Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENANGANAN TERSEDAK PADA KELUARGA DI RUMAH


DI IGD RS UNAIR

Dosen Pembimbing :
Erna Dwi, S.Kep., Ns. M.Kep

CE Klinik :
Sundawan Priyo Seputra,. Amd.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 4

Hidayatul Aulia, S.Kep 132229054


Melya Azizah, S.Kep 132229063
Adi Sukma Septiana, S.Kep 132229058
Fathma Hanifati, S.Kep 132229065
An Nisa'u Sholeha, S.Kep 132229073
Ardhiyeni Hesti Oktavia, S.Kep 132229070
Lusyana Maylanie, S.Kep 132229066
Dina Shifana, S.Kep 132229085
Mediani Wahyu Prihandini, S.Kep 132229082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2023

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Penanganan tersedak pada keluarga di Rumah


Sasaran : Keluarga pasien di IGD Unit RSUA
Hari, Tanggal : Jum’at, 03 Maret 2023
Tempat : Ruang tunggu IGD RS UNAIR
Pelaksana : Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga dan Tim PKRS RS UNAIR Surabaya
Waktu : Pukul 09.00-10.00 WIB

A. TUJUAN

2
1. Tujuan Umum
Setelahdilakukan penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan memahami
dan mampu melakukan penanganan pada pasien tersedak di rumah.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 1x30 menit, diharapkan peserta
penyuluhan mampu :
a. Mengetahui tujuan penanganan tersedak pada anak-anak, dewasa dan bayi
b. Mengetahui tanda dan gejala tersedak
c. Mengetahui tahapan penanganan tersedak
d. Mengetahui jenis penanganan tersedak
e. Mengetahui cara penanganan tersedak
B. POKOK BAHASAN
1. Pengertian tersedak
2. Penyebab tersedak
3. Tanda gejala tersedak
4. Pemeriksaan penunjang
5. Penatalaksanaan tersedak
6. Cara penanganan tersedak pada anak-anak, dewasa dan bayi
C. METODE
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya Jawab
D. MEDIA
1. Leaflet
2. Poster
E. KEGIATAN PENYULUHAN
Tahapan dan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Waktu

3
Pra Kegiatan Petugas menyiapkan daftar hadir, Peserta penyuluhan
5 Menit ruangan dan tempat untuk peserta mengisi daftar hadir,
mengikuti kegiatan penyuluhan dan duduk di tempat
yang telah
disediakan
Pendahuluan Pembukaan :
5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab salam
b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
c. Menyampaikan tujuan dan c. Mendengarkan
maksud penyuluhan dan menyetujui
d. Menjelaskan kontrak waktu d. Mendengarkan
dan mekanisme kegiatan dan menyetujui
penyuluhan e. Mendengarkan
e. Menyebutkan materi f. Menerima leaflet
penyuluhan
f. Fasilitator membagikan
leaflet kepada peserta
penyuluhan
Pelaksanaan Pelaksanaan :
kegiatan a. Menggali pengetahuan dan a. Menjawab
penyuluhan pengalaman sasaran pertanyaan
15 menit penyuluhan tentang
penanganan tersedak.
b. Menjelaskan materi b. Memperhatikan

penyuluhan :
1. Pengertian
2. Tujuan penanganan
tersedak

4
3. Jenis-jenis penanganan
tersedak pada anak-anak
dan dewasa
4. Tahapan penanganan
tersedak
5. Meminta peserta untuk
bersama- sama
menyebutkan langkah-
langkah penanganan
tersedak
6. Memberikan kesempatan
kepada sasaran penyuluhan
untuk mengajukan
pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan
7. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh peserta
penyuluhan
8. Mendemontrasikan cara
mengatasi apabila ada
yang tersedak
Penutup Evaluasi :
5 Menit a. Menanyakan kembali materi a. Menjawab
yang telah disampaikan pertanyaan
b. Memberikan reinforcement b. Memperhatikan
kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
c. Menyimpulkan materi yang c. Mendengarkan

5
telah disampaikan

F. PENGORGANISASIAN
Pembimbing Klinik : Sundawan Priyo Seputra,. Amd.Kep
Kisam Samsuri , S.Kep.,Ns
Pembimbing Akademik : Erna Dwi, S.Kep., Ns. M.Kep
Penyusun materi : Ardhiyeni Hesti Oktavia , S.Kep
Lusyana Maylanie, S.Kep
Penyaji : Mediani Wahyu Prihandani, S.Kep
Moderator : Adi Sukma Septiana, S.Kep
Fasilitator : Hidayatul Aulia, S.Kep
Dina Shifana, S.Kep
Observer dan Notulen : Melya Azizah, S.Kep
Fathma Hanifati, S.Kep
An Nisa’u Sholeha, S.Kep

G. SETTING TEMPAT

Poster
Moderator Penyaji

P P P

P P P
Fasilitator 1 Fasilitator 2
P P P

Observer dan Notulen Pembimbing

6
Keterangan :
P : Peserta Penyuluhan

Lampiran Materi
Konsep Choking (Tersedak)
1. Definisi Choking (Tersedak)
Choking (tersedak) adalah tersumbatnya saluran napas akibat benda asing
secara total atau sebagian, sehingga menyebabkan korban sulit bernapas dan
kekurangan oksigen, bahkan dapat segera menimbulkan kematian (Bagian Diklat
RSCM, 2015). Tersedak merupakan pembunuh tercepat, lebih cepat dibandingkan
gangguan breathing dan circulation. Pada orang dewasa, tersedak paling sering
terjadi ketika makanan tidak dikunyah sempurna, serta makan sambil berbicara
atau tertawa. Pada anak-anak, penyebab tersedak adalah tidak dikunyahnya
makanan dengan sempurna dan makan terlalu banyak pada satu waktu. Selain itu,
anak-anak juga sering memasukkan benda-benda padat kecil ke dalam mulutnya
(Junha, 2014 dalam Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI, 2015).
Tersedak merupakan suatu kegawat daruratan yang sangat berbahaya,
karena dalam beberapa menit akan terjadi kekurangan oksigen secara general atau
menyeluruh sehingga hanya dalam hitungan menit klien akan kehilangan reflek
nafas, denyut jantung dan kematian secara permanen dari batang otak, dalam
bahasa lain kematian dari individu tersebut. Ketika tersedak, anak mungkin sudah
tidak bisa mengeluarkan suara dengan jelas untuk mengatakan sakitnya, anak
merasa tercekik dan berusaha untuk batuk dan kemudian akan membuat usaha
napas tersengal-sengal. Sianosis akan terjadi, kepala dan leher terlihat
kongesti/membengkak, disertai penurunan kesadaran (Shelov, 2004 dalam
Sumarningsih, D., 2015).
2. Etiologi Choking (Tersedak)

7
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam
saluran napas antara lain, faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi
sosial, tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (tidur, kesadaran
menurun, alkoholisme, dan epilepsi), faktor fisik yaitu kelainan dan penyakit
neurologik, proses menelan yang belum sempurna pada anak, faktor dental,
medikal dan surgikal (antara lain tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak yang berumur <4 tahun), faktor kejiwaan
(emosi, gangguan psikis), ukuran dan bentuk serta sifat benda asing, faktor
kecerobohan (meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang kurang
baik, makan atau minum yang tergesa-gesa, makan sambil bermain biasanya pada
anak-anak, memberikan kacan atau permen pada anak yang gigi molarnya belum
lengkap.
4. Manifestasi Klinis Choking (Tersedak)
Menurut (Putri, 2018) gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas
tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat,
bentuk, dan ukuran benda asing. Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing
akan mengalami 3 stadium, antara lain yaitu :
1. Stadium permulaan, yaitu batuk hebat secara tiba-tiba (violent
paroxysm of coughing), rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di
tenggorok (gagging), bicara gagap (sputtering), dan obstruksi jalan
napas yang terjadi segera.
2. Stadium kedua, ialah gejala stadium permulaan diikuti oleh interval
asimtomatik. Hal ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks
melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini
berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis karena gejala
belum jelas.

8
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi
atau infeksi sebagai akibat rekasi terhadap benda asing, sehingga
timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia, dan abses paru.
5. Patofisiologi Choking (Tersedak)
Benda asing mati (inanimate foreign bodies) di hidung cenderung
menyebabkan edema dan inflamasi mukosa hidung, dapat terjadi ulserasi,
epistaksis, jaringan granulasi dan dapat berlanjut menjadi sinusitis. Benda asing
hidup (animate foreign bodies) menyebabkan reaksi inflamasi dengan derajat
bervariasi, dari infeksi lokal sampai destruksi masif tulang rawan dan tulang
hidung dengna membentuk daerah supurasi yang dalam dan berbau.
Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan pada anak
dibawah umur dua tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu pada saat benda atau 3
makanan ada di dalam mulut, anak terawa atau menjerit, sehingga pada saat
inspirasi, laring terbuka dan makanan atau benda asing masuk ke dalam laring.
Pada saar benda asing itu terjepit di sfingter laring, pasien batuk berulang-ulang,
sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Bila benda asing telah masuk ke dalam
trakea atau bronkus, kadang-kadang terjadi fase asimtomatik selama 24 jam atau
lebih, kemudian diikuti oleh fase pulmonum dengan gejala yang tergantung pada
derajat sumbatan bronkus.
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan, mempunyai sifat
higroskopik, mudah menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan
iritasi pada mukosa. Mukosa bronkus menjadi edema, dan meradang, serta dapat
pula terjadi jaringan granulasi di sekitar benda asingm sehingga gejala sumbatan
bronkus semakin menghebat. Akibatnya timbul gejala laringotrakeobronkitis,
toksemia, batuk, dan demam yang tidak terus-menerus.
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan,
dan lebih mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologik, karena umumnya
benda asing anorganik bersifat radiopak. Benda asing yang terbuat dari metal dan

9
tipis, seperti peniti, jarum, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal,
dengan gejala batuk spasmodik. Benda asing yang lama berada di bronkus dapat
menyebabkan perubahan patologik jaringan, sehingga menimbulkan komplikasi,
antara lain penyakit paru kronik supuratif, bronkiekatasis, abses paru, dan jaringan
granulasi yang menutupi benda asing (Ariella et al., 2005).

10
6. Pemeriksaan Penunjang Choking (Tersedak)
Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan
radiologik dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis:

1. Pemeriksaan radiologi
Leher dalam posisi tegak untuk penilaian jaringan lunak leher dan
pemeriksaan toraks postero anterior dan lateral sangat penting pada aspirasi
benda asing. Karena benda asing di bronkus sering tersumbat di orifisium
bronkus utama atau lobus, pemeriksaan paru sangat membantu diagnosis.
2. Video fluroskopi
Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan
adanya obstruksi parsial. Enfisiema obstruktif merupakan bukti radiologik
benda asing di saluran napas setelah 24 jam benda teraspirasi. Gambaran
emfisiema tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru yang sehat
pada saat ekspirasi dan pelebaran interkostal.
3. Bronkogram
Berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer
pandangan endoskopi, serta perlu untuk menilai bronkiekatasis akibat
benda asing yang lama berada di bronkus.
4. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah diperlukan untuk mengetahu adanya gangguan
keseimbangan asam basa serta tanda infeksi traktus trakeobronkial.
7. Penatalaksanaan Choking (Tersedak)
1. Penanganan tersedak pada anak-anak dan orang dewasa

11
Terdapat beberapa maneuver yang terbukti efektif untuk menangani
tersedak, antara lain back bow (tepukan dipunggung), abdominal thurst
(hentakan pada perut) disebut dengan Heimlich dan chest thrust (hentakan
pada dada) (Berg,et al., 2010 dalam TBM,2015)
1) Tepukan di punggung (back bow)
Tepukan dipunggung dilakukan dengan memberikan lima kali
tepukan di punggung korban. Berikut cara melakukan tepukan di
punggung (back bow) :
(1) Berdiri di belakang korban dan sedikit bergeser ke samping
(2) Miringkan kepala korban sedikit demi sedikit ke depan dan
sangga korban dengan salah satu tangan
(3) Berikan lima kali tepukan di punggung bagian atas diantara
tulang belikat menggunakan tangan bagian bawah.
2) Manuver hentakan pada perut (abdominal thrust) atau maneuver
Heimlich
Manuver hentakan pada perut hanya boleh dilakukan untuk anak
berusia diatas 1 tahun dan dewasa. Manuver hentakan pada perut
dapat membuat korban batuk yang diharapkan cukup kuat untuk
menghilangkan sumbatan pada saluran napas. Manuver hentakan
pada perut membuat tekanan (penekanan) pada paru-paru dan
memaksa udara keluar. Udara yang dipaksa keluar juga akan
memaksa keluar benda yang membuat korban tersedak. Berikut
cara melakukan manuver hentakan pada perut :

12
(1) Miringkan korban sedikit ke depan dan berdiri di belakang
korban dan letakkan salah satu kaki di sela kedua kaki
korban.
(2) Buat kepalan pada satu tangan dengan tangan lain
menggenggam kepalan tangan tersebut. Lingkarka tubuh
korban dengan kedua lengan kita.
(3) Letakkan kepalan tangan pada garis tengah tubuh korban
tepat di bawah tulang dada atau di ulu hati.
(4) Buat gerakan ke dalam dan ke atas secara cepat dan kuat
untuk membantu korban membatukkan benda yang
menyumbat saluran napasnya. Manuver ini terus diulang
hingga korban dapat kembali bernapas atau hingga korban
kehilangan kesadaran.
(5) Jika korban kehilangan kesadaran, baringkan korban secara
perlahan sehingga posisinya terlentang dan mulai lakukan
RJP. Setiap saluran napas dibuka saat RJP, penyelamat
harus memeriksa apakah terdapat benda asing pada mulut
korban dan mengambilnya apabila menemukannya.
3) Manuver hentakan pada dada (chest thrust)
Apabila korban tersedak sedang hamil atau mengalami
kegemukan, manuver hentakan pada perut mungkin tidak efektif.
Pada keadaaan-keadaan tersebut, dapat dilakukan manuver
hentakan pada dada.
(1) Letakkan tangan di bawah ketiak korban
(2) Lingkari dada korban dengan lengan kita

13
(3) Letakkan bagian ibu jari pada kepalan di tengah-tengah
tulang dada korban (sama seperti tempat melakukan
penekanan dada pada RJP)
(4) Genggam kepalan tangan tersebut dengan tangan satunya
dan hentakan ke dalam dan ke atas.

Sumber : alodokter.com

2. Penanganan tersedak pada bayi:


Perlu diketahui bahwa manuver hentakan pada perut tidak
direkomendasikan untuk bayi dengan usia di bawah 1 tahun karena dapat
menyebabkan cedera pada organ dalamnya sehingga untuk mengatasi
tersedak dilakukan manuver tepukan di punggung dan hentakan pada

14
dada (Pusponegoro, et al., 2012). Berikut langkah-langkah manuver
tepukan punggung dan hentakan dada pada bayi:
1) Posisikan bayi menelungkup dan lakukan tepukan di punggung dengan
menggunakan pangkal telapak tangan sebanyak lima kali.
2) Kemudian, dari posisi menelungkup, telapak tangan kita yang bebas
menopang bagian belakang kepala bayi sehingga bayi berada diantara
kedua tangan kita (tangan satu menopang bagian belakang kepala bayi,
dan satunya menopang mulut dan wajah bayi).
3) Lalu, balikan bayi sehingga bayi berada pada posisi menengadah
dengan telapak tangan yang berada di atas paha menopang belakang
kepala bayi dan tangan lainnya bebas.
4) Lakukan manuver hentakan pada dada sebanyak lima kali dengan
menggunakan jari tengah dan telunjuk tangan yang bebas di tempat
yang sama dilakukan penekanan dada saat RJP pada bayi.
5) Jika korban menjadi tidak sadar, lakukan RJP
6) Jika penyelamat tidak yakin dengan apa yang harus dilakukan, segera
aktivasi SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu),
jangan ditunda. Penyelamat mungkin dapat berhasil menghentikan
korban tersedak sebelum bantuan datang namun akan lebih baik jika
korban ditangani oleh tenaga medis. Jika masih terdapat benda asing
pada saluran napas, tenaga medis yang datang dapat melakukan
penanganan segera dan membawa korban ke rumah sakit untuk
penanganan lebih lanjut.

15
Sumber : yankes.kemenkes.go.id
8. Pencegahan Choking (Tersedak)
Menurut Sabrina (2008) dalam Sumarningsih, D., (2015), setengah dari orang-
orang dewasa tidak tahu apa yang harus dilakukan agar anak tidak tersedak. Selain
itu, survey yang dilakukan The Home Safety Council menemukan banyak masyarakat
Amerika Serikat yang tidak peduli dan tidak tahu penyebab tersedak bisa terjadi,
dikarenakan pendidikan yang ibu miliki, pengetahuan yang kurang tentang perawatan
anak serta informasi yang kurang dan didukung umur ibu. Penanganan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki dapat juga menyelamatkan nyawa seseorang dengan
masalahmasalah medis akut. Informasi dan edukasi dibutuhkan, karenanya, tidak
hanya keamanan dan pencegahan kecelakaan, tapi juga penanganan yang cepat dan
tepat.

Salah satu upaya agar informasi dapat dipahami dan dapat memberikan
dampak perubahan perilaku masyarakat khususnya keluarga adalah dengan
menggunakan edukasi sebagai salah satu metode tersampainya informasi. Hal ini
dikarenakan edukasi merupakan salah satu cara pendekatan pada keluarga yang baik
dan efektif dalam rangka memberikan atau menyampaikan pesan atau informasi
kesehatan dengan tujuan untuk mengubah perilaku dengan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan keluarga. Sehingga masyarakat tidak hanya sadar,
tahu, dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungan dengan kesehatan yaitu tentang pencegahan dan pelaksananaan tersedak
pada anak sehingga adakan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga
dalam melakukannya (Sumarningsih, D., 2015).

16
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah bayi tersedak,
diantaranya dengan memperhatikan cara menyusui yang baik dan benar sesaat
sebelum menyusui. Tersedak memang sepintas terlihat sepele, namun jika di lakukan
dengan penanganan yang salah akan menyebabkan fatal. Sebagai tenaga kesehatan
harus benar-benar dapat menjelaskan di dalam melakukan edukasi tentang
penanganan tersedak, lebih baik mencegah dari pada menangani (Diane M, 2009
dalam Utami). Menyendawakan bayi adalah salah satu upaya mengeluarkan gas yang
ikut masuk ke dalam perutnya saat ia menyusu. Biasanya, bayi baru lahir belum tahu
cara menyusu yang benar atau masih bingung cara menyusu dari botol, sehingga, saat
mengenyot puting susu ibunya atau dot, terdengar suara atau mengecap. Saat hal itu,
udara dari luar ikut masuk ke dalam mulutnya. Jika tidak disendawakan, maka bayi
akan gumoh (muntah), atau bahkan dapat tersedak air susunya sendiri (Erin, 2013
dalam Utami).

17
DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. (2010). Prevention Of Choking


Among.American Academy of Pediatrics, 601-607

Bagian Diklat RSCM. (2015). Tersedak. Pelatihan Internal RSCM Bantuan Hidup
Dasar 2015

Indriani, S. (2020). PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI ASMA MELALUI


INDIKATOR BPM DAN SPO2 (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Surabaya).

Reeves, Charlene J. et al. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba


Medika

Sigit. (2018). Terapi pernapasan pada penderita asma. Medikora, (1).

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa
oleh Agung Waluyu (dkk), EGC, Jakarta.

Tim Bantuan Medis BEM IKM FKUI. (2015). Modul bantuan hidup dasar dan
penanganan tersedak. Jakarta: Universitas Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai