Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Mata Kuliah : Keperawatan Anak


Pokok Bahasan : Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
Sasaran : Keluarga dan Anak
Hari/ Tanggal : Rabu, 28 Desember 2016
Waktu : 08.30 WIB - Selesai
Tempat Pelaksanaan : Depan Loket PUSKESMAS sungai Tarab II

1. LATAR BELAKANG
ISPA merupakan suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak,
baik dinegara berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan
banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup
gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak
dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa.
ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40 % - 60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh
penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup
20 % - 30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia
dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan
seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik,
namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak
diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program
Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat
beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit
batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian
atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang
telinga akut harus mendapat antibiotik. ISPA dapat ditularkan melalui air
ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Infeksi saluran
pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi
pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak
kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan
lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak
karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya
terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh
dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah
dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih
rumit, meskipun demikian angka kematiannya masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat
cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernapasan
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan ibu dapat
memahami dan mengerti tentang ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )
pada anak.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan
mampu memahami dan menyebutkan :
1. Pengertian Infeksi Saluran Pernapasan Atas
2. Penyebab Infeksi Saluran Pernapasan Atas
3. Tanda dan Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Atas
4. Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Atas
5. Penatalaksanaan ISPA

3. PELAKSANAAN KEGIATAN
a. Topik
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
b. Sasaran
Keluarga dan Anak-Anak Yang Berada Di Puskesmas Sungai Tarab II
c. Metode
1) Ceramah
2) Tanya jawab
d. Media dan Alat
1) Lembar Balik
2) Laeflet
e. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Desember 2016
Jam : 08.30 WIB - Selesai
Waktu : 30 menit
Tempat Pelaksanaan : Depan Loket PUSKESMAS sungai Tarab
II
4. PROSES PENYULUHAN
Pokok Kegiatan
No Waktu
Kegiatan Penyuluh Audiens/ Sasaran
1. 5 menit Pembukaan a. Mengucapkan Menjawab salam
salam
b. Memperkenalkan Memperhatikan
diri/ pembimbing
c. Menjelaskan Mendengarkan dan
Topik Penyuluhan memperhatikan
d. Menjelaskan Mendengarkan dan
Tujuan Umum memperhatikan
dan Tujuan
Khusus
e. Kontrak Waktu Menyepakati
2. 20 Pelaksanaan a. Menggali Memberi pendapat
menit pengetahuan
peserta tentang
pengertian ISPA
b. Memberikan Memperhatikan
reinforcement
positif
c. Menjelaskan Mendengarkan dan
pengertian ISPA Memperhatikan
d. Menggali Memberi pendapat
pengetahuan
peserta tentang
penyebab ISPA
e. Memberikan Memperhatikan
reinforcement
positif
f. Menjelaskan Mendengarkan dan
tentang penyebab Memperhatikan
ISPA
g. Menggali
pengetahuan Memberi pendapat
peserta tentang
pelayanan
keluarga
berencana
h. Memberikan
reinforcement Memperhatikan
positif
i. Menjelaskan
tentang pelayanan Mendengarkan dan
keluarga Memperhatikan
berencana
j. Menggali
pengetahuan Memberi pendapat
peserta tentang
macam macam
alat kontrasepsi
dalam keluarga
berencana
k. Memberikan
reinforcement Memperhatikan
positif
l. Menjelaskan
tentang macam Mendengarkan dan
macam alat Memperhatikan
kontrasepsi dalam
keluarga
berencana
m. Menggali
pengetahuan Memberi pendapat
peserta tentang
tujuan dari
keluarga
berencana
n. Memberikan
reinforcement Memperhatikan
positif
o. Menjelaskan
tentang tujuan Mendengarkan dan
dari keluarga Memperhatikan
berencana

3. 5 menit Penutup a. Evaluasi hasil Menjawab


b. Memberikan Memperhatikan
reinforcement
positif
c. Menjelaskan Memperhatikan
kesimpulan
d. Mengucapkan Menjawab salam
salam
e. Membagikan Menerima
leaflet
5. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: peserta
: penyaji
: moderator
: fasilitator
: observer
: pembimbing

6. PENGORGANISASIAN
a. Pemateri :
b. Moderator :
c. Fasilitator : Diga Ayudia, Dian Anggraini, Dewi Fitria Afri
d. Observer : Rika Moniqa
Uraian Tugas
1. Pemateri
Mempresentasikan materi untuk penyuluhan
2. Moderator
A. Membuka acara
B. Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing
C. Menjelaskan tujuan dan topik
D. Mengadakan kontrak waktu dan bahasa
E. Menyerahkan jalannya penyuluhan kepada penyaji
F. Menutup acara
3. Fasilitator
A. Memotivasi peserta untuk berperan aktif dalam jalannya penyuluhan.
B. Membantu dalam menanggapi pertanyaan dari peserta.
4. Observer
A. Mampu mengobservasi jalannya penyuluhan
B. Mengamati dan mencatat jumlah anggota yang hadir
C. Membuat kesimpulan dan evaluasi

7. MATERI (TERLAMPIR)

8. EVALUASI PROSES
a. Evaluasi struktur
Penyuluh dan peserta dapat hadir sesuai dengan rencana
Tempat, media serta alat-alat untuk penyuluhan tersedia sesuai rencana
b. Evaluasi proses
Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi
c. Evaluasi Hasil
Setelah mengikuti penyuluhan dengan bantuan leaflet diharapkan peserta
dapat :
1) Menyebutkan definisi dari ISPA
2) Menyebutkan dan memahami etiologi ISPA
3) Menyebutkan dan memahami tanda dan gejala penyakit ISPA
4) Menyebutkan dan memahami dampak lanjut dari ISPA
5) Menyebutkan dan memahami Penatalaksanaan penyakit ISPA
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernafasan atas, yang
benar ISPA merupakan singatan dari infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA
meliput saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah.
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit
(Saifuddin,2000).
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran
pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan
(respiratory tract) (Brunner & Suddarth, 2001).
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau
disertai radang parenkim paru (Vietha, 2009).
ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi pada
setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan oleh
jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari
parenkim. ( Whaley dan Wong, 2000 ).

Jadi Infeksi pernafasan atas adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan
14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.

B. Penyebab
ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab
ISPA adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas,
sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995).
Dalam Harrisons Principle of Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit
infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus
paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan
infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri
streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-
90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%.
Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan atas ini melibatkan
lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995).
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA
pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya
sanitasi lingkungan.
Ispa dapat terjadi pada semua usia dan bisa menyerang kapan saja, berikut
ini adalah beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya ISPA yang harus
diwaspadai.
1. Adenovirus. Gangguan pernapasan seperti pilek, bronkitis, dan pneumonia
bisa disebabkan oleh virus ini yang memiliki lebih dari 50 jenis.
2. Rhinovirus. Ini adalah jenis virus yang menyebabkan pilek. Tapi pada anak
kecil dan orang dengan sistem kekebalan yang lemah, pilek biasa bisa
berubah menjadi ISPA pada tahap yang serius.
3. Pneumokokus. Ini adalah jenis bakteri yang menyebabkan meningitis. Tapi
bakteri ini bisa memicu gangguan pernapasan lain, seperti halnya pneumonia
atau radang paru paru.
ISPA sendiri lebih sering terjadi pada usia anak-anak atau lanjut usia karena
mereka sistem kekebalan tubuhnya terkadang sangat lemah sehingga sangat
mudah terjadi infeksi. Ada beberapa kondisi yang beresiko diantaranya adalah
orang yang menderita penyakit jantung atau memiliki gangguan dengan paru-
parunya. Perokok juga berisiko tinggi terkena infeksi saluran pernapasan akut dan
cenderung lebih sulit untuk pulih dari kondisi ini. ISPA memilki bahaya resiko
yang sangat tinggi karena kondisi ispa yang terlambat penanganannya dapat
memicu komplikasi seperti gagal nafas dan gagal jantung.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISPA
1. Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari
organ-organ serta menghasilkan energi (I Dewa Nyoman Supariasa, Bachsyar
Bakri dan Ibnu Fajar, 2002:17).
Fungsi zat gizi antara lain sebagai berikut:
a. Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan,
terutama bagi yang masih dalam pertumbuhan
b. Memperoleh energi guna melakukan aktivitas fisik sehari-hari
c. Mengganti sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh
(dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh)
d. Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit
sebagai zat anti oksidan (Kertasapoetra, Marsetyo, Med, 2001:1).

2. Pemberian ASI Eksklusif


ASI adalah suatu komponen yang paling utama bagi ibu dalam
memberikan pemeliharaan yang baik terhadap bayinya, untuk memenuhi
pertumbuhan dan perkembangan psikososialnya. Karena sesuatu yang baik
tidaklah harus mahal bahkan bisa sebaliknya, terbaik dan termurah yaitu ASI.
Karena ASI bisa membuat anak lebih sehat, tapi juga cerdas dan lebih
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Depkes RI, 2001:15). Bayi yang baru
lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari
ibunya lewat ari-arinya. Tubuh bayi dapat membuat sistem kekebalan tubuh
sendiri waktu berusia sekitar 9-12 bulan.
Sistem imun bawaan pada bayi menurun namun sistem imun yang
dibentuk oleh bayi itu sendiri belum bisa mencukupi sehingga dapat
mengakibatkan adanya kesenjangan zat kekebalan pada bayi dan hal ini akan
hilang atau berkurang bila bayi diberi ASI. Kolostrum mengandung zat
kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang. Zat ASI. Kolostrum
kekebalan pada ASI dapat melindungi bayi dari penyakit mencret atau diare,
ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi, telinga,
batuk, pilek, dan penyakit alergi. Dan pada kenyataannya bayi yang diberi
ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001:18).

3. Umur
ISPA dapat menyerang semua manusia baik pria maupun wanita pada
semua tingkat usia, terutama pada usia kurang dari 5 tahun karena daya tahan
tubuh balita lebih rendah dari orang dewasa sehingga mudah menderita ISPA.

4. Kelengkapan Imunisasi
Ada dua jenis imunisasi, yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
Pemberian imunisasi pada anak biasanya dilakukan dengan cara imunisasi
aktif, karena imunisasi aktif akan memberi kekebalan yang lebih lama.
Imunisasi pasif diberikan hanya dalam keadaan yang sangat mendesak, yaitu
bila diduga tubuh ganas. Perbedaan yang penting antara jenis imunisasi aktif
dan imunisasi pasif adalah:
a. Untuk memperoleh kekebalan yang cukup, jumlah zat anti dalam tubuh
harus meningkat; pada imunisasi aktif diperlukan waktu yang agak lebih
lama untuk membuat zat anti itu dibandingkan dengan imunisasi pasif.
b. Kekebalan yang terdapat pada imunisasi aktif bertahan lama (bertahun-
tahun) sedangkan pada imunisasi pasif hanya berlangsung untuk beberapa
bulan. Sesuai dengan program pemerintah (Departemen Kesehatan)
tentang Program Pengembangan Imunisasi (FPI), maka anak diharuskan
mendapat perlindungan terhadap 7 jenis penyakit utama, yaitu penyakit
TBC (dengan Pemberian vaksin BCG), difteria, tetanus, batuk rejan,
poliomielitis, campak danhepatitis B. Imunisasi lain yang dianjurkan di
Indonesia pada saat ini adalah terhadap penyakit gondong dan campak
Jerman (dengan pemberian vaksin MMR), tifus, radang selaput otak oleh
kuman Haemophilus influenzae tipe B (Hib), hepatitis A, cacar air dan
rabies (Markum, 2002:15).

5. Kepadatan Hunian
Pemanfaatan atau penggunaan rumah perlu sekali diperhatikan. Banyak
rumah yang secara teknis memenuhi syarat kesehatan, tetapi apabila
penggunaannya tidak sesuai dengan peruntukannya, maka dapat terjadi
gangguan kesehatan. Misalnya rumah yang dibangun untuk dihuni oleh empat
orang tidak jarang dihuni oleh lebih dari semestinya. Hal ini sering dijumpai,
karena biasanya pendapatan keluarga itu berbanding terbalik dengan jumlah
anak atau anggota keluarga. Dengan demikian keluarga yang besar seringkali
hanya mampu membeli rumah yang kecil dan sebaliknya. Hal ini sering tidak
mendapat perhatian dan terus membangun rumah menjadi sangat sederhana
dan sangat kecil bagi yang kurang mampu (Juli Soemirat, 2000:144).
Mikroba tak dapat bertahan lama di dalam udara. Keberadaannya di
udara tak bebas dimungkinkan karena aliran udara tidak terlalu besar. Oleh
karena itu, mikroba dapat berada di udara relatif lama. Dengan demikian
kemungkinan untuk memasuki tubuh semakin besar. Hal ini dibantu pula oleh
taraf kepadatanpenghuni ruangan, sehingga penularan penyakit infeksi lewat
udara sebagian besar terlaksana lewat udara tak bebas (Juli Soemirat,
2000:71).

6. Ventilasi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/ Menkes/ SK/
VII/ 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan, luas penghawaan atau
ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Pertukaran
hawa (ventilasi) yaitu proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara
kotor secara alamiah atau mekanis harus cukup. Berdasarkan peraturan
bangunan Nasional, lubang hawa suatu bangunan harus memenuhi aturan
sebagai berikut:
a. Luas bersih dari jendela/ lubang hawa sekurang-kurangnya 1/10 dari luas
lantai ruangan.
b. Jendela/ lubang hawa harus meluas ke arah atas sampai setinggi minimal
1,95 m dari permukaan lantai.
c. Adanya lubang hawa yang berlokasi di bawah langit-langit
sekurangkurangnya 0,35% luas lantai yang bersangkutan (Mukono,
2000:156).
d. Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Yang pertama adalah untuk
menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini
berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut
tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 di
dalam rumah yangberarti kadar CO2 yang bersifat racun akan meningkat

Tidak cukupnya ventilasi juga akan menyebabkan kelembaban udara di


dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk bakteri-
bakteri, patogen (bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua dari
ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri,
terutama bakteri patogen, karena terjadi aliran udara yang terus menerus.
Fungsi lain adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam
kelembaban yang optimum (Soekidjo Notoatmodjo, 1997:150).

C. Tanda dan Gejala


Badan pegal (myalgia), batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, beringus,
demam ringan, tekanan di muka, bersin. Gejala biasanya tampak setelah 1-3 hari
setelah terpapar patogen microbial. Penyakit ini biasa berlangsung selama 7-10
hari.
Gejala ISPA yang disebabkan oleh streptpcoccus adalah sakit leher tiba-tiba,
sakit saat menelan dan demam tanpa diikuti hidung beringus, suara berubah atau
batuk. Kadang kala, gejala ISPA dibarengi sakit dan tekanan di kuping yang
disebabkan oleh infeksi telinga tengah (otitis media) dan mata merah disebabkan
oleh virus conjuvitis.

Berikut ini adalah gejala ISPA pada anak-anak :


1. Demam
2. Batuk
3. Pilek, hidung tersumbat, atau bersin-bersin
4. Nyeri tenggorokan/nyeri menelan
5. Suara serak
6. Sakit kepala, badan pegal-pegal, atau nyeri sendi
7. Lesu, lemas
8. Sesak napas
9. Frekuensi napas cepat

Apabila ISPA bertambah parah, gejala yang lebih serius akan muncul, seperti:
1. Kesulitan bernapas.
2. Demam tinggi dan menggigil.
3. Tingkat oksigen dalam darah rendah.
4. Kesadaran yang menurun dan bahkan pingsan.

D. Dampak Lanjut Dari Penyakit ISPA


1. Sinusitis
2. Sesak nafas
3. Pneumonia dan pneumonia berat
4. Otitis Media
5. Penyakit Jantung
6. Glomerulonefti yang disebabkan ole Radang Tenggorokan karena infeksi
Streptococcus beta hemolitikus grup A.
E. Penatalaksanaan ISPA
1. Pencegahan Penyakit ISPA
a. Tetap menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan yang
bergizi.
b. Pada bayi / anak dilakukan imunisasi.
c. Selalu menjaga kebersihan baik kebersihan pribadi maupun
lingkungantempat tinggal.
d. Mencegah anak agar tidak berhubungan dengan penderita ISPA.
e. Mencuci tangan secara teratur terutama setelah beraktivitas di tempat
umum.
f. Perbanyak mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin terutama
vitamin C. Vitamin sangat membantu dalam meningkatkan dan menjaga
sistem kekebalan tubuh Anda.
g. Hindari merokok.
h. Ketika Anda bersin, pastikan menutupnya dengan tisu atau tangan. Hal
ini dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menular
kepada orang lain.

2. Terapi ISPA
Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya pemberian antibiotik
walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat sembuh dengan
sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian antibiotik dapat
mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya pemberian obat
obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat mencegah
terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik pada
penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi
kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah
berlanjut dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian
antibiotik merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan
sudah ada bakteri yg terlibat.

3. Upaya pengobatan dan perawatan ISPA:


a. Jika terserang penyakit ISPA harus banyak istirahat.
b. Meningkatkan asupan makanan bergizi.
c. Jika demam beri kompres hangat dan banyak minum ( pada bayi ASI tetap
diteruskan ) gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat, bila
perlu diberikan parasetamol.
d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan tisu,
kemudian tisu dibuang ke tempat sampah.

4. Beberapa Hal Yang Perlu Dikerjakan Seorang Ibu Untuk Mengatasi Anaknya
Menderita ISPA
a. Mengatasi panas (Demam) untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam
diatasi dengan memberikan paracetamol atau dengan kompres, bayi
dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Paracetamol
diberikan 4 x tiap 6 jamuntuk waktu 2 hari. Cara pemberianya, tablet
dibagi sesuai dosisnya kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu
air es)
b. Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau
madu sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh,
diberikan 3 kali sehari atau dengan resep tradisional lainya.
Herbal belimbing wuluh, caranya 10 buah belimbing wuluh, dicuci,
kemudian dihaluskan. Tambahkan 1 cangkir air masak dan sedikit garam.
Peras dan saring. Ramuan ini diminum 2 kali sehari.
c. Berikan makanan yang cukup gizi sedikit-sedikit tetapi berulang-berulang
yang lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah, pemberian ASI
pada bayi yang menyusu tetap diteruskan
d. Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya, ini akan membantu mengencerkan dahak, kekrangan
cairan akan menambah parah sakit yan diderita.
e. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung
yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang
sehat yaitu ventilasi yang cukup dan tidak berasap
f. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk
penderita yang mendapat obat antibiotk, selain tindakan diatas usahakan
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari
penuh. Dan untuk penderita yang mendapat antibiotik, usahakan agar
setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk diperiksa
ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa
oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book
1. USA: CV. Mosby-Year book. Inc

Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan
Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai