MATERNITAS
INFERTILITAS
OLEH KELOMPOK 16
1. CHINDY AGUSIN
2. MARLEN VIONA LEANGWATU
KELAS 1A
MOJOKERTO
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami
kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi, selama
satu tahun (Sarwono,497).
Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan
kemampuan menghasilkan keturunan (Elizbeth, 639).
Menurut kamus medis Medilexicon, infertilitas adalah “Hilangnya
kemampuan atau tidak bisa menghasilkan keturunan, baik olehlaki-laki atau
perempuan, tidak dapat diubah sebagaimana kemandulan.”
Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri
belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual
sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa
menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun (Djuwantono,2008)
2.2 Jenis-jenis infertilitas
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah
memiliki anak setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2
– 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam
bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak
sebelumnya tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi
setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali
perminggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi jenis
apapun.
3
Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki
anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan
memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia pernikahannya. Sebanyak 10% -
20% sisanya akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak
pernah memiliki anak. (Djuwantono,2008)
a. Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa)
kedalam organ reproduksi istri
b. Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovarium). Yang
dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi
tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan
dilahirkan. Apabila salah satu dari dua faktor yang telah disebutkan tidak
dimiliki oleh pasangan suami istri pasangan tersebut tidak mampu
memiliki anak.
(Djuwantono,2008)
4
b. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.
c. Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap
minggunya.
d. Istri maupun suami tidak perna menggunakan alat ataupun metode
kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi
untuk mencegah kehamilan.
(Djuwantono,2008).
5
terutama pada tuba fallopii sehingga menimbulkan
infertilitas.Disamping disebabkan oleh bakteri, maka keputihan di
vagina dapat disebabkan oleh jamur kandida
Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas
fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
4) Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar
ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tumbuh.
5) Kista
Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput
(membran) yang tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur
tubuh manusia.Terdapat berbagai macam jenis kista, dan
pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan. Hal penting
lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus
6
dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan
operasi. Jenis kista yang paling sering menyebabkan infertilitas
adalah sindrom ovarium polikistik. Penyakit tersebut ditandai
amenore (tidak haid), hirsutism (pertumbuhan rambut yang
berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak normal),
obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini
disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi
reproduksi wanita.
7
b. Faktor fungsional
1) Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan
bawaan (immunologis)
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka
tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing.
Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
3) Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi
(saluran telur)
Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang
dapat memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir
terganggu, maka perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan
jika dalam rahim, yang berperan adalah gerakan di dalam rahim
yang mendorong sperma bertemu dengan sel telur matang. Jika
gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon
prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah
gangguan pada saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur
bertemu dengan sel sperma. Jika terjadi penyumbatan di dalam
saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi sel telur.
8
Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,
radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit
infeksi yang disebabkan oleh jamur klamidia.
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma
uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan
suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi
abortus berulang.Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga
ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
4) Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam rahim.
Setelah sel telur dibuahi oleh sperma dan seterusnya
berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses nidasi
(penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar
hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan
pembuahan. Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena
struktur jaringan endometrium tidak dapat menghasilkan hormon
progesteron yang memadai.
9
4) Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga
tidak turun
10
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju
vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada
ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan
yang memengaruhi tulang belakang.
1. Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah umur 35
tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang makin sedikit. Fase
reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi wanita berjalan
optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai
setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat
bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya
(disebutmenarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder,
yaitu membesarnya payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat
kelamin,dan timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi
pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat
haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak
wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami
menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi,
wanitadapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur
11
35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai terjadi perubahan
keseimbangan hormon sehingga kesempatan wanita untuk bisa hamil
menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun menurun
sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-
kira umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi
lagi alias tidak dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat
dilakukan dengan pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari
ke-2 atau ke-3.
2. Lama Infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50%
pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat. Terlambat
dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ reproduksi yang
makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.
3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormonkortisolyang mempengaruhi
pengaturan hormon reproduksi.
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik yang
mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya: obat
pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan alkohol) dapat
mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein terkandung dalam kopi dan
teh.
5. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi:
frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa subur.
12
6. Frekuensi
Hubungan intim (disebutkoitus) atau onani (disebut masturbasi)
yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah dan kepadatan
sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali seminggusehingga
memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah cukup dan
matang.
7. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas,
yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi
dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah masuknya penis ke vagina
sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang nantinya akan bertemusel
telur yang “menunggu” di saluran telur wanita. Penetrasi terjadi bila
penis tegang(ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi (disebut
impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal
dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai
tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat
tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita
berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi waktu
pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu sel telur.
8. Masa Subur
13
telur(tuba falopi)selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut
masa subur.
14
Sumbatan (obstruksi) atau tidak terdapatnya saluran sperma tertentu
merupa kan akibat dari kelainan sejakl ahir (Kongenital) juga memiliki
kemungkinan untuk menjadi penyebab tidak di keluar kannya sperma
sama sekali.
Berdasarkan fakta ilmiah tersebut, analisis sperma dapat menjadi sebuah tes
kesuburan yang dapat di andalkan untuk menemukan gangguan pada system
reproduksi pria yang pada akhirnya mengakibatkan infertilitas (Permadi,2008).
Sistem reproduksi wanita dapat di bagi berdasarkan fungsi utama dari tiap
organ yang menyusunnya.Fungsi utama tersebut antara lain (Permadi,2008)
15
Dengan memahami hal tersebut, prinsip pemeriksaan kesuburan yang dapat di
lakukan adalah dengan memeriksa baik tidaknya fungsi utama organ-organ
reproduksi di jalan kan.Dengan demikian, prinsip-prinsip utama pemeriksaan
kesuburan wanita adalah (Permadi,2008)
1. Memeriksa apakah ovarium mampu menghasil kan sel telur matang dan
melepaskannya saat ovulasi
2. Memeriksa ada tidaknya sumbatan dalam tuba
3. Memeriksa ada tidaknya kelainan dalam rahim yang mampu menghambat
terjadinya implantasi dan perkembanganjanin
16
PATOFISIOLOGI
1. Perempuan
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita
diantaranya gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab
mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba
sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan
sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas
ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik
mempegaruhi proses pemasukan sperma.
Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan
reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma
tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut
perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot
yang berujung pada abortus.
2. Laki-laki
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
17
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.
18
1. Keluarnya cairan berwana putih susu dari putting, yang tidak
berhubungan dengan menyusui,
2. Nyeri saat berhubungan intim.
Gejala infertilitas pada pria dapat kurang jelas dan mungkin tidak
diketahui sampai seorang pria mencoba untuk memiliki anak. Gejala-
gejala infertilitas pria tergantung dari apa yang menyebabkan
ketidaksuburannya. Gejala-gejala tersebut dapat berupa :
2.5 Pencegahan Inftiitas
19
2.6 Cara Pemeriksaan dan Pengobatan.
1. Pemeriksaan Ovulasi
Terapi :
20
2. Pemeriksaan Sperma
21
2) Kurzrork Miller Test, dilakukan bila hasil dari pemeriksaan Sims
Huhner Test kurang baik dan dilakukan pada pertengahan siklus.
5. Pemeriksaan Tuba
6. Pemeriksaan Endometrium
Pada saat haid hari pertama atau saat terjadi stadium sekresi dilakukan
mikrokuretase.
Jika pada stadium sekresi tidak ditemukan, maka : endometrium tidak
bereaksi terhadap progesteron, produksi progesterone kurang.
22
1. Perempuan
Deteksi Ovulasi
a. Meliputi pengkajian BBT (basal body temperature)
b. Uji lendir serviks
metoda berdasarkan hubungan antara pertumbuhan anatomi dan
fisiologi serviks dengan siklus ovarium untuk mengetahui saat
terjadinya keadaan optimal getah serviks dalam menerima sperma
c. Analisa hormon
Mengkaji fungsi endokrin pada aksis ovarium – hipofisis –
hipotalamus. Dengan pengambilan specimen urine dan darah pada
berbagai waktu selama siklus menstruasi.
d. Sitologi vagina
Pemeriksaan usap forniks vagina untuk mengetahui perubahan
epitel vagina
e. Uji pasca senggama
Mengetahui ada tidaknya spermatozoa yang melewati serviks (6
jam pasca coital).
f. Biopsy endometrium terjadwal
Mengetahui pengaruh progesterone terhadap endometrium dan
sebaiknya dilakukan pada 2-3 hr sebelum haid.
g. Histerosalpinografi
Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras.
Disini dapat dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba
uteri, jaringan parut dan adesi akibat proses radang. Dilakukan
secara terjadwal.
h. Laparoskopi
Standar emas untuk mengetahui kelainan tuba dan peritoneum.
i. Pemeriksaan pelvis ultrasound
Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi
kelainan, perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi
kehamilan intra uterin.
23
2. Laki-laki
a. Analisa Semen
1. ParameterWarna Putih keruh
2. Bau Bunga akasia
3. PH 7,2 - 7,8
4. Volume 2 - 5 ml
5. Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
6. Jumlah sperma 20 juta / ml
7. Sperma motil > 50%
8. Bentuk normal > 60%
9. Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
10. persentase gerak sperma motil > 60%
11. Aglutasi Tidak ada
12. Sel-sel Sedikit,tidak ada
13. Uji fruktosa 150-650 mg/dl
b. Pemeriksaan endokrin
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai kembali fungsi
hipothalamus, hipofisis jika kelainan ini diduga sebagai penyebab
infertilitas. Uji yang dilakukan bertujuna untuk menilai kadar
hormon tesrosteron, FSH, dan LH.
c. USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat struktur kelenjar prostat,
vesikula seminalis, atau seluran ejakulatori.
24
e. Uji penetrasi sperma
f. Uji hemizona
1. Pengobatan Infertilitas
Sekitar 50% pasangan infertil dapat berhasil hamil. Hal ini
memberikan rasa optimistik baik bagi dokter maupun pasiennya.
Tindakan-tindakan diagnostik seringkali pula merupakan
rangsangan pengobatan, misalnya pemeriksaan vaginal dan
sondase uterus dapat menaikkan laju kehamilan sebesar 10-15%.
Uji patensi tuba bersama dengan dilatasi dan kuretase ternyata
dapat menggandakan laju pembuahan.
Akibat dari pemakaian anti biotik yang tidak sesuai dengan aturan
pakai adalah kuman penyebab infeksi yang menjadi kebal terhadap
anti biotic tersebut. Dengan demikian, hal tersebut justru
menyebabkan bertambah parahnya kondisi sakit yang ada
(Permadi,2008).
25
Setiap kelainan yang ditemui selama pemeriksaan selalu perlu
diobati. Beberapa jenis pengobatan berdasarkan sebab-sebab
infertilitas dapat dilihat sebagai berikut
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
26
Infertilitas atau ketidak suburan adalah suatu kondisi di mana pasangan
suami istri belum maupun memiliki anak walaupun telak malekukan
hubungan seksual sebanyak 2-3 minggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan
tampa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapu.
Infertiltas terbagi atas dua jenis infertilitas primer dan infertilitas sekunder.
Infertilitas di sebabkan oleh abnormalitas atau fisiologi sistem reproduksi
wanita maupun pada sistem reproduksi pria yang di pengaruhi oleh faktor,
contohnya karena kebiasaan hidup tidak sehat mempengaruhi infertilitas,
antara lain:
1. Umur
2. Lama infertilitas
3. Emosi
4. Lingkungan
5. Hubungan seksual
6. Kondisi reproduksi wanita, meliputi cervix, uterus, dan sel telur
7. Kondisi reproduksi pria, yaitu kualitas sperma dan seksualitas
Infertilitas dapat di cegah dengan cara menerapkan hidup sehat seperti
tidak merokok tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan sebagainya.
3.2 Saran
1. kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksa dini, dan secara
rutin alat reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat di deteksi dengan
cepat.
DAFTAR PUSTAKA
27
Herlianto, Harijati. 1971. Fertilitas (kelahiran) dalam Pengantar
Demografi. Jakarta : PT Lembaga Demogrfi UI
28