A. Latar Belakang
Respiratory Distress Syndrom (RDS) atau Sindrom Distres Pernapasan merupakan sindrom
gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang baru lahir
dengan masa gestasi kurang (Suriadi dan Yulianni, 2006). Secara klinis bayi dengan RDS
menunjukkan takipnea, pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta,
expiratory grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis
lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia,
hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis campuran (Kompas, 2012).
Angka kejadian RDS di Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid dan postnatal
surfaktan sebanyak 2-3 %, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidup periode 1998 - 1987.
Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum pemberian rutin antenatal steroid
dan postnatal surfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-3%, di USA 1,72% dari kelahiran
bayi hidup periode 1986-1987. Sedangkan jaman moderen sekarang ini dari pelayanan NICU
turun menjadi 1% di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara penyebab terbanyak dari angka
kesakitan dan kematian pada bayi prematur adalah RDS. Sekitar 5 -10% didapatkan pada
bayi kurang bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka kejadian
berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan menurun sejak digunakan
surfaktan eksogen. Saat ini RDS didapatkan kurang dari 6% dari seluruh neonatus. Di negara
berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan tentang kejadian RDS (WHO, 2012).
Dampak lanjut dari kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga
paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya
pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat,
shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang
menyebabkan asidosis respiratorik.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan peran aktif petugas kesehatan baik berupa promotif,
preventiv, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini dilakukan dengan pendidikan kesehatan,
1
pencegahan, pengobatan sesuai program dan memotivasi klien agar cepat pulih sehingga
dapat meningkatkan derajat kesehatan secara optimal. Oleh karena itu penulis tertarik
mengangkat judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan RDS”.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Tujuan umum pelaksanaan kegiatan penyuluhan tentang sindrom gawat nafas
diharapkan peserta penyuluhan dapat mengerti tentang bahaya sindrom gawat
nafas terhadap anak.
C. Pelaksanaan kegiatan
1. Topik
sindrom gawat nafas
2. Metode
a. Ceramah
3. Media dan alat
a.Leaflet
b.Slide show
4. Waktu dan tempat
Hari / Tanggal : Minggu/ 23 oktober 2016
Jam : 08.00 s/d 08.30 WIB
Waktu Pertemuan : 30 Menit
Tempat : Puskesmas Nanggalo Padang
D. Materi (terlampir)
E. Pengorganisasian
A. Pengorganisasian
1. Penanggung Jawab : Larasaty Widia Ningrum
2. Presenter : Rosezi Ilma
3. Moderator : Larasaty widia Ningrum
4. Notulen : Yovi Annisa
2
5. Fasilitator : Dewi Astuti
6. Observer : Yovi Annisa
F. Uraian Tugas
1. Tugas Moderator
a. Memperkenalkan diri,anggota kelompok, dan pembimbing
b. Mengkoordinasikan semua kegiatan
c. Membuka dan menutup kegiatan
d. Menjelaskan topik, kontrak waktu dan tujuan kegiatan
e. Mengarahkan jalannya kegiatan
f. Memberi kesempatan audiens untuk bertanya dan mengemukakan
pendapat
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Tugas presenter
a. Menyusun rencana kegiatan SAP
b. Mengarahkan kelompok dalam mencapai tujuan
c. Menjelaskan dan mendemonstrasikan kegiatan yang dilakukan
kepada audiens
d. Memotivasi anggota mengemukakan pendapat dan memberikan
umpan balik
3. Tugas Fasilitator
a. Memotivasi audiens agar berperan aktif selama kegiatan
b. Memfasilitasi dalam kegiatan
c. Membuat dan menjalankan absensi kegiatan
4. Tugas Observer
a. Mengamati jalannya kegiatan
b. Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
c. Membuat laporan hasil kegiatan yang telah dilakukan
3
G. Pengaturan Tempat
M Media P F
K K
K K
O O
K K
K K
K K
F
Keterangan
M : Moderator
: Presenter
P
: Klien / Peserta
K
F : Fasilitator
: Observer
O
: Media
Media
H. Kegiatan Penyuluhan
4
2. 20 menit Pelaksanaan Pemateri -Menjelaskan pengertian RDS -Mendengarkan dan
-Menjelaskan Penyebab memperhatikan
Terjadinya Penyakit RDS -Mendengarkan dan
-Menjelaskan Gejala RDS memperhatikan
-Menjelaskan Faktor Risiko RDS - Bertanya
-Menjelaskan Pencegahan RDS
l. Evaluasil
1. Evaluasi Struktur
a. Struktur pengorganisasian sesuai dengan yang direncanakan
b. Setting tempat sesuai dengan yang direncanakan
c. Tempat dan media sesuai dengan yang direncanakan
2. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
b. Waktu sesuai dengan yang direncana
c. Selama proses berlangsung diharapkan audiens dapat mengikuti
seluruh
kegiatan penyuluhan/tidak ada yang meninggalkan ruangan
d. Selama kegiatan berlangsung diharapkan audiens berperan aktif
b. Evaluasi Hasil
a. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan pengertian
penyakit jantung koroner dengan bahasa sendiri
5
b. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan penyebab
terjadinya RDS
c. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan gejala penyakit
RDS
d. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan Gejala
Penyakit RDS
e. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan Faktor Risiko
RDS
f. Sebanyak 75% peserta yang hadir mampu menyebutkan Pencegahan
Penyakit RDS
LAMPIRAN MATERI
6
A.Pengertian
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD),
merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi
yang lahir dengan masa gestasi yang kurang (Mansjoer, 2002).
Whalley dan Wong dalam (Surasmi, Asrining, dkk. 2003) istilah yang digunakan untuk
disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan
dengan perkembangan maturitas paru.
Sindrom gawat nafas (Respiratory Distress Syndroma/RDS) adalah kumpulan gejala yang
terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60 x/i, sianosis,
merintih waktu ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada
saat inspirasi (Ngatisyah, 2005).
Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau kurang dari 30x/i
dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan gangguan nafas (PONED,
2004) sebagai berikut:
· Bayi dengan sianosis sentral (biru pda lidah dan bibir)
· Ada tarikan dinding dada
· Merintih
· Apnea (nafas berhenti lebih dari 20 detik)
Menurut Petty dan Asbaugh (1971), definisi dan kriteria RDS bila didapatkan sesak nafas
berat (dyspnea ), frekuensi nafas meningkat (tachypnea), sianosis yang menetap dengan
terapi oksigen, penurunan daya pengembangan paru, adanya gambaran infiltrat alveolar
yang merata pada foto thorak dan adanya atelektasis, kongesti vascular, perdarahan, edema
paru, dan adanya hyaline membran pada saat otopsi ( www.google.com ).
Menurut Murray et.al (1988) disebut RDS apabila ditemukan adanya kerusakan paru secara
langsung dan tidak langsung, kerusakan paru ringan sampai sedang atau kerusakan yang
berat dan adanya disfungsi organ non pulmonar (www.google.com).
Menurut Bernard et.al (1994) apabila onset akut, ada infiltrat bilateral pada foto thorak,
tekanan arteri pulmonal =18mmHg dan tidak ada bukti secara klinik adanya hipertensi
atrium kiri, adanya kerosakan paru akut dengan PaO 2 : FiO2 kurang atau sama dengan 300,
adanya sindrom gawat napas akut yang ditandai PaO 2 : FiO2 kurang atau sama dengan 200,
menyokong suatu RDS (www.google.com).
Penyebab kelainan ini secara garis besar adalah kekurangan surfaktan, suatu zat aktif pada
alveoli yang mencegah kolaps paru. RDS seringkali terjadi pada bayi prematur, karena
produksi surfaktan, yang dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, baru mencapai jumlah
7
cukup menjelang cukup bulan. Makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan
terjadinya RDS. Kelainan merupakan penyebab utama kematian bayi prematur.
Adapun penyebab-penyebab lain yaitu:
1. Kelainan bawaan/kongenital jantung atau paru-paru.
Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian, biasanya disebabkan
adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa terjadi pada bayi dengan riwayat
kelahiran normal atau bermasalah, semisal karena ketuban pecah dini atau lahir premature
7. Infeksi.
Bila anak mengalami ISPA (Infeksi saluran Pernapasan Akut) bagian atas, semisal flu harus
ditangani dengan baik.
8
Gerakan pernafasan yang tidak biasa (retraksi interkostalis, ketika menghirup udara,
otot dinding dada tertarik)
Nafasnya pendek dan ketika menghembuskan nafas terdengar suara ngorok
Cuping hidung mengembang
Apneu
Sianosis (warna kulit dan selaput lendir membiru)
Edema (pembengkakan tungkai atau lengan).
a. Faktor Risiko Utama (major risk factor), yaitu factor risiko yang diyakini secara
langsung meningkatkan risiko timbulnya PJK, seperti kadar kolesterol darah yang abnormal,
tekanan darah tinggi atau hipertensi dan merokok.
b. Faktor Risiko Tidak Langsung (contributing risk factor), yaitu faktor risiko yang dapat di
“asosiasikan” dengan timbulnya PJK. Hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan PJK
sering kali bersifat tidak langsung. Termasuk dalam golongan ini adalah Diabetes Melitus,
kegemukan, tidak aktif dan stress
c. Faktor Risiko Alami, Jenis ini terdiri dari keturunan, jender, dan usia.
Faktor risiko dapat pula digolongkan menjadi factor risiko yang dapat diperbaiki atau bahkan
dihilangkan, yaitu yang tersebut pada butir a dan b. sedangkan golongan lain yaitu faktor
risiko yang tidak dapat diperbaiki atau diubah, yaitu faktor risiko tersebut pada butir c.
A. Kolesterol
9
Kolesterol merupakan salah satu kata yang sering diucapkan oleh masyarakat umum
terutama bila menyangkut masalah kesehatan, biasanya dengan konotasi negative.
Sesungguhnya kolesterol tidaklah selalu jelek. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan
senyawa lemak yang kompleks yang dihasilkan oleh tubuh untuk bermacam-macam fungsi
kolesterol maka tubuh membuatnya sendiri di dalam hati (liver).
Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan meningkatkan kadar
kolesterol dalam darah. Sejauh pemasukan ini masih seimbang dengan kebutuhan, tubuh
kita akan tetap sehat. Tetapi sangat disayangkan kebanyakan dari kita memasukkan
kolesterol lebih dari apa yang diperlukan, yaitu dengan makan makanan yang mengandung
lemak yang kaya akan koelsterol dalam jumlah yang berlebihan. Hal ini dapat dimengerti
karena hidangan yang lezat umumnya mengandung banyak lemak. Hasilnya mudah diterka,
yaitu kadar kolesterol darah meningkat sampai di atas angka normal yang diinginkan.
Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh
darah arteri, yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai
atherosclerosis. Seperti telah disebutkan di muka, bila penyempitan dan pengerasan ini
cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke otot jantung tidak cukup jumlahnya,
maka timbul sakit atau nyeri dada yang disebut angina, bahkan dapat menjurus ke serangan
jantung.
Di sinilah kolesterol tersebut berperan negative terhadap kesehatan. Karena alasan
tersebut di atas, maka kadar kolesterol yang abnormal menjadi factor risiko utama PJK.
Memperlihatkan arteri normal dan yang telah terjadi pengendapan dan penyempitan.
B. Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi
Bila seseorang melakukan aktivitas, excited atau sedang stress, maka tekanan darah akan
meningkat. Peningkatan ini penting karena aktivitas dan emosi memerlukan ekstra energy
dan oksigen yang disuplai dari darah, dengan jalan menaikkan tekanan dan mempercepat
sirkulasinya. Segerasetelah aktivitas berhenti/berkurang dan relaks, tekanan darah kembali
menjadi normal. Kenaikan sementara di atas merupakan kejadian yang normal, tetapi bila
tekanan darah naik dan bertahan pada tekanan tersebut meskipun sudah relaks, maka yang
bersangkutan dikatakan memiliki hipertensi.
Hipertensi merupakan salah satu factor resiko PJK. Jika dibiarkan tanpa perawatan
yang tepat maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak
menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke, serangan
jantung, atau kegagalan ginjal. Sebab itu hipertensi sering disebut si “pembunuh diam-
diam”.
1. Tanda-tanda dan Jenis Hipertensi
a. Tanda-tanda
10
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda (symptom) pada tingkat awal. Kebanyakan
orang mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar-debar, dan
berdengung di telinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut
sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah
yang relative tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan
seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanannya. Bila
hipertensi sudah mencapai taraf lanjut yang berarti telah berlangsung beberapa tahun akan
menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur dan mengganggu
tidurnya.
Tekanan darah pada orang yang sehat dapat bervariasi tergantung pada umur dan
tubuh fisik. Tekanan darah seorang anak mungkin saja serendah 90/60 dan ini dianggap
normal. Di pihak lain, seorang laki-laki tua berumur 60 tahun bisa mempunyai tekanan
140/80 adalah normal baginya. Di samping itu, tekanan darah juga bervariasi menurut
aktivitas fisik. Pada waktu gerak badan tekanan darah, teristimewa sistolik akan naik untuk
memenuhi kebutuhan oksigen yang meningkat bagi tubuhnya. Karena itu, kadang-kadang
cukup sulit untuk menetapkan apakah seseorang betul-betul menderita hipertensi atau
tidak. Hipertensi labil bisa terjadi pada seseorang karena kegelisahan, misalnya sewaktu
11
dilakukan pemeriksaan terhadapnya. Kemudian tekanan darahnya menjadi normal kembali
setelah kegelisahannya hilang.
Hipertensi berpengaruh terhadap hampir semua bagian tubuh, yang terpenting adalah
jantung, pembuluh darah, otak, ginjal, dan mata. Komplikasi yang mungkin timbul
tergantung kepada berapa tinggi tekanan darah, berapa lama telah diderita, adanya faktor-
faktor risiko yang lain, dan bagaimana keadaan tersebut dikelola atau ditangani. Akibat
hipertensi pada sistem jantung dan pembuluh darah yang terpenting adalah:
a. Kerusakan Pembuluh Darah
Tekanan darah yang tinggi secara terus-menerus menambah beban pembuluh arteri
secara perlahan-lahan. Arteri mengalami proses pengerasan, menjadi tebal dan kaku,
sehingga mengurangi elastisitasnya. Hipertensi juga mendorong proses terbentuknya
pengendapan plak pada arteri koroner (artherosclerosis). Hal ini meningkatkan resistensi
pada aliran darah yang pada gilirannya menambah naiknya tekanan darah. Dengan
demikian, hipertensi jelas menjadi salah satu risiko PJK, makin berat kondisi hipertensi,
makin besar pula faktor risiko yang ditimbulkan.
Kegagalan jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sehingga
mengakibatkan akumulasi jumlah zat cair dan gas itu berakumulasi dalam paru-paru, hati,
perut, dan kaki. Si pasien menjadi lemah sekali dan kehabisan tenaga pada waktu
melakukan kegiatan fisik. Akhirnya kongesti cairan dalam paru-paru menjadi lebih buruk dan
pasien kehabisan napas sekalipun istirahat.
Seperti telah diutarakan di muka, tekanan darah umumnya diukur dengan manometer air
raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolic, misalnya 120/70, yang berarti
tekanan sistolik adalah 120 mmHg dan diastolik 70 mmHg. Dari berbagai kepustakaan
disebutkan criteria tekanan darah orang dewasa sebagai berikut:
Tekanan Darah
12
Sistolik Diastolik
< 130 < 85 Normal
131 -159 86 – 99 Hipertensi ringan
160 – 179 100 – 109 Hipertensi sedang
180 – 209 110 - 119 Hipertensi berat
Hipertensi sangat
> 210 > 120
berat
C. Merokok
Keaadaan jantung dan paru-paru mereka yang merokok tidak akan dapat bekerja
secara efisien. Mereka mempunyai risiko yang tinggi terhadap PJK, stroke, bronchitis yang
kronis bahkan juga kanker. Karena itu bila anda merokok, anda mengeluarkan uang jauh
lebih banyak daripada harga rokok itu, karena sesungguhnya anda akan mengeluarkan biaya
perawatan kesehatan sepanjang perjalanan hidup anda.
1. Merokok dan PJK
Peranan merokok terhadap PJK dan penyakit kardiovaskuler yang lain dapat ditelusuri
dari kenyataan-kenyataan sebagai berikut:
· Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti adrenalin.
Zat ini merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
· Asap rokok mengandung karbon mono-oksida (co) yang memiliki kemampuan jauh
lebih kuat daripada sel darah merah (haemoglobin) dalam hal menarik atau menyera
oksigen, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk membawa oksigen ke
jaringan-jaringan termasuk jantung. Hal ini perlu diperhatikan terutama bagi penderita PJK,
karena daerah arteri yang sudah ada plak, aliran darahnya sudah berkurang dari yang
sebenarnya.
· Merokok dapat “menyembunyikan” angina, yaitu sakit di dada yang dapat member
signal adanya sakit jantung. Tanpa adanya signal tersebut, penderita tidak sadar bahwa ada
penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya, sehingga ia tidak mengambil tindakan yng
diperlukan.
· Perokok, dua atau tiga kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan mereka yang
tidak merokok.
· Terlepas dari berapa banyak rokok yang dihisap per hari, merokok terus-menerus
dalam jangka panjang berpeluang besar untuk menderita penyumbata arteri di leher.
· Perokok mudh mengalami kejang kaki pada waktu olahraga, karena penyumbatan
pada pembuluh arteri di kaki.
· Merokok menempatkan seseorang lebih beresiko terhadap penyakit degenerative
yang lain, termasuk kanker paru-paru.
13
2. Hubungan Rokok dengan Kolesterol
Di samping akibat-akibat buruk yang dapat diderita oleh perokok yang telah disebutkan
di atas, hasil penelitian “Framingham Heart Study” menemukan bahwa merokok
menurunkan kadar kolesterol baik (HDL). Penelitian dilakukan terhadap 2.000 lelaki dan
2.000 perempuan, berumur antara 20-49 tahun. Penurunan HDL pada kaum lelaki rata-rata
4,5 mg/dl dan bagi kaum perempuan 6,5 mg/dl. Pada penelitian tersebut, factor yang
penting adalah jumlah batang rokok yang diisap per hari dan bukan lamanya waktu
seseorang telah merokok.
· Merokok menurunkan kadar kolesterol baik (HDL) dalam darah, yang
berartimeningkatkan risiko PJK.
· Makin banyak jumlah rokok yang diisap, makin besar penurunan HDL.
· Perempuan yang merokok mengalami penurunan HDL lebih banyak disbanding laki-
laki.
Dengan demikian insulin membantu mempertahankan kadar glucose darah dalam batas
– batas normal. Bilamana insulin tersebut tidak cukup jumlahnya atau tidak dapat digunakan
sebagaimana mestinya, maka tubuh kehilangan kemampuan untuk memprooses glucose
atau tubuh tidak mampu melakukan metabolism karbohidrat secara normal. Akibatnya
glukosa berkumpul didalam darah sampai melewati ambang batas dan keluar bersama
urine. Ini merupakan tanda yang jelas akan adanya penyakit diabetes mellitus atau juga
disebut penyakit kencing manis. Karena dari glucose, dan juga tidak dapat menyimpannya
14
dalam lemak untuk mensuplai energy yang diperlukan. Dan ini dapat menimbulkan
bermacam akibat yang tidak diinginkan bagi kesehatan.
F. Stres
Stres dianggap merupakan salah satu faktor risiko dari PJK meskipun belum dapat
“diukur” berapa besar pengaruh tersebut memicu timbulnya PJK. Demikian juga, amat sulit
untuk memberikan definisi stress secara cepat. Mungkin deskripsi yang paling mendekati
ialah suatu keadaan mental yang Nampak sebagai kegelisahaan, kekhawatiran, tensi tinggi,
keasyikan yang abnormal dengan suatu dorongan atau sebab dari lingkungan yang tidak
menyenangkan. Jadi seorang yang mengalami tres dapat mengeluh karena merasa tidak
sehat, sakit kepala, berdebar (palpitasi), sakit lambung atau susah tidur, tidak bahagia, atau
bahkan depresi. Tidak semua simtom tersebut hadir bersama – sama.
Stres dapat memicu pengeluaran hormone andrenalin dan katekolamin yang tinggi
dapat berakibat mempercepat kekejangan (spam) arteri koroner, sehingga suplai darah ke
otot jantung terganggu.
15
menghadapinya agar dampaknya tidak menjadi lebih parah. Factor risiko alami akan dibahas
dalam Bab 7 dan Bab 8, terutama terkaitannya dengan kadar kolesterol dalam darah.
E. Pencegahan
PENGOBATAN
Resiko terjadinya sindroma gawat pernafasan bisa dikurangi jika persalinan bisa
ditunda sampai paru-paru bayi telah mampu menghasilkan surfaktan dalam jumlah
yang memadai.
Jika kemungkinan akan terjadi persalinan prematur, maka dilakukan amniosentesis
untuk mengetahui kadar surfaktan.
Jika diperkirakan bahwa paru-paru bayi belum matang dan persalinan tidak dapat
ditunda, maka diberikan kortikosteroid kepada ibu minimal 24 jam sebelum waktu
perkiraan persalinan.
Kortikosteroid akan melewati plasenta dan merangsang pembentukan surfaktan
oleh paru-paru janin.
Setelah persalinan, kepada bayi yang menderita sindroma ringan hanya perlu
diberikan oksigen. Pada sindroma yang lebih berat mungkin perlu didukung oleh
ventilator dan obat surfaktan.
Obat surfaktan sangat menyerupai surfaktan yang asli dan dapat diteteskan
langsung ke dalam trakea bayi melalui suatu selang.
Obat ini bisa memperbaiki angka kelangsungan hidup bayi dengan cara mengurangi
beratnya sindroma dan resiko terjadinya komplikasi.
Untuk mencegah terjadinya sindroma pada bayi yang sangat prematur, obat
surfaktan bisa diberikan segera setelah bayi lahir atau diberikan ketika tanda-tanda
terjadinya gejala mulai terlihat.
Pengobatan bisa dilanjutkan selama beberapa hari sampai bayi mulai menghasilkan
surfaktan sendiri.
16
kehamilan 32 minggu dan kurang dianjurkan memberikan dexametason atau betametason
48-72 jam sebelum persalinan. Pemberian glukortikoid juga dianjurkan karena berfungsi
meningkatkan perkembangan paru janin
Tindakan pencegahan yang harus dilakukan untuk mencegah komplikasi pada bayi
resiko tinggi adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur, mencegah tindakan seksio
sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis, melaksanakan manajemen yang tepat
terhadap kehamilan dan kelahiran bayi resiko tinggi.
17
DAFTAR PUSTAKA
Pertanyaan
1. Apakah orang penderita tekanan darah rendah dapat terserang penyakit jantung?
(Vivi)
2. Apakah ada faktor makanan yang menyebabkan resiko terkena penyakit jantung?
(Rosezi)
3. Apakah dengan mendengkur akan membawa resiko terkena penyakit jantung?
(Wiyarsi)
Jawaban
1. Terhambat atau terbatasnya jumlah darah yang mengalir ke otak dan organ vital
lainnya seperti ginjal dapat terjadi jika tekanan darah terlalu rendah, sehingga
dapat menyebabkan kepala terasa ringan dan pusing. Tubuh juga akan terasa tidak
stabil atau goyah, bahkan kehilangan kesadaran. Penyakit parah seperti penyakit
jantung menyebabkan darah tidak bisa dipompa dengan baik oleh jantung ke
seluruh tubuh. Akibatnya, tekanan darah pun menurun.(Yulia)
2. Makanan yang pertama yaitu berbagai makanan olahan yang sering anda makan
sehari-hari seperti aneka olahan keripik. Tidak ada salahnya mengkonsumsi aneka
makanan olahan tersebut jika anda memakannya dalam jumlah yang wajar dan
tidak berlebihan. Karena jika berlebihan dapat berpotensi menyebabkan resiko
penyakit jantung.
Telur menjadi salah satu makanan yang berpotensi menjadi penyebab penyakit
jantung terutama kuning telurnya. Namun jangan menjadikan anda alergi untuk
memakan telur. Karena makan telur dalam jumlah yang cukup tidak akan
membahayakan jantung anda tersebut atau denngan kata lain jangan berlebih
dalam mengkonsumsi telur tersebut. Ini dkiarenakan memakan telur dalam jumlah
berlebihan dapat meningkatkan jumlah kolesterol yang dapat meningkatkan resiko
penyakit jantung.
Berbagai makanan yang mengandung lemak jenuh juga dapat berpotensi menjadi
salah satu penyebab sakit jantung tersebut jika di konsumsi berlebihan. Berbagai
makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain daging merah, aneka produk
susu, kelapa dan minyak sawit. Aneka makanan tersebut dapat menyebakan arteri
pada organ jantung dapat mengeras dan menyempit.
Makanan manis dapat juga berpotensi menjadi salah satu penyebab penyakit
jantung jika di konsumsi secara berlebihan. Ini dikarenakan, makanan manis dapat
menyebabkan penyakit diabetes yang mana merupakan faktor resiko penyakit
pada organ jantung anda.
Berbagai makanan yang dipanggang maupun makanan cepat saji juga berpotensi
menjadi penyebab serangan jantung jika dikonsumsi secara berlebihan. Ini
dikarenakan, makanan tersebut banyak mengandung lemak yang tidak baik untuk
organ jantung anda. (Larasaty)
3. Mendengkur bisa jadi merupakan gejala dari kondisi ini ditandai dengan
terhentinya nafas sementara. yang dapat menyebabkan tekanan darah naik,
Apabila kondisi ini di biarkan maka dapat menyebabkan penyakit jantung. Banyak
dari penelitian terkini menunjukkan mendengkur yang tidak terkendali dapat
meningkatkan resiko serangan jantung , serta membuat tekanan darah tinggi dan
obesitas menjadi lebih sulit dikendalikan.(Lyza)