Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM PENDENGARAN

OTITIS MEDIA AKUT (OMA) MAUPUN OTITIS MEDIA KRONIK (OMK)

Dosen Pengampu : Yunita Galih Yudanari,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh

Kelompok 1:

 Aliyah (010116A005)
 Fernanda Filly P. (010116A035)
 Hafidz Delby Cahyadi (010116A041)
 Linda Ayu Anjhelina (010116A049)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah darinya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Makalah Asuhan Keperawatan Sistem
Pendengaran Otitis Media Akut (OMA) maupun Otitis Media Kronik
(OMK)” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita jalan yang lurus dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam
semesta.

Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang


menjadi tugas dengan judul “Makalah Asuhan Keperawatan Sistem
Pendengaran Otitis Media Akut (OMA) maupun Otitis Media Kronik
(OMK)”. Disamping itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak, terutama Ibu dosen Yunita Galih Yudanari,S.Kep.,Ns.,M.Kep yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung sehingga
terselesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa


bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.

Ungaran ,4 Agustus 2018

Penyusun

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telinga merupakan salah satu dari kelima alat indera manusia.
Gangguan yang terjadi pada organ ini dapat berakibat buruk bagi si penderita,
yaitu ia tidak dapat melakukan kegiatan mendengar secara optimal. Beberapa
diantara gangguan tersebut adalah otitis media baik itu otitis media akut
(OMA) maupun otitis media kronis (OMK) dan juga mastoiditis. Selain itu,
terdapat satu gangguan lagi pada telinga yaitu mastoiditis. Mastoiditis adalah
inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah,
jika tak diobati dapat terjadi osteomyelitis. Otitis Media adalah infeksi telinga
meliputi infeksi saluran telinga luar (Otitis Eksterna), saluran telinga tengah
(Otitis Media), dan telinga bagian dalam (Otitis Interna).
OMA biasanya terjadi karena peradangan saluran napas atas dan sering
mengenai bayi dan anak-anak. Kecenderungan menderita OMA pada anak-
anak berhubungan dengan belum matangnya system imun. Pada anak-anak,
makin tinggi frekuensi ISPA, makin besar resiko terjadinya OMA. Bayi dan
anak-anak mudah terkena OMA Karena anatomi saluran eustachi yang masih
relative pendek, lebar, dan letaknya lebih horizontal. (Djaafar, Z.A, 2007).
Gangguan pada telinga bagian tengah bukan termasuk hal yang kecil.
Kurangnya kebersihan dan penanganan yang salah dapat menjadikan
gangguan tersebut bertambah parah dan telinga kehilangan fungsinya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan usaha preventif dan penanganan yang tepat
terhadap gangguan- gangguan tersebut.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu OMA, OMK ?
2. Bagaimana etiologi dan manifestasi klinis dari gangguan pada telinga
tersebut?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyakit tersebut?
4. Bagaimana penatalaksanaan dari gangguan pada telinga tersebut?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan OMA dan OMK ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep tentang gangguan pada sistem
pendengaran yakni OMA, OMK dan mastoiditis serta asuhan keperawatan
pada ketiga gangguan tersebut.
2. Tujuan Khusus.
a) Mengetahui pengertian tentang OMA, OMK
b) Mengetahui manifestasi klinis dari OMA, OMK
c) Mengetahui patofisiologi pada OMA, OMK
d) Mengetahui proses keperawatan pada pasien dengan OMA, OMK

4
BAB II
PEMBAHASAN

I. OTITIS MEDIA AKUT (OMA)


A. Definisi
Otitis Media (OMA) merupakan infeksi atau peradangan sebagian
atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan
sel-sel mastoid. Inflamasi ini umumnya terjadi saat infeksi pada
tenggorokan dan sistem respiratori menyebar sampai ke telinga tengah.
Infeksi dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, dan dapat dalam bentuk
akut maupun kronik (Perlstein, 2005). Radang telinga tengah (OMA) ini
sering terjadi pada anak-anak dan menjadi masalah paling umum kedua
pada praktek pediatrik (Paparella et al, 2010).
OMA (Otitis media akut) merupakan infeksi akut pada telinga tengah
yang pada umumnya disebabkan oleh bakteri. Didahului oleh infeksi pada
hidung dan/atau tenggorok. Infeksi jenis ini banyak dijumpai pada anak -
anak dibanding dewasa. Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut
sebagian atau seluruh telinga tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dan
sel-sel mastoid. (Djaafar, Z.A, 2007).

B. Manifestasi Klinis OMA


Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa
ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral
pada orang dewasa, dan mungkin terdapat otalgia. Nyeri akan hilang
secara spontan bila terjadi perforasi spontan membrana timpani atau
setelah dilakukan miringotomi (insisi membran timpani). Gejala lain dapat
berupa keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan
tinitus. Pada pemeriksaan otoskopis, kanalis auditorius eksternus sering
tampak normal, dan tidak terjadi nyeri bila aurikula digerakan. Membrana
timpani tampak merah dan sering menggelembung.

5
C. Patofisiologi OMA
Patogenesis terjadinya OMA sangat berkaitan erat dengan kondisi
tuba eustacius, baik secara anatomis maupun fisiologis. Pada umumnya
OMA terjadi karena nasofaringitis akibat rinitis akuta dan mengakibatkan
kegagalan ventilasi pada kavum timpani. Selanjutnnya terjadi kavum dan
transudasi serta eksudasi pada kavum timpani. Perjalanan penyakit pada
OMA ini terjadi dalam 4 stadium:
1. Stadium I : inflamasi
Stadium inflamasi merupakan peradangan pada telinga tengah,
yang ditandai oleh Rubor (redness), Kalor (panas), Tumor (benjol),
Dolor (bengkak), Fungsiolaesa (Penurunan fungsi tubuh) atau sering
disebut dengan (RKTDF). Stadium inflamasi atau disebut juga
stadium kataral akan terjadi keluhan telinga terasa penuh dan
pendengaran menurun yang diawali oleh terjadinya rhinitis akuta.
Tanda klinis pada membran timpani adalah warna mulai hiperemi,
posisi retraksi atau kadang-kadang tampakair fluid level. Bila
penderita datang pada stadium ini maka terapi yang diberikan adalah
antibiotika Amoksilin / kotrimoksasol dan obat simtomatik.
2. Stadium II : supurasi
Stadium supurasi merupakan pembentukan push yang akan
terjadi bila penyakit terus berjalan akan terjadi stadium supurasi.
Keluhan utama adalah otalgi hebat. Pada anak-anak yang belum dapat
menyampaikan keluhan, maka anak akan rewel kadang muntah, dan
anoreksia. Gejala lain adalah demam, pada anak dapt terjadi kejang.
Pendenganran tertap kurang. Tanda klinis yang tampak adalah
membrane timpani bombans dan hipremi. Terapi sama dengan pada
stadium I, dan parasintesis pada membran timpani

6
3. Stadium III : perforasi
Bila stadium II terlewati tanpa terapi yang benar maka akan terjadi
stadium perforasi. Stadium perforasi merupakan pembentukan lubang
pada telinga akibat infeksi. Gejala pada stadium ini yang menonjol
adalah otore yang tentu saja didahului oleh otalgi, pendengaran tetap
menurun. Tanda klinis pada membrane timpani adalah perforasi pada
pars tensa umumnya kecil dan toilet telinga yang benar. Pada stadium
ini diusahakan sudah tak terjadi otore setelah paling lama 2 minggu.
Maka lebih baik dari 2 minggu masih terjadi otore harus dirujuk ke
dokter THT.
4. Stadium IV : resolusi
Apabila stadium III terlewati sebelum 2 minggu maka akan
terjadi stadium IV. Pada stadium ini penderita mengeluh
pendengarannya masih belum kembali normal. Tanda klinis pada
membrane timpani adalah perforasi masih tampak tapi warna mulai
kembali normal dan tidak tampak secret. Terapi pada stadium ini tidak
ada. Penderita diberikan edukasi untuk menjaga hygiene telinga dan
control 2-4 minggu kemudian untuk melihat apakah membrane
timpani dapat menutup menutup secara spontan. Apabila tetap ada
perforasi dapat dirujuk ke THT untuk dilakukan stimulasi dan
epitelisasi atau miringoplasti. Terjadi akibat terganggunya faktor
pertahanan tubuh yang bertugas menjaga keseterilan telinga tengah.
Faktor penyebab utamanya adalah sumbatan tuba eustachius sehingga
pencegahan invasi kuman terganggu. Pencetusnya adalah infeksi
saluran napas atas. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena ruba
eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal
(Mansjoer et al, 2009).

7
D. Pemeriksaan Diagnostik OMA
a. Otoscope
Pemeriksaan diagnostik melalui otoskop dilakukan dengan
menekan balon berisi udara yang dihubungkan ke otoskop. Bolus kecil
udara dapat diinjeksikan ke dalam telinga luar. Mobilitas membran
timpani dapat diobservasi oleh pemeriksa melalui otoskop, tampak
adanya penonjolan membran timpani dan mobilitas membran timpani
berkurang (Corwin, 2009). Pada pemeriksaan otoskopis, kanalis
auditorius eksternus sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri bila
aurikula digerakkan.
b. Timpanometri
Timpanometri adalah pemeriksaan atau pengukuran fungsi telinga
tengah, antara lain yaitu mobilitas gendang telinga, fungsi tuba
eustachius, kondisi kavum timpani. Manfaat dari timpanometri untuk
screening/menilai kondisi liang telinga. Timpanometri memunculkan
timpanogram yaitu sebuah grafik yang mengaitkan tekanan telinga
tengah dan complience. Pada timpanogram tidak didapatkan puncak/
flat, biasanya disebabkan karena adanya cairan di telinga tengah.
Selain itu bisa timpanogram menunjukkan adanya puncak namun
bergeser ke kiri yang menunjukkan adanya tekanan negatif disebabkan
karena disfungsi tuba.

8
c. Kultur dan Uji Sensitivitas
Kultur dan uji sensitifitas dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme pada sekret telinga.
d. Pengujian Audiometrik
Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi
setiap kehilangan pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.

E. Penatalaksanaan OMA
Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi
(dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteri,
dan status fisik klien. Terapi yang dapat diberikan untuk klien otitis media
akut diantaranya yaitu :
1. Antibiotik
Antibiotik spektrum luas dan awal, otitis media dapat hilang
tanpa gejala sisa yang serius. Bila terjadi pengeluaran cairan, biasanya
perlu diresepkan preparat otik antibiotika. Kondisi bisa berkembang
dengan subakut dengan pengeluaran cairan purulen menetap dari
telinga. Jarang sekali terjadi kehilangan pendengaran permanen.
Antibiotik yang efektif digunakan adalah amoksilin. Amoksilin
menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam. Dalam 24 jam
pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi
perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan
ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai.
Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini
kedua, misalnya amoksisilin dengan klavulanat. Amoksisilin dengan
klavulanat diberikan kepada pasien dengan gejala berat atau OMA
yang kemungkinan disebabkan Haemophilus influenzae dan
Moraxella catarrhalis.
2. Analgesik / pereda nyeri
Selain antibiotik, penanganan OMA selayaknya disertai
penghilang nyeri (analgesia). Analgesia yang umumnya digunakan

9
adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.
Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus
dipastikan bahwa klien tidak mengalami gangguan pencernaan seperti
muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran
cerna.
3. Miringotomi (Timpanotomi)
Insisi pada membran timpani dikenal sebagai miringotomi.
Membran timpani dianestesi menggunakan anestesi lokal seperti fenol
atau menggunakan iontoforesis. Anestesi ini membuat liang telinga
dan membran timpani kebas. Prosedur ini tidak menimbulkan nyeri
dan berlangsung tidak sampai lima belas menit. Di bawah mikroskop
kemudian dibuat insisi melalui membran timpani untuk mengurangi
tekanan dan mengalirkan cairan serosa atau purulen dari telinga
tengah. Insisi akan menyembuh dalam 24 atau 72 jam. Bila otitis
media akut terjadi berulang dan tidak ada kontraindikasi, dapat
dipasang tabung ventilasi atau penyeimbang tekanan. Tabung ventilasi
secara temporer mengambil alih tugas tuba eustachii dalam
menyeimbangan tekanan dan dipertahankan selama 16-18 bulan.
Tabung ventilasi lama kelamaan akan diekstrusi oleh migrasi kulit
normal membran timpani, dan lubang dapat sembuh dalam setiap
kasus.

F. Komplikasi OMA
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien OMA adalah :
1. Perforasi membran timpani
Lubang pada membran timpani yang disebabkan oleh tekanan
telinga tengah negatif dan kronis, inflamasi, atau trauma.
1. Mastoiditis
2. Gangguan pendengaran selama beberapa bulan
3. Keterlambatan bicara
4. Tromboflebitis serebral

10
5. Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah
(mastoiditis ataupetrositis)
6. Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
7. Kelumpuhan pada wajah
8. Tuli
9. Peradangan pada selaput otak (meningitis)
10. Abses otak
Tanda-tanda terjadinya komplikasi adalah:
1. Sakit kepala
2. Tuli yang terjadi secara mendadak
3. Vertigo (perasaan berputar)
4. Demam dan menggigil

II. OTITIS MEDIA KRONIS


A. Definisi OMK
Otitis Media Kronik merupakan kondisi yang berhubungan dengan
patologi jaringan irreversible. OMK (Otitis Media Kronis) ialah perforasi
yang OMK merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan
sebagian kecil disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma
telinga. Kuman penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi
yang sudah berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan
kuman anaerob (Djaafar, 2011).permanen dari membran timpani, dengan
atau tidak dengan perubahan permanen pada telinga tengah (merck, 2008).
Sebagian besar
Biasanya pasien mendapat infeksi telinga ini setelah menderita saluran
napas atas misalnya influenza atau sakit tenggorokan. Melalui saluran
yang menghubungkan antara hidup dan telinga (tuba Auditorius), infeksi
di saluran napas atas yang tidak diobati dengan baik dapat menjalar sampai
mengenai telinga (kalbefarma, 2002).

11
Otitis Media Kronik diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu :
1. Tipe tubotimpani (tipe benigna/ tipe aman/ tipe mukosa)
Tipe ini ditandai adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala
klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses
peradangan pada OMK posisi ini terbatas pada mukosa saja, biasanya
tidak mengenai tulang, umumnya jarang menimbulkan komplikasi
yang berbahaya dan tidak terdapat kolesteatom. Beberapa faktor lain
yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius,
infeksi saluran nafas atas, kegagalan pertahanan mukosa terhadap
infeksi pada penderita dengan daya tahan tubuh yang rendah,
campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan
mukosa serta migrasi sekunder dari epitel squamosa. Sekret mukoid
berhubungan dengan hiperplasi sel goblet, metaplasi dari mukosa
telinga tengah
OMK tipe benigna berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal 2
jenis,yaitu :
a) OMK aktif adalah OMK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif.
b) OMK tenang apabila keadaan kavum timpani terlihat basah atau
kering.
2. Tipe Atikoantral (tipe malignan/ tipe bahaya)
Tipe ini ditandai dengan perforasi tipe marginal atau tipe atik, disertai
dengan kolesteatom dan sebagian besar komplikasi yang berbahaya
dan fatal timbul pada OMK tipe ini.

B. Etiologi OMK
Biasanya disebabkan karena episode berulang otitis media akut.
Sering berhubungan dengan perforasi menetap membran timpani. Infeksi
kronik telinga tengah tak hanya mengakibatkan kerusakan membran
timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus dan hampir selalu
melibatkan mastoid.

12
Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis,
rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi
tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang
dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom. Adanya tuba
patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor
insiden OMK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti
hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom
kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.
Penyebab lain OMK diantaranya adalah:
1. Lingkungan
2. Genetik
3. Otitis media sebelumnya.
4. Infeksi
5. Infeksi saluran nafas atas
6. Autoimun
7. Alergi
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

C. Manifestasi Klinis OMK


Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan
pendengaran dan terdapat otorea interminet atau persisten yang berbau
busuk. Kolesteatoma biasanya menyebabkna nyeri. Evaluasi otoskopik
membrana timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma
dapat terlihat sebagai masa putih dibelakang membrana timpani atau
keluar ke kanalis eksternus melalui lubang perforasi. Hasil audiometri
pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran
konduktif atau campuran. Kolesteatom adalah suatu kista epitelial yang
berisi deskuamasi epitel (keratin). Deskuamasi terbentuk terus lalu
menumpuk sehingga kolesteatom bertambah besar. Banyak teori mengenai
patogenesis terbentuknya kolesteatom diantaranya adalah teori invaginasi,
teori migrasi, teori metaplasi, dan teori implantasi.

13
Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman
(infeksi), terutama Proteus dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi akan
memicu proses peradangan lokal dan pelepasan mediator inflamasi yang
dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom bersifat
hiperproliferatif, destruksi, dan mampu berangiogenesis. Massa
kolesteatom ini dapat menekan dan mendesak organ disekitarnya sehingga
dapat terjadi destruksi tulang yang diperhebat oleh pembentukan asam dari
proses pembusukan bakteri. Proses nekrosis tulang ini mempermudah
timbulnya komplikasi seperti labirinitis, meningitis dan abses otak.

D. Patofisiologi OMK
Dibagi kedalam 2 jenis yaitu benigna atau tipe mukosa, dan menigna
atau tipe tulang. Berdasarkan sekret yang keluar dari kavum timpani secara
aktif juga dikenal tipe aktif dan tipe tenang. Pada OMK benigna,
pandangan terbatas pada mukosa saja, tidak mengenai tulang. Perforasi
terletak di sentral. Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya dan tidak
terdapat kolesteatom. OMK tipe maligna disertai dengan kolesteatom.
Perforasi terletak marginal, subtotal, atau di atik. Sering menimbulkan
komplikasi yang berbahaya atau fatal (Mansjoer et al, 2009).

E. Gejala berdasarkan tipe Otitis Media Kronik


1) OMK tipe benigna
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau
busuk,ketika pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi
dengan pembersihan dan penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat
menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien
dengan derajat ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang-tulang
pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut pada awal
penyakit.Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti
ginjal tapi selalu meninggalkan sisa pada bagian tepinya. Proses

14
peradangan pada daerah timpani terbatas pada mukosa sehingga
membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat
infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal,
kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan
mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan
telinga tengah sampai polip tersebut diangkat. Discharge terlihat berasal
dari rongga timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid dan
setelah satu atau dua kali pengobatan local bau busuk berkurang.
2) OMK tipe maligna dengan kolesteatoma
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang
sangat bau dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga
terlihat keping-keping kecil, berwarna putih mengkilat. Gangguan
pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom
bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis
media nekrotikans akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran
karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada tulang-tulang
kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
F. Pemeriksaan Diagnostik OMK
a. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMK biasanya didapati
tuli konduktif.Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural,
beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran
timpani serta keutuhan dan mobilitas.
Untuk melakukan evaluasi ini, observasi yang bisa dilakukan :
1) Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak
lebih dari 15-20 dB
2) Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan
tuli konduktif 30-50 dB apabila disertai perforasi.
3) Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang
membran yang masih utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65
dB.

15
4) Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli
bagaimanapun keadaan hantaran tulang, menunjukan kerusakan
kohlea parah.
b. Pemeriksaaan Radiologi
1) Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral
dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena
memperlihatkan posisi sinus lateral dan tegmen
2) Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat
diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur
lainnya.
3) Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan
yang lebih jelasmemperlihatkan kanalis auditorius interna,
vestibulum dan kanalis semisirkularis. Proyeksiini menempatkan
antrum dalam potongan melintang sehingga dapat menunjukan
adanya pembesaran akibat kerusakan di dinding telinga.
4) Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi
dan atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh
karena kolesteatom.
c. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMK adalah :
1) Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat
jarang ( kurang dari 1%menurut Shambaugh). Pada orang dewasa
biasanya disebabkan oleh infeksi paru yang lanjut. Infeksi ini
masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis media tuberkulosa

16
dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat minum
susu yang tidak dipateurisasi
2) Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob.
Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas
aeruginosa, stafilokokusaureus dan Proteus sp. Antibiotik yang
sensitif untuk Pseudomonas aeruginosa adalah ceftazidime dan
ciprofloksasin, dan resisten pada penisilin, sefalosporin dan
makrolid. Sedangkan Proteus mirabilis sensitif untuk antibiotik
kecuali makrolid. Stafilokokusaureus resisten terhadap
sulfonamid dan trimethoprim dan sensitif untuk sefalosforin
generasi I dan gentamisin.
G. Penatalaksanaan OMK
Prinsip dasar penatalaksanaan medis OMK adalah (Mills,2010) :
1. Pembersihan telinga secara adekuat (aural toilet)
2. Pemberian anti mikroba topikal yang dapat mencapai lokasi dalam
jumlah adekuat.
3. Bedah
Ada beberapa jenis pembedahan yang dilakukan pada OMK :
1) Mastoidektomi sederhana
Operasi dilakukan pada OMK tipe benigna yang dengan
pengobatan konservatif tidak sembuh. Dengan tindakan operasi ini
dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan patologik.
Tujuannya agar infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi pada
operasi ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
2) Mastordektomi radikal
Operasi ini dilakukan pada OMK maligna dengan infeksi atau
kolesteatom yang sudah meluas. Tujuan operasi ini adalah untuk
membuang semua jaringan patologis dan mencegah komplikasi ke
intrakranial.

17
3) Mastoidektomi radikal dengan modifikasi (operasi bondy)
Operasi ini dilakukan pada OMK dengan kolesteatom di daerah
atik, tetapi belum merusak kavum timpani. Tujuan operasi untuk
membuang semua jaringan patologik dari rongga mastoid, dan
mempertahankan pendengaran yang masih ada.
4) Miringoplasti
Operasi ini merupakan jenis timpanoplasti yang paling ringan,
dikenal juga dengan nama timpanoplasti tipe I, rekonstruksi hanya
dilakukan pada membran timpani. Tujuan operasi ialah untuk
mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMK tipe benigna
dengan perforasi yang menetap.
5) Timpanoplasti
Operasi ini dikerjakan pada OMK tipe benigna dengan kerusakan
yang lebih berat atau OMK tipe benigna yang tidak bisa ditenangkan
dengan pengobatan medikamentosa. Tujuan operasi ialah untuk
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. (Soepardi,
Arsyad, 2013, 55-57)

H. Komplikasi OMK
Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan
patologikyang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme
yang resisten dan kurangefektifnya pengobatan, akan menimbulkan
komplikasi. biasanya komplikasi didapatkanpada pasien OMK tipe
maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akutoleh
kuman yang virulen pada OMK tipe benigna pun dapat menyebabkan
komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada
eksaserbasi akut dari OMK berhubungan dengan kolesteatom.

18
Komplikasi ditelinga tengah:
1. Perforasi persisten membrane timpani
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial
Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)
Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis
Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hindrosefalus otitis
Komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial melewati tiga macam
lintasan yaitu :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak
3. Masuk kejaringan otak

I. Prognosis OMK
a. OMK tipe benigna
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat eongering. Tetapi
sisa perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari
nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh
air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.
b. OMK tipe maligna
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang
menjadi meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif

19
yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type maligna harus diobati
secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.

Diagnosa Keperawatan OMA dan OMK


1) Nyeri berhubungan dengan proses peradangan
2) Gangguan komunikasi berhubungan dengan efek kehilangan
pendengaran
3) Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap
pajanan pathogen.
4) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan

NO DIAGNOSA NOC NIC

1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


dengan proses tindakan keperawatan
Definisi : pengurangan
peradanganan selama 3x24 jam,
atau reduksi nyeri sampai
masalah nyeri dapat
pada tingkat kenyamanan
teratasi.
yang dapat diterima oleh
Kriteria hasil : pasien

1. Klien tidak meringis Aktivitas-aktivitas:


kesakitan
1. Gali bersama pasien
ditingkatkan dari
faktor-faktor yang
skala (1) ke skala (3)
dapat menurunkan atau
2. Klien tidak mengeluh memperberat nyeri
nyeri ditingkatkan 2. Kendalikan faktor
dari skala (1) ke lingkungan yang dapat
skala (3) mempengaruhi respon
pasien terhadap
3. klien tidak
ketidaknyamanan

20
tergantung dengan 3. Dukung istirahat yang
orang lain adekuat untuk
ditingkatkan dari menurunkan nyeri
skala (1) ke skala (3) 4. Ajarkan klien untuk
mengalihkan suasana
4. klien bisa istirahat
dengan melakukan
dengan tidak nyeri
metode relaksasi saat
ditingkatkan dari
nyeri yang teramat
skala (2) ke skala (4)
sangat muncul,
relaksasi seperti
menarik napas panjang
5. Kompres dingin
disekitar telinga
6. Kolaborasi dengan
dokter untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
(obat analgesik)
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan Perlindungan infeksi
berhubungan tindakan keperawatan definisi : pencegahan dan
dengan kurang selama 3x24 jam, deteksi dini infeksi pada
pengetahuan masalah resiko infeksi pasien beresiko
terhadap pajanan dapat teratasi.
Aktivitas-aktivitas
pathogen
Kriteria hasil :
Perawatan Telinga
Definisi : rentan
1. Tidak ada kotoran
mengalami invasi 1. Monitor fungsi auditori
telinga berlebih pada
dan multliplikasi
telinga ditingkatkan 2. Monitor struktur
organisme
dari skala (2) ke anatomi telinga untuk
patogenik yang

21
dapat mengganggu skala (4) tanda dan gejala infeksi
kesehatan .
2. Tidak terdapat batuk, 3. Lakukan tes
pilek, dan demam pendengaran dengan
ditingkatkan dari tepat
skala (2) ke skala (4)
4. Bersihkan telinga luar
3. Membran timpani menggunakan washlap
tidak merah,
5. Monitor tumpahan
menggelembung dan
kotoran telinga yang
tidak mengalami
berlebihan
perforasi
ditingkatkan dari 6. Pertimbangkan irigasi
skala (2) ke skala (4) telinga untuk
mengangkat kotoran
telinga berlebih

7. Instruksikan klien untuk


tidak menggunakan
objek-objek asing,
misalnya ujung cotton
bud, jepitan rambut,
dan benda lainnya)
untuk pengorekan
kotoran telinga

8. kolaborasi dengan
dokter dan ahli
kesehatan lainnnya
dengan pemberian
obat tetes telinga, jika
diperlukan

22
9. Ajarkan pasien dan
keluarga untuk
mengenali infeksi
akibat virus dengan
bakteri

3. Defisiensi Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan


pengetahuan tindakan keperawatan
Definisi : penegmbangan
berhubungan selama 1x24 jam,
dan penyediaan intruksi
dengan kurang masalah defisiensi
da pengalaman belajar
sumber pengetahuan dapat
untuk memfasilitasi
pengetahuan teratasi.
peerilaku adaptif bagi
Definisi: ketiadaan Pengetahuan:manajemen kesehatan.
atau defisiensi infeksi dengan
Aktivitas-aktivitas:
informasi kognitif
Kriteria hasil :
yang berkaitan 1. Perawat menjelaskan
topic tertentu 1. Klien mengetahui cara perawatan telinga
mengapa bisa yang benar
Batasan
Ketajaman 2. Anjurkan klien untuk
karakteristik :
pendengarannya tidak menggunakan
- Kurang menurun benda asing atau tajam
penegetahuan ditingakatkan dari ke telinga
- Kurang skala (2) ke skala (4) 3. Jelaskan kepada pasien
sumber 2. Klien memahami dan keluarga
pengetahuan cara perawatan bagaimana penyakit
- Kurang minat telinga yang benar otitis media dapat
untuk belajar dari skala (2) ke terjadi.
skala (4) 4. Bantu pasien dan
3. Klien dapat keluarga untuk
mengenali tanda dan memperjelas penyakit
gejala ditingkatkan yang terinfeksi

23
dari skala (3) ke 5. Ajarkan bagaimana
skala (5) membersihkan telinga
yang baik
6. Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan infeksi
telinga.
4. Gangguan Setelah dilakukan Meningkatkan komunikasi
komunikasi tindakan keperawatan
Aktivitas-aktivitas
berhubungan selama 1x24 jam,
dengan efek masalah gangguan 1. Identifikasi metode
kehilangan komunikasi dapat komunikasi yang
pendengaran teratasi. diinginkan klien dan
catat pada rencana
Dengsn kriteris hasil
perawatan metode,
1.Pesan yang ingin di seperti
sampaikan oleh :tulisan,berbicara,
perawat kepada klien bahasa isyarat.
dapat di terima dengan 2. Pantau kemampuan
baik oleh klien, klien untuk menerima
ditingkatkan dari skala pesan secara verbal
(2) ke skala (4) 3. Gunakan faktor-faktor
yang meningkatkan
2. menggunakan metode
pendengaran dan
komunikasi yang
pemahaman
dipahami klien
4. Bicara dengan jelas
ditingkatkan dari skala
menghadap individu
(3) ke skala (5 )
5. Minimalkan
percakapan jika klien
kelelahan atau
gunakan komunikasi

24
tertulis

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
telinga tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang
disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah.
Bakteri penyebab otitis media antara lain Staphylococcus aureus,
Pneumococcus, Haemophilus influenza, Escherichia coli, Streptococcus
anhemolyticus, Streptococcus hemolyticus, Proteus vulgaris, dan Pseudomoas
aeruginosa. Terdapat 5 stadium dalam OMA yaitu stadium oklusi, stadium
hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi. OMA
biasa terjadi terutama pada bayi atau anak karena anatomi saluran eustachi
yang masih relatif pendek, lebar, dan letaknya lebih horizontal.
Otitis media kronik merupakan kondisi yang berhubungan dengan patologi
jaringan irreversible. OMK (Otitis Media Kronis) ialah perforasi yang OMK
merupakan kelanjutan dari Otitis Media Akut (OMA) dan sebagian kecil
disebabkan oleh perforasi membran timpani akibat trauma telinga. Kuman
penyebab biasanya kuman gram positif aerob, pada infeksi yang sudah
berlangsung lama sering juga terdapat kuman gram negatif dan kuman anaerob
(Djaafar, 2002).permanen dari membran timpani, dengan atau tidak dengan
perubahan permanen pada telinga tengah (merck, 2004). Sebagian besar
B. Saran
Untuk para mahasiswa diharuskan untuk memahami tentang penyakit
OMA dan OMK ini karena penyakit ini dapat diderita siapa saja yang kurang
memperhatikan kebersihan telinga dan bagaimana yang baik untuk
pembersihan telinga yang benar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz H, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis


Data. Jakarta : Salemba Medika
Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Revai, R, et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis
Complicating Upper Respiratory Tract Infection. Journal of The
American Academy Pediatrics
Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI

27

Anda mungkin juga menyukai