Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

MATERNITAS

INFERTILITAS

OLEH KELOMPOK 16

1. CHINDY AGUSIN
2. MARLEN VIONA LEANGWATU

KELAS 1A

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI

MOJOKERTO

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Infertilitas menurut dunia medis adalah istilah yang digunakan menyebutkan
pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah behubungan intim
secara teratur tampak ada kontrasepsi dalam kurung waktu satu tahun.
Infertilitas ketidak suburan adalah suatu kondisi dimana suatu pasangan suami
istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan
seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tampa
mengunakan alat kontraksepsi jenis apa pun
Infertilitas juga terbagi atas dua jenis yaitu infertilitas primer dan
infertilitas sekunder. Dan juga infertilitas dipengaruhi oleh berbagi faktor-
faktor di antaranya faktor penyakit maupun faktor lingkungan.
Infertilitas dapat disebabkan oleh pihak istri maupun suami. Kondisi yang
menyebabkan infertilitas dari faktor istri 65%, faktor suami 20%, kondisi lain-
lain yang tidak diketahui 15%.
Walaupun suami istri dianggap infertile bukan tidak mungkin kondisi
infertilitas sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung pada
kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerja sama antara
suami dan istri. Kerja sama tersebut mengandung arti bahwa dua faktor yang
harus di penuhi.
Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di
antaranya, adalah: faktor tuba fallopi (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi
33%, endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak di ketahui sekitar 26%. Hal
ini berarti sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan di sebabkan oleh
gangguan pada organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi
Infertilitas  adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama
satu tahun (Sarwono,497).
Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639).
Menurut kamus medis Medilexicon, infertilitas adalah “Hilangnya
kemampuan atau tidak bisa menghasilkan keturunan, baik olehlaki-laki atau
perempuan, tidak dapat diubah sebagaimana kemandulan.”
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun  telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008)

2.2  Jenis-jenis infertilitas
a.    Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2
– 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
b.    Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi
setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis
apapun.

3
Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki
anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan
memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia pernikahannya. Sebanyak 10% -
20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak
pernah memiliki anak. (Djuwantono,2008)

Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak


mungkin kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami
atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang
berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan
kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti
bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah:

a.    Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa)
kedalam organ reproduksi istri
b.    Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovarium). Yang
dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi
tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan
dilahirkan. Apabila salah satu dari dua faktor yang telah disebutkan tidak
dimiliki oleh pasangan suami istri pasangan tersebut tidak mampu
memiliki anak.
(Djuwantono,2008)

Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat


disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila
memenuhi syarat-syarat berikut:
a.    Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.

4
b.    Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.
c.    Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap
minggunya.
d.    Istri  maupun suami tidak perna menggunakan alat ataupun metode
kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan.
(Djuwantono,2008).

2.2 Etiologi Infertilitas


1.      Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri)
a.       Faktor penyakit
1)      Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di
lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut
juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja
infertilitas.

2)      Infeksi Panggul


Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran
telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum
infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada
sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau
berba, Infeksi kuman patogen ini dapat menyebabkan kerusakan

5
terutama pada tuba fallopii sehingga menimbulkan
infertilitas.Disamping disebabkan oleh bakteri, maka keputihan di
vagina dapat disebabkan oleh jamur kandida
Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas
fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).

3)      Mioma Uteri


Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan
otot yang ada di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat
terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim.
Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas adalah
mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium).
Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita
dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri
akan mengecil atau sembuh.

4)      Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar
ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tumbuh.

5)      Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan
pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting
lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus

6
dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan
operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai
amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal),
obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi
reproduksi wanita.

6)      Saluran Telur yang Tersumbat


Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias
tidak terjadi kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen
(sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.

7)      Sel Telur


Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan
sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan
ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik. Gangguan ovulasi
biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal
memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi
di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke
dokter.

7
b.  Faktor fungsional
1)      Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan
bawaan (immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

2)      Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi)


Ovulasi atau proses pengeluaran sel telur dari ovarium terganggu
jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya adalah polikistik.
Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama
kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik
disebabkan oleh kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah.
Kadar androgen yang berlebihan ini mengganggu hormon FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dalam darah. Gangguan kadar
hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur tidak bisa
berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga
akan terganggu

3)      Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi
(saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang
dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir
terganggu, maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan
jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim
yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika
gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon
prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah
gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur
bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam
saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur.

8
Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,
radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi
abortus berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga
ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
4)      Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim.
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya
berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi
(penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar
hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan
pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena
struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai.

2.      Penyebab pada laki-laki (suami)


a.       Kelainan pada alat kelamin
1)      hipospadia
yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada
permukaan testis
2)      Ejakulasi retrograd
yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih
3)      varikokel
yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar
terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa
berkurang yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan
kehamilan

9
4)      Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga
tidak turun

b.      Kegagalan fungsional


1)      Kemampuan ereksi kurang
2)      Kelainan pembentukan spermatozoa
3)      Gangguan pada sperma

c.       Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)


Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang
bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua hormon tersebut
mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya
produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi spermatogenesis
dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk peningkatan
testosterone adalah dengan terapi hormon.

d.      Gangguan di daerah testis (testicular)


Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan
fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas testis tidak
berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu.
Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma membutuhkan suhu
yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C, sedangkan suhu
tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik 2–3 °C
saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.

e.       Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)


Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat
disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya
bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit -seperti tuberkulosis
(Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja

10
f.       Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan
yang memengaruhi tulang belakang.

g.      Kurangnya hormon testosterone


Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi kemampuan testis dalam
memproduksi sperma.

3.    Faktor-faktor infertilita yang sering ditemukan

Factor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat tergantung


pada keadaan local, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.

1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35
tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase
reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan
optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat
bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya
(disebutmenarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder,
yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat
kelamin,dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi
pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat
haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak
wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami
menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi,
wanitadapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur

11
35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil
menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun
sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-
kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi
lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari
ke-2 atau ke-3.

2. Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50%
pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat
dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang
makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.

3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormonkortisolyang mempengaruhi
pengaturan hormon reproduksi.

4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang
mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat
pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat
mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan
teh.

5. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi:
frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.

12
6. Frekuensi
Hubungan intim (disebutkoitus) atau onani (disebut masturbasi)
yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan
sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggusehingga
memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan
matang.

7. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas,
yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi
dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina
sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemusel
telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila
penis tegang(ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut
impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal
dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai
tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat
tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita
berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu
pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.

8. Masa Subur

Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat


berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataanitu keliru,
karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal yang
juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan karena
orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam setiap
menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu
disebutovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran

13
telur(tuba falopi)selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut
masa subur.

Menentukan Kesuburan Pria

Sperma merupakan cairan yang tersusun dari berbagai produk organ-


organ pada sistem reproduksi pria. Secara lebih rinci, komposisi di
dalamnya antara lain: 1) spermatozoa, 2) cairan yang diproduksi oleh
kelenjar-kelenjar tambahan yang mengandung nutrisi dan pelindung
spermatozoa serta pelumas.

Berdasar kan komposisi tersebut, analisis sperma mampu


menghasilkan data yang akurat dan dapat di jadi kan analisis
kesuburan seorang pria.Sebagai contoh, dapat di gambarkan hal-hal
sebagai berikut (Herlianto,1971)

1. Apabila sperma memiliki volume, warna, dan kekentalan yang normal,


tetapi spermatozoa tidak di temukan sama sekali, jumlahnya kurang
dari jumlah normal, memiliki bentuk yang tidak lazim, atau belum
mencapai kematangan, hal tersebut merupakan indikasi bahwa
terdapat gangguan pada testis.
2. Apabila sperma mengandung spermatozoa dalam jumlah dan bentuk
yang normal, tetapi memiliki volume, warna serta kekentalan yang
tidak normal, hal tersebut merupakan indikasi adanya gangguan pada
kelenjar-kelenjar tambahan. Gangguan pada kelenjar tambahan juga
dapat di indikasikan dengan banyak ditemukannya spermatozoa yang
mati. Hal tersebut secara logis berhubungan dengan fungsi cairan yang
di hasilkan kelenjar tambahan sebagai nutrisi dan pelindung
spermatozoa.
3. Apabila saat ejakulasi sperma tidak di keluar kan sama sekali, hal
tersebut mengindikasi kan kemungkinan terjadinya gangguan
multifaktorial, antara lain gangguan pada saluran keluar sperma yang
disertai gangguan pada testis maupun kelenjar-kelenjar tambahan.

14
Sumbatan (obstruksi) atau tidak terdapatnya saluran sperma tertentu
merupa kan akibat dari kelainan sejakl ahir (Kongenital) juga memiliki
kemungkinan untuk menjadi penyebab tidak di keluar kannya sperma
sama sekali.

Berdasarkan fakta ilmiah tersebut, analisis sperma dapat menjadi sebuah tes
kesuburan yang dapat di andalkan untuk menemukan gangguan pada system
reproduksi pria yang pada akhirnya mengakibatkan infertilitas (Permadi,2008).

1. Normozoozpermia : karakteristik normal


2. Ologozoospermia : konsentrasi spermatozoa kurangdari 20 juta per ml
3. Asthenozoospermia : jumlah sperma yang masih hidup dan bergerak
secara aktif, dalamwaktu 1 jam setelah ajakulasi,
kurangdari 50%
4. Teratozoospermia : jumlah sperma dengan morfologi normal
kurangdari 30%
5. Oligoasthenoteraatozoospermia : kelainan campuran dari 3 variabel
yang telah di sebutkan sebelumnya
6. Azoospermia : tidakadanya spermatozoa dalam sperma
7. Aspermia : sama sekali tidak terjadi ejakulasi sperma

Menguji Kesuburan Seorang Wanita

Sistem reproduksi wanita dapat di bagi berdasarkan fungsi utama dari tiap
organ yang menyusunnya.Fungsi utama tersebut antara lain (Permadi,2008)

1. Produksi dan pematangan sel telur di ovarium


2. Penghantaran sel telur yang telah matang ketempat terjadinya pembuahan
(ampulla tuba) danzigot yang di hasilkan ke rahim
3. Implantasi zigot dan perkembangan embrio hingga menjadi bayi dalam
rahim

15
Dengan memahami hal tersebut, prinsip pemeriksaan kesuburan yang dapat di
lakukan adalah dengan memeriksa baik tidaknya fungsi utama organ-organ
reproduksi di jalan kan.Dengan demikian, prinsip-prinsip utama pemeriksaan
kesuburan wanita adalah (Permadi,2008)

1. Memeriksa apakah ovarium mampu menghasil kan sel telur matang dan
melepaskannya saat ovulasi
2. Memeriksa ada tidaknya sumbatan dalam tuba
3. Memeriksa ada tidaknya kelainan dalam rahim yang mampu menghambat
terjadinya implantasi dan perkembanganjanin

4. Penyebab pada suami dan istri

a.       Gangguan pada hubungan seksual


Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan penetrasi tak sempurna ke
vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus, kegagalan ejakulasi, dan
kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit Peyronie.
b.      Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)
1)      Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2)      Masalah dalam pendidikan
3)      Emosi karena didahului orang lain hamil

b.      Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri)


1)      Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil
2)      Masalah dalam pendidikan
3)      Emosi karena didahului orang lain hamil

       

16
  PATOFISIOLOGI
1.      Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita
diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab
mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik. 
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan
reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma
tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut
perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot
yang berujung pada abortus.

2.      Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga

17
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.

2.4 Gejala-Gejala Infertilitas

a. Gejala-Gejala Infertilitas Wanita

Perubahan siklus menstruasi dan ovulasi pada wanita mungkin merupakan


gejala dari penyakit yang berhubungan dengan infertilitas. Beberapa
gejalanya antara lain :

1. Menstruasi abnormal. Misal, perdarahan yang lebih berat atau lebih


ringan dari biasanya.
2. Menstruasi yang tidak teratur. Jarak atau lama hari antara satu
menstruasi dengan menstruasi berikutnya bervariasi.
3. Tidak menstruasi. Anda tidak pernah mengalami menstruasi atau
menstruasinya tiba-tiba berhenti.
4. Nyeri menstruasi yang menyakitkan. Mungkin terjadi nyeri punggung,
nyeri panggul, dan kram yang menyakitkan.

Kadang-kadang, infertilitas wanita berkaitan dengan masalah hormon. Dalam


kasus ini, gejala-gejala antara lain :

1) Perubahan kulit, termasuk jerawat yang lebih banyak.


2) Perubahan dalam dorongan dan keinginan seksual.
3) Tumbuhnya rambut gelap pada bibir, dada, dan dagu.
4) Rambut rontok atau menipis.
5) Berat badan naik.

Gejala-gejala lainnya termasuk :

18
1. Keluarnya cairan berwana putih susu dari putting, yang tidak
berhubungan dengan menyusui,
2. Nyeri saat berhubungan intim.

Banyak hal lain yang dapat menyebabkan infertilitas (kemandulan)


pada wanita, dan gejala yang timbul juga bervariasi.

b. Gejala-Gejala Infertilitas Pria

Gejala infertilitas pada pria dapat kurang jelas dan mungkin tidak
diketahui sampai seorang pria mencoba untuk memiliki anak. Gejala-
gejala infertilitas pria tergantung dari apa yang menyebabkan
ketidaksuburannya. Gejala-gejala tersebut dapat berupa :

1. Perubahan dalam pertumbuhan rambut,


2. Perubahan hasrat seksual,
3. Rasa nyeri, benjolan, atau pembengkakan di testis,
4. Masalah ereksi dan ejakulasi,
5. Testis yang kecil dan keras.

2.5  Pencegahan Inftiitas

a. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama


infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap
infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).

b. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan


pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven
RB,1985).

c.  Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar


hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan
sperma (Steven RB,1985).

d. Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).

19
2.6 Cara Pemeriksaan dan Pengobatan.

1. Pemeriksaan Ovulasi

Pemeriksaan ovulasi dapat diketahui dengan berbagai pemeriksaan


diantaranya :

1. Penatalaksanaan suhu basal; Kenaikan suhu basal setelah selesai


ovulasi dipengaruhi oleh hormon progesteron.
2. Pemeriksaan vaginal smear; Pengaruh progesteron menimbulkan
sitologi pada sel-sel superfisial.
3. Pemeriksaan lendir serviks; Hormon progesteron menyebabkan
perubahan lendir serviks menjadi kental.
4. Pemeriksaan endometrium.
5. Pemeriksaan endometrium; Hormon estrogen, ICSH dan pregnandiol.

Gangguan ovulasi disebabkan :

1. Faktor susunan saraf pusat ; misal tumor, disfungsi, hypothalamus,


psikogen.
2. Faktor intermediate ; misal gizi, penyakit kronis, penyakit metabolis.
3. Faktor ovarial ; misal tumor, disfungsi, turner syndrome

Terapi :

Sesuai dengan etiologi, bila terdapat disfungsi kelenjar hipofise ddengan


memberikan pil oral yang mengandung estrogen dan progesteron,
substitusi terapi (pemberian FSH dan LH) serta pemberian clomiphen
untuk merangsang hipofise membuat FSH dan LH. Selain clomiphen dapat
diberikan bromokriptin yang diberikan pada wanita anovulatoir dengan
hiperprolaktinemia. Atau dengan pemberian Human Menopausal
Gonadotropin/ Human Chorionic Gonadotropin untuk wanita yang tidak
mampu menghasilkan hormon gonadotropin endogen yang adekuat.

20
2. Pemeriksaan Sperma

Pemeriksaan sperma dinilai atas jumlahspermatozoa, bentuk dan


pergerakannya. Sperma yang ditampung/ diperiksa adalah sperma yang
keluar dari pasangan suami istri yang tidak melakukan coitus selama 3
hari. Pemeriksaan sperma dilakukan 1 jam setelah sperma keluar.

1. Ejakulat normal :  volume  2-5 cc, jumlah spermatozoa 100-120 juta


per cc, pergerakan 60 % masih bergerak selama 4 jam setelah
dikeluarkan, bentuk abnormal 25 %.
2. Spermatozoa pria fertil  : 60 juta per cc atau lebih, subfertil : 20-60 juta
per cc, steril : 20 juta per cc atau kurang.

Sebab-sebab kemandulan pada pria adalah masalah gizi, kelainan


metabolis, keracunan, disfungsi hipofise, kelainan traktus genetalis (vas
deferens).

3. Pemeriksaan Lendir Serviks

Keadaan dan sifat lendir yang mempengaruhi keadaan spermatozoa


adalah:

1. Kentalnya lendir serviks; Lendir serviks yang mudah dilalui


spermatozoa adalah lendir yang cair.
2. pH lendir serviks; pH lendir serviks ± 9 dan bersifat alkalis
3. Enzim proteolitik.
4. Kuman-kuman dalam lendir serviks dapat membunuh
spermatozoa.

Baik tidaknya lendir serviks dapat diperiksa dengan :

1) Sims Huhner Test (post coital tes), dilakukan sekitar ovulasi.


Pemeriksaan ini menandakan bahwa : teknik coitus baik, lendir
cerviks normal, estrogen ovarial cukup ataupun sperma cukup baik.

21
2) Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims
Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormone estrogen ataupun


antibiotika bila terdapat infeksi.

5. Pemeriksaan Tuba

Untuk mengetahui keadaan tuba dapat dilakukan:

1. Pertubasi (insuflasi = rubin test); pemeriksaan ini dilakukan dengan


memasukkan CO2 ke dalam cavum uteri.
2. Hysterosalpingografi; pemeriksaan ini dapat mengetahui bentuk
cavum uteri, bentuk liang tuba bila terdapat sumbatan.
3. Koldoskopi; cara ini dapat digunakan untuk melihat keadaan tuba
dan ovarium.
4. Laparoskopi; cara ini dapat melihat keadaan genetalia interna dan
sekitarnya.

6. Pemeriksaan Endometrium

Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak
bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.

Terapi yang diberikan adalah pemberian hormon progesteron dan


antibiotika bila terjadi infeksi.

Pemeriksaan System Reproduksi

22
1.  Perempuan
Deteksi Ovulasi
a.  Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature) 
b.  Uji lendir serviks
metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan
fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat
terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
c.   Analisa hormon 
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis –
hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada
berbagai waktu selama siklus menstruasi.
d.  Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan
epitel vagina
e.   Uji pasca senggama 
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6
jam pasca coital).
f.   Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan
sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
g.  Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan
secara terjadwal.
h.  Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
i.  Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi
kehamilan intra uterin.

23
2.      Laki-laki
a.       Analisa Semen
1. ParameterWarna Putih keruh
2. Bau Bunga akasia
3. PH 7,2 - 7,8
4. Volume 2 - 5 ml
5. Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
6. Jumlah sperma 20 juta / ml
7. Sperma motil > 50%
8. Bentuk normal > 60%
9. Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
10. persentase gerak sperma motil > 60%
11. Aglutasi Tidak ada
12. Sel-sel Sedikit,tidak ada
13. Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b.      Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi
hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab
infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar
hormon tesrosteron, FSH, dan LH.

c.       USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat,
vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.

d.      Biopsi testis


Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan
testis memakai metoda invasif untuk mengidentifikasi adanya
kelainan patologi.

24
e.       Uji penetrasi sperma
f.       Uji hemizona

1. Pengobatan Infertilitas
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini
memberikan rasa optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya.
Tindakan-tindakan diagnostik seringkali pula merupakan
rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan
sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%.
Uji patensi tuba bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata
dapat menggandakan laju pembuahan.

Obat-obatI nfertilitas Pria adalah dengan terapi dan menggunakan


obat-obat lain yang juga sering diberikan dokter sebagai obat
pendukung dalam meningkatkan kesuburan adalah vitamin dan anti
biotic. Pada umumnya, vitamin yang di berikan dokter adalah
vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek anti oksidan yang
tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel tubuh,
termasuk kerjasel yang berkaitan dengan produksi dan
perkembangan spermatozoa hingga matang (Permadi,2008).

Anti biotic hanya di berikan apabila sang pria terbukti mengalami


infeksi pada organ ataupunsaluranreproduksinya. Anti biotic hanya
di berikan atas instruksi dokter dan di gunakan sesuai dengan
petunjuk penggunanya (Permadi,2008).

Akibat dari pemakaian anti biotik yang tidak sesuai dengan aturan
pakai adalah kuman penyebab infeksi yang menjadi kebal terhadap
anti biotic tersebut. Dengan demikian, hal tersebut justru
menyebabkan bertambah parahnya kondisi sakit yang ada
(Permadi,2008).

25
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu
diobati. Beberapa jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab
infertilitas dapat dilihat sebagai berikut

Penyebab infertilitas Jenis pengobatan


Hidrokel Aspirasi atau eksisi
Varikokel Ligasi
Bendungan vasa atau
Operasi pintas
Suami epididimis
Oligozoospermia FSH dan hCG, FIV dengan SSIS
Gangguan Hindari berendam air panas dan
spermatogenesis pemakaian celana ketat
Tuberkulosis Tuberkulostatika
Operasi, koagulasi listrik atau laser,
progesteron, danazol,
Endometriosis medroksiprogesteron asetat,
dehidroretroprogesteron, antiprogestin,
anastrosol
Miom uterus operabel Operasi konservatif
Istri
Spasme tuba Hiosin amilnitrit, triemonium
Obstruksi tuba Operasi rekonstruksi, FIV
Pemicuan ovulasi (klomifen sitrat,
epimestrol, tamoksifen, siklofenil,
Gangguan ovulasi metformin, pioglutazon, hMG/hCG,
FSH-murni, GnRH);
pelubangan(drilling) ovarium
Keduany Inseminasi buatan, TAGIT, TAPIT,
Idiopatik
a TAZIT, FIV, SSIS, Adopsi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

26
Infertilitas atau ketidak suburan adalah suatu kondisi di mana pasangan
suami istri belum maupun memiliki anak walaupun telak malekukan
hubungan seksual sebanyak 2-3 minggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan
tampa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapu.
Infertiltas terbagi atas dua jenis infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas di sebabkan oleh abnormalitas atau fisiologi sistem reproduksi
wanita maupun pada sistem reproduksi pria yang di pengaruhi oleh faktor,
contohnya karena kebiasaan hidup tidak sehat mempengaruhi infertilitas,
antara lain:
1. Umur
2. Lama infertilitas
3. Emosi
4. Lingkungan
5. Hubungan seksual
6. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
7. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas
Infertilitas dapat di cegah dengan cara menerapkan hidup sehat seperti
tidak merokok tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan sebagainya.

3.2 Saran

1. kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksa dini, dan secara
rutin alat reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat di deteksi dengan
cepat.

2. kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan konselin


kesehatan reproduksi kepada pasangan usia subur (PUS).

DAFTAR PUSTAKA

Djuwantono, Tono.2008. Hanya 7 hari memahami infertilitas. Bandung :


PT Refika Anditama

Prawirohardjo,Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Pustaka

27
Herlianto, Harijati. 1971. Fertilitas (kelahiran) dalam Pengantar
Demografi. Jakarta : PT Lembaga Demogrfi UI

Premadi. 2008. Mengatasi infertilitas. Bandung : PT Grafindo

28

Anda mungkin juga menyukai