Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN
“CARA MENGATASI KECEMASAN”

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh:
Aradea Amanda 221FK04007 Nawawi Hepni 221FK04031
Ajeng Restu Rahayu 221FK04055 Marcella 221FK04027
Ellsa Nadila 221FK04016 Restu Nur Fitriani 221FK04081
Fitri Nurjanah 221FK04068 Tita 221FK04092
Gugun Gunawan 221FK04070 Vini Oktaviani 221FK04041

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2023
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok pembahasan : Cara Mengatasi Kecemasan


Sasaran : Masyarakat
Hari/Tanggal : 22 Februari 2023
Jam/Waktu : 09.00
Tempat : Rancapacing RW.04 Cisaranten Kidul
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Bhakti Kencana
Bandung

1. Latar Belakang
Kecemasan (ansietas) adalah gangguan alam perasaan (affective) yang
ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan
berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas (Reality Testing
Ability/RTA masih baik), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami
keretakan kepribadian/Splitting of Personaly) (Murdingsih, 2013) dalam jurnal
(Karina, 2019).
Menurut Nanda (2015) ansietas merupakan bentuk respon terhadap stimulus
tertentu yang tidak diinginkan oleh siapapun yang terdapat dimanapun dan
kapanpun karena dalam hal ini ansietas tidak mengenal jenis kelamin, suku atau
ras dan batas usia. Begitu juga menurut Nursalam (2012) cemas merupakan
emosi dan pengalaman subjektif individu yang sulit untuk diobservasi secara
langsung akan tetapi dapat diidentifikasi ansietas ini melalui perubahan tingkah
laku.
Ansietas yang dialami akan menentukan bagaimana mekanisme koping
seseorang dalam mengatasi masalah tersebut baik mekanisme koping adaptif atau
maladaptif, individu yang memiliki mekanisme koping adaptif akan lebih efektif
untuk mengurangi atau meredam ansietas sebaliknya jika individu menggunakan
mekanisme koping maladaptif bisa memperburuk keadaan atau individu tersebut
mempunyai potensi untuk terjadinya sakit (Sholeh, 2012) dalam (Lau, 2019).
Kecemasan dalam derajat normal sebenarnya sesuatu yang sehat dan adaptif.
Normal apabila individu sedikit mencemaskan aspek-aspek yang terjadi dalam
kehidupannya. Kecemasan bermanfaat apabila hal tersebut mendorong individu
untuk melakukan koping yang dapat dilakukannya, tetapi kecemasan dapat
menjadi abnormal apabila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman
karena mengganggu kualitas hidup seseorang (Indrajaya, 2018).
Gangguan kecemasan merupakan masalah yang serius, dengan prevalensi
14,9% atau sekitar 264 juta orang mengalami kecemasan di dunia (WHO, 2017).
Prevalensi ansietas di negara berkembang pada usia dewasa dan lansia sebanyak
50%. Angka kejadian gangguan ansietas di Indonesia sekitar 39 juta jiwa dari
238 juta jiwa penduduk (Heningsih, 2014). Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan
gangguan ansietas sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-24 tahun),
dengan prevalensi 6,2%. Pola prevalensi ansietas semakin meningkat seiring
dengan peningkatan usia, prevalensi ansietas tertinggi terjadi pada usia > 75
tahun yaitu sebesar 8,9%, usia 65-74 tahun sebesar 8,0% dan usia 55-64 tahun
sebesar 6,5% (Infodatin, 2019).
Dampak kecemasan meliputi terjadinya penurunan aktivitas fisik dan status
fungsional. Seseorang yang mengalami kecemasan akan merasakan perasaan
takut, konsentrasi terganggu, merasa tegang dan gelisah, antisipasi yang terburuk,
cepat marah, resah, merasakan adanya tanda-tanda bahaya, 3 dan merasa pikiran
kosong. Selain tanda dan gejala psikologis, tanda dan gejala secara fisik juga
akan terlihat jika seseorang merasa cemas. Seperti jantung berdebar, berkeringat,
mual atau pusing, peningkatan frekuensi BAB atau diare, sesak nafas, tremor,
kejang, ketegangan otot, sakit kepala, kelelahan dan insomnia (Vonika, 2012)

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ANSIETAS (KECEMASAN)
STASE KEPERAWATAN JIWA
Disusun Oleh :
DYAH RETNO KUSUMARDANI
EKA RISKY AMELIA
HANIFAH
IRMA MASITHOH
MAYA ANDALIA
NORMAWADDAH
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN WIYATA
HUSADA SAMARINDA PROHRAM PROFESI NERS
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, audiens mampu
mengetahui pentingnya cara mengatasi kecemasan.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian kecemasan
b. Menyebutkan tanda dan gejala kecemasan
c. Menyebutkan faktor – faktor yang menimbulkan kecemasan
d. Menjelaskan cara mengurangi kecemasan

3. Kepanitiaan
A. Ketua Pelaksana : Gugun Gunawan
B. Anggota : Aradea Amanda
Ajeng Restu Rahayu
Ellsa Nadila
Fitri Nurjanah
Nawawi Hepni
Marcella
Restu Nur Fitriani
Tita
Vini Oktaviani
4. Metode
a. Diskusi
b. Tanya jawab

5. Media
a. Leaflet
b. Power point

6. Kegiatan
1) Petugas Acara
a. MC : Ellsa Nadila
b. Notulen : Restu Nur Fitriani
c. Pemateri : 1. Ajeng Restu Rahayu
2. Marcella
d. Logistik : 1. Tita
2. Gugun Gunawan
e. Fasilitator : Aradea Amanda
f. Dokumentasi : Nawawi Hepni
g. Konsumsi : 1. Fitri Nurjanah
2. Vini Oktaviani
2) Pengorganisasian
a. MC : Membuka, menutup dan mengatur acara penyuluhan
b. Notulen : Mencatat hasil diskusi
c. Pemateri : Menyajikan Materi
d. Logistik : Menyediakan kebutuhan logistik selama penkes
f. Fasilitator : Mendampingi audiens, mendokumentasi kegiatan
serta menyebarkan kuesioner pre post test dan absensi
penyuluhanh
g. Konsumsi : Menyiapkan dan mengatur menu makanan serta
termasuk menentukan penjadwalannya.
7. Materi
a. Pengertian kecemasan
b. Tanda dan gejala kecemasan
c. Faktor – faktor yang menimbulkan kecemasan
d. Cara mengurangi kecemasan

8. Setting Tempat

Serangkaian Kegiatan:

Kegiatan
Waktu Penyuluhan Sasaran
Penyuluhan
Pembukaan:
a. Salam a. Memberi salam a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperkenalkan diri b. Mendengarkan
5 menit
c. Tujuan c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Pemberian pendidikan kesehatan
leaflet d. Memberikan leaflet d. Menerima leaflet
Inti:
20 menit Menjelaskan materi Menjelaskan materi Menyimak dan
secara sistematis Mendengarkan
Evaluasi: Tanya a. Memberikan kesempatan a. Memberikan
jawab pada audiens untuk pertanyaan
bertanya
b. Memberikan kesempatan b. Menyampaikan
15 menit
kepada audien untuk kesimpulan hasil
menjelaskan kembali penyuluhan
kesimpulan dari materi
yang telah disampaikan
Penutup: a. Membacakan kesimpulan a. Mendengarkan
Kesimpulan materi kepada pasien.
Terima kasih b. Mengucapkan b. Mendengarkan
5 menit Salam terimakasih atas peran
serta pasien
c. Mengucapkan salam c. Menjawab
penutup salam

9. Penutup
A. Evaluasi Struktural
1) Sasaran hadir sesuai dengan kontrak waktu
2) Materi sudah siap dan dipelajari 1 hari sebelum penyuluhan.
3) Media sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.
4) Tempat sudah siap 1 jam sebelum penyuluhan.
5) SAP sudah siap 1 hari sebelum penyuluhan.

B. Evaluasi Proses
1) Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan.
2) Sasaran aktif bertanya dan dapat menyimpulkan hasil penyuluhan.
3) Media dapat digunakan secara efektif

C. Evaluasi Hasil
1) Sasaran mampu menyebutkan kembali pengertian kecemasan
2) Sasaran mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala kecemasan
3) Sasaran mampu menyebutkan kembali faktor – faktor yang
menimbulkan kecemasan
4) Sasaran mampu menjelaskan kembalicara mengurangi kecemasan
LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Kecemasan

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan didukung oleh

situasi (Videbeck, 2012). Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas

menyebar dialam dan terkait dengan perasaan perasaan ketidakpastian

ketidakpastian dan ketidakberdayaan ketidakberdayaan perasaan perasaan

isolasi, isolasi, keterasingan keterasingan dan ketidakamanan juga hadir

(Stuart, 2015).

Ansietas adalah gangguan alam perasaan (afektif) yang ditandai

dengan  perasaanketakutan  perasaanketakutan atau kekhawatiran y

kekhawatiran yang mendalam ang mendalam dan berkelanjutan,

berkelanjutan, tidak mengalami tidak mengalami gangguan dalam menilai

realitas (RTA), kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian/ splitti adian/ splitting of personality), perilaku dapat terganggu

tetapi dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal (NANDA,

2010).

Kecemasan merupakan respon emosional terhadap penilaian yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram disertai

berbagai keluhan fisik.Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi

kehidupan maupun berbagai gangguan sakit, serta suatu sinyal yang

menyadarkan dan memperingatkan adanya bahaya yang mengancam serta

memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi


kecemasan.Adanya ancaman yang potensial dan penguasaan sumber sumber

menentukan tingkat kecemasan pada situasi tertentu (Hasanah, 2023).

Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu

terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman

(SDKI, 2017).

B. Tanda dan gejala kecemasan

a. Gejala motorik, meliputi : gemetar, muka tegang, nyeri otot, nyeri dada

letih , letih, pegal, sakit kepala, sakit leher .

b. Gejala otonomik, berupa hiperaktivitas otonomik terutama terutama saraf

simpatis ditandai dengan gejala : palpitasi, hiperhidrosis, sesak nafas,

diare, sesak nafas, diare, parestesia dll. parestesia dll.

c. Khawatir : rasa khawatir yang berlebihan terutama mengenai hal-hal yang

belum terjadi seperti mau mendapat musibah.

d. Kewaspadaan berlebihan : kewaspadaan yang berlebihan meliputi gejala

tidur  terganggu, sulit berkonsentrasi, mudah terkejut, tidak bisa santai dll.

Menurut Rahmi, dkk (2021) mengatkan keluhan yang sering dikemukakan

oleh orang yang mengalami ansietas antara lain sebagai berikut:

1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, dan mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah mudah terkejut.
3. Takut sendiri, takut pada keramayan, dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, sering mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya inget.
6. Keluhan somatic seperti rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, dan sakit kepala.

C. Faktor-faktor yang menimbulkan stress

a. Lingkungan yang asing

b. Kehilangan Kehilangan kemandirian kemandirian sehingga sehingga

mengalami mengalami ketergantungan ketergantungan dan memerlukan

memerlukan bantuan orang lain

c. Berpisah dengan pasangan dan keluarga

d. Masalah biaya

e. Kurang informasi

f. Ancaman akan penyakit yang lebih parah

g. Masalah pengobatan

D. Cara Mengatasi Kecemasan

1. Teknik relaksasi segitiga pernapasan (Triangle Breathing):

a. Ambil napas selama 3 detik dengan lambat,

b. Tahan napas selama 3 detik

c. Keluarkan perlahan selama 3 detik melalui mulut

d. Ulangi selama 3 kali

2. Teknik guided imagery


a. Diri dalam keadaan rileks
b. Teman dan konselor membimbing anda dengan kondisi verbal (bicara
perlahan dan lembut)
c. Klien dapat terbawa ke tempat yang paling aman yang diinginkan oleh
suara hatinya.
d. Saat terbangun dari proses imagery, klien akan merasa damai, dan
akan mempunyai persepsi yang baru terhadap sesuatu yang
membebani, atau lebih siap menghadapinya.
e. Hindari kafein, alkohol dan rokok
f. Rasa cemas ternyata bisa pula dipicu oleh makanan, minuman, serta
kebiasaan yang kita konsumsi atau lakoni. Kafein, alkohol, dan rokok
disebut-sebut sebagai substansi yang bisa meningkatkan rasa cemas
seseorang.
3. Tertawa dan olahraga.
Tidak ada yang membantah kalau banyak ketawa itu dianggap
menyehatkan. Buktinya untuk mengatasi rasa cemas ini, para pakar juga
menyarankan agar kita banyak tertawa. Karena cara tersebut ampuh
mengusir emosi dengan sesuatu positif sifatnya. Tak ubahnya dengan
olahraga. 20 hingga 30 menit melakukan olahraga bisa membantu
mengurangi rasa cemas.
4. Tulislah rasa cemas dalam secarik kertas
Cara ini, menurut Bloomfield, lumayan ampuh mengurangi emosi dan
rasa sesak di dada. Karenanya, tulislah dengan jujur ketakutan dan
kecemasan yang ada dalam benak Anda, seperti "Saya cemas karena...",
"Saya nggak yakin kalau harus...', atau "Saya takut ketika..."
5. Bersantai
Rasa cemas kerap datang akibat banyaknya pekerjaan atau tugas
lainnya. Karena itu, usahakan untuk menyisihkan waktu buat bersenang-
senang dan bersantai. Atau waktu tersebut bisa pula digunakan untuk
meditasi, membangun mimpi dan berimajinasi. Karena kebiasaan tersebut
akan membantu mengurangi rasa cemas.
6. Dengar musik.
Berbahagialah orang yang gemar mendengarkan musik. Karena
dengan mendengarkan musik-musik favorit, akan membantu menjalani
ritme hidup anda yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, Dkk. (2019). Buku petunjuk praktikum keperawatan. Jakarta: UKI.

Fitriani, R. dwi & Damayanti, Mukhripah.(2017). Modul keeperawatan jiwa 1.


Kalimantan timur: ECG.

Hasanah, U. (2023). Hubungan Waktu Tunggu Pasien Dengan Tingkat Kecemasan di


Instalasi Gawat Darurat IGD Rumah Sakit X. Jurnal Sains Natural , 1 (1), 6-
11.

Imelisa, rahma. Dkk. (2021). Keperawatan kesehatan jiwa psikososial. Tasikmalaya:


Edu publisher.

Safari, triantoro. (2021). Psikologi abnormal; dasar-dasar, teori, dan aplikasinya.


Yogyakarta:UAD PRESS.

Stuart. Gail. W, Keliat. Budi. Anna,& Pasaribu. Jesika.(2016). Keperawatan


Keseha111tan Jiwa : Indonesia : Elsever.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Edisi 1. Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai