Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP PENURUNAN NYERI

MENSTRUASI PADA SISWI KELAS XII SMK MUHAMMADIYAH KLATEN

DISUSUN OLEH :

Elsha Nurmalasari 1701018

Ikhwana Giri Pasca Ramadhan 1701024

Indah Budi Martiastuti 1701025

Siska Mayangsari Putri 1701044

Siti Nur Hanifah 1701045

SI ILMU KEPERAWATAN TK III

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2019/2020


Kata Pengantar

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Mini Proposal yang berjudul “Pengaruh
Pemberian kompres hangat Terhadap penurunan nyeri Menstruasi (Dismenore) pada Siswi
SMK Muhammadiyah Klaten. Mini proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan tugas
akhir program studi S1 Keperawatan Stikes Muhammadiyah Klaten.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka penyusunan Mini
proposal ini tidak akan terlaksana sebagai mana yang diharapkan tanpa ada bantuan dari
berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan,arahan,dan motivasi kepada kami
para penulis untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada bapak ......................................

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan mini proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya penulis berharap sehingga mini proposal ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan kita semua
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Manusia merupakan mahluk yang tumbuh dan berkembang salah satu tahap
pertumbuhan dan perkembangan adalah masa remaja, masa remaja adalah periode peralihan
dari masa anak ke masa dewasa, biasanya mulai dari usia 10-19 tahun. Remaja mengalami
perubahan tiga aspek yaitu pekembangan psikososial yang menyatakan bahwa remaja
berusaha mencari jati diri, perkembangan kognitif yang merupakan kemampuan berpikir dan
perubahan fisik (Effendi,2009). Perubahan fisik pada asa remaja yang terjadi karena
perubahan hormonal, sehingga dapat megakibatkan perubahan penampilan pada remaja
(soetjaningsih,2010)

Perubahan ditandai dengan percepatan pertumbuhan. Percepatan pertumbuhan


dapat dilihat dari penambahan tinggi bada berat badan yang mencapai 90% sampai 95%,
kenaikan berat badan yang mencapai 95% dan adanya pertambahan jaringan lemak terjadi
karena adanya perubahan hormonal dalam tubuh (soetjaningsih,2010). Salah satu perubahan
fisik/biologis adalah remaja putri mengalami peningkatan kadar hormon yang bisa
menyebabkan pematangan payudara, ovarium, rahim, vagina serta remaja putri mulai
mengalami menstruasi/haid (Kumalasari dkk,2013).

Menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi secara periodik atau siklus
endometrium yang secara fisiologis menandakan terbuang nya sel telur yang sudah matang
dan merupakan masa reproduksi dalam kehidupan seorang perempuan (Bobak,2010).
menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun dan berlangsung sampai usia 40-50 tahun.
Keluhan yang sering muncul adalah mudah tersinggung, gelisah, sulit tidur, gangguan
konsentrasi, payudara mengalami pembesaran, dan gangguan berkenaan dengan masa haid
yaitu dimenore. Salah satu keluhan yang paling sering dirasakan saat menstruasi (manuab,
2009)

Disminore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami
wanita dari berbagai tingkat usia dan gejala yang timbul karena adanya kelainan dalam
rongga panggul yang mengganggu aktivitas perempuan, bahkan sering mengharuskan
penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitas nya (Bobak,2009). Disminore
dikategorikan menjadi dua yaitu (1) disminore primer yang berkaitan dengan nyeri haid yang
terjadi tanpa kelainan anatomis alat kelamin, sedangkan (2) disminore sekunder yaitu nyeri
yang berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas atau masalah patologis di rongga
panggul (Manuaba,2010)

Disminore primer pada umumnya terjadi setelah 1-3 tahun dari Menarche
(Ningsih,2011). Disminore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktifitas para
wanita, jika seorang siswi mengalami disminore aktifitas belajar mereka terganggu. Sebagai
contoh seorang siswi yang mengalami disminore tidak dapat berkonsentrasi belajar dan
motivasi belajar akan menurun karena disminore yang dirasakan pada proses belajar
mengajar (Cicilia dkk,2015)

Angka kejadian nyeri menstruasi (disminore) di dunia sangat besar. Rata rata lebih
dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka
prosentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia sekitar 55%
perempuan usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian
(prevalensi) nyeri menstruasi sekitar 45-95% dikalangan wanita usia produktif (Atikah,2009).
Angka kejadian disminore tipe primer di Indonesia adalah sekitar 54,89% sedangkan
sisanya adalah penderita desminore sekunder (Atikah,2009). Walaupun tidak berbahaya,
namun seringkali dirasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya (Atikah,2009). Derajat
nyeri dan kadar dan gangguan tidak sama di setiap wanita, ada yang masih bisa bekerja
(sesekali sambil meringis) ada pula yang tidak kuasa untuk bekerja karena nyeri nya
(proverawati & misaroh,2009).

Permasalahan nyeri haid dapat menyerang perempuan yang paling di keluhkan


perempuan. Nyeri haid dapat menyerang perempuan yang mengalami haid pada usia
berapapun, tidak ada batasan usia dan sering disertai dengan kondisi yang memperberat
seperti pusing keringat dingin pingsan. Jika terjadi seperti itu tentunya haid tidak boleh
dibiarkan saja. Nyeri haid harus diatasi dengan benar (Anurogo&wulandari,2011)

Nyeri haid tidak segera diatasi akan dipengaruhi fungsi mental dan fisik individu
sehingga mendesak untuk segera mengambil tindakan atau terapi secara farmakologis atau
non farmakologis. Terapi secara farmakologis adalah salah satunya dengan pemberian obat
analgesik. Obat golongan NSAID dapat meredakan nyeri dengan cara meredakan
prostagaldin yang meyebabkan nyeri dan memberi efek samping yang berbahaya terhadap
sistem tubuh lainya (nyeri lambung dan kerusakan ginjal). Hal yang sama juga terjadi di
Indonesia lebih banyak perempuan yang mengalami disminore tidak melaporkan atau
berkunjung kedokter. Rasa malu ke dokter dan kecenderungan untuk meremehkan penyakit
sering membuat data penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat dipastikan secara mutlak.
Dikatakan 90% perempuan indonesia pernah mengalami disminore primer (Anurogo 2011).
Disminore primer menejemen nyeri dan non farmakologis merupakan tindakan penurunan
respon nyeri tanpa menggunakan agen farmakologis (Hendrawan 2013). Ada Beberapa cara
yang dilakukan untuk mengatasi nyeri secara non farmakologis antara lain terapi massage,
posisi kaki ditinggikan dari pada badan, olahraga, pengaturan diet dan pemberian kompres
hangat.

Pemberian kompres hangat merupakan salah satu tindakan mandiri. Efek hangat dari
kompres dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah yang nantinya akan
meningkatkan aliran darah ke jaringan penyaluran zat asam dan makanan ke sel – sel di
perbesar pembuangan dari zat zat diperbaiki yang dapat mengurangi rasa nyeri haid primer
yang disebabkan suplai darah ke endometrium kurang (Natali 2013). Pemberian kompres
hangat memakai prinsip pengaturan panas secara konduksi yaitu dengan menempelkan botol
yang berisi air hangat pada perut sehigga akan terjadi penurunan nyeri pada wanita dengan
disminore primer, karena pada wanita dengan disminore primer ini mengalami kontraksi
uterus dan kontraksi otot polos (Anugraheni & Wahyuningsin 2013). Kompres air hangat ini
sangat efektif dalam menurunkan nyeri haid atau spasme otot. Pemberian peningkatan suhu
dapat melebarkan pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal. oleh karena itu
peningkatan suhu yang disalurkan melalui kompres hangat dapat meredakan nyeri haid
dengan menyingkirkan produk produk inflamasi seperti bradikinin, histamin, dan
prostaglandin yang menimbulkan rasa nyeri (Price & Wilson 2005).

Ada bebrapa penelitian terkait dengan masalah diantaranya penelitian oleh


Anugraheni & Wahyuningsih 2013 tentang efektifitas kompres hangat terhadap penurunan
rasa nyeri pada mahasiswa Stikes Rs.Baptis kediri tahun 2013, menyatakan bahwa kompres
hangat dapat menurunkan nyeri menstruasi dengan tingkat signifikan kurang lebih 0,05.
Selain itu ada penelitian tentang perbedaan nyeri menstruasi dengan perlakuan kompres
hangat pada siswi SMP N 1 Pare Kediri, dengan hasil terdapat hasil perbedaan tingkat nyeri
dengan perlakuan kompres hangat yaitu nyeri menstruasi berkuarang sebanyak 24 orang dan
dengan tingkat signifikansi p=0,000 (p,0,05)
Berdasarkan survei di kelas 12 SMK Muhammadiyah Klaten terdapat 28 siswi. Dari
wawancara yang dilakukan hampir semua pernah mengalami disminore primer, untuk
penanganan nya 86 populasi. Dan 47 yang memenuhi kriteria. Dari 47 siswi peneliti memilih
18 siswi yang dijadikan sampel.

Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong penulis melakukan penelitian


pengaruh kompres hangat pada penurunan nyeri mentruasi pada siswi kelas 12 SMK
Muhammadiyah Klaten.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat di susun
adalah “Apakah ada pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri
menstruasi pada Siswi Kelas 12 SMK Muhammadiyah Klaten“.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri


menstruasi pada Siswi kelas 12 SMK Muhammadiyah Klaten.

Tujuan Khusus

Tujuan khusu penelitian ini untuk memberikan bukti empiris tentang bagaimana :

1. Mengidentifikasi nyeri mentruasi sebelum pemberian kompres hangat pada Siswi


kelas 12 SMK Muhammadiyah Klaten.
2. Mengidentifikasi nyeri menstruasi setalah pemberian kompres hangat pada Siswi
kelas 12 SMK Muhammadiyah Klaten.
3. Menganalisis pengaruh pemberian kompres hangat terhadap penurunan nyeri
menstruasi pada Siswi kelas 12 SMK Muhammadiyah Klaten.
Manfaat Penelitian

Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tenaga kesehatan agar
lebih meningkatakan perhatian terhadp program kesehatan remaja khususnya tentang
desminore dan mengatasinya

Bagi Masyarakat

penelitian diharapkan dapat memberi masukan bagi keluarga dan masyarakat agar
dapat memberikan penjelasan pada wanita mengenai disminore dan cara mengatsinya

Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga pendidikan
kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang disminore dan mengatasinya
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
1. Remaja
a. Pengertian Remaja
Remaja atau adolesce, berasal dari bahasa latin “adolesce" yang berarti tumbuh ke
arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan kematangan fisik
saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi. Masa remaja adalah peralihan
dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana Pada masa itu terjadi
perubahan perubahan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Intan dan Iwan,
2012,h13).
b. Karakteristik Remaja
Karakteristik remaja berdasarkan umur menurut (Intan dan Iwan, 2012,h14)
sebagai berikut :
1) Masa Remaja Awal (10-12 tahun)
Tampak dan merasa lebih dekat dengan teman sebaya. Tampak dan merasa
ingin bebas. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan
tubuhnya, mulai berpikir yang khayal atau abstrak
2) Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)
Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri, adanya keinginan untuk
berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis, timbul perasaan cinta yang
mendalam, kemampuan berpikir abstrak makin berkembang, berkhayal
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.
3) Masa Remaja Akhir (16-19 tahun )
Menampakan pengungkapan kebebasan diri, dalam mencari teman sebaya
lebih selektif, memiliki citra (gambaran, keadaan peranan) terhadap dirinya.
Dapat mewujudkan perasaan cinta perkembangan remaja.
c. Perubahan Fisik pada Remaja
Perubahan fisik pada masa remaja menurut (Intan dan Iwan,2012, h16-17) yaitu :
Pada masa ini terjadi perubahan fisik yang cepat disertai pertumbuhan organ-
organ reproduksi (organ seksual). Perubahan yang terjadi pada organ reproduksi
diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
1) Tanda-tanda Seks Primer
Laki-laki mengalami mimpi basah dan perempuan mengalami menstruasi
(Intan dan Iwan, 2012, h16-17).
2) Tanda- tanda Seks Sekunder
Tanda seks pada perempuan antara lain lengan dan tungkai kaki panjang
tangan dan kaki bertambah besar, pinggul lebar, bulat, dan membesar.
Tumbuh bulu-bulu halus di sekitar ketiak dan vagina. Tulang-tulang wajah
mulai memanjang dan membesar. Pertumbuhan payudara puting susu
membesar dan menonjol. Serta kelenjar susu berkembang, payudara menjadi
lebih besar dan lebih bulat. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat,
lubang pori-pori bertambah besar kelenjar lemak, kelenjar keringat menjadi
lebih aktif. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan
dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu,
lengan dan tungkai. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu ( Intan dan
Iwan,2012,h16-17).
2. Menstruasi
a. Pengertian Menstruasi
Menstruasi adalah siklus alami yang terjadi secara regular untuk mempersiapkan
tubuh perempuan setiap bulannya terhadap kehamilan. Siklus haid ini melibatkan
beberapa tahapan yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang dikeluarkan oleh
hipotalamus, kelenjar di bawah otak depan dan indung telur. Pada permulaan
siklus, lapisan sel rahim akan mulai berkembang dan menebal. Lapisan ini
berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila perempuan
hamil (Anurogo dan Wulandari, 2011,h10).
b. Siklus Menstruasi
Siklus haid terdiri dari tiga tahapan menurut (Anurogo &Wulandari, 2011)
1) Fase Folikuler
Dimulai dari hari ke 1 hingga sesaat sebelum kadar LH (Luteinizing
Hormone), hormon gonadotropik yang disekresi oleh kelenjar pituitari
anterioserta berfungsi merangsang pelepasan sel telur dan membantu
pematangan serta perkembangan sel telur meningkat dan terjadi pelepasan sel
telur atau ovulasi. Dinamakan fase folikuler karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan folikel di dalam ovarium.
Pada masa pertengahan fase folikuler, kadar FSH ( Follicelstimulating
hormone) meningkat sehingga merangsang pertumbuhan folikel sebanyak 3-
30 folikel yang masing-masing mengandung satu sel telur. Hanya satu folikel
yang akan terus tumbuh dan yang lainnya akan hancur. FSH adalah hormon
gonadotropin yang merangsang ( menstruasi ) sel telur ( ovarium ) untuk
memproduksi folikel yang akan matang dan melepaskan telur yang dibuahi
saat ovulasi(pelepasan sel telur) , dan berperan untuk menstimulasi folikel
ovarium untuk memproduksi hormon estrogen.
Pada suatu siklus, sebagian indung telur dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan kadar hormon estrogen dan hormon progesteron. Indung telur
terdiri dari tiga lapisan. Lapisan yang paling atas dan lapisan tengah adalah
bagian yang dilepaskan. Sedangkan lapisan dasar akan tetap dipertahankan
dan menghasilkan sel-sel baru untuk membantu kedua lapisan yang telah
dilepaskan. Darah haid tidak membeku , kecuali jika terjadi pendarahan yang
hebat. Setiap kali haid darah yang hilang sebanyak 28-283 gram.
2) Fase ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase ovulatoir sel telur
dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya
peningkatan kadar LH. Folikel yang matang akan tampak menonjol dari
permukaan indung telur sehingga akhirnya pecah dan melepaskan sel telur.
Pada saat terjadi pelepasan sel telur ini, beberapa perempuan sering merasakan
nyeri yang hebat pada perut bagian bawah. Nyeri ini akan terjadi selama
beberapa menit hingga beberapa jam mengikuti proses pelepasan sel telur.
3) Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14 hari.
Setelah pelepasan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup dan
membentuk corpus luteum disebut juga yellow body, struktur anatomis yang
kecil dan berwarna kuning pada permukaan ovarium. Selama masa subur atau
reproduksi wanita, korpus luteum dibentuk setelah setiap ovulasi atau
pelepasan sel telur yang menghasilkan progesteron dalam jumlah cukup besar.
Hormon progesteron ini akan menyebabkan suhu tubuh meningkat titik ini
terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai siklus yang baru
dimulai.
3. Nyeri Haid
a. Pengertian nyeri haid
Nyeri haid merupakan salah satu keluhan wanita yang sedang mengalami
menstruasi hari pertama dan hari kedua yang disertai rasa nyeri yang muncul di
bagian abdomen sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Anurogo dam
Wulandari, 2011,h35).
b. Klasifikasi nyeri haid
1) Nyeri haid primer
Nyeri haid adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital
yang nyata. Nyeri haid primer biasanya terjadi dalam 6- 12 bulan pertama
setelah haid pertama segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan selama
menstruasi, sel-sel endometrium yang terkelupas melepaskan prostaglandin
( kelompok persenyawaan mirip hormon yang terdiri dari asam lemak
esensial). Prostaglandin merangsang otot uterus( rahim) dan mempengaruhi
pembuluh darah biasa digunakan untuk menginduksi aborsi atau kelahiran
yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim) melalui
kontraksi miometrium (otot dinding rahim) dan vasoconstriction(penyempitan
pembuluh darah). Peningkatan kadar prostaglandin telah terbukti ditemukan
pada cairan haid pada perempuan dengan dismenorea berat. Kadar ini memang
meningkat terutama selama 2 hari pertama haid(Anurogo dan
Wulandari,2011,h44).
2) Nyeri haid sekunder
Nyeri haid sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama tetapi yang
paling sering muncul di usia 20 sampai 30 tahunan, setelah tahun-tahun
normal dengan siklus tanpa nyeri. Penyebab yang umum, diantaranya
termasuk endometriosis (kejadian di mana jaringan endometrium berada di
luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomyosis(bentuk
endometriosis yang invasif), polip endometrium ( tumor jinak di
endometrium), chronic pelvis inflammatory disease(penyakit radang panggul
menahun) dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau IU (C)D ( in-trauterine
contracceptive device). Hampir semua proses apapun yang mempengaruhi
pelvis viscera dapat mengakibatkan nyeri pelvis siklik (Anurogo dan
Wulandari,2011,h48).
c. Penyebab nyeri haid
1) Nyeri haid primer
a) Faktor endokrin
Rendahnya kadar progesteron pada akhir fase korpus luteum menimbulkan
peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus berlebih sehingga
menyebabkan nyeri di serabut uterus. Hormon progesteron menghambat
atau mencegah kontraksi uterus sedangkan hormon estrogen merangsang
kontraktilitas uterus. Di sisi lain, endometrium dalam fase sekresi
memproduksi prostaglandin F2 sehingga menyebabkan kontraksi otot otot
polos. Jika kadar prostaglandin yang berlebihan memasuki peredaran
darah maka selain dismenorea dapat juga dijumpai efek lainnya seperti
nausea atau mual, muntah, diare, Flushing respon involunter ( tak
terkontrol ) dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh kapiler
kulit, dapat berupa warna kemerahan atau sensasi panas. (Anurogo dan
Wulandari,2011,h50).
b) Kelainan oraganik
Seperti retrofleksia uterus(kelainan letak arah anatomis rahim). Hipoplasia
uterus (perkembangan rahim yang tak lengkap), obstruksi kanalis
servikalis(sumbatan saluran Jalan lahir), mioma submukosa bertangkai
( tumor jinak yang terdiri dari jaringan otot) dan polip endometrium.
( Anurogo dan Wulandar,i 2011, h 50).
c) Faktor kejiwaan atau gangguan psikis
Seperti rasa bersalah, ketakutan seksual, takut hamil, hilangnya tempat
berteduh, konflik dengan masalah jenis kelaminnya dan imaturitas (belum
mencapai kematangan).(Anurogo dan Wulandari, 2011, h50).
d) Faktor konstitusi
Seperti anemia dan penyakit menahun juga dapat mempengaruhi
timbulnya nyeri haid .( Anurogo dan Wulandari, 2011, h50).
e) Faktor alergi
Penyebab alergi adalah toksin haid menurut riset, ada hubungan antara
nyeri haid dengan urtikaria biduran, migrain dan asma .( Anurogo dan
Wulandari, 2011, h50).
2) Penyebab nyeri haid sekunder
Intra Uterine Device (alat kontrasepsi dalam rahim), adenomyosis (adanya
endometrium dalam rahim), uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri
dari jaringan otot) terutama mioma mukosum (bentuk mioma uteri ), uterine
polyps (tumor jinak di rahim), kista ovarium, endometriosis pelvis (jaringan
endometrum yang ada di panggul), penyakit radang panggung kronis, tumor
ovarium, polip endometrium. Kelainan letak uterus seperti retrofleksi,
hiperentefleksi, dan retrofleksi terfiksasi, faktor psikis, seperti takut tidak
punya anak, konflik dengan pasangan, gangguan libido (Anurogo dan
Wulandari, 2011,h52).
d. Patofisiologi nyeri haid
Nyeri haid akhirnya menunjukkan prostaglandin (hormon asam lemak esensial). P
Prostaglandin merangsang otak uterus (rahim) dan mempengaruhi pembuluh
darah yang menyebabkan iskemia uterus (penurunan suplai darah ke rahim)
melalui kontraksi miometrium dan vasokontriksi (penyempitan pembuluh darah)
yang ada di endometrium sekretori. Kadar prostaglandin meningkat terutama
selama 2 hari pertama dan penurunan progesteron pada akhir fase luteal
menimbulkan peningkatan tonus miometrium dan kontraksi uterus berlebih
sehingga menyebabkan nyeri di serabut uterus (Anurogo dan Wulandari,
2011,h43).
Reseptor nyari merupakan organ tubuh yang berfungsi menerima rangsang nyeri
dan dalam hal ini organ tubuh yang berfungsi reseptor nyari adalah ujung saraf
dalam kulit yang hanya berespon pada stimulasi yang kuat yang secara potensial
merusak. Reseptor nyari disebut juga nasiseptor, sejarah anatomis reseptor nyari
ada yang bermielin dari saraf eferen (Zakiyah dan Ana, 2015,h8).
Nasiseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit
(kutaneus), somatik dalam ( deep somatik), dan pada daerah viseral. Oleh karena
perbedaan letak nasiseptor kutaneus berasal dari kulit dan sebutan. Nyari pada
daerah ini biasanya mudah di lokalisasi dan didefinisikan (Zakiyah dan Ana,
2015,h8).
Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam 2 komponen:
1) Serabut delta A
Serabut nyeri aferen cepat dengan kecepatan transmisi 6-30 m/detik yang
memungkinkan timbulnya nyari tajam yang akan cepat hilang apabila
penyebab nyeri dihilangkan. Implus yang dihasilkan oleh serabut in this
arabnya tajam dan memberikan sensasi yang akut (Zakiyah dan Ana,
2015,h8).
2) Serabut delta C
Serabut nyeri aferen lambat dengan kecepatan transmisi 0,5- 2 m/detik yang
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya lebih tumpul dan sulit
di lokalisasi nyeri biasanya pertama kali dirasakan sebagian sensasi tertusuk
tajam yang singkat dan mudah diketahui lokasinya, sensasi tersebut
melibatkan selaput delta A atau jalur cepat. Perasaan tersebut akan diikuti
dengan sensasi yang timbul yang lokasinya tidak jelas dan menetap lebih lama
disertai rasa tidak nyaman, cinta sih tersebut melibatkan serabut data C
sebagian jalur lambat (Zakiyah dan Ana, 2015,h9). Sebagai contoh pada saat
jari kita tertusuk sesuatu yang kita rasakan pertama kali adalah sensasi nyeri
yang tajam kemudian diikuti dengan nyeri yang lebih difus (menyebar).
(Zakiyah dan Ana, 2015,h9). Reseptor nyeri (serabut delta A dan C ) akan
bereaksi menimbulkan nyeri jika distimuli oleh beberapa faktor diantaranya
(Zakiyah dan Ana, 2015,h9).
(Zakiyah dan Ana, 2015,h11), menjelaskan mekanisme timbulnya nyeri
melibatkan 4 proses yaitu:
a) Proses transduksi
Proses transduksi merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri (noxious
stimuli) diubah menjadi suatu aktifitas listrik yang akan diterima ujung-
ujung saraf (nerver ending). Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik
(tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri ) (Zakiyah dan Ana,
2015,h11).
b) Proses transmisi
Transmisi atau transmission password di mana stimulus dipindahkan dari
saraf perifer melalui medula spinalis (spinal cord) menuju otak (Zakiyah
dan Ana, 2015,h11).
c) Proses medulasi
Proses modulasi (modulation) adalah proses dari mekanisme nyeri di mana
terjadi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita
dengan input nyeri yang masuk kornu posterior medula spinalis. Jadi,
proses ini merupakan proses desende yang dikontrol oleh otak. Sistem
analog isi endogen ini meliputi enkefalin, endorfin, serotonin, dan
noradrenalin; memiliki efek yang dapat menekan impuls nyari pada karnu
posterior medula spinalis. Kornu posterior dapat diibaratkan sebagai pintu
yang dapat tertutup dan terbuka yang dipengaruhi oleh sistem analgesik
endogen tersebut di atas. Proses modulasi ini juga memengaruhi
subjektivitas dan derajat nyari yang dirasakan seseorang (Zakiyah dan
Ana, 2015,h12).
d) Persepsi
Hasil dari proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari
proses transduksi dan transmisi pada gilirannya menghasilkan suatu
peranan subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri. Pada saat pelayan
menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang kompleks. Faktor
faktor psikologis dan kognitif dan bereaksi dengan faktor-faktor neuro
fisiologis dalam persepsikan nyeri (Zakiyah dan Ana, 2015,h12).
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri haid
Nyeri haid dipengaruhi oleh faktor-faktor dibawah ini:
1) Usia
Nyeri haid primer ditemukan pada usia 16 -25 tahun dan yang tertinggi pada
usia 17- 29 tahun. Terapi pada usia yang tepat pada saat awitan (onset) nyeri
haid tersebut mungkin sukar diketahui karena nyari haid dapat berangsur-
angsur menjadi progresif. Ciri khas nyeri haid adalah timbulnya 3- 5 tahun
setelah menarche, sering dengan belum berlangsungnya siklus ovulatorik
yang merupakan ciri khas wanita dengan normal (Putri 2017).
2) Menarche (umur pertama kali haid
Umur seseorang wanita pertama kali haid (menarche ) bervariasi antara 10-16
tahun atau masa pubertas yaitu masa peralihan anak-anak menjadi dewasa
sesudah itu wanita memasuki masa reproduksi sehingga menjadi faktor resiko
terjadinya nyeri haid yaitu saat umur menstruasi pertama < 12 tahun (Anurogo
dan Wulan, 2017).
3) Status gizi
Faktor masalah gizi remaja timbul karena perilaku gizi yang salah yaitu
ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang
dianjurkan. Junk food digemari remaja, di dalam junk food sangat sedikit
(bahkan ada yang sama sekali) tidak mengandung kalsium, besi riboflavin,
asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol
dan natrium tinggi. Prostaglandin adalah kelompok yang diturunkan dari asam
lemak karbo tak jenuh, Sedangkan prostaglandin di dalam darah diduga
sebagai penyebab timbulnya nyeri haid (Putri, 2017).
4) Stress
Stres adalah gangguan atau kekacauan mental yang disebabkan oleh faktor
luar. Respon stres dikoordinasikan dengan upaya tubuh oleh sistem saraf
otonom yang terdiri dari saraf simpatis dan parasimpatis. Nyeri haid
ditimbulkan karena ketidakseimbangan saraf otonom terhadap miometrium.
Pada keadaan ini terjadi rangsangan yang berlebih oleh saraf simpatis
sehingga serabut circular menjadi hipertonik (Putri,2017).
5) Paritas
Hubungannya dengan paritas, Ternyata wanita nulipara lebih sering menderita
dismenorea, kemudian berkurang setelah melahirkan terutama dengan
persalinan aterm pervagina. Hal ini disebabkan oleh uterus yang makin kecil
atau uterus tegang dan ostium masih sempit (Putri, 2017).
f. Dampak dari nyeri menstruasi
Dampak nyeri haid pada remaja akan menimbulkan kecemasan berlebihan akan
mempengaruhi terjadinya penurunan kecakapan dan keterampilan siswi yang akan
sangat mempengaruhi penurunan aktivitas sekolah dan prestasi.( Menurut Chentia,
2015) melaporkan bahwa 52% pelajar di Jogjakarta tidak dapat melakukan
aktivitasnya dengan maksimal selama menstruasi. Dampak lain yang muncul
apabila mengalami nyeri serta akan menurunkan konsentrasi seseorang dan bila
nyeri berlangsung dalam waktu yang lama maka akan mengakibatkan keadaan
patologi terjadinya endometriosis radang panggul dan kelainan lainnya yang
mengarah pada dismenorea.
g. Cara penilaian nyeri haid
Menentukan nyeri dismenore di sini menggunakan skala penilaian numerik
(numerical rating scale, NSR) yang digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata dengan menggunakan skala 0 -10 (Nida &Sari, 2016).
Gambar. Skala Nyeri

Keterangan :
 Skala 0 berarti tidak ada nyeri sama sekali
 Skala 1-3 berarti nyeri ringan (masih bisa ditahan, tidak sampai mengganggu
aktifitas)
 Skala 4-6 berarti Nyeri Sedang (sudah mulai mengganggu aktifitas)
 Skala 7-10 berarti Nyeri Berat (sampai tidak bisa melakukan aktifitas fisik
secara mandiri)

h. Penatalaksanaan nyeri haid


1) Farmakologis
Farmakologis yakni dengan obat golongan non steroid anti-inflamatory drugs
(NSAID) seperti ibuprofen dosis 200-400 mg, naproxen dosis 550 mg,
acetaminofene dosis 325- 650 mg, ketoprofen dosis 25-50 mg. Terapi obat-
obatan tersebut menyebabkan ketergantungan dan memiliki kontraindikasi
(Ardina, 2016).
2) Non farmakologis
a) Acupressure
Salah satu cara pengobatan tradisional Tiongkok yang sudah lama dikenal
keberadaannya. Di barat, cara pengobatan yang sama dengan akupresur
adalah penekanan- penekanan pada titik pengaktif (trigger point) di mana
dalam hal nyeri titik pengaktif adalah sama dengan titik akupuntur
sementara menurut ilmu kedokteran timur, akupresur adalah penekanan
titik-titik akupuntur dengan tujuan memperlancar sirkulasi sehingga
tercapai keseimbangan energi, dengan indikasi utama untuk nyeri dan
gangguan neuromuskular sedangkan indikasi lainnya adalah sama dengan
akupuntur. Signifikan dan dalam perkembangan selama ribuan tahun,
akupresur mempunyai banyak ragam dalam hal teknik dan metode,
kemudian berkembang menjadi poiting terapi (Zakiyah dan Ana, 2015,
h75).
b) Kompres hangat
Terapi kompres hangat merupakan terapi kompres yang dilakukan untuk
memberikan rasa hangat pada remaja putri dengan menggunakan cairan
atau alat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian perut saat haid.
Kompres hangat dilakukan dengan cara memasukkan air hangat kedalam
botol atau buli-buli dan diletakkan di bagian perut dengan menggunakan
kain pengalas sampai kondisi nyeri berkurang (Anurogo dan Wulandari,
2011).
c) Distraksi
Distraksi merupakan strategi pengalihan nyeri yang memfokuskan
perhatian ke klien ke stimulus yang lain daripada terhadap rasa nyeri dan
emosi negatif teknik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori
bahwa aktivitas retikuler menghambat stimulus nyeri, jika seseorang
menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambat
input nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien).
Perbedaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi
aktif klien, banyaknya modalitas sensorik yang digunakan dan minat klien
dalam stimulasi. Oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran,
sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding
stimulasi satu indra saja (Zakiyah dan Ana, 2015,h76).
d) Message effleurage
Message merupakan melakukan tekanan dengan menggunakan tangan
pada jaringan lunak biasanya otot tendon atau ligamentum tanpa
menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendiri yang ditujukan untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi.
Effleurage teknik message dimana pasien dalam posisi setengah duduk,
atau letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan
digerakkan melingkar dari arah pusat ke simfisis atau dapat juga
digunakan satu telapak tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah.
Cara ini dapat dilakukan sendiri oleh responden (Zakiyah dan Ana, 2015).
e) Relaksasi
Tubuh bereaksi saat kita stres maupun ketika kita dalam keadaan rileks.
Saat kita terancam atau takut, tubuh kita memberikan dua macam reaksi
“melawan" atau “menyerah" yang dicetuskan oleh hormon Adrenalin. Otot
tubuh menjadi tegang, nafas lebih cepat, jantung berdenyut lebih cepat,
tekanan darah meninggi untuk menyediakan oksigen bagi tubuh, gula
dilepaskan dalam jumlahyang banyak dari hati untuk memberikan “bahan
bakar) bagi otot, keseimbangan natrium dan kalium berubah dan keringat
mulai bercucuran. Tanda pertama yang menunjukkan keadaan stres adalah
adanya reaksi yang muncul dan menegangnya otot-otot (Anurogo dan
Wulandari, 2011).
f) Hipnoterapi
Metode hypnotherapy mengubah pola pikir dari yang negatif ke positif.
Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah memunculkan pikiran bawah
sadar agar latar belakang permasalahan dapat diketahui dengan tepat.
Hypnotherapy merupakan salah satu cara yang cukup ampuh untuk
menyembuhkan nyeri haid. (Anurogo dan Wulandari, 2011).

4. Kompres Air Hangat


a. Pengertian kompres air hangat
Kompres air hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu hangat setempat
dapat menimbulkan efek fisiologis. Kompres hangat dapat digunakan pada
pengobatan nyeri dan merelaksasikan otot-otot yang tegang. Skala nyeri juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dapat mengakibatkan nyeri
bertambah seperti kelelahan, kecemasan, stress, aktivitas, kegemukan, dan riwayat
nyeri sebelumnya. Persepsi setiap orang terhadap nyeri juga sangat bersifat
subjektif sehingga dapat mempengaruhi respon nyeri yang bervariasi (Eka, 2017).
b. Tujuan kompres hangat
Pemberian kompres hangat secara biologis yang menyebabkan dilatasi pembuluh
darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Pemberian kompres
hangat memakai prinsip penghantaran panas melalui cara konduksi dimana panas
ditempelkan pada daerah yang sakit untuk melancarkan sirkulasi darah dan
menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita
dengan dismenorea primer, karena pada wanita dengan nyeri haid ini mengalami
kontraksi uterus dan kontraksi otot polos (Potter&Perry, 2010).
c. Mekanisme kompres air hangat
Hal ini dapat dijelaskan dengan teori yang dikemukakan oleh Perry &Potter 2005
dalam Eka, 2017, pengompresan yang dilakukan dengan mempergunakan buli-
buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan
panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran
pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid
yang dirasakan akan berkurang atau hilang, Panas dapat mengakibatkan
peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis respon tubuh terdapat panas yaitu
menyebabkan pembuluh darah menurunkan kekentalan darah, menurunkan
ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan meningkatkan
permeabilitas kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan untuk keperluan
terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang terjadi dalam tubuh.
d. Waktu yang dapat dilakukan kompres air hangat
Dilakukan kompres air hangat 15 menit. Panas menyebabkan vasodilatasi
maksimum dalam waktu 20-30 menit, melakukan kompres lebih dari 30 menit
akan mengakibatkan kongesti jaringan dan klien akan beresiko mengalami luka
bakar karena pembuluh darah yang berkontraksi tidak mampu membuang panas
secara adekuat melalui sirkulasi darah ( Eka, 2017).
e. Cara pemberian kompres hangat
Prosedur kompres hangat menurut kozier 2010 adalah sebagai berikut:
1) Cuci tangan
2) Inspeksi kondisi kulit yang akan mendapatkan terapi hangat
3) Persiapan alat-alat
4) Mengukur suhu air menggunakan termometer air 40 – 46o C
5) Mengisi kantong sampai 2 per 3 kantong karet
6) Mengeluarkan udara yang ada di dalam kantong dan rapatkan tutup kantong
7) Keringkan kantong dan pegang pada posisi terbalik untuk memeriksa
kebocoran
8) Bungkus kantong dengan handuk serta Letakkan pada area simfisis pubis
yang diberi terapi
9) Angkat botol buli buli setelah 15 menit
10) Catat perubahan yang terjadi selama tindakan
11) Merapikan responden
12) Cuci tangan

B. Kerangka Teori

Perkembangan Remaja
1. Tanda-tanda seks primer
2. Tanda-tanda seks sekunder

Peluruhan dinding rahim


Farmakologi :
1. Nonsteroidal Anti
Prostaglandin meningkat Inflamatory Drugs NSAID)
seperti :
 Ibuprofen
 Naproxen
Kontraksi  Acetaminofene
Faktor yang disritmia  Ketoprofen
mempengaru miometrium  Meclofenamate sodium
hi nyeri haid :

1. Usia
2. Menarche Nyeri Haid
3. Status gizi Non Farmakologi :
4. Stres
1. Akupressure
5. paritas
2. Massage Effeurage
3. Distraksi
4. Kompres Hangat
5. Relaksasi
6. hipoterapi

Kompres air hangat

Tujuan kerja kompres air hangat:

1. Menyebabkan pelebaran pembuluh darah.


2. Terjadi penurunan ketegangan otot

Nyeri berkurang
Gambar. Kerangka Teori

Sumber : Intan dan Iwan, (2012), Ahmad Dahro, (2011), Putri, (2017), Kurnia et al, 2011
disitasi oleh Chentia, (2015), Ardina, (2016), Anurogo& Wuandari, (2011), Ekowati,
(2011).

C. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan.
Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data ( Sugiyono, 2015, h64). Hipotesa dalam penelitian ini adalah :
1. Ha : Ada pengaruh kmpres air hangat terhadap tinggat nyeri haid pada
remaja
2. Ho : Tidak ada pengaruh kompres air hangat terhadap tingkat nyeri haid
pada remaja
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut :

Variabel bebas Variabel terikat

Kompres air Penurunan nyeri


hangat haid

Variabel pengganggu

1. Umur
2. Menarche
3. Status gizi
4. Stress
5. paritas

Gambar Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti.


B. Desain penelitian
Desain penelitian ini menggunakan quasi eksperimen ( eksperimen semu).
Dengan rancangan non equivalen with control grup yaitu penelitian yang menguji coba
suatu eksperimen pada sekelompok subyek dengan kelompok pembanding namun tidak
dilakukan randomisasi untuk memasukan subyek kedalam kelompok perlakuan atau
kontrol ( Notoadmojo, 2012, h61-62). Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh kompres air hangat terhadap tingkat nyeri haid di SMK 4 Muhammadiyah
klaten.

Postest Pretest perlakuan

Kelompok intervensi O1 X1
O11

Kelompok kontrol O2
O21

Gambar Rancangan Penelitian

Keterangan :
X1 : Perlakuan dengan kompres air hangat.
O1 : Pengukuran nyeri haid pertama pada kelompok intervensi.
O11 :
Pengukuran Nyeri haid kedua pada kelompok intervensi.
O2 : Pengukuran Nyeri haid pertama pada kelompok kontrol.
O21 :
Pengukuran nyeri haid kedua pada kelompok kontrol.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteritas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono,2012, h80). Populasi
pada penelitian ini adalah siswi kelas XII SMK 4 Muhammadiyah Klaten sebanyak
86 siswi.
2. Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah 18 siswi utuk yang kelompok kontrol dan
untuk kelompok eksperimen. Pada 86 populasi yang terdiri dari 7 kels. Peneliti
menyeleksi sesuai dengan inklusi dan eksklusi. Setelah terseleksi didapatkan hasil
47 siswi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dari 47 siswi peneliti memlih
18 siswi yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pengembalian sampel sesuai
dengan perkiraan 1 Mei sampai 16 Mei. Kemudian dibagi dalam dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Teknik sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling
yaitu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti. ( Tujuan/masalah dalam penelitian). Sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal
sebelumnya. (nursalam,2011,h93-94)
Kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
1. Remaja putri yang mengalami haid pada awal bulan mei sampai pertengahan
bulan Mei.
2. Remaja putri usia 16-18 tahun
3. Remaja putri yang IMT normal.
4. Remaja putri yang stres ringan.
5. Remaja putri yang nyeri ringan sampai sedang.
6. Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria ekslusi
1. Menggunakan obat analgesik.

D. Variabel Penelitian.
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh sesuatu penelitian tentang suatu konsep tertentu
( Notoatmojo,2011, hl03). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas ( pengaruh/independent variable)
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel
terikat ( sugiyono,2012, h39). Variabel bebas penelitian ini adalah kompres air hangat.
2. Variabel terikat ( terpengaruh/ dependent variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena
variabel bebas ( sugiyono, 2012 , h39). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
penurunan nyeri haid pada remaja putri.
3. Variabel pengganggu ( confounding variable )
Variabel pengganggu merupakan variabel yang keberadaannya mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas ( independent variable ) dan variabel terikat
( dependent variable) sehingga harus diidentifikasikan secara konseptual dan
dikendalikan ketika menentukan kriteria sampel penelitian atau dikendalikan saat
melakukan uji statistik pada ata hasil penelitian ( Dharma, 2011.h50). variabel
pengganggu dalam penelitian adalah :
a. Usia dalam penelitian ini dikendalikan dengan memilih responden berdasarkan
usia 16-17 tahun.
b. Menarche dalam penelitian ini tidak dikendalikan karena menarche responden
berbeda-beda.
c. Status gizi dalam penelitian ini dikendalikan dengan memilih responden IMT
normal 18,7-23,9
d. Stress dalam penelitian ini dikendalikan dengan DASS
e. Paritas dalam penelitian ini dikendalikan dengan memilih responden belum
menikah.

E. Definisi Operasional

NO Variabel Definisi Alat Ukur Hasil ukur skala


penelitian Operasional
1. Kompres air Kompres air hangat Jam 1. kelompok Nominal
hangat selama 15 menit termometer yang
yaitu pada haid hari diberikan
pertama kepada terapi
klien untuk kompres air
mengurangi nyeri hangat.
haid. 2. kelompok
yang tidak
diberikan
kompres air
hangat.
2. Nyeri Haid Rasa yang tidak NRS Skor 0-6 Rasio
nyaman yang ( Numeric
terjadi saat Rating
menstruasi pada Scale ) 9
hari pertama skore
dengan
karakteristik nyeri
yang dirasakan
pada perut bagian
bawah yang
disebabkan karena
meningkatnya
kontraksi uterus
disertai dengan
lemas dan mual.

F. Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMK 4 Muhammadiyah Klaten dengan ruangan UKS yang
tertutup. Waktu pengambilan data penelitian pada 1 Mei 2020
G. Etika Penelitian
Etika penelitian yaitu peneliti perhatikan menurut Hidayat (2014,h83)
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antar peneliti dan responden dengan
memberikan lembar informed consent, peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang
tujuan dan prosedur penelitian. Setelah ini peneliti memberikan lembar informed
consent kepada siswi dan apabila siswi tidak bersedia mengisi, maka peneliti harus
menghormati hak siswi dan tidak memaksa. Dalam pelaksanaan penelitian ini, seluruh
responden bersedia mengisi informed consent.

2. Anonimity
Peneliti tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan nomor responden pada lembar pengumpulan data untuk
menjamin privasi responden. Nomor yang ditulis menggunakan angka.
3. Confidentiality
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Data yang berhubungan dengan peneliti ini hanya diketahui
oleh peneliti dan digunakan untuk keperluan penelitian. Hanya kelompok data tertentu
yang dilaporkan pada hasil riset. Dalam penelitian ini, data yang tidak digunakan
dimusnahkan.

H. Alat dan bahan penelitian


Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah
diperoleh ( Arikunto,2010,h92). Instrumen yang akan digunakan yaitu :
1. Instrumen A yaitu data demografi
Data demografi digunakan untuk mengetahui kode responden, alamat responden, no
hp, usia sekarang, tanggal perkiraan haid, tinggi badan, berat badan.
2. Instrumen B yaitu : numeric rating scale (NRS)
Numeric rating scale ( NRS ) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur skala
nyeri responden. Pada instrumen B ini terdapat gambar numeric rating scale (NRS)
yang diberikan pada responden.

Keterangan :
0 ( tidak nyeri ) : Pasien mengatakan tidak merasa sakit, tampak rileks,
melakukan aktivitas secara mandiri
1-3 ( Nyeri ringan ) : Pasien mengatakan nyerinya ringan atau sedikit nyeri dan
tidak tampak gelisah.
4-6 ( Nyeri sedang ) : Pasien mengatakan nyeri sedang atau masih dapat ditahan,
tampak gelisah karena nyerinya.
7-10 ( Nyeri berat ) : Pasien mengatakan nyerinya tidak ditanam tanpa gelisah,
fungsi mobilitas atau perilaku berubah.
3. Instrumen C yaitu : Instrumen yang digunakan dalam variabel tingkat stress
menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stress Scale) yang sudah baku,
sehingga tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Hasil uji validitas dan
reliabilitas pada kuesioner pengukur tingkat stressmenurut ( lovibond,1995)
menghasilkan cronbanchs alpha yaitu 0,911. Pada instrumen ini jumlah soal 14 butir
pertanyaan kuesioner yang mewakili variabel indikator stress dan semua pernyataab
dinyatakan valid. Pernyataan menggunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban.
Setiap pertanyaan dinilai dengan nilai antara 0-3 setiap pertanyaan terdiri dari 4
penilaian yaitu 0 = tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 = sering, dan 3= selalu.
Masing-masing angka/skor tersebut dijumlahkan dan dari hasil tersebut dapat
diketahui tingkat stress seseorang dengan skor normal = 0-14, stres ringan15-18, stres
sedang 19-25 ( lovibond,1995,h4).
I. Uji validitas dan reliabilitas.
Validitas merupakan ketepatan alat ukur untuk mendapatkan data mengukur yang
valid, artinya suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mengukur apa
yang seharusnya diukur ( Sugiyono,2012,h121). Sedangkan reliabilitas adalah tingkat
konsentrasi suatu pikiran dan menunjukkan apakah pengukuran menghasilkan data yang
bisa dipercaya jika instrumen digunakan kembali secara berulang ( Dharma,2011).
Di dalam penelitian ini uji validitas dan realiabilitas tidak dilakukan karena alat penelitian
merupakan instrumen yang sudah baku, yaitu NRS ( Numeric Rating Scale) dengan
menggunakan nilai r= 0,90 sudah menunjukan reliabel sehingga tidak perlu dilakukan uji
validitas dan reliabilitas (potter & perry dalam Hidayat 2014). Peneliti tidak melakukan uji
validitas dan reliabilitas pada instrumen pengukuran tingkat stress karena instrumen DASS
42 ( depression anxiety stress scale 42) sudah baku dengan nilai cronbachs alpha depresi
0,905 : ansietas 0,851 : dan stress 0.880 (lovibond,1995).
J. Jalannya penelitian
Adapun tahap kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut
1. Tahap persiapan
a. Langkah awal penelitian ini yaitu peneliti menentukan judul penelitian dan
penyusunan proposal penelitian yang dikonsulkan kepada pembimbing dan
diujikandengan sidang proposal pada bulan Mei.
b. Penelitian ini selanjutnya mencari ijin penelitian dengan mendaftar secara online di
Dinas penanaman Modal dan pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah
( DPMPTSP provinsi jawa tengah) menggunakan lampiran surat ijin penelitian dari
kampus. Setelah ijin penelitian sudah dikonfirmasi, peneliti selanjutnya mengurus ijin
penelitian dibalai pengendali pendidikan menengah dan khusus wilayah III ( BPPMK
WiLIII) peneliti selanjutnya mengurus ijin penelitian di SMK 4 Muhammadiyah
Klaten dengan tembusan surat ijin penelitian dari kampus. DPMPTDP provinsi Jawa
Tengah dan dari BPPMK WiLIII.
c. Peneliti selanjutnya menetapkan 2 asisten penelitian dengan kriteria yaitu :
Mahasiswa tingkat II SI keperawatan karena sudah mendapatkan mata kuliah
keperawatan maternitas dan bersedia membantu penelitian dan membantu
mendokumentasikan jalannya penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
a. Peneliti membuat kontrak waktu dengan bagian kurikulum dan disepakati waktu
pelaksanaan screening penelitian pada tanggal 28 April 2020 jam 09.00 WIB dan
untuk penelitian mulai tanggal 1 Mei sampai 16 Mei 2020.
b. Peneliti selanjutnya memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud
dan tujuan penelitian. Jika responden bersedia, asisten peneliti memberikan
lembar informed consent kesediaan menjadi responden, selanjutnya responden
menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Dalam pelaksanaan
penelitian ini. Seluruh responden bersedia mengisi informed consent.
c. Peneliti selanjutnya melakukan screening menggunakan instrumen A untuk
mengetahui kode responden, alamat responden, no hp, usia sekarang, tanggal
perkiraan haid, tinggi badan, barat badan dan stress untuk menentukan kriteria
inklusi dan ekslusi.
d. Asisten peneliti membantu membagikan kuesioner DASS kepada responden
untuk diisi. Sebelum kuesioner diisi oleh responden, peneliti menjelaskan cara
pengisian kuesioner.
e. Responden dipersilahkan mengisi kuesioner sesuai keadaan yang dialaminya
dengan didampingi oleh peneliti untuk menjelaskan bila ada hal yang masih
belum paham. Dan untuk mengetahui waktu haid pada responden dengan
menghubungi peneliti melalui nomor hp.
f. Responden menghubungi peneliti melalui nomor telepon untuk mengabarkan
bahwa dirinya sedang haid hari pertama.
g. Penelitian ini terdapat 28 siswi yang dijadikan sampel dalam penelitian. Dalam
pengambilan sampel sesuai dengan perkiraan tanggal haid pada awal bulan Mei
sampai pertengahan bulan mei. Kemudian dibagi dalam dua kelompok yaitu
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
h. Peneliti melakukan pelaksanaan pre test dan post test di SMK 4 Muhammadiyah
klaten yang dilakukan di ruang UKS. Pada saat peneliti datang ke sekolah,
peneliti menemui guru Bk untuk memanggil siswi yang diminta oleh peneliti di
ruang kelasnya dan siwi tersebut diminta untuk ke ruang UKS. Di ruang UKS
tersebut, sebelum dilakukan kompres air hangat peneliti mengukur skala nyeri
haid terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti memberikan kompres air hangat dengan
suhu 40oC dengan waktu 15 menit. Selanjutnya peneliti mengukur kembali skala
nyeri haid pada siswi tersebut.
i. Pada penelitian ini untuk kelompok kontrol tidak dilakukan kompres air hangat.
Hanya diukur skala nyeri saja pada saat haid pertama. Kemudian 15 menit
selanjutnya diukur kembali skala nyeri setelah 2 kali pengukuran skala nyeri,
selanjutnya kelompok kontrol tersebut diberikan edukasi menggunakan leaflet.
3. Tahap penyelesaian akhir.
a. Peneliti melakukan analisa dan menggunakan komputerisasi dengan melewati
tahap editing, coding, tabulating, entry data dan cleaning. Dalam penelitian ini
menganalisis pengaruh kompres air hangat terhadap tingkat nyeri haid pada
remaja putri di SMK 4 Muhammadiyah Klaten. Menggunakan uji shapiro wilk
untuk uji normalitas data. Dan untuk uji bivariat menggunakan uji t-test dan
independen t-test.
b. Peneliti selanjutnya melakukan penyusunan laporan hasil penelitian, kemudian
dikonsultasikan kepada pembimbing skripsi.
c. Setelah dilakukan bimbingan dan revisi serta mendapatkan persetujuan untuk
melakukan sidang hasil penelitian. Peneliti selanjutnya melaksanakan sidang hasil
penelitian. Setelah menjalani sidang hasil penelitian, peneliti mengumpulkan hasil
peneliti.
K. Metode pengolahan dan analisis data
1. Pengolahan data.
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah secara komputerisasi dalam proses
pengolahan data terdapat langkah-langkah yang ditempuh diantaranya adalah :
a. Editing ( Penyuntingan)
Editing adalah untuk pengecekan dan perbaikan data yang terkumpul, apabila ada
data yang belum lengkap jika memungkinkan dilakukan pengambilan data ulang
sehingga seluruh data dapat lengkap dan dapat diolah dengan komputer. Data
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengetahui kode responden, alamat
responden, no hp, usia sekarang, tanggal perkiraan haid, tinggi badan, berat badan
dan stress. Pada remaja yang akan diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi
oleh responden. Semua data dalam penelitian ini lengkap tidak ada data yang
dibuang maupun dikembalikan lagi kepada responden.
b. Coding (Pengkodean)
Coding adalah mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan. Pada penelitian ini dilakukan pengkodean yaitu kompres air
hangat. Kode 1 untuk responden dengan tidak dikompres air hangat di kode 2.
Tingkat nyeri kode 1 untuk responden dengan tingkat nyeri rendah kode 2 untuk
responden dengan tingkat sedang.
c. Tabulating ( Tabulasi ).
Tabulating dilakukan dengan menyusun dan menghitung data hasil coding untuk
disajikan dalam tabel kemudian dianalisis. Tabel berisi mengetahui kode
responden, alamat responden, no hp, usia sekarang, tanggal perkiraan haid, tinggi
badan, berat badan dan stress untuk menentukan kriteria inklusi dan ekslusi.
d. Entry data
Peneliti sudah melakukan entry data dengan memasukkan data dalam bentuk
“kode” ke dalam komputerisasi.

L. Analisa data.
a. Analisa univariat
Yaitu yang dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan distribusi frekuensi
variabel bebas dan variabel terikat ( Sugiyono, 2010). Analisa univariat pada
penelitian ini sebagai berikut
Variabel Data Uji univariat
Umur Numerik Mean, min- max, SD
IMT Numerik Mean, min- max, SD
Stress Numerik Mean, min- max, SD
Skala Nyeri Numerik Mean, min- max, SD

a. Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan dengan dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkolerasi ( Notoatmojo,2012,h183). Uji normalitas data dalam
penelitian ini menggunakan shapiro-wilk.
Uji normalitas data menggunakan shapiro-wilk karena sampel <50 hasil uji
normalitas data untuk kelompok eksperimen p-value 0.194, kelompok kontrol p-
value 0.025 yang berarti data berdistribusi normal. Sehingga analisis bivariat
menggunakan uji paired t-test. Untuk menguji masing-masing kelompok dan
menggunakan independen t-test untuk menguji kedua kelompok.

Anda mungkin juga menyukai