Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Marcella AK 118098
M jaenudin AK 118096
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. TujuanPenulisan
a. Tujuan Umum
1) Bagi mahasiswa/mahasiswi
2
2) Bagi penulis
3
BAB
II
TINJAUAN TEORI
DEFINISI
Otitis Media adalah infeksi telinga meliputi infeksi saluran telinga luar (Otitis Eksterna),
saluran telinga tengah (Otitis Media), dan telinga bagian dalam (Otitis Interna). (Rahajoe, N. 2012).
Otitis media ialah radang telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang
biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas. (William, M. Schwartz., 2004).
Otitis Media adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya
bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, S. 2001).
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba
eustachi, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. (Djaafar, Z.A, 2007).
ETIOLOGI
Ada beberapa faktor yang menyebabkan otitis lebih sering terjadi pada anak dibandingkan
dewasa. Tuba eustakius anak berbeda dibandingkan dengan orang dewasa yakni tuba
eustakius anak lebih horizontal dan lubang pembukaan tonus tubarius dikelilingi oleh folikel
limfoid yang banyak jumlahnya. Adenoid pada anak dapat mengisi nasofaring, sehingga
secara mekanik dapat menyumbat lubang hidung dan tuba eustakius serta dapat berperan
sebagai fokus infeksi pada tuba. Tuba eustakius secara normal tertutup pada saat menelan.
Tuba eustakius melindungi telinga tengah dari sekresi nasofaring, drainase sekresi telinga
tengah, dan memungkinkan keseimbangan tekanan udara dengan tekanan atmosfer dalam
telinga tengah. Obstruksi mekanik ataupun fungsional tuba eustakius dapat mengakibatkan
efusi telinga tengah. Obstruksi mekanik intrinsik dapat terjadi akibat dari infeksi atau alergi
dan obstruksi ekstrinsik akibat adenoid atau tumor nasofaring.
Obstruksi fungsional dapat terjadi karena jumlah dan kekakuan dari kartilago penyokong
tuba. Obstruksi fungsional ini lazim terjadi pada anak-anak. Obstruksi tuba eustakius
mengakibatkan tekanan telinga tengah menjadi negatif dan jika menetap mengakibatkan
efusi transudat telinga tengah. Bila tuba eustakius mengalami obstruksi tidak total, secara
mekanik, kontaminasi sekret nasofaring dari telinga dapat terjadi karena refluks (terutama
bila membran timpani mengalami perforasi), karena aspirasi, atau karena peniupan selama
menangis atau bersin. Perubahan tekanan atau barotrauma yang cepat juga dapat
menyebabkan efusi telinga tengah yang bersifat hemoragik. Bayi dan anak kecil memiliki
4
tuba yang lebih pendek dibandingkan dewasa, yang mengakibatkannya lebih rentan terhadap
refluks sekresi nasofaring.
Faktor lain yaitu respon imun bayi yang belum sempurna. Infeksi saluran nafas yang
berulang juga sering mengakibatkan otitis media melalui inflamasi dan edema mukosa dan
penyumbatan lumen tuba eustakius. Kuman yang sering menyebabkan otitis media
diantaranya Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis,
Menurut Siegel RM and Bien JP (2004) dalam IKA Unair .
KLASIFIKASI
Otitis media akut (OMA) adalah onset akut (< 2 minggu) disertai efusi telinga tengah
yang ditandai oleh menonjolnya membran timpani, terbatas atau hilangnya mobilitas
membran timpani, adanya cairan dibelakang membran timpani, gejala yang timbul
berupa gejala inflamasi telinga tengah mencakup otalgia yang mengganggu tidur atau
aktivitas normal dan eritema membran timpani. OMA dibagi menjadi 5 fase yaitu: OMA
oklusi tuba, OMA hiperemis, OMA supurasi, OMA perforasi, OMA resolusi sesuai
dengan patofisiologi otitis media akut.
Otitis media supuratif kronis (OMSK): inflamasi persisten pada telinga tengah atau
rongga mastoid dengan perforasi membran timpani dan otorea persisten (menurut
WHO: > 2 minggu; otolaringologis: > 2-3 bulan aktif) serta tidak membaik dengan
medikasi. OMSK dibedakan menurut lokasi perforasi membran timpani menjadi
OMSK benigna dan OMSK maligna. Pada OMSK benigna perforasi terjadi pada
bagian sentral membran timpani (bisa sembuh dengan sendirinya), dan pada OMSK
maligna perforasi terjadi pada bagian attic/pars tensa.x
Otitis media spesifik, seperti otitis media sifilitika atau otitis tuberkulosa
5
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada
perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium
hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium
resolusi (Djaafar, 2007).
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh
retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di
dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani
terjadi dan posisi malleusmenjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga
berkurang. Edema yang terjadi pada tuba. Eustachius juga menyebabkannya
tersumbat. Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan
tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah
terjadi tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda
dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam
pada stadium ini (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).
Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang
ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya
sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang
berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses
inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium
ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia,
telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi
gangguan ringan, tergantung dari cepatnya
6
proses hiperemis. Hal ini terjadi karena
terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar
antara dua belas jam sampai dengan satu hari (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).
Stadium Supura
Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu
meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan
tidak dapat tidur nyenyak. Dapat disertai dengan gangguan pendengaran
konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.
Stadium Perforasi
Stadium Resolusi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dalam menegakkan diagnosis OMA terdapat tiga hal yang harus diperhatikan:
Ditemukan tanda efusi pada telinga tengah, dengan tanda: menggembungnya membran
timpani(bulging), terbatas atau tidak adanya gerakan membran timpani, adanya
bayangan cairan dibelakang membran timpani, dan adanya cairan yang keluar dari
telinga.
Terdapat tanda atau gejala peradangan pada telinga tengah, dengan tanda: kemerahan
pada membran timpani, adanya nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas
Otoskopi
Otoskop Pneumatic
Timpanometri
Timpanosintesis
Uji Rinne
Tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara telinga
pasien.
Langkah:
Uji Webber
Langkah:
Penala digetarkan dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di
verteks, dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau dagu). Apabila
bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber
lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana
bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi
Uji Swabach
Langkah:
PATOFISIOLOGI OMA
Kuman penyebab utama pada Otitis Media Akut ialah bakteri piogenik, seperti
streptokokus hemolitikus, stafilokokus aureus, pneumokokus. Selain itu kadang-kadang
ditemukan juga hemofilus influenza, proteus vulgaris dan pseudomonas aurugenosa
(Soepardi & Iskandar, 2001: 51). Menurut Muscari (2005: 220) patofisiologi otitis
media akut (OMA) yaitu terjadi disfungsi tuba eustachii memungkinkan invasi bakteri
ke telinga tengah dan mengobstruksikan drainase sekret. Komplikasi yang mungkin
terjadi antara lain kehilangan pendengaran, timpanosklerosis (jaringan parut), perforasi
timpanik, otitis adesif ("lem-telinga"), otitis media supuratif kronis, mastoiditis,
meningitis, dankolesteatoma.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan otitis lebih sering terjadi pada anak
dibandingkan dewasa. Tuba eustakius anak berbeda dibandingkan dengan orang dewasa
yakni tuba eustakius anak lebih horizontal dan lubang pembukaan tonus tubarius
dikelilingi oleh folikel limfoid yang banyak jumlahnya. Adenoid pada anak dapat mengisi
nasofaring, sehingga secara mekanik dapat menyumbat
11 lubang hidung dan tuba eustakius
serta dapat berperan sebagai fokus infeksi pada tuba.
Tuba eustakius secara normal tertutup pada saat menelan. Tuba eustakius
melindungi telinga tengah dari sekresi nasofaring, drainase sekresi telinga tengah, dan
memungkinkan keseimbangan tekanan udara dengan tekanan atmosfer dalam telinga
tengah. Obstruksi mekanik ataupun fungsional tuba eustakius dapat mengakibatkan efusi
telinga tengah. Obstruksi mekanik intrinsik dapat terjadi akibat dari infeksi atau alergi
dan obstruksi ekstrinsik akibat adenoid atau tumor nasofaring. Obstruksi fungsional dapat
terjadi karena jumlah dan kekakuan dari kartilago penyokong tuba. Obstruksi fungsional
ini lazim terjadi pada anak-anak. Obstruksi tuba eustakius mengakibatkan tekanan telinga
tengah menjadi negatif dan jika menetap mengakibatkan efusi transudat telinga tengah.
Bila tuba eustakius mengalami obstruksi tidak total, secara mekanik, kontaminasi sekret
nasofaring dari telinga dapat terjadi karena refluks (terutama bila membran timpani
mengalami perforasi), karena aspirasi, atau karena peniupan selama menangis atau bersin.
Perubahan tekanan atau barotrauma yang cepat juga dapat menyebabkan efusi telinga
tengah yang bersifat hemoragik. Bayi dan anak kecil memiliki tuba yang lebih pendek
dibandingkan dewasa, yang mengakibatkannya lebih rentan terhadap refluks sekresi
nasofaring. Faktor lain yaitu respon imun bayi yang belum sempurna. Infeksi saluran
nafas yang berulang juga sering mengakibatkan otitis media melalui inflamasi dan edema
mukosa dan penyumbatan lumen tuba eustakius. Kuman yang sering menyebabkan otitis
media diantaranya Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenzae, dan
Moraxellacatarrhalis.
Otitis media akut merupakan inflamasi telinga tengah dengan onset gejala dan
tanda klinis yang cepat, seperti nyeri, demam, anoreksia, iritabel, atau juga muntah. otitis
media yang disertai efusi ditandai dengan ditemukannya efusi telinga tengah yang
asimtomatik. Dari pemeriksaan otoskopi didapatkan gerakan membran timpani yang
menurun, dengan bentuk menjadi cembung, kemerahan dan keruh.
12
MANIFESTASI KLINIS OMA
Demam
Menangis
Menggeleng-gelengkan kepala
Iritabilitas
Letargi
Data Masalah
Do: Nyeri
Klien mengatakan nyeri pada telinga
sebelah kiri
Ibu klien mengatakan anaknya sering
memegang dan menarik-narik
telinga kirinya
Ds:
Pada pemeriksaan otoskop terlihat
bulging pada membran tympani,
edema
Hancurnya epitel superficial telinga 14
Terdapat eksudat berbentuk purulen di
kavum tympani
Do: Hipertermi
Ibu klien mengatakan anak sering
mengalami ispa yang suka kambuh
Ds:
Suhu 40 C
Nadi 70 x/menit
TD 100/90 mmHg
RR 32x/menit
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Selimuti klien
Rasional : Memberikan kompres pada daerah lipat paha dan axila dan
mempercepat penurunan suhu tubuh
KOMPLIKASI OMA
Kehilangan pendengaran
Selama fase otitis media akut bila ada efusi, terdapat kehilangan pendengaran kondusif
yang biasanya sembuh sempurna pada penderita yang diobati dengan memadai. Namun,
proses radang dapat merangsang fibrosis, hialinisasi, dan endapan kalsium pada
membran timpani (MT) dan pada struktur telinga tengah. Plak timpanosklerosis ini
tampak sebagai bercak
bahan putih ireguler. Timpanosklerosis dapat menghalangi mobilitas membran timpani
(MT) dan kadang-kadang dapat memfiksasi rantai osikula.
Kolesteatoma
16
Pada proses penyembuhan perforasi, epitel skuamosa, dapat tumbuh kedalam telinga
tengah, membentuk struktur seperti kantong yang mengumpulkan debris epitel yang
lepas. Kista ini di sebut "kolesteatoma".
Paralisis sarafkranial
Paralisis n. fasialis dapat terjadi pada otitis media supuratif akut. Sekitar sepertiga
penderita mempunyai tulang yang tidak sempurna yang menutupi n. fasialis dalam
teinga tengah. Paralisis dapat parsial atau total. Penyembuhan biasanya total jika
digunakan terapi antibiotik dan dilakukan
17
miringotomi. Pemasangan PET memberikan jalan secara langsung bagi antibiotik untuk
diteteskan pada daerah yang meradang.
Labirinitis
Selama otitis media akut, respon radang yang di sebut "labirinitis serosa" dapat terjadi.
Biasanya ada vertigo ringan tetapi bukan kehilangan pendengaran. Namun jika bakteri
menginvasi labirin melalui fenestra ovalis ratundum, terjadi labirinitis supuratif
akutyang menyebabkan vertigo berat, nistagmus dan kehilangan pendengaran
sensorineural berat. Mungkin perlu dilakukan drainase bedah terhadap labirin untuk
menghindari infeksi intrakranium.
Mastoiditis
Keterlibatan mastoid dengan radang dan eksudat purulen selalu ada selama otitis media
akut, seperti ditunjukkan oleh keopakan sistem sel udara (mastoiditis) rontgenografi.
mastoiditis supuratif akut menggambarkan osteomielitis mastoid koalesen akut, sekat-
sekat sel udara mengalami nekrosis dan sistem sel udara menjadi konfluen. Hal ini
disertai dengan nyeri berat dibelakang telinga, pembengkakan dan radang pada mastoid,
dan perpindahan aurikula ke depan dan lateral kepala. Pada pemeriksaan otoskop,
dinding posterosuperior saluran telinga tampak melengkung. Kadang-kadang, ujung
mastoid karena infeksi dan nanah meluap ke dalam bidang leher yang terletak di sebelah
anterior m. sternokleidomastoideus (absesbezold).
18
Meningitis
Komplikasi intrakranium otitis media akut yang paling lazim adalah meningitis. Komplikasi
ini paling sering terjadi bila diagnosis dan terapi terlambat.
HidrosefalusOtitis
Komplikasi intrakranium lain adalah serebritis, abses epidural, abses otak, dan trombosis
sinus lateralis. Hidrosefalus otitis terjadi bila ada trombosis sinus petrosus.
19
BAB
III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus 2
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun dibawa ke poli THT karena mengeluh nyeri pada telinga
sebelah kiri. Ibu klien mengatakan anaknya sering memegang dan menarik-narik telinga kirinya.
Selain itu, klien sering gelisah ketika tidur dan tiba-tiba menjerit ketika tidur. TTV : suhu 40 C,
nadi 70 x/menit, TD 100/90 mmHg, RR = 32x/menit. Ibu klien mengatakan anak sering
mengalami ISPA yang suka kambuh.Pada pemeriksaan menggunakan otoskop, terlihat bulging
pada membrane tympani, edema, hancurnya epitel superficial telinga dan ada eksudat berbentuk
purulen di kavum tympani. Dokter menyatakan anak tersebut sudah berada pada stadium
supurasi. Dokter menganjurkan si anak dilakukan irigasi telinga dan diberikan tetes telinga.
PENGKAJIAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
20
DAFTAR PUSTAKA
Djaafar ZA .2007. Kelainan Telinga Tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher.: Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/TI15_Otitis-Media-Akut-
Q.pdf&ved=2ahUKEwjJ1bWr1IrqAhUPIbcAHbRpDxoQFjAJegQIARAB&usg=AOvVaw1
8OVGpRoAqMfOyI0dXoPMT. Diakses pada 18 Juni 2020 15.00
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1401100106/
BAB_2.pdf&ved=2ahUKEwiCufK184rqAhUl7HMBHf48AhcQFjANegQIAhAB&usg=AO
vVaw2nFBLiczIx9gHGXzbC6KYT. Diakses pada 18 Juni 2020. 15.40
Baughman,Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah : buku saku. Alih bahasa: yasim Asih.
Jakarta : EGC.
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI
Dapus
Donna L. Wong. Et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik. Cetakn pertama. Jakarta:
EGC
21