanalis serviks ke dalam rongga uterus
sampai mencapai fundus. Setelah menentukan arah serta panjang
kanalis servikalis dan rongga uterus, siapkan Nova T untuk dipasang.
4. Lakukan pemasangan sesuai langkah 1-6.
Pemasangan
Langkah 1
1. Setelah uterus diukur, buka separuh dari kemasan .
2. Pegang kedua ujung benang dan tarik alat secara hati-hati kedalam
tabung insersi sampai knop di ujung lengan horizontal menutupi
lubang tabung. Knop tidak perlu ditarik ke dalam tabung. Benang bisa
putus kalaau ditarik terlalu keras.
Langkah 2
Luruskan flens berwarna kuning dengan satu tangan, tarik tabung
insersi sampai ujung bawah flens menunjukkan ukuran yang didapat dari
sonda uterus.

9
Pegang benang lurus di dalam tabung dengan satu tangan,
masukkan plunger (alat penghisap) ke dalam tabung insersi. Ini untuk
memastikan bahwa benang tidak tertekan pada alat oleh plunger.
Sebelum dipasang, tabung dapat ditekuk untuk disesuaikan dengan
posisi uterus. Tentukan harus dilakukan ketika alat masih berada dalam
kemasan steril setelah memasukkan plunger kedalam tabung insersi.
Langkah 3
1. Pastikan bahwa flens menunjukkan arah lengan horizontal akan
membuka di dalam uterus.
2. Keluarkan tabung insersi yang telah terisi dari kemasan.
3. Masukkan tabung insersi ke dalam uterus melalui kanalis servikalis
sampai flens menyentuh os servikal.
Langkah 4
Perhatikan bagian plunger yang kasar. Pegang plunger dengan erat
dan lepaskan lengan horizontal dari alat dengan menarik tabung insersi ke
bawah sampai ujungnya menyentuh bagian yang kasar. Jarak antara flens
dan os servikal sekitar 1,5 cm.
Langkah 5
Pegang tabung dan plunger secara bersamaan, tekan alat secara
hati- hati sampai flens menyentuh os servikal lagi.
Langkah 6
1. Pegang plunger dengan erat, keluarkan alat dari tabung insersi
seluruhnya dengan menarik tabung ke bawah sampai cincin dari
plunger.
2. Supaya alat tidak bergeser dari posisi fundus, pertama-tama lepaskan
plunger sambil terus menahan tabung insersi, kemudian keluakan
tabung insersi.
3. Gunting benang sampai tersisa 2-3 cm terlihat di luar serviks.

K. Teori Pendokumentasian SOAP Mengacu pada Kepmenkes No

938/MENKES/SK/VIII/2007

10
Sesuai dengan Kepmenkes No938/MENKES/SK/VIII/2007,

tercantum standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan. Di dalam nya

disebutkan tentang Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan Pencatatan

dilakukan segera setelah melaksankan asuhan pada formulr yang tersedia

(Rekam medis/KMS/Status pasien/buku KIA) Ditulis dalam bentuk

catatan perkembangan SOAP.

sistem pendokumentasian asuhan kebidanann dengan

menggunakaan SOAP yaitu :

a. S (Subyektif)

Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai

kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung

dengan diagnosis.

b. O (Objektif)

Data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan aboratorium atau

pemeriksaan diagnosa lain.

c. A (Assesment)

Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil analisa dan

interprestasi data subyektif dan objektif suatu identifikasi.

d. P (Planning)

11
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan

dan evaluasi berdasarkan assesment sebagai langkah V, VI, VII

Varney

12
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA AKSEPTOR KB IUD
PADA NY. D UMUR 33 TAHUN P2A0AH2
DI PUSKESMAS MLATI II

Tanggal/ jam : 7 Maret 2019/ 09.30 WIB


No.Rm : 013227
Oleh : Rika Gustin Ayu Dwi Prtamawati

Identitas
Nama Ny. D Tn. K
Umur 33 TH 35 tahun
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Jawa/ Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Tirtoadi, Mlati -
No.Hp 0856 7821 xxxx
A. Data Subjektif
1. Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memakai alat kontrasepsi IUD
2. Keluahan utama
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
3. Riwayat menstrasi
Menarce : 12 tahun Banyak : 2-3x ganti pembalut
Siklus : 28 hari Keluhan : tidak ada keluhan
Lama : 6 hari

13
4. Riwayat pernikahan
Ibu mengatakan ini pernikahan pertamanya, dengan suami yang sekarang
secara sah, umur pernikahan 10 tahun.
5. Riwayat obstetric
P2A0Ah2
6. Riwayat kehamilan persalinan, nifas yang lalu

Hamil Persalinan Anak Nifas


Ke Tah UK J. Oleh Temp Komp Jk BB PB H/M Lakta Komplik
un Prsln at likasi si asi
1 2010 39 Norm Bida Puske Tidak Pr 2700 48 H ASI Tidak
minggu al n smas ada gr cm ada

2. 2017 39 norma bida bidan - 3300 49


minggu l n cm
7. Riwayat kontrasepsi

N Jenis Pasang Lepas


o kontrasepsi Tahun Oleh Tempat Keluhan Tahun Oleh Tempat Alasan
1 Suntik 2011 Bidan Puskesm Haid tidak 2015 Bidan Puskesmas Nambah
3 bulan as teratur anak

8. Riwayat kesehatan
a. Ibu mengatakan tidak sedang/ pernah mempunyai riwayat menyakit
menular seksual (HIV/AIDS) PMS, Menurun (asma, DM, Hipertensi)
menahun (jantung), serta tidak mempunyai riwayat penyakit kanker.
Tidak memiliki riwayat alergi.

14
b. Ibu mengatakan tidak sedang/ pernah memiliki penyakit gangguan
reproduksi seperti kehamilan ektopik, nyeri pada saat haid, IMS,
kanker serviks, serta abortus.
c. Ibu mengatakan bahwa keluarga baik dari pihak suami maupun istri
tidak mempunyai riwata menyakit menular seksual (HIV/AIDS) PMS,
Menurun (asma, DM, Hipertensi) menahun (jantung), serta tidak
mempunyai riwayat penyakit kanker.
9. Pola kebutuhan sehari-hari.
a. Nutrisi
1) Makan : 3x/hari, 1 piring sedang, nasi,sayur, lauk, tidak ada
keluhan.
2) Minum : 6-7x/hari gelas sedang, air putih, teh, tidak ada keluhan.
b. Eliminasi
1) BAB : 1x/hari, konsistensi lunak, warna dan bau khas feses, tidak
ada keluhan.
2) BAK : 7-8x.hari, konsistensi cair warna dan bau khas urin tidak
ada keluhan.
c. Aktivitas
Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga di dalam kehidupan sehari-hari,
memasak, menyuci, mengurus anak dan ibu di bantu oleh suami.Istirahat
Tidur siang 2 jam , tidur malam 8 jam ,tidak ada keluhan.
d. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi dan gosok gigi 2 kali/ hari, keramas 3kali/
minggu, ganti pakaian 2-3 kali/ hari, ganti celana dalam jika merasa
lembab.
e. Seksualitas
Ibu mengatakan berhubungan seksual 2-3kali/ minggu, tidak ada keluhan.
10. Kebisaan yang merugikan
Ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum jamu, dan tidak
mengkonsumsi obat-obatan terlarang.
11. Riwayat psikososial dan spiritual

15
a. Ibu mengatakan suami mendukung menggunakan Kb IUD ini.
b. Ibu mengatakan rencana memiliki anak 2
c. Ibu mengatakan tujuan menggunakan KB IUD untuk menjarangkan
kehamilan.
d. Ibu mengatakan memiliki jaminan kesehatan yaitu, Kartu Indonesia
Sehat ( KIS)
e. Ibu mengatakan menjalankan syariat islam.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis.
2. Tanda vital
a. TD : 120/70 MmHg
b. N : 82x/mnt
c. R : 24x/mnt
d. S : 36,6 0 C
3. Antopometri
BB : 51 Kg, Tb : 159 cm.
4. Pemeriksaan Fisik

Kepala Mesocepal, rambut bersih, tidak rontok


Muka Tidak ada odema , tidak pucat
Hidung Bersih, tidak ada polip
Mulut Tidak pucat , tidak ada karies gigi
Telinga Simetris , tidak ada serumen
Lehel Tidak ada pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe, dan tiroid
Dada Payudara semitris, tidak ada pemebesaran abnormal, puting
susu menonjol.
Abdomen Tidak ada bekas luka operasi, tidak terdapat massa dan tidak
nyeri tekan

16
Genetalia Bersih, tidak ada keputihan , tidak ada varises , tidak ada tidak
ada odema, tidak ada tanda- tanda infeksi .
Ektremitas Bagian atas simetris, kuku bersih, tidak panjang, tidak ada
odema
Bagian bawah simetris, kuku bersih, tidak panjang, tidak ada
odema, tidak ada varises

5. Pemeriksaam penunjang
Tidak ada
C. ANALISA
Ny. D umur 33 tahun P2A0Ah2 akseptor KB IUD

PENATALAKSAAN Tanggal/ jam : 7 Maret 2019/ 10.20 WIB


1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keadaan umum ibu baik. Dan setelah
dilakukan pemeriksaan ibu bisa mengguanakan KB IUD
Ibu mengerti dan ibu merasa senang
2. Memberikan informed consent terlebih dahulu kepada ibu dan suami
sebelum dilakukan pemasangan IUD
Ibu dan suami sudah mendatangani informed consent
3. Memberitahukan kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian KB IUD.
Keuntungan : efektifitasnya tinggi, efektif segera setelah pemasangan,
tidak mempengaruhi hubungan, tidak ada efek samping
hormonal.
Kerugian : perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama
pemakaian), haid lebih lama dan banyak, saat haid lebih
sakit.
Ibu mengerti tentang penjelasan keuntungan serta kerugian KB IUD.
4. Melakukan pemasangan IUD
a. Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih, memposisikan
ibu dalam tempat yang sudah disiapkan, ibu dalam posisi litotomi.

17
E : Ibu sudah mencuci kemaluan, dan posisi litotomi.
b. Menyiapkan alat-alat untuk pemasangan IUD
E : Alat dan tempat sudah siap.
c. Menyalakan lampu sorot, memakai sarung tangan
E : sudah dilakukan .
d. Melakukan vulva hygiene, memasukan spekulum dan melihat
keadaan serviks dan vagina. Vagina dalam keadaan baik
E : Gerakan serviks bebas, tidak ada tumor.
e. Mengusap vagina dan serviks dengan larutan anti septik 2 sampai 3
kali, vagina dan serviks sudah bersih
E : Sudah dilakukan.
f. Memasukan sonde uterus dengan teknik tidak menyentuh, dan
kedalaman kavum uteri 7 cm
E : Posisi uterus anatefleksi ukuran 8cm.
g. Menggeser biru pada tabung inserter, sesuai dengan kedalaman
uterus, kemudian membyka seluruh plastik penutup kemasan
E : sudah dilakukan.
h. Masukan tabung inserter kedalam uterus sampai leher biru
menyentuh serviks atau sampai terasa adanya tahanan.
E: Sudah dilakukan
i. Memasang IUD dengan menggunakan teknik withdrawel yaitu
menarik keluar tabung inserter sampai pangkal pendorong dengan
tetap menahan pendorong.
E : IUD sudah terpasang
j. Mengoleskan antiseptik 1-2 kali untuk menghentikan perdarahan
E :sudah dilakukan selam 30 detik
k. Melepaskan spekulum dan meminta ibu untuk menarik nafas
panjang.
E: Sudah dilepas
l. Menyampaikan kepada pasien bahwa pemasangan sudah selesai
E: Sudah disampaikan dan iu merasa lega

18
m. Mengobservasi keadaan umum ibu selama 15 menit.
E : Keadaan umum ibu baik dan boleh pulang.
5. Membereskan peralatan, mematikan lampu, merendam peralatan ke
dalam larutan klorin 0,5% seama 10 menit, dan membuang sampah
sesuai dengan jenisnya.
Sudah dilakukan dekontaminasi
6. Memberitahukan kepada ibu untuk mengecek benang sendiri, setelah
mandi dengan cara jongkok atau berdiri dengan kaki dinaikan ke atas
dan memasukan jari untuk merasakan masih teraba benang.
Ibu mengerti dan bersedia mengecek benang sendiri
7. Memberitahukan kepada ibu tentang efek samping seperti perubahan
siklus haid (3 bulan pertama setelah pemasangan) adanya bercak darah,
haid lebih lama dan banyak, itu merupakan hal yang wajar, akan tetapi
jika ibu mengalami merasa sakit yang hebat pada perut, perdarahan yang
banyak, pusing yang sangat hebat, ibu segera kembali ke tenaga
kesehatan.
Ibu mengerti dengan efek samping yang dijelaskan bidan dan bersedia
kembali
8. Memberikan ibu therapy obat yaitu asmet 3 x 1 sebanyak 10 tablet.
Sudah diberikan.
9. Memberitahukan kepada ibu kunjungan ulang 3 hari setelah pemasangan
ataupu ketika ada keluhan,
Ibu mengerti dan bersedia kembali.
10. Melakukan Pendokumentasian di K1, K4 serta rekam medis.
Sudah dilakukan pendokumentasian.
11. Memberikan K1 kepada ibu.
K1 sudah dengan ibu.

19
BAB IV
PEMBAHASAAN

IUD (Intra Uterina Device) adalah suatu benda kecil yang terbuat dari
plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon
dan dimasukkan kedalam rahim melalui vagina dan mempunya benang. IUD
merupakan suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dpakai oleh semua perempuan
usia reproduktif (Merliam, 2014)
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.D umur 33 tahun akseptor KB IUD
bahwa ibu menginginkan memakai alat kontrasepsi IUD. Ny.D memilih KB IUD
dikarenakan ingin mengatur jarak kehamilan yang berjangka panjang tanpa
memiliki efek samping terhadap haid yang tidak teratur, dalam hal ini secara
umum Ny. D sudah memahami alat kontrasepsi IUD, dan Ny. D setelah dilakukan
pengkajian tidak pernah atau sedang menderita penyakit gangguan reproduksi.
Dikarenakan keadaan tersebut yang tidak diperbolehkan menggunakan IUD
(AKDR), setelah dilakukan penapisan Ny. D bisa menggunakan KB IUD.
Setelah penulis melakukan observasi dalam tekhnik pemasangan AKDR di
Puskesmas Kraton Yogyakarta yang dilakukan pada Ny. D, tidak terdapat
kesenjangan antara teori dengan lahan praktek, perbedaannya terlihat untuk
penggunaan bengkok yang diganti dengan kantong plastik agar memudahkan dan
praktis pada saat pembuangan sampah.
Berdasarkan jurnal Gambaran Pola Menstruasi pada Akseptori Intra Uterin
Device (IUD) di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang (2014) hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu pemakai Intra Uterin Device
(IUD) di Puskesmas Kedungmundu Semarang termasuk rendah karena sebagian
responden berpendidikan dasar (SD - SMP). Pengetahuan tentang KB IUD
meliputi cara kerja IUD, keuntungan dan kerugian serta efek samping pada pola
menstruasinya diperoleh ibu melalui bidan pada saat pemeriksaan kehamilan atau
pada waktu akan melakukan pemasangan KB IUD ( Asria, dkk, 2014).

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam pengkajian didapat data subyektif yaitu ibu menginginkan


memakai alat kontrasepsi jangka panjang yakni AKDR, yang tidak
mengganggu siklus haid, ibu sudah mantap memilih alat kontrasepsi ini
dan sudah mendapatkan izin dari suami, setelah dilakukan penapisan ibu
tidak pernah atau sedang menderita penyakit yang menjadi tidak
diperkenankan menggunakan AKDR dan ibu sudah dipastikan tidak hamil.
Sedangkan data obyektif didapatkan hasil bahwa keadaan umum ibu baik,
TD: 120/70 mmHg, N: 82x/menit, S:36,6ºC, R: 24 x/menit. BB: 51kg.

1. Tindakan segera pada kasus ini adalah melakuakan penapisan awal


untuk akseptor baru KB IUD
2. Pada kasus ini, perencanaan yang dapat penulis buat adalah
memberikan informed consent, memberikan KIE tentang keuntungan
dan kerugian dari KB IUD, menjelaskan tehnik pemasangan IUD,
melakukan pemasangan IUD.
3. Pada kasus ini pelaksanaan yang di dapat penulis lakukan adalah sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat
4. Hasil evaluasi yang didapatkan, ibu tidak mengalami ketidaknyaman
saat pemasangan dikarenakan pemasangan sesuai dengan teori yang
ada. Untuk melihat keberhasilan dari pemasangan ibu diminta untuk
datang kembali 3 hari setelah pemasangan

21
B. Saran
Diharapkan petugas kesehatan khususnya bidan untuk lebih
meningkatkan pemberian konseling pada klien mengenai efek samping
yang timbul setelah pemakaian IUD sehingga dapat mengurangi
kecemasan, dan klien dapat memeriksa benang AKDR secara teratur
terutama setelah haid.

22
DAFTAR PUSTAKA

ILUNI FKUI. 2010. Keluarga Berencana

Imbarwati. 2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD


Pada Peserta KB Non IUD

Kusmarjadi, Didi. 2010. KB IUD

Maryani, Heti. 2004. Cara Tepat Memilih Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana
Bagi Wanita, (internet). 5th October.

Nomleni, Merliam. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat


kontrasepsi intra uterine device (IUD) pada ibu post partum normal. Jurnal
ilmiah kesehatan diagnosis volume 4 nomor 4.

Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal.


Yayasan Bina Pustaka : Jakarta.

Asrria, Dkk. 2014. Gambaran Pola Menstruasi pada Akseptori Intra Uterin
Device (IUD) di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang .
Jurnal Keperawatan Maternitas.

23

Anda mungkin juga menyukai