Dosen Pembimbing:
Dr. Retno Indarwati, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh:
Dewi Ayu Kumalasari 132013133003
STASE KEPERAWATAN
GERONTIK
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya
mengandalkan hidup dari tunjangan hari tuanya. Selain masalah finansial,
pensiun juga berarti kehilangan teman sejawat, berarti interaksi sosial pun
berkurang memudahkan seorang lansia mengalami depresi.
10) Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)
Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat
menimbulkan penyakit. Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping
dan efek dari interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
11) Insomnia (sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan
seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar
thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur yang
sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya
Konsep Inkontinensia Urin pada Lansia
Definisi Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin adalah kondisi dimana berkemih secara
involunter. Inkontinensia urin adalah keluhan keluarnya urin diluar
kehendak sehingga menimbulkan masalah sosial dan/atau kesehatan.
Definisi ini mengacu kepada definisi yang dibuat oleh Internatinal
Continence Society (ICS). Keadaan ini banyak terjadi pada populasi
dewasa dengan usia diatas 60 tahun. Hampir semua orang menghindar
untuk mencari perawatan karena mereka merasa malu, yang mana berarti
bahwa masalah ini banyak yang tidak terlaporkan dan kurang didiagnosis.
Banyak penyedia pelayanan kesehatan tidak mengerti tentang efek
inkontinensia urin pada kualitas hidup. Populasi yang terkena dapat
kehilangan gaya hidup aktif mereka dan menjadi pribadi yang tertutup
karena ketakutan mereka yang disebabkan malu.
Klasifikasi Inkontinensia Urin
Terdapat 3 tipe inkontinensia :
1. Inkontinensia urin tekanan (stress urinary incontinence)
Inkontinensia urin yang ditandai dengan keluarnya urin di luar
kehendak yang berhubungan dengan meningkatnya tekanan abdomen
yang terjadi ketika bersin, batuk, atau tekanan fisik lainnya.
2. Inkontinensia urin desakan (urgency urinary incontinence)
Inkontinensia urin yang ditandai dengan keluarnya urin diluar
kehendak yang diawali oleh desakan berkemih. Pelepasan urin yang
tidak terkontrol sebentar setelah ada peringatan ingin melakukan
urinasi. Disebabkan oleh aktivitas otot destrusor yang berlebihan atau
kontraksi kandung kemih yang tidak terkontrol
3. Inkontinensia urin luapan (overflow urinary incontinence)
Keluarnya urin diluar kehendak yang disebabkan karena luapan urin
yang berkaitan oleh sumbatan infravesika atau kelemahan otot
detrusor kandung kemih.
Etiologi Inkontinensia Urin
Inkontinensia urin biasanya disebabkan oleh banyak faktor, termasuk
kelainan anatomis dan fisik, fisiologis, psikososial, dan faktor
farmakologis.
a. Inkontinensia karena kelainan anatomis dan fisiologis disebabkan oleh
kelemahan atau kerusakan sfingter, deformitas uretra, perubahan tonus
otot pada jembatan uretrovesika, dan instabilitas detrusor.
b. Inkontinensia karena kelainan fisik sering berhubungan dengan
imobilitas fisik, terutama dengan dewasa tua. Klien-klien ini sering
kali secara fisik tidak dapat ke toilet sendiri karena stroke, fraktur,
atau kelemahan.
c. Alkohol, ketika dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar akan
menumpulkan kemampuan kognitif psien untuk mengenali dorongan
buang air kecil sehingga inkontinensia
d. Kondisi neurologis yang mempengaruhi otak dan sumsum tulag
belakang seperti penyakit parkinson atau multiple sklerosis
e. Penyebab psikososial dari inkontinensia beragam dari masalah
psikologis asli seperti demensia, hingga kebingungan. Klien dapat
menjadi tidak sadar akan kebutuhan berkemih atau tidak dapat
merespons secara wajar ketika mereka butuh mengosongkan buli-buli.
f. Obat-obatan yang juga dapat berkontrinusi terhadap inkontinensia,
terutama inkontinensia overflow, contohnya meliputi :
Opioid, penenang, sedatif, dan egen-egen hipnotik semuanya dapat
memengaruhi persepsi sensorik
Diuretic kerja cepat
Antihistamin
Atropin dan subtansi seperti atropine
Agen hipotensif
Alfa adrenergic blocker
Agen beta adrenergic
Ganglionic blocker
Patofisiologi Inkontinensia Urin
a. Stress incontinence
Stress incontinence merupakan keluarnya urin yang tidak
disadari ketika tekanan intra vesikal melebihi tekanan penutupan
uretra maksimum dengan tidak adanya aktivitas detrusor. Penyebab
peningkatan tekanan intra vesikal adalah meningkanya tekanan intra
abdomen misalnya batuk, bersin, tertawa, melompat, atau mengangkat
benda berat, dan wanita muda yang pernah melahirkan sehingga otot
sfingter tidak mampu lagi menutup.
Kondisi ini juga dapat terjadi pada wanita menopause karena
kekurangan hormone estrogen yang mengakibatkan hilangnya tonus
jaringan kavernosus uretra dan otot uretra.
b. Urge incontinence
Merupakan kebocoran urin disertai perasaan kuat untuk kencing,
terjadi siang ataupun malam hari disebabkan vesika urinaria hiperaktif
dimana terjadi kontraksi kuat otot detrusor untuk mengeluarkan urin
diluar kehendak penderita.
Sebagian besar kasus inkontinensiaini penyebabnya masih belum
diketahui atau idiopatik sehingga disebut sebagai over active bladder.
Penyebab lain adalah kelainan neurologi misalnya trauma spinal,
stroke, sklerosis multiple, infeksi, keganasan, dan batu kandung
empedu.
c. Inkontinensia overflow
Ditandai dengan buang air kecil dalam jumlah yang kecil namun
sering. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan dalam
mengosongkan kandung kemih. Inkontinensia overflow sering terjadi
pada orang-orang yang uretranya terblokir atau karena kerusakan pada
kandung kemih, dan orang-orang yang mengalami masalah prostat.
Manifestasi Klinis Inkontinensia Urin
a. Ketidakmampuan menahan keluarnya urin dengan gambaran seringnya
terburu – buru untuk brkemih. Kontraksi otot destrukstor yang tidak
terkontrol menyebabkan kebocoran urin, kandung kemih yang
hiperaktif, atau ketidakstabilan destruktor.
b. Ketidaknyamanan pada area pubis
c. Urin keluar sedikit sedikit namun sering
d. Penderita selalu merasa ada sisa urin yang mengganjal, meskipun sudah
berusaha mengosongkan kandung kemih
WOC
Perubahan terkait usia pada Fungsi otak yang Penyakit infeksi dan trauma Faktor lain : merokok,
anatomi&fisiologi system terganggu saluran kemih konsumsi alkohol
vesika urinaria
Kontraksi kandung Detrusor Arefleksia
Hiperrefleksia kemih
detrusor/overaktif Sensasi penuh pada bladder
Pelebaran
Bladder Spastik kandung kemih Kontraksi pada bladder
Terjadi hambatan
pengeluaran urin, Distensi bladder tanpa gejala
urin di VU
meningkat
Inkontinensia Urin
4) Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes Laboratorium
a. Urinalysis
Urinalisis merupakan pemeriksaan yang esensial untuk
klien dengan Inkontinensia Urin. Pemeriksaan bertujuan
untuk mengetahui substansi yang terdapat dalam urin yang
dapat berhubungan Inkontinensia urin seperti darah,
glukosa, pus, bakteri, protein. Pemeriksaan lain yang harus
disertakan untuk menyingkirkan adanya infeksi saluran
kemih adalah kultur urin (Chan, 1999).
1. Pemeriksaan serum
Pemeriksaan serum darah diindikasi untuk melihat adanya
komplikasi sistemik. Seperti kemungkinan terjadinya
peningkatan BUN dan Ureum Creatinin pada klien
denganobstruksi dan memiliki komplikasi hidronefrosis
(Chan, 1999).
2. Urodinamik
Urodinmik adalah pemeriksaan untuk melihat transportasi,
penyimpanan dan eliminasi urin pada saluran kemih bagian
tengan atau bawah.
3. Endoskopi dan Pencitraan
Endoskopi untuk melihat kemungkinan adanya tumor epitel,
divertikel yang dapat menyebabkan sumbatan pada saluran
kemih.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Inkontinensia urin stress b.d perubahan degenaratif pada otot-otot
pelvik d.d rembesan involunter sedikit urine 00017
2. Inkontinensia urin refleks b.d tidak adanya sensasi untuk berkemih dan
kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
d.d ketidakmampuan menahan berkemih secara volunter, tidak ada
sensasi berkemih 00018
3. Resiko infeksi b.d inkontinensia, imobilitas 0004
4. Isolasi Sosial b.d faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan personal
yang memuaskan 0053
C. Intervesi Keperawatan
Inkontinensia urin stress b.d perubahan degenaratif pada otot-otot
pelvik d.d rembesan involunter sedikit urine 00017
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Latihan otot pelvis 0560
keperawatan, diharapkan - Kaji kemampuan urgensi
inkontinensia urine stres klien berkemih pasien
dapat teratasi, dengan kriteria - Intruksikan pasien untuk
hasil: menahan otot-otot sekitar
Kontinensia urin 0502 uretra dan anus kemudian
- Klien dapat mengenali relaksasi seolah-olah ingin
keinginan untuk menahan buang air kecil
berkemih dan besar
- Klien dapat menjaga pola - Intruksikan pasien untuk
berkemih yang teratur tidak mengkontraksikan
- Klien dapat berrespon perut, pangkal paha dan
berkemih sudah tepat pinggul, menahan nafas
waktu atau mengejan selam
- Klien dapat berkemih latihan
pada tempat yang tepat - Intruksikan pasien untuk
- Klien dapat melakukan latihan
mngosongkan kantong pengencangan otot, dengan
kemih sepenuhnya melakukan 300 kontraksi
Penuaan fisik 0113 setiap hari, menahan
- Tonus otot kandung kontraksi selam 10 detik,
kemih klien membaik dan relaksasi selam 10
menit diantara seksi
kontraksi, sesuai dengan
protokol
- Ajarkan pasien untuk
memonitor keefektifan
latihan dengan mencoba
menahan BAK 1 kali dalam
seminggu
- Kombinasikan dengan
terapi biofeedback atau
stimulais elektrik pada
pasiens sesuai kebutuhan
untuk mengidentifikasi
kontraksi otot dan atau
untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi otot.
Perawatan inkontinensia urin 0610
- Identifikasi faktor apa saja
penyebab inkontinensia
pada pasien
- Jelaskan penyebab
terjadinya inkontinensia
dan rasioanlisasi setiap
tindakan yang dilakukan
- Monitor eliminasi urinen,
meliputi frekuensi,
konsistensi, bau, voolume
dan warna urin
- Modifikasi pakaian dan
lingkungan untuk
mempermudah akses ke
toilet
- Bantu psien untuk memilih
diapers ata popok kain yang
sesuai untuk penangana
sementara selama terapi
pengobatan sedang
dilakukan,
- Menyediakan popok kain
yang nyaman dan
melindungi
- Membatasi intake cairan 2-
3 jam sebelum tidur
Menginstruksikan klien
untuk meminum minmal
1.500ml perhari
-
Inkontinensia urin refleks b.d tidak adanya sensasi untuk berkemih dan
kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
d.d ketidakmampuan menahan berkemih secara volunter, tidak ada
sensasi berkemih 00018
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan 4120
keperawatan, diharapkan - Menjaga intake/ asupan
inkontinensia urine refleks klien yang akurat dan catat
dapat teratasi, dengan kriteria output
hasil: - Monitor status hidrasi (
Kontinensia urin 0502 membran mukosa lembab,
- Klien dapat memulai dan denyut nadi adekuat, dan
menghentikan aliran urin tekanan darah ortostatik)
- Klien dapat mengenali Latihan kandung kemih 0570
keinginan untuk - Pertimbangkan kemampuan
berkemih untuk mengenali dorongan
- Klien dapat menjaga pola pengosongan kandung
berkemih yang teratur kemih
- Klien dapat berrespon - Bantu pasien untuk
berkemih sudah tepat mengidentifikasi pola-pola
waktu inkontinensia
- Klien dapat berkemih - Tetapkan jadwal awal
pada tempat yang tepat berdasarkan pola berkemih
- Klien dapat - Lakukan eliminasi pada
mngosongkan kantong pasien atau ingatkan pasien
kemih sepenuhnya untuk mengosongkan
Eliminasi urin 0503 kandung kemih pada
- Pola eliminasi klien interval yang sudah
membaik ditentukan
- Klien dapat - Gunakan kekuatan sugesti
mengosongkan kandung (misalnnya penggunaan air
kemih sepenuhnya yang mengalir atau
- Klien dapat mengnali menyiram toilet) untuk
keinginan untuk membantu pasien
berkemih mengosongkan kandung
- Klien tidak mengalami kemih
inkontinensia urin lagi - Ajarkan pasien secara sadar
menahan urin sampai saa
buang hajat dijadwalkan
Katerisasi urin: sementara 0580
- Jelaskan prosedur dan
rasionalisasi katerisasi
- Passang alt dengn tepat
- Lakukan atau ajarkan psien
untuk membersihkan selang
kateter di waktu yang tepat
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
perawatan kateter yang
tepat
NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi 6540
keperawatan, diharapkan resiko - Ajarkan pasien dan
infeksi klien dapat teratasi, keluarga mengenai tanda
dengan kriteria hasil: dan gejala infeksi dan
Deteksi resiko 1908 kapan harus
- Klien dapat mengenali melaporkannya kepada
tanda dan gejala penyedia perawatan
mengindikasikan resiko kesehatan.
infeksi - Ajarkan pasien dan
- Klien dapat anggota keluarga
mengidentifikasi mengenai bagaimana
kemungkinan risiko menghindari infeksi
kesehata - Gunakan katerisasi
- Klien dapat memonitor intermiten untuk
perubahan: status menghindari infeksi
kesehatan Perlindungan infeksi
- Monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sitemik dan
lokal
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Perawatan selang: perkemihan
1876
- Menentukan indikasi untuk
digunakannya kateter urin
indwelling
- Lakukan perawatan rutin
meatus dengan sabun dan
air selama mandi setiap
hari
- Bersihkan kateter urin
eksternal pada meatus
- Bersihkan daerah sekitar
kulit secara berkala
- Anjurkan pasien dan
keluarga mengenai
perawatan kateter yang
tepat