Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MATERNITAS

AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim )

Disusun oleh :

1. Khamidatul Istikanah ( 7121010 )


2. Putri Dila Nur Auliya ( 7121011 )
3. Kurotul Akyun ( 7121012 )

PROGRAM STUDI ILMU DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM JOMBANG

2022-2023
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Merencanakan kehamilan merupakan bagian penting dalam membentuk keluarga
bahagia dan sejahtera. Salah satu solusinya adalah melalui pemakaian alat kontrasepsi
yang dianggap sebagai upaya jitu menekan ledakan populasi penduduk.

Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari
mewujudkan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk
mewujudkan”keluarga berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah yang
sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan,
bertanggung jawab, harmonis dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saefuddin,
2003).

Berdasarkan visi dan misi tersebut, program keluarga berencana nasional


mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Dalam
kontribusi tersebut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah
mewujudkan keberhasilannya selain berhasil menurunkan angka kelahiran dan
pertumbuhan penduduk, juga terpenting adalah keberhasilan mengubah sikap mental dasn
perilaku masyarakat dalamupaya membangun keluarga berkualitas Dari masa ke masa,
alat kontrasepsi terus berkembang. Di samping fungsi utama sebagai pencegah
kehamilan, alat kontrasepsi masa kini kian disempurnakan dengan menambahkan
manfaat nonkontrasepsi yang ditujukan bagi kenyamanan penggunanya.

Salah satu alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang mengalami perkembangan
cukup signifikan adalah IUD atau dikenal dengan spiral. IUD ditanamkan di dalam rahim
dan bekerja menghambat pembuahan melalui sistem mekanik. Alat kontrasepsi dalam
rahim (AKDR) sekarang ini diyakini sebagai salah satu alat yang secara efektif mampu
menghindari terjadinya kehamilan dalam rentang waktu yang cukup panjang (2- 6 tahun).

Namun begitu tidak semua klien berminat terhadap alat kontrasepsi AKDR
dikarenakan berbagai alasan yang berbeda-beda seperti takut efek samping, takut proses
pemasangan , dilarang oleh suami, dan kurang mengetahui tentang KB AKDR. Adapun
berbagai pertimbangan yang harus diperhatikan oleh akseptor KB agar tidak terjadi alah
persepsi setelah pemasangan yaitu pengetahuan akseptor KB tentang persyaratan dan
keamanan metode kontrasepsi, status kesehatan klien sebelum berKB, tahu efek samping,
konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang
direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang lain.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana pengertian dari ARDS itu?
2. Apa saja komposisi dari ARDS ?
3. Bagaimana cara penggunaan ARDS ?
4. Apa keuntungan dan kerugian dari ARDS ?
5. Bagaimana kontra indikasi dari ARDS ?
6. Apa saja manfaat dari ARDS ?

1.3 Tujuan
Setelah penyusunan makalah ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami tentang
gambaran umum pelayanan kontrasepsi KB terutama AKDR.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua saluran yang
menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik
polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak. Pemasangan dilakukan
dalam 10 menit setelah plasenta lahir (pada persalinan normal). Pada persalinan caesar,
dipasang pada waktu operasi caesar (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Intra Uterine Device atau yang biasa dikenal dengan IUD merupakan alat kontrasepsi
berbentuk kecil, silastis, dengan lengan atau kawat tembaga disekitarnya yang dipasang
di dalam rahim yang memberikan perlindungan jangka panjang terhadap kehamilan
(BKKBN, 2017). Secara umum sama pengertiannya antara IUD dengan IUD paska
plasenta hanya terdapat perbedaan cara pemasangannya saja. IUD paska plasenta
dipasang setelah 10 menit plasenta lahir atau jika dalam operasi secar segera sebelum
penjahitan Rahim
a. Jenis
Saat ini IUD (Intra Uterin Device) yang umum beredar dan digunakan adalah :
1) IUD (Intra Uterin Device) terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan pada
lengan dan batang IUD (Intra Uterin Device) terdapat tembaga.
2) IUD (Intra Uterin Device) Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga.
Pada ujung lengan bentuk agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanay
ada di batangnya.
3) IUD (Intra Uterin Device) Mirena, terbentuk dari rangka plastic yang dikelilingi
oleh silinderpelepas hormone progesteron yang bisa dipakai oleh ibu menyusui
karena tidak menghambat ASI (Mulyani dan Rinawati, 2013).
b. Cara Kerja
Cara kerja IUD (Intra Uterin Device) adalah mencegah terjadinya pembuahan dan
mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi (Mulyani dan Rinawati,
2013).
c. Keuntungan
Keuntungan penggunaan MKJP jenis IUD yakni hanya memerlukan satu kali
pemasangan untuk jangka waktu yang lama dengan biaya yang relatif murah, aman
karena tidak mempunyai pengaruh sistemik yang beredar ke seluruh tubuh, tidak
mempengaruhi produksi ASI dan kesuburan (Azijah et al., 2020). Pemasangan
Kontrasepsi IUD dapat dilakukan pada saat sedang haid yang berlangsung saat hari
pertama atau terakhir, sewaktu postpartum secara dini, secara langsung dan tidak
langsung (Triyanto dan Indriani, 2019).
d. Kekurangan
1) Tidak bisa melindungi dari penyakit menular seksual.
2) Meningkatkan risiko menoragia atau perdarahan menstruasi yang berlebihan.
3) Jika seorang wanita terkena penyakit menular seksual saat memakai KB jenis ini,
risiko penyakit radang panggul dapat meningkat jika tidak segera mendapatkan
pengobatan.
4) Ada risiko kehamilan ektopik yang lebih tinggi jika pembuahan terjadi dengan
IUD in situ, meskipun kehamilan sangat jarang dengan metode ini.
e. Indikasi
Indikasi IUD (Intra Uterin Device) IUD (Intra Uterin Device) dapat digunakan pada
wanita usia reproduksi, menginginkan kontrasepsi jangka panjang, setelah
melahirkan, ibu yang menyusui, risko rendah IMS (Infeksi Menular Seksual), dan
tidak menghendaki metode hormonal (Mega dan Wijayanegara, 2017).

f. Kontraindikasi
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Sedang menderita penyakit genetalia
4) Sering ganti pasangan
5) Kanker genetalia atau payudara (Arum dan Sujiyati, 2011)

2.2 Metode Operasi Wanita ( MOW )


Kontrasepsi metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi atau juga dapat
disebut sterilisasi adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur sehingga sel
telur tidak dapat melewati saluran telur sehingga sel telur tidak bertemu dengan sperma
laki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100
prempuan selama tahun pertama penggunaan) dan efektif 6-10 minggu setelah operasi
(Triyanto dan Indriani, 2019)
a. Cara kerja
Cara kerja tubektomi adalah dengan mengikat tuba falopi sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum (Mega dan Wijayanegara, 2017).
b. Indikasi tubektomi
1) Umur lebih dari 26 tahun
2) Anak lebih dari 2 orang
3) Yakin telah mempunyai keluarga dengan jumlah yang diinginkan
4) Ibu pasca persalinan
5) Pasien paham dan setuju dengan prosedur tubektomi terutama pengetahuan
pasangan tentang cara-cara kontrasepsi ini dengan risiko dan sifat permanennya
kontrasepsi ini (Mulyani dan Rinawati, 2013).
c. Kontraindikasi tubektomi.
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervagina yang tidak diketahui penyebabnya
3) Belum memberikan persetujuan tertulis
4) Tidak boleh menjalani prosespembedahan
5) Usia di bawah 30 tahun yang belum dan masih ingin memiliki anak (Mega dan
Wijayanegara, 2017).
d. Keuntungan
1) tidak harus ingat untuk minum pil setiap hari dalam pelaksanaan program
keluarga berencana (KB)
2) Setelah prosedur tubektomi selesai, itu adalah bentuk pengendalian kelahiran yang
sangat efektif
3) Tubektomi tidak mengganggu hubungan seksual
4) Tidak ada efek samping jangka panjang yang signifikan
e. Kerugian
1) Karena tuberktomi bersifat permanen dan sulit untuk dikembalikan, beberapa
orang menyesal melakukannya, terutama jika keadaan mereka berubah
2) Tubektomi tidak melindungi dari penyakit menular seksual (PMS), termasuk
infeksi human immunodeficiency virus (HIV)
3) Ada kemungkinan komplikasi terkait operasi jangka pendek seperti
ketidaknyamanan, infeksi, memar atau perdarahan di lokasi operasi, dan
kemungkinan reaksi terhadap anestesi
4) Saluran tuba bisa tersambung kembali, tapi ini sangat jarang terjadi

2.3 Metode Operasi Pria ( MOP)


Metode operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi kecil yang
lebih ringan dari pada sunat/khitanan pada pria. Bekas operasi hanya berupa satu luka di
tengah atau luka kecil di kanan kiri kantong zakar (kantung buah pelir) atau scrotum.
Vasektomi berguna untuk menghalangi transport spermatozoa (sel mani) di pipa-pipa sel
mani pria (saluran mani pria) (Mega dan Wijayanegara, 2017).

a. Keuntungan
1) Tidak ada kematian
2) Pasien tidak perlu dirawat di Rumah Sakit
3) Dilakukan anatesi local
4) Tidak mengganggu hubungan sex
5) Tidak memerlukan biaya banyak
b. Kekurangan
1) Harus dilakukan pembedahan
2) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin memiliki anak
3) Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan, nyeri, dan infeksi).
4) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS
(Mulyani dan Rinawati, 2013).
c. Kontraindikasi
1) Jika ada peradangan pada kulit sekitar skrotum sebaiknya disembuhkan terlebih
dahulu
2) Penderita Hernia
3) Perdarahan
4) Hematoma
5) Keadaan jiwa tidak stabil (Mega dan Wijayanegara, 2017).
d. Indikasi
1) Pasangan yang sudah tidak ingin menambah jumlah anak.
2) Istri yang tergolong sebagai kelompok yang berisiko tinggi untuk hamil atau
untuk suami yang istrinya tidak dapat dilakukan minilaparotomi atau laparoskopi.
3) Akibat usia atau kesehatan pihak istri termasuk risiko untuk hamil.
4) Pasangan yang telah gagal dengan kontasepsi lain.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun pengertian dari KB yaitu tindakan yang membantu individu atau pasngan
untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval kelahiran,
mengontrol kartu keturunan dalam hubungan dengan umur pasanngan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. Pengertian dari kontrasepsi adalah cara untuk
mencegah terjadinya konsepsi yaitu bertemunya sel sperme dan ovum. Dalam pelayanan
KB ada berbagaimacam cara untuk mencegah konsepsi salah satunya dengan
menggunakan AKDR.
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang
lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang Dalam penggunaan AKDR juga
terdapat manfaat, keuntungan serta kerugian dari penggunaan AKDR tersebut.
alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang mengalami perkembangan cukup signifikan
adalah IUD atau dikenal dengan spiral. IUD ditanamkan di dalam rahim dan bekerja
menghambat pembuahan melalui sistem mekanik. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
sekarang ini diyakini sebagai salah satu alat yang secara efektif mampu menghindari
terjadinya kehamilan dalam rentang waktu yang cukup panjang (2- 6 tahun).

3.2 Saran
1. Bagi pengguna alat kontrasepsi AKDR
Pengguna hendaknya mengetahui terlebih dahulu alat kontrasepsi yang akan di
pakai dengan cara bertanya hal yang ingin diketahui ke tenaga kesehatan.
2. Bagi tenaga Kesehatan
a) Sebagai tenaga kesehatan hendakna meningkatkan keterampilannya memasang
AKDR yang baik dan sesuai prosedur.
b) Sebelum memasang AKDR pada klien jangan lupa untuk melakukan
infomconsent pada klien.
DAFTAR PUSTAKA
YANI, LINDA. "HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN
METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS BERANDAN KECAMATAN
BABALAN TAHUN 2018."
Wulan, Ayi Dayu. "Pengaruh Konseling KB Terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Nifas Di
BLUD UPT Puskesmas Kaduhejo Tahun 2022: The Effect of Family Planning Counseling on the
Selection of Contraceptive Devices for Postpartum Mothers at the UPT Health Center Kaduhejo BLUD in
2022." Indonesian Scholar Journal of Nursing and Midwifery Science (ISJNMS) 2.04 (2022): 624-630.
Rizkitama, Afnita Ayu, and Fitri Indrawanti. "Hubungan Pengetahuan, Persepsi, Sosial Budaya Dengan
Peran Aktif Pria Dalam Vasektomi di Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Tahun 2011-
2012." Unnes Journal of Public Health 4.1 (2015).

Anda mungkin juga menyukai