E G4P3A0H2
USIA KEHAMILAN 38-39 MINGGU DENGAN RIWAYAT
SECTIO CAESAREA DI RUANGAN KEBIDANAN
RSUD PROF.DR.MA.HANAFIAH SM
BATUSANGKAR 26-29 MARET 2019
SEMINAR KASUS
Diajukan sebagai salah satu syarat tugas Praktik Klinik Kebidanan III
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK E
CLINICAL INSTRUCTION :
Pembimbing Akademik
Pembimbing Akademik
Lembar Konsultasi
Buku KIA
Hasil Laboratorium
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1.4.1 Secara Teoritis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan
asuhan kebidanan pada kasus ibu bersalin dengan riwayat SC pada persalinan
sebelumnya.
1.4.2 SecaraPraktis
1. Bagi Pasien
Untuk menambah wawasan/pengetahuan mengenai riwayat SC pada
persalinan sebelumnya serta cara untuk mendeteksi secara dini dan
diharapkan dapat meningkatkan fasilitas kesehatan untuk mendapat
asuhan yang komprehensif.
2. Bagi RSUD Prof.Dr.M.A Hanafiah Batusangkar
Hasil presentasi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan
dalam melakukan penanganan kasus ibu bersalin dan ibu nifas dengan
riwayat SC pada persalinan sebelumnya.
3. Bagi STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
Dapat menambah kepustakaan dan wacana khususnya tentang ibu
bersalin dan ibu nifas, yang termasuk dalam mata kuliah program studi
kebidanan.
4. Bagi Bidan
Dapat sebagai masukan untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu bersalin dan ibu nifas dengan riwayat SC pada persalinan
sebelumnya dan pertimbangan bagi profesi bidan dalam meningkatkan
kualitas pelayanan kebidanan
5. Bagi Penulis
Merupakan pengalaman langsung bagi penulis dalam memberikan
asuhan kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.3 Persalinan
2.3.1 Defenisi Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (Janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan.Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan
cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput
ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala), dari rahim ibu
melalui jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar), dengan tenaga
ibu sendiri (tidak ada intervensi dari luar) (Winkjosastro, 2009).
2.3.2 Tanda-Tanda Persalinan
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi
yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu : pengeluaran lendir
dan lendir bercampur darah melalui vagina.
3. Dapat di sertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam, di jumpai perubahan servik : perlunakan
servik, pendataran servik, dan terjadi pembukaan servik (Manuaba,
2010).
2.1.3 Faktor Esensial Persalinan
Faktor-faktor terjadinya persalinan adalah (Runjati & Umar, 2018) :
1. Passage adalah jalan lahir.Jalan lahir dibagi atas bagian keras dan
bagian lunak. Bagian keras meliputi tulang-tulang panggul dan
bagian lunak meliputi uterus, otot dasar panggul, dan perineum.
Janin harus mampu menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang
relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus
ditentukan sebelum persalinan dimulai.
2. Power atau kekuatan yang mendorong janin pada saat persalinan
adalah his, kontraksi otot perut, kontraksi diafragma , dan aksi dari
ligament. Kekuatan primer yang diperlukan dalam persalinan adalah
his. His adalah kontraksi otot-tot rahim pada persalinan.
Perasaan nyeri bergantungan pada ambang nyeri dari seseorang yang
ditentukan oleh kondisi jiwanya. Misalnya rangsangan oleh jari-jari
tangan
3. Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin bergerak disepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap. dan posisi janin.
Pada presentasi kepala, tulang-tulang masih dibatasi fontanel dan
sutura yang belum keras, tepi tulang dapat menyisip diantara tulang
yang satu dengan tulang yang lainnya (moulage/molase) sehingga
ukuran kepala bayi menjadi lebih kecil.
2.3.3 Mekanisme Persalinan
1. Masuknya kepala janin pada pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP) biasanya
dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi ringan.
2. Flexion (fleksi)
Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah hingga
ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-ubun besar.
3. Internal rotation (putar paksi dalam)
Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis pubis) atau ke
belakang (sakrum). Putaran paksi dalam merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir.
4. Extension
Setelah putar paksi selesai dan kepala sampai dasar panggul maka
terjadi extensi atau defleksi dari kepala, karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan atas sehingga
kepala harus mengadakan extensi untuk melaluinya.
5. External rotation (putar paksi luar)
Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali memutar ke arah
punggung untuk menghilangkan torsi pada leher karena putaran
paksi dalam tadi.putaran ini disebut putaran restitusi kemudian
putaran dilanjutkan hingga kepala berhadapan dengan tuber
ischiadicum sepihak (di sisi kiri).
6. Expulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simfisis dan
menjadi hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang kemudian
bahu depan menyusul seluruh badan anak lahir searah dengan paksi
jalan lahir.
2.3.4 Kala Persalinan
Tahap-tahap pada masa persalinan : (Furwasyih , 2016)
1. Kala I : Tahap Pembukaan
a. Fase Laten : Pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm. Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam.
b. Fase Aktif : Fase aktif terbagi 3 subfase yaitu :
1) Fase Akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi
4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3) Fase Deselerasi : Pembukaan menjadi lambat kembali dalam
waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm )
Kala I adalah tahap terlama, pada primipara berlangsung 12-14 jam, dan
untuk multipara berlangsung 6-10 jam. Pada tahap ini mulut rahim akan
menjadi tipis dan terbuka karena adanya kontraksi rahim secara berkala
untuk mendorong bayi ke jalan lahir. Pada setiap kontraksi rahim, bayi
akan semakin terdorong ke bawah sehingga menyebabkan pembukaan
jalan lahir.
2. Kala II : Pengeluaran janin.
Waktu uterus dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan janin
keluar hingga lahir. Pada primipara 2 jam dan pada multipara 1 jam.
Tanda – tanda kala II :
a. Rektum tertekan
b. Ibu merasa hendak meneran
c. Kelihatan anus membuka
d. Perineum menonjol dan menipis
e. Vulva membuka
3. Kala III : Tahap Pengeluaran Plasenta
Dimulai setelah bayi lahir dan plasenta akan keluar dengan sendirinya.
Proses melahirkan plasenta berlangsung antar 5 sampai 30 menit.
Pengeluaran plasenta darah kira-kira 100 - 200 cc, dengan adanya
kontraksi rahim, plasenta akan terlepas. Setelah ibu bidan akan
memeriksa apakah plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Setelah
itu bidan membersihkan segalanya termasuk memberikan jahitan bila
tindakan episiotomi dilakukan.
4. Kala IV : Kala Pengawasan
Pada masa ini dilakukan pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri
lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum.
2.2 Sectio Caesarea
2.2.1 Defenisi Sectio Caesarea
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin lewat
insisi pada abdomen dan uterus. Sectio Caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan sayatan/ pada dinding perut atau Sectio Caesarea
adalah suatu histerektomi untuk melahirkan janin dalam rahim.
Indikasi dilakukan Sectio Caesarea pada ibu adalah disproporsi
cepalo pelvik, placenta previa, tumor jalan lahir, hidromnion, kehamilan
gemeli, sedangkan pada janin adalah janin besar, mal presentasi, letak
lintang, hidrocepalus.
2.2.2 Indikasi
1 Indikasi Ibu
a. Panggul sempit absolute
b. Plasenta previa
c. Ruptura uteri mengancam
d. Partus Lama
e. Partus Tak Maju
f. Pre eklampsia, dan Hipertensi
2 Indikasi Janin
a. Kelainan Letak
1) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala
letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua
primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio
caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara
dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2) Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang
bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Gawat Janin
1) Janin Besar
2) Kontra Indikasi
3) Janin Mati
4) Syok, anemia berat.
5) Kelainan congenital Berat
2.2.3 Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan Sectio Caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat
lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen
bawah rahim. Sectio Caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan
plasenta previa lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi
kematian bayi pada plasenta previa, Sectio Caesarea juga dilakukan untuk
kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea dilakukan pada placenta previa
walaupun anak sudah mati (Sulistyawati, 2009).
2.2.4 Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
1. Abdomen (SC Abdominalis)
a. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio Caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang
pada corpus uteri yang mempunyai kelebihan mengeluarkan janin
lebih cepat,tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
tertarik, dan sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal .
Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah
menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik danuntuk persalinan berikutnya lebih
sering terjadi ruptura uteri spontan.
b. Sectio Caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah
rahim dengan kelebihan penjahitan luka lebih mudah, penutupan
luka dengan reperitonealisasi yang baik, perdarahan kurang dan
kemungkinan rupture uteri spontan kurang/lebih kecil. Dan
memiliki kekurangan luka dapat melebar kekiri, bawah, dan kanan
sehingga mengakibtakan pendarahan yang banyak serta keluhan
pada kandung kemih.
c. Sectio Caesarea ekstraperitonealis
Merupakan Sectio Caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis
dan dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
2. Vagina (Sectio Caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
1. Sayatan memanjang (longitudinal)
2. Sayatan melintang (tranversal)
3. Sayatan huruf T (T Insisian)
a. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira 10cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin lebih memanjang
2) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak
ada reperitonial yang baik.
2) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
3) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena
luka bekas SC klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan,
sedangkan pada luka bekas SC profunda biasanya baru terjadi
dalam persalinan.
4) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan
supaya ibu yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas
hamil lagi. Sekurang -kurangnya dapat istirahat selama 2
tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan luka
sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor
sebelum menutup luka rahim.
b. Sectio Caesarea (Ismika Profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada
segmen bawah rahim kira-kira 10cm
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
isi uterus ke rongga perineum
4) Perdarahan kurang
5) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri
spontan lebih kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga
dapat menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan
perdarahan yang banyak.
2) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
2.2.5 Komplikasi
1. Infeksi Puerpuralis
a. Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b. Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi
atau perut sedikit kembung
c. Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah
pecah terlalu lama.
2. Pendarahan disebabkan karena :
a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b. Atonia Uteri
c. Pendarahan pada placenta
3. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi
ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah
sectio caesarea klasik (Astutik, 2015).
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan.
A : Assesement
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari diagnosa potensial, antisipasi
penanganan diagnosa potensial, kebutuhan/tindakan segera, rencana
tindakan, pelaksanaan dan evaluasi perencanaan
BAB III
TINJAUAN KASUS
2. DATA SUBJEKTIF
a. Keluhan Utama
1) Kontraksi Uterus sejak tanggal 25 Maret 2019 Pukul 23.00 WIB
Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit
Durasi : 20 detik
Kekuatan : Lemah
2) Pengeluaran pervaginam
Lendir bercampur darah : Ya
b. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : Umur 14 tahun
2) Haid : Teratur Siklus 28 hari
3) Disminore : Tidak ada
4) Warna : Merah segar
5) Bentuk Pendarahan/haid : Encer
h. Riwayat Perkawinan
Status perkawian : Kawin
Jika menikah : Menikah Umur : 20 tahun
Lama Menikah : 21 tahun
3. DATA OBJEKTIF
a. PEMERIKSAAN UMUM
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) Berat Badan Sebelum Hamil : 71 kg
4) Berat Badan Sesudah Hamil : 65 kg
5) Tinggi Badan : 153 cm
6) Lingkar Lengan Atas (LILA) : 25 cm
b. TANDA TANDA VITAL
1) Tekanan darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 83 kali/menit
3) Pernafasan : 20 kali/menit
4) Suhu : 36,5 0C
c. PEMERIKSAAN FISIK
1) Inspeksi
a) Kepala : Bersih
b) Rambut : Bersih, tidak ada ketombe
c) Mata : Konjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
d) Muka : Tidak oedema
e) Mulut : Bersih
f) Gigi : Tidak ada karies di gigi ibu
g) Leher :Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe dan
kelenjar tiroid
h) Payudara : Simetris : Kiri dan kanan
Areola Mammae : Hiperpigmentasi
Papilla Mammae : Menonjol
Kolostrum/ Cairan lain : Sudah ada
i) Abdomen : Bekas luka operasi : Ada
Pembesaran perut : Sesuai usia kehamilan
Strie : Albican
Linea Alba : Ada
j) Genitalia : Kemerahan : Tidak ada
Pembengkakan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
k) Ekstremitas : Ekstremitas Atas : Tangan kanan terpasang infus.
Cairan infus : Ringer Laktat 20
tetes/ menit dan tidak ada obat
yang di dimasukan ke infus.
d. PEMERIKSAAN ABDOMEN
1) Inspeksi : Ada bekas operasi
2) Pembesaran perut : Sesuai usia kehamilan
3) Terlihat pergerakan anak : Ya
4) Palpasi
Leopold 1 : TFU 3 jari dibawah PX, Pada fundus teraba bundar,
lembek, dan tidak melenting kemungkinan bokong
janin.
Leopold 2 : Pada bagian kiri perut ibu teraba memapan, memanjang,
dan mendatar kemungkinan punggung janin. Dan pada
bagian kanan ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil
kemungkinan ekstremitas janin.
Leopold 3 : Pada bagian bawah perut ibu teraba keras, bulat,
melenting dan masih bisa digoyangkan. kemungkinan
kepala janin belum masuk PAP.
Leopold 4 : Belum dilakukan.
TFU : 32 cm
TBBJ : 32-13 x 155=2.945 gram
Massa lain : Tidak ada
Perlimaan : 5/5
HIS
Frekuensi : 2 kali dalam 10 menit
Durasi : 20 detik
Interval : 5 menit
Kekuatan : Lemah
e. Auskultasi
DJJ : 138 kali/menit
Frekuensi/Irama : Teratur
Intensitas : Kuat
e. ANOGENITALIA
PEMERIKSAAN DALAM
1) Pembukaan : 2 cm
2) Portio : Tebal
3) Ketuban : Positif
4) Presentasi : Kepala
5) Posisi : Belum bisa ditentukan
6) Penurunan : Hodge I
7) Bagian Terkemuka : Tidak ada
UPD : Tidak dilakukan
UPL/DIT : Tidak dilakukan
g. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) LABORATORIUM
HB : 11,6 g/dl
WBC : 18.1 H 103 /mm3
RBC : 4.37 103/mm3
PLT : 234 103/mm3
HCT : 34,5 L %
2) USG
Hasil : - Usia kehamilan 36-37 minggu
- Let-kep
3) CTG
Hasil : DJJ : 138 kali/menit
Frekuensi/Irama : Teratur
Intensitas :Kuat
3.2 Manajemen Varney dan Pendokumentasian SOAP
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PADA NY ”E” G4P3A0H2 USIA KEHAMILAN 38- 39
MINGGU RIWAYAT TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUANG KEBIDANAN
DI RSUD PROF. DR.MA. HANAFIAH SM BATUSANGKAR
TANGGAL 26 MARET 2019
(pukul 14.00
WIB)
DJJ : 140x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 80 x/i
(pukul 14.30
WIB)
DJJ : 142 x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 82 x/i
(Pukul 14.30
WIB)
Pembukaan : 1
cm
Penurunan : 5/5
TD : 110/80
mmHg
(pukul 15.00
WIB)
DJJ : 140x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 81 x/i
(pukul 15.30
WIB)
DJJ : 140x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 80 x/i
(pukul 16.00
WIB)
DJJ : 143x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 81 x/i
(pukul 16.30
WIB)
DJJ : 140x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 80 x/i
(pukul 17.00
WIB)
DJJ : 140x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 80 x/i
(pukul 17.30
WIB)
DJJ : 141 x/i
Kontraksi : 2x
dan 10 menit
durasi 20 detik
kekuatan lemah
Nadi : 82 x/i
(pukul 17.30
WIB)
Pembukaan : 1
cm
Penurunan : 5/5
TD : 110/70
mmHg
5) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan yang lalu : Tidak ada riwayat penyakit
yang diderita sebelumnya
b) Riwayat Kesehatan Sekatang : Tidak ada riwayat penyakit
yang diderita sebelumnya
c) Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit
yang diderita sebelumnya
6) Pola Kebutuhan Sehari-hari
a) Nutrisi
Porsi makan sehari : Ibu masih puasa post SC
Jenis makan sehari :-
Makanan pantang :-
Pola minum : Ibu masih puasa post SC
b) Eliminasi
BAK BAB
Frek : Ibu terpasang kateter Frek : Belum BAB
Warna : Kuning Warna :-
Keluhan : Tidak ada Konsistensi : -
Keluhan : Tidak ada
c) Istirahat
Istirahat Siang :-
Istirahat Malam : ± 6 jam
d) Aktivitas
Bebab kerja : Belum ada
Olah raga : Belum ada
e) Kegiatan spirutial : Ada
f) Hubungan seksual : Tidak ada
7) Riwayat Psikososial spirutual
a) Respon ibu dan keluarga terhadap masa nifas : Baik
b) Dukungan keluarga : Baik
4 PEMERIKSAAN FISIK ( Data Objektif )
a. Pemeriksaan Umum
KU : Sedang
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg Pernafasan : 20 x/i
Nadi : 80x/i BB : 67 Kg
Suhu : 36,5 0C TB :153 cm
b. Pemeriksaan Khusus
1) Kepala : Bersih
2) Rambut : Bersih
3) Mata : Konjungtiva merah muda sklera tidak ikterik
4) Muka : Tidak oedema
5) Mulut : Bersih
6) Gigi : Tidak ada karies
7) Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe
8) Payudara : Kolostrum/cairan lain : Sudah ada
9) Abdomen : TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
10) Genetalia: Lokhea : Rubra
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada
11) Anus : Haemoroid : Tidak ada
12) Ekstremitas
Atas Bawah
Oedema : Tidak ada Oedema : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada Varices : Tidak ada
Pergerakan : Aktif Pergerakan : Aktif
Tanda Flebitis : Tidak ada
Kolaborasi /
Diagnosa
Pengumpulan data Interprestasi data tindakan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi
potensial
segera
Tanggal: 26-03-2019 Ibu P4A0H3 Nifas Infeksi luka Tidak ada 1. Informasika 1. Memberitahukan 1. Ibu senang
Pukul : 21.30 WIB Post SC 3 jam bekas n hasil kepada ibu bahwa dengan informasi
operasi pemeriksaan kondisi ibu dalam yg di berikan
Data subjektif: Data Dasar : batas normal
-ibu mengatakan senang -ibu mengatakan TTV : TD : 120/80
dengan kelahiran ini persalinan ke 4 mmHg
anaknya -ibu keluar dari N : 80 x/ i
-ibu mengatakan kamar operasi jam P : 20 x/i
badannya terasa lemas 18.25 WIB S :36,50C
- ibu mengatakan kakinya -KU ibu baik,TTV 2. Atur posisi 2. Mengatur posisi ibu 2. posisi ibu sudah
belum bisa di gerakkan ibu dalam batas ibu. dengan kepala lebih di atur
normal tinggi 30 cm dari
Masalah :tidak ada kaki.
Data objektif : Kebutuh
KU : Sedang 1. Informasikan 3. Informasika 3. Mengimformasikan 3. ibu mengerti
Kesadaran : CMC hasil pemeriksaan n tentang kepada ibu untuk tentang
TTV : 2. Atur posisi ibu puasa tetap berpuasa informasi puasa
-TD : 120/80 mmHg 3. Jelaskan pada ibu selama 6 jam setelah
-S : 36 ºC tentang puasa operasi karena
-N : 80 x/i 4. Anjurkan ibu sistim pencernaan
-P : 20 x/i untuk istirahat ibu belum pulih
yang cukup bekerja dengan baik
Puting susu : menonjol 5. Fasilitasi ibu
Kolostrum : ada personal hygine 4. Anjurkan 4. Menganjurkan ibu 4. Ibu mengerti dan
Abdomen : tampak bekas 6. Kalaborasi ibu untuk untuk istirahat yang sudah
luka operasi tertutup dengan SpOG istirahat cukup seperti: melakukannya
perban yang cukup Tidur siang 1-2 jam
TFU : 3 jari di bawah Tidur malam 7-8 jam
pusat
Kontraksi uterus : baik 5. Fasilitasi ibu 5. Memfasilitasi ibu 5. Ibu sudah di
Ekstremitas : untuk untuk pemenuhan mandikan
-Atas : Tangan bagian personal kebutuhan personal pagi jam : 06:00
kanan terpasang infus hygiene hygine dengan WIB
-Bawah : tidak ada memandikan ibu 2x siang jam : 17:00
kelainan sehari . WIB
- Hasil Leukosit : 18.1 H Pagi jam : 06:00 WIB
103 /mm3 Siang jam 17.00 WIB
Tanggal : 28 Maret 2019 KU : Baik Dx : Ibu nifas post SC hari ke 21. Memberitahu ibu dan keluarga hasil
Pukul : 06.00 WIB Kesadaran : Composmentis pemeriksaan
TD : 110/70 mmHg Masalah : Evaluasi : Ibu dan keluarga mengetahui
Ibu mengatakan : N : 81 x/i - Nyeri bekas luka operasi hasil pemeriksaan ibu
Sc tanggal 26-03-2019 pukul 18.30 S : 36,7 0C 2. Menganjurkan ibu untuk pemenuhan
WIB P : 19 x/i nutrisi (Makan Saring)
Diperut ada bekas luka operasi Kebutuhan Evaluasi : Ibu mau memakan makan
Ibu merasa nyeri pada luka jahitan TFU : 2 jari dibawah pusat 1. Informasi hasil pemeriksaan yang diberikan Rumah
bekas SC Kontraksi : baik 2. Nutrisi Sakit.
Perdarahan : ± 10 cc 3. Personal Hygiene 3. Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu
Output : 500 cc 4. Mobilisasi Bertahap tentang personal hygiene.
5. Tanda-tanda bahaya pada masa Evaluasi : Ibu sudah mengerti terhadap
nifas penjelasan yang diberikan (ibu sudah di
6. Kolaborasi dengan dokter lap dan ganti pembalut)
SpOG dalam pemberian obat 4. Memfasilitasi ibu untuk melakukan
mobilisasi bertahap
Evaluasi : Ibu sudah mulai menggerak-
gerakkan kaki, tangan, miring kiri dan
miring kanan.
5. Berikan pendidikan kesehatan kepada ibu
tentang tanda-tanda bahaya masa nifas,
seperti :
- Perdarahan
- Demam tinggi
- Sakit kepala, penglihatan kabur,
- Subinvolusi uterus
- Tromboflebitis
Evaluasi : Ibu mengerti tanda-tanda
bahaya masa nifas
6. Memberitahu ibu bahwa infus akan di aff,
ganti inj pumb, kateter akan dilepas, obat
oral (vit c 2x1, sf 2x1, kalnex 2x1).
Evaluasi : infus sudah dilepas, obat sudah
diminum, kateter sudah dilepas.
Asih, Y., & Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV.Trans Info Media.
Kemenkes RI. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: AIPKIND.
Runjati.dkk. (2018). Kebidanan Teori dan Asuhan Vol.2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.