Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KETUBAN PECAH DINI

Disusun Oleh :
Tommy Anggara Putra, S.Kep
1511040060

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2016

LAPORAN PENDAHULUAN

A.

PENGERTIAN
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini merupakan
pecahnya selaput janin sebelum proses persalinan dimulai (Manuaba, 1998).
1.

KPD saat preterm (KPDP) adalah KPD pada usia <37 minggu

2.

KPD memanjang merupakan KPD selama >24 jam yang berhubungan dengan
peningkatan risiko infeksi intra-amnion
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatanmembranatau


meningkatnya tekanan intra uterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan adanya infeksiyangdapat berasaldarivagina serviks (Prawirohardjo,
2002).
Ketuban pecah dini atausponkaneous / early / premature rupture of the membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebsalum partu : yaitu bila pembukaan pada
primigravida dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 1998).
B.

ETIOLOGI
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Selain ituketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya
adalah sebagai berikut :
1.

Inkompetensi serviks (leher rahim)


Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainanpada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit
membuka ditengah-tengahkehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin
yang semakin besar.Adalah serviks dengan suatu kelainan anatomiyang nyata,
disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan
kongenital pada serviksyang memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa
perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya
hasil konsepsi.(Manuaba, 2002).

2.

Peninggian tekanan intra uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :
a.

Trauma
Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesisb.

b.

Gemelli
Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada
kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga
menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi
karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput
ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan
sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah.(Saifudin.
2002)

c.

Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus > 4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi
dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan
kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah
pecah (Winkjosastro, 2006).

d.

Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion > 2000
ml. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak.
Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara
berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan
uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapahari saja.

3.

Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4.

Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belummasuk PAP (sepalo pelvic


disproporsi).

5.

Korioamnionitis

Korioamnionitis adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh


penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah
pecahnya selaput ketuban > 24jam dan persalinan lama.
6.

Penyakit Infeksi
Penyakit

Infeksi

adalah

penyakit

yang

disebabkan

oleh

sejumlah

mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi


menyebabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

C.

7.

Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,kelainan genetik)

8.

Riwayat KPD sebelumya

9.

Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

10.

Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu

PATOFISIOLOGI DAN PATHWAYS


Banyak teori, mulai dari defect kromosom kelainan kolagen, sampai infeksi. Pada
sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65%). High virulensi :
Bacteroides ; Low virulensi : LactobacillusKolagen terdapat pada lapisan kompakta
amnion, fibroblast, jaringa retikuler korion dan trofoblas. Sintesis maupun degradasi
jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin -1 (iL-1) dan
prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen
pada selaputkorion / amnion, menyebabkan ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan
(Taylor, 2006).

D.

MANIFESTASI KLINIK
Menurut Mansjoer (2000) Achadiat (2004) manifestasi ketuban pecah dini adalah:

1.

Keluar air krtuban warna keruh. Jernih,kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit
atau sekaligus banyak

2.

Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi

3.

Janin mudah diraba

4.

Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban sidah kering

5.

Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada dan air
ketuban sudah kering

E.

6.

Usia kehamilan vible (>20 minggu)

7.

Bunyi jantung bisa tetap normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Achadiat (2004) adalah:
1.

Pemeriksaan leukosit/WBC, bila >15.000/ml kemungkinan telah terjadi infeksi

2.

Ultrasonografi (USG) sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak


atau persentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.

3.

Monitor DJJ dengan fetoskoplaennec atau Doppler atau dengan melakikan


pemeriksaan atau kardiotokografi ( bila usia kehamial >32 mmingu).

4.

Memeriksa adanya cairan yang berisi mekonium, verniks kassceosa, rambut lanugo/
telah terinfeksi atau berbau.

5.

Inspekulo: lihat dan oerhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servik
dan apakah ada bagian yang sudah pecah.

6.

Gunakan kertas lakmusBila menjadi biru (basa): air ketubanBila menjadi


merah(asam): air kemih (urine).

F.

7.

Pemeriksaan PH forniks posterior pada prom PH adalah basa air ketuban.

8.

Pemeriksaan histopatologi air (ketuban).

9.

Aborization dan sitologi air ketuban

KOMPLIKASI

1.

InfeksiInfeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun asenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD.

2.

Partus petermPersalinan preterm atau partus prematur adalah persalinan yang terjadi
pada kehamilan kurang dari 37 minggu ( antara20 37 minggu ) atau dengan berat
janin kurang dari 2500 gram (Manuaba, 1998).

3.

Prolaps Tali pusatTali pusat menumbung

4.

Distasia (partus Kering)Pengeluaran cairan ketuban untuk waktu yang akan lama
akan menyebabkan dry labour atau persalinan kering

5.

Ketuban pecah dini merupakan penyebab pentingnya persalinan premature dan


prematuritas janin.

6.

Resiko terjadinya ascending infection akan lebih tinggi jikapersalinan dilakukan


setelah 24 jam onset.

7.

Hipoplasia pulmonal janin sangat mengancam janin, khususnya pada kasus


oligohidramnion

G.

PENANGANAN MEDIS
1.

Pencegahan
a.
Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial
b.
Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk mngurangi
c.
d.

2.

3.

atau berhenti.
Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil
Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir bila ada

faktor predisposisi.
Panduan Mengantisipasi
a.
Jelaskan pasien yang memiliki riwayat berikut ini saat prenatal bahwa mereka
b.

harus segera melapor bila ketuban pecah.


Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat mengakibatkan prolaps tali

c.
d.
e.

pusat
Letak kepala selain vertex
Herpes aktif
Riwayat infeksi streptokus beta hemolitiukus sebelumnya

Bila Ketuban Telah Pecah


a.

Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu terjadinya

b.

pecahnya ketuban
Bila robekan ketuban tampak kasar:

1)

Saat pasien berbaring terlentang, tekan fundus untuk melihat adanya

2)

semburan cairan dari vagina.


Basahi kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide untuk

3)

mengkaji ferning dibawah mikroskop.


Sebagian cairan diusapkan kekertas

Nitrazene.

Bila

positif,

pertimbangkan uji diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan


hubungan seksual tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan
c.

pervagina menggunakan jeli K-Y.


Bila pecah ketuban dan / atau tanda kemungkinan infeksi tidak jelas, lakukan
pemeriksaan pekulum steril.
1)
Kaji nilai bishop serviks (lihat Nilai Bishop, tabel 5-2).
2)
Lakukan kultur serviks hanya bila ada tanda infeksi.
3)
Dapatkan spesimen cairan lain dengan lidi kapas steril yang dipulaskan

d.
4.

pada slide untuk mengkaji ferning dubawah mikroskop.


Bila usia gestasi kurang dari 37 minggu atau pasien terjangkit herpes Tipe 2,

rujuk ke dokter.
Penatalaksanaan Konservatif
a.
Kebanyakan persalinan dimulai dalam 24-72 jam setelah ketuban pecah.
b.
Kemungkinan infeksi berkurang bila tidak ada alat yang dimasukan kevagina,
c.
d.

kecuali spekulum steril ; jangan melakukan pemeriksaan vagina.


Saat menunggu , tetap pantau pasien dengan ketat.
Ukur suhu tubuh empat kali sehari ; bila suhu meningkatkan secara signifikan,
dan/atau mencapai 380 C, berikan macam antibiotik dan pelahiran harus

e.

diselesaikankan.
Observasi rabas vagina: bau menyengat, purulen atau tampak kekuningan

f.

menunjukan adanya infeksi.


Catat bila ada nyeri tekan dan iritabilitas uterus serta laporkan perubahan apa
pun

5.

Penatalaksaan Agresif
a.

Jel prostaglandin atau misoprostol (meskipun tidak disetujui penggunaannya)

b.
c.

dapat diberikan setelah konsultasi dengan dokter


Mungkin dibutuhkan rangkaian induksi pitocin bila serviks tidak berespons
Beberapa ahli menunggu 12 jam untuk terjadinya persalinan. Bila tidak ada

d.
e.

tanda, mulai pemberian pitocin


Berikan cairan per IV, pantau janin
Peningkatan resiko seksio sesaria bila induksi tidak efektif.

f.

Bila pengambilan keputusan bergantung pada kelayakan serviks untuk di


indikasi, kaji nilai bishop (lihat label 5-2) setelah pemeriksaan spekulum. Bila
diputuskan untuk menunggu persalinan, tidak ada lagi pemeriksaan yang
dilakukan, baik manipulasi dengan tangan maupun spekulum, sampai

g.

persalinan dimulai atau induksi dimulai


Periksa hitung darah lengkap bila ketuban pecah. Ulangi pemeriksaan pada hari

h.

berikutnya sampai pelahiran atau lebih sering bila ada tanda infeksi
Lakukan NST setelah ketuban pecah; waspada adanya takikardia janin yang

i.

6.

merupakan salah satu tanda infeksi


Mulai induksi setelah konsultasi dengan dokter bila:
1)
Suhu tubuh ibu meningkat signifikan
2)
Terjadi takikardia janin
3)
Lokia tampak keruh
4)
Iritabilitas atau nyeri tekan uterus yang signifikan
5)
Kultur vagina menunjukan strepkus beta hemolitikus
6)
Hitung darah lengkap menunjukan kenaikan sel darah putih

Penatalaksanaan Persalinan Lebih Dari 24 Jam Setelah ketuban Pecah


a.

b.

Pesalinan spontan
1)
Ukur suhu tubuh pasien setiap 2 jam, berikan antibiotik bila ada demam
2)
Anjurkan pemantauan janin internal
3)
Beritahu dokter spesialis obstetri dan spesialis anak atau praktisi perawat
neonates
4)
Lakukan kultur sesuai panduan
Indikasi persalinan
1)
Lakukan secara rutin setelah konsultasi dengan dokter
2)
Ukur suhu tubuh setiap 2 jam
3)
Antibiotik : pemberian antibiotik memiliki beragam panduan , banyak
yang memberikan 1-2 g ampisilin per IV atau 1-2 g Mefoxin per IV
ssetiap 6 jam sebagai profilakis . Beberapa panduan lainnya menyarankan
untuk mengukur suhu tubuh ibu dan DJJ

untuk menentuan kapan

aantibiotik mungkin diperlukan.(buku obstetric dan ginekologi,2009,geri


morgan)
H.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.

PENGKAJIAN
a.

Biodata klienberisi tentang :

Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical


Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat,
Tanggal Pengkajian.
b.

Keluhan utama :
Keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan
sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban
sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak
ada dan air ketuban sudah keringc.

c.

Riwayat haid
Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi,
siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partusd.

d.

Riwayat Perkawinan
Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah
atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ?

e.

Riwayat Obstetris
Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah,
urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi,
upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh.

f.

Riwayat penyakit dahulu


Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan
yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut
diderita sampai saat ini atau kambuh berulang ulang.

g.

Riwayat kesehatan keluarga


Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara
genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit
menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita
oleh keluargah.

h.

Kebiasaan seharihari
1)

Pola nutrisi : pada umum nya klien dengan KPD mengalami penurunan
nafsu makan, frekuensi minum klien juga mengalami penurunan.

2)

Pola istirahat dan tidur : klien dengan KPD mengalami nyeripada daerah
pinggang sehingga pola tidur klien menjadi terganggu, apakah mudah
terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada
perineum).

3)

Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah


inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol
blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa
takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
freguensi, konsistensi,rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan
penggunaan toilet.

4)

Personal Hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan


pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah.

5)

Aktifitas : Kemampuan mobilisasi klien dibatasi, karena kliendengan


KPD di anjurkan untuk bedresh total

6)

Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan


yang membuat fresh dan relaks.

7)

Pemeriksaan Fisik
a)

Pemeriksaan umum: suhu normal kecuali disertai infeksi.

b)

Pemeriksaan abdomen: uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi


fundus harus diukur dan dibandingkan dengan tinggi yang
diharapkan

menurut

hari

haid

terakhir.

Palpasi

abdomen

memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun


cakapnya bagian presentasi. Denyut jantung normal.
c)

Pemeriksaan pelvis: pemeriksaan speculum steril pertama kali


dilakukan untuk memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina.
Karna cairan alkali amnion mengubah pH asam normalvagina,
kertas nitrasin dapat dipakai untuk mengukur pH vagina. Kertas
nitrasin menjadi biru bila ada cairan alkali amnion. Bila diagnose
tidak pasti adanya skuama anukleat, lanugo, atau bentuk Kristal

daun pakis cairan amnion kering dapat membantu.Pemeriksaan


vagina steril: menentukan penipisan dan dilatasi serviks.
d)

Pemeriksaan vagina juga mengidentivikasi bagian presentasi dan


stasi bagian presentasi dan menyingkirkan kemungkinan prolaps
tali pusat.

e)

Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina
ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.
Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.

Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah


berubahmenjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
(alkalis). pH air ketuban 7 7,5, darah dan infeksi vagina
dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.

Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada


gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG)


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah
cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat
jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi
kesalahn pada penderita oligohidromnion.

I.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Nyeriakutb/d peredaran karakteristik kontraksi

2.

Intoleran aktifitas b/d tirah baring

3.

Kurang pengetahuan mengenai prosedur b/d kurang informasi

4.

Ketakutan/ansietas b/d kondisi janin yang menurune.

5.

Resiko tinggi infeksi b/d rembesan cairan ketuban

J.

FOKUS INTERVENSI
1.

Nyeri akut b/d peredaran karakteristik kontraksi


Tujuan: Pasien menunjukkan ekspresi wajah rileks, Pasien tidak mengeluh
kesakitan., Pasien menyatakan nyerinya berkurang
Intervensi :
a.

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5),frekuensi, dan


waktu. Menandai gejala nonverbal. Misalnya: gelisah, takikardia, dan meringis.

b.

Dorong pengungkapan perasaan

c.

Berikan aktivitas hiburan, misalnya: membaca, berkunjung,dan lain-lain.

d.

Lakukan tindakan paliatif, misalkan: pengubahan posisi, massase, rentang


gerak pada sendi yang sakit.

e.

Intruksikan

pasien/dorong

untuk

menggunakan

visualisasi/bimbingan

imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam.


2.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring


Tujuan : Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktifitas,
Memperlihatkan kamajuan (ketingkat yang lebih tinggi dari mobilitas yang
mungkin), Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia terhadap aktifitas (nadi,
tekanan darah, pernapasan)
Intervensi :
a.

Kaji respon individu terhadap aktivitas

b.

Meningkatkan aktivitas secara bertahap

c.

Ajarkan klien metode penghematan energi untuk aktivitas.

d.

Instruksikan klien untuk konsulasi kepada dokter atau ahli terapi fisik untuk
program latihan jangka panjang.

e.
3.

Rujuk kepada perawat komunitas untuk tindak lanjut jika diperlukan.

Kurang pengetahuan mengenai prosedur b/d kurang informasi


Tujuan : Menggungkapkan pengetahuan tentang prosedur/situasi, Berpartisipasi
dalam prosedur pembuatan ketuban.
Intervensi :
a.

Tinjauan ulang ketuban terhadap induksi/augmentasi persallin

b.

Jelaskan prosedur yang akan dirasakan klien,kontraksi dan DJJ adan dipantau
secara kontinus

4.

c.

Tinjau prosedur secara amniotomi

d.

Demontrasikan dan jelaskan penggunaan peralatatan

Ketakutan/ansietas b/d kondisi janin yang menurun


Tujuan : Gangguan sistem dukungan secara efektif, Menyelesaikan persalinan
dengan sukses.
Intervensi:
a.

Kaji status psikologi dan emosi

b.

Anjurkan untuk mengungkapkan perasaan

c.

Gunakan berminologi positif, hindari penggunaan istilah yang menendakan


abnormalitas prosedur atau proses

d.

Anjurkan penggunaan/tehnik pernafasan

e.

Nyeri perabaan/perbedaan yang diantisipasi dalam pola persalinan dan kontrasi

f.

Tinjau ulang atau berikan instruksi tehnik pernafasan sederhana

g.

Anjurkan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi

5. Resiko tinggi infeksi b/d rembesan cairan ketuban


Tujuan : -Bebas dari proses infeksi nosokomial selama perawatan di rumah sakit,
Memperlihatkan kemampuan tentang faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan
infeksi dan melakukan tindakan pencegahan yang tepat untuk mencegah infeksi.
Intervensi :
a.

Identifikasi individu yang berisiko terhadap infeksi nosocomial

b.

Kurangi organisme-organisme yang masuk ke dalam tubuh

c.

Lindungi individu yang defisit imun dari infeksi

d.

Kurangi kerentanan individu terhadap infeksi

e.

Amati terhadap manifestasi klinik infeksi (mis; demam, urine keruh, drainase
purulen)6.Instruksikan individu dan keluarga mengenal penyebab, risiko-risiko
dan kekuatan penularan infeksi.

f.

Laporkan penyakit-penyakit menular.

Anda mungkin juga menyukai