Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KB IUD

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim.Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam
kontrasepsi.Metode dalam kontrasepsi tidak ada satupun yang efektif secara
menyeluruh.Meskipun begitu, beberapa metode dapat lebih efektif
dibandingkan metode lainnya. Efektivitas metode kontrasepsi yang
digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan instruksi.
Perbedaan keberhasilan metode juga tergantung pada tipikal penggunaan
(yang terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna (mengikuti
semua instruksi dengan benar dan tepat) (Everett, 2007)
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu alat yang dimasukaan ke
dalam rahim wanita untuk tujuan kontrasepsi.AKDR adalah suatu usaha
pencegahan kehamilan dengan menggunakan secarik kertas, diikat dengan
benang lalu dimasukan ke dalam rongga panggul.AKDR atau IUD atau
Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastic yang lentur,
mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukan ke
dalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat yang terbuat dari
bahan yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke
dalam rahim oleh bidan atau dokter yang terlatih.Sebaiknya dipasang setelah
haid atau 40 hari setelah melahirkan (BKKBN, 2009).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa AKDR atau
IUD merupakan alat yang terbuat dari bahan plastik dan tembaga yang diikat
dengan benang untuk dimasukkan kedalam rahim sebagai suatu usaha
pencegahan kehamilan.
2. Jenis-Jenis KB
Menurut Hartanto (2004) macam-macam metode kontrasepsi
antara lain :
a. Metode Sederhana
1) Tanpa alat
a) KB alamiah
b) Coitus interuptus

1
2) Dengan alat
a) Mekanis (barrier)
b) Kimiawi
b. Metode Modern
1) Kontrasepsi hormonal
a) Peroral : pil oral kombinasi (POK), mini-pil, Morning-after pill
b) Injeksi / suntikan : DMPA, NET-EN, Microsheres, Microcapsules
c) sub-kutis : implant
2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
3) Kontrasepsi mantap

3. Jenis-Jenis KB IUD
Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di
Indonesia antara lain:

a. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada
bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus.Lilitan kawat
tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan)
yang cukup baik.
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan
tembaga halus pada jenis Coper-T.
c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung
atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga
dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan
mini.
d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral
atau huruf S bersambung.Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang
pada ekornya.Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut

2
ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang
biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm
(benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D.
Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan
lain dari spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan
luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

4. Cara Kerja Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c. Alat kontrasepsi dalam rahim mampu mencegah sperma dan ovum untuk
bertemu.
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus (BKKBN,
2006).

5. Effektivitas
Menurut Handayani (2010 ), alat kontrasepsi dalam rahim memiliki
efektivitas antara lain :
a. Efektivitas dari alat kontrasepsi dalam rahim dinyatakan dalam angka
kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama alat kontrasepsi dalam
rahim tetap tinggal in-utero tanpa ekspulsi spontan, terjadinya
kehamilan dan pengangkatan / pengeluaran karena alasan medis atau
pribadi.
b. Efektivitas dari alat kontrasepsi dalam rahim tergantung pada :
1) Ukuran, bentuk, dan mengandung tembaga (Cu) atau Progesterone.
2) Aseptor
a) Umur : Semakin tua usia, semakin rendah angka kehamilan,
ekspulsi dan pengangkatan / pengeluaran alat kontrasepsi dalam
rahim.
b) Paritas : Semakin muda usia, terutama pada nulligravid, semakin
tinggi angka ekspulsi dan pengangkatan / pengeluaran alat
kontrasepsi dalam rahim.
c) Frekuensi senggama.
c. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6 - 0,8
kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama yaitu 1 kegagalan
dalam 125 - 170 kehamilan.

3
6. Keuntungan dan Kekurangan alat Kontrasepsi dalam Rahim
Keuntungan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
a. Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif 0,6-0,8
kehamilan / 100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan
dalam 125-170 kehamilan).
b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
c. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT- 380A dan tidak
perlu diganti).
d. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat - ingat.
e. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
f. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil.
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan alat kontrasepsi dalam
rahim jenis CuT- 380A.
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dan
tidak terjadi infeksi.
j. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
k. Membantu mencegah kehamilan ektopik (BKKBN, 2006)

Kerugian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim


Menurut Glasier (2005), kerugian dari pemakaian alat kontrasepsi dalam
rahim antara lain:
a. Pola Perdarahan Menstruasi
Efek samping yang sering terjadi pada pemakai alat kontrasepsi dalam
rahim jenis tembaga adalah pola perdarahan menstruasi yang lebih
banyak dan lebih lama.Lebih dari 10 % pemakai alat kontrasepsi
dalam rahim melaporkan gangguan menstruasi.Pengeluaran atas
alasan medis, terutama akibat peningkatan banyaknya darah
menstruasi, nyeri, dan bercak darah antar-menstruasi adalah sekitar
4% per tahun.
b. Infeksi
Angka PRP (penyakit radang panggul) pada pemakai alat kontrasepsi
dalam rahim adalah 1,4 - 1,6 kasus per 1000 wanita selama tahun
pemakaian. Resiko ini meningkat selama 20 hari pemakaian (9,7 per
1000). Hal ini berkaitan dengan masuknya organisme infektif

4
kedalam rongga rahim saat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim,
terutama pemasangan tidak mengikuti prosedur aseptik yang benar.
c. Ekspulsi
Alat kontrasepsi dalam rahim dapat berpindah atau keluar dari rongga
rahim secara spontan. Angka ekspulsi spontan alat kontrasepsi dalam
rahim jenis LNG-IUS berkisar dari 3 - 10 % pada tahun pemakaian,
bergantung pada usia dan paritas pemakai, waktu pemasangan dan
tipe alat kontrasepsi dalam rahim, dan keahlian petugas yang
memasang alat tersebut.
d. Perforasi
Perforasi uterus merupakan kejadian yang jarang (kurang dari 1 dalam
1000 pemasangan) dan berkaitan dengan tipe alat kontrasepsi dalam
rahim, teknik pemasangan, dan keterampilan petugas.Resiko perforasi
fundus lebih besar pada awal periode pascapartum sebelum uterus
mengalami involusi sempurna.

7. Persyaratan Pemakaian Alat Kontrasepsi dalam Rahim


a. Indikasi
1) Usia reproduksi.
2) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
3) Resiko rendah dari IMS
4) Tidak menghendaki metode hormonal.
5) Tidak menyukai untuk mengingat minum pil setiap hari.
6) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama (BKKBN,
2006).
b. Kontraindikasi
1) Diketahui atau dicurigai hamil
2) Perdarahan vagina abnormal yang belum di diagnosis.
3) Dicurigai mengidap keganasan saluran genital
4) Rongga uterus yang mengalami distorsi hebat sehingga pemasangan
atau penempatan sulit dilakukan misalnya fibroid besar (Suzanne,
2007).

8. Efek samping dan komplikasi


Menurut Varney (2006, hlm. 451), efek samping dan komplikasi pemasangan
alat kontrasepsi dalam rahim antara lain :

5
1. Efek samping yang umum terjadi :
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 8 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan banyak.
c. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d. Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain :
a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar).
3. Sinkop vasovagal saat pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim.
4. Keram, nyeri punggung bagian bawah terjadi bersamaan selama beberapa
hari setelah pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim.
5. Dismenorea, terutama yang terjadi selama satu sampai tiga bulan pertama
setelah pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim.
6. Gangguan menstruasi (menoragia, mentroragia, amenore, oligomenorea).
7. Benang alat kontrasepsi dalam rahim hilang, karna terlalu panjang atau
terlalu pendek.
8. Kehamilan ektopik. Masalah lain yang mungkin timbul yaitu :
a. Benang hilang.
b. Resiko infeksi panggul (hingga 20 hari pasca - insersi).
c. Perforasi uterus (jarang terjadi).
d. Ekspulsi spontan
5. Kehamilan ektopik
6. Abortus spontan
7. Gangguan / rasa tidak nyaman akibat benang saat sanggama.

9. Waktu Pemasanggan Alat Kontrasepsi dalam Rahim


a. Insersi Interval
1) Kebijakan lama : Insersi alat kontrasepsi dalam rahim dilakukan segera
sesudah haid. Hal ini dikarenakan ostium uteri lebih terbuka, canalis
cervikalis lunak, perdarahan yang timbul karena prosedur insersi,
tertutup oleh perdarahan haid yang normal, wanita pasti tidak hamil
tetapi akhirnya kebijakan ini ditinggalkan karena infeksi dan ekspulsi

6
lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid. Dilatasi canalis servikalis
adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid-siklus sehingga
mempermudahkan calon akseptor pada setiap ia datang ke klinik KB.
2) Kebijakan sekarang : Insersi alat kontrasepsi dalam rahim dapat
dilakukan setiap saat dari siklus haid dan tidak dalam keadaan hamil.
b. Insersi Post-Partum
Insersi alat kontraseepsi dalam rahim aman dalam beberapa hari post-
partum, hanya kerugian paling besar adalah angka kejadianeksplusi yang
sangan tinggi.tetapimenurut penelitian di Singapura, saat yang terbaik
adalah delapan minggu post-partum. Hal ini dikarenakan antara empat
sampai delapan minggu post-partum, hal ini dikarenakan antara empat
sampai delapan minggu post-partum bahaya perforasi tinggi sekali.
c. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak
ada gejala infeksi.
d. Dipasangkan maksimal setelah 5 hari senggama yang tidak dilindungi
(Handayani, 2010).
Petunjuk bagi klien :
1. Kembali memeriksakan diri setelah 4 sampai 6 minggu pemasangan alat
kontrasepsi dalam rahim.
2. Selama bulan pertama menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim,
periksalah benang alat kontrasepsi dalam rahim secara rutin terutama
setelah haid.
3. setelah bulan pertama pemasangan, hanya perlu memeriksa keberadaan
benang setelah haid apabila mengalami :
a. Kram / kejang di perut bagian bawah.
b. Perdarahan (spotting) di antara haid atau setelah senggama.
c. Nyeri setelah senggama atau apabila pasangan mengalami tidak
nyaman selama melakukan hubungan seksual.
d. Alat kontrasepsi dalam rahim jnis CuT-380A perlu dilepas setelah 10
tahun pemasangan, atau lebih awal apabila diinginkan.
e. Kembali ke klinik apabila :
1) Tidak dapat meraba benang alat kontrasepsi dalam rahim berarti
alat kontrasepsi dalam rahim lepas.
2) Terjadi pengeluaran cairan dari vagina yang mencurigakan.
3) Adanya infeksi (BKKBN, 2010).

7
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Handayani, 2010data umum klien berisi data-data pribadi klien
seperti nama, usia, status perkawinan dan alamat.
a. Alasan datang
Alasan datang merupakan tujuan utama dari kunjungan klien ke klinik
pelayanan kesehatan
b. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan-keluhan yang dirasakan klien pada
saat pengkajian.
c. Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan sebelumnya dapat menjadi acuan maupun
pertimbanganterhadap penyakit yang dialami klien saat ini.
d. Riwayat penggunaan KB
Riwayat penggunaan KB bertujuan untuk mengetahui pengalaman-
pengalaman klien dalam penggunaan KB dan reaksi yang ditimbulkan
tubuh
e. Pengkajian Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital menandakan tingkat kesehatan klien secara umum,
dimanatanda-tanda vital ini meliputi tekanan darah, pernapasan, nadi,
dan suhu.
f. Pemeriksaan fisik 
Pemeriksaan fisik difokuskan pada organ genetelia karena pemasangan
IUD akan berhubungan langsung dengan organ genetelia.

2. Diagnose yangmungkin muncul


Berikut diagnose keperawatan yang mungkin muncul pada ibu pengguna KB
IUD menurut Handayani, 2010:
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kondisi, kebutuhan
tindakan dan pemilihan yang tepat tentang alat kontrasepsi
b. Ansietas berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan
akibat pemasangan / pemakaian alat KB

8
3. Intervensi
Diagnose Keperawatan NOC NIC RASIONAL
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. HE tentang Keluarga Berencana 1. Memberikan informasi untuk
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x pertemuan (KB) meliputi tujuan KB, sasaran membantu klien/pasangan
kondisi, kebutuhan diharapkan pengetahuan klien tentang KB, metode yang efektif memahami dan memutuskan
tindakan dan pemilihan alat kontrasepsi bertambah dengan sesuatu
yang tepat tentang alat criteria hasil: 2. Kaji tingkat pengetahuan 2. Memberikan informasi yang
kontrasepsi a. Mampu memilih alat kontrasepsi klien/pasangan, kesiapan dan perlu untuk mengembangkan
yang sesuai kemampuan untuk belajar. rencana perawatan
b. Mampu menyebutkan manfaat dari Dengarkan , bicara dengan tenang
penggunaan alat kontrasepsi (KB) dan berikan waktu untuk bertanya
dan meninjau materi
3. Diskusikan dengan klien/pasangan 3. Memungkinkan klien/pasangan
implikasi jangka pendek dan untuk membuat keputusan
jangka panjang penggunaan alat berdasarkan informasi
kontrasepsi
4. Kolaborasi dengan dokter untuk 4. Membantu mengurangi risiko
pemilihan yang tepat dan terapi terganggunya kesehatan
yang sesuai apabila ada gangguan
Ansietas berhubungan Setelah dilakkukan tindakan 1. Observasi tanda-tanda vital (P, N, 1. Tanda vital klien mungkin

9
dengan kemungkinan keperawatan selama 1 x pertemuan TD) berubah karena kecemasan.
terjadinya kegagalan diharapkan klien mengungkapkan Tanda vital yang stabil
akibat pemasangan / kenyamanan dan tidak terjadi menunjukkan penurunan tingkat
pemakaian alat KB kecemasan, dengan kriteria hasil: kecemasan
a) klien tampak rileks 2. Tinjau ulang penyebab, sumber 2. Mengidentifikasi perhatian pada
b) N : 60-100x/menit dan manifestai kecemasan bagian khusus dan menentukan
c) RR: 20x/menit arah dan kemungkinan
pilihan/intervensi
3. Jelaskan prosedur, intervensi 3. Pengetahuan tentang alasan
keperawatan dan tindakan aktivitas ini dapat menurunkan
rasa takut akibat ketidaktahuan
4. Pertahankan komunikasi terbuka, 4. Informasi dan jawaban atas
diskusikan kemungkinan efek pertanyaan dapat membantu
samping dan keuntungan menurunkan ansietas dan
penggunaan alat KB meningkatkan kepercayaan diri
klien dan pasangan
5. Anjurkan penggunaan teknik 5. Mencegah kelelahan otot dan
relaksasi (misal : latihan nafas memberikan kesempatan untuk
dalam) partisipasi aktif dan
meningkatkan rasa kontrol

10
6. Memblok system syaraf yang
6. Kolaborasi dengan dokter dalam meningkatkan kecemasan
pemberian obat anticemas

11
DAFTAR PUSTAKA

BkkbN, 2009. Kamus Istilah Program Keluarga Berencana Nasional

Elizabeth Swason, Marion Jason, Meridean L.Mass, Suemoorhead,2012,Nursing


Outcomes classification, Fifth Edition, United Stated Of America
Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif,
Ed.2. Penerjemah Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC
Gloria M. Bilecheck, Howard K. Butcher, Joanne Mccloskey Dochterman, 2012,
Nursing Interventions Classification, Fifth Edition, United Stated Of
American

Handayani, Sri. 2010.Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta:Pustaka


Rihama

Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke 5, Jakarta


:Pustaka harapan,

NANDA.(2012-2014) Diagnosa Keperawatan Definisi DanKlasifikasi 2012


-2014.Jakarta : EGC

12
13
14
4. Intervensi
Diagnose Keperawatan NOC NIC RASIONAL
Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5. HE tentang Keluarga Berencana 5. Memberikan informasi untuk
berhubungan dengan selama 1 x pertemuan diharapkan (KB) meliputi tujuan KB, sasaran membantu klien/pasangan
kondisi, kebutuhan tindakan pengetahuan klien tentang alat KB, metode yang efektif memahami dan memutuskan
dan pemilihan yang tepat kontrasepsi bertambah dengan criteria sesuatu
tentang alat kontrasepsi hasil: 6. Kaji tingkat pengetahuan 6. Memberikan informasi yang
c. Mampu memilih alat kontrasepsi klien/pasangan, kesiapan dan perlu untuk mengembangkan
yang sesuai kemampuan untuk belajar. rencana perawatan
d. Mampu menyebutkan manfaat dari Dengarkan , bicara dengan tenang
penggunaan alat kontrasepsi (KB) dan berikan waktu untuk bertanya
dan meninjau materi
7. Diskusikan dengan klien/pasangan 7. Memungkinkan klien/pasangan
implikasi jangka pendek dan jangka untuk membuat keputusan
panjang penggunaan alat berdasarkan informasi
kontrasepsi
8. Kolaborasi dengan dokter untuk 8. Mendukung keputusan
pemilihan yang tepat dan terapi klien/pasangan dan membantu
yang sesuai apabila ada gangguan mengurangi risiko terganggunya
kesehatan

Ansietas berhubungan Setelah dilakkukan tindakan keperawatan 7. Observasi tanda-tanda vital (P, N, 7. Tanda vital klien mungkin

15
dengan kemungkinan selama 1 x pertemuan diharapkan klien TD) berubah karena kecemasan.
terjadinya kegagalan akibat mengungkapkan kenyamanan dan tidak Tanda vital yang stabil
pemasangan / pemakaian terjadi kecemasan, dengan kriteria hasil: menunjukkan penurunan tingkat
alat KB d) klien tampak rileks kecemasan
e) N : 60-100x/menit 8. Tinjau ulang penyebab, sumber dan 8. Mengidentifikasi perhatian pada
f) RR: 20x/menit manifestai kecemasan bagian khusus dan menentukan
arah dan kemungkinan
pilihan/intervensi
9. Jelaskan prosedur, intervensi 9. Pengetahuan tentang alasan
keperawatan dan tindakan aktivitas ini dapat menurunkan
rasa takut akibat ketidaktahuan
10. Pertahankan komunikasi terbuka, 10. Informasi dan jawaban atas
diskusikan kemungkinan efek pertanyaan dapat membantu
samping dan keuntungan menurunkan ansietas dan
penggunaan alat KB meningkatkan kepercayaan diri
klien dan pasangan
11. Anjurkan penggunaan teknik 11. Mencegah kelelahan otot dan
relaksasi (misal : latihan nafas memberikan kesempatan untuk
dalam) partisipasi aktif dan
meningkatkan rasa kontrol
12. Memblok system syaraf yang
12. Kolaborasi dengan dokter dalam meningkatkan kecemasan

16
pemberian obat anticemas

17
DAFTAR PUSTAKA

Anna, Glasier. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.Jakarta: EGC.

BkkbN, 2009. Kamus Istilah Program Keluarga Berencana Nasional

Everett, Suzanne. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif, Ed.2.
Penerjemah Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC

Handayani, Sri. 2010.Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.Yogyakarta:Pustaka Rihama

Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Cetakan ke 5, Jakarta :Pustaka


harapan,

18

Anda mungkin juga menyukai