Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Masyarakat tidak dipandang sebagai suatu kumpulan individu-individu semata.
masyarakat merupakan suatu pergaulan hidup, oleh karena manusia hidup bersama.
masyarakat merupakan suatu sistem yang terbentuk karena hubungan anggota-
anggotanya. Dengan kata lain, masyarakat adalah suatu sistem yang terwujud dari
kehidupan bersama manusia, yang lazim disebut dengan sistem kemasyarakatan.
Emile Durkheim (2015) menyatakan bahwa masyarakat merupakan suatu kenyataan
yang obyektif secara mandiri, bebas dari individu-individu yang merupakan anggota-
anggotanya.

Cara yang baik untuk mengerti tentang masyarakat adalah dengan menelaah ciri-ciri
pokok dari masyarakat itu sendiri. Sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk
kehidupan bersama manusia. Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025
adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat dapat terwujud, melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya
yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkuangan sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tinginya.

Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak
yaitu: meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005
menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025 (RPJPK- Departemen Kesehatan RI Jakarta,
2010). Dalam menjalani kehidupan, seiring dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan manusia, kita akan sampai pada pintu menuju usia tua. Pada suatu saat
pertumbuhan dan perkembangan akan terhenti pada suatu tahapan, sehingga
berikutnya akan banyak perubahan yang terjadi pada fungsi tubuh manusia,
perubahan tersebut biasanya terjadi pada proses penuaan (Purwoastuti, Endang.
2011).

Peningkatan prevalensi dari tahun 2013 hingga tahun 2018 dapat mempengaruhi hasil
pencapaian Indonesia dalam melaksanakan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) dengan 169 capaian hingga tahun 2030. SDGs merupakan kelanjutan dari
tujuan Pembangunan Milenium (MDGs) yang ditandatangani oleh 189 negara, dan
salah satunya Indonesia. Ada empat tujuan dari SDGs yang menjadi tugas utama
dalam bidang kesehatan salah satu nya menjamin kehidupan yang sehat dan
mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia, tujuan tersebut berada
pada urutan ketiga dengan 13 target yang harus dicapai (Kemenkes, 2016).

Tujuan SDGs yang ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan bagi semua orang di segala usia memiliki 9 target dan 4 sarana
implementasi. Dari 9 target 3 target sudah pernah dilaksanakan pada Milenium
Development Goals (MDGs), sedangkan yang menjadi perhatian baru salah satunya
yaitu kematian akibat penyakit tidak menular (PTM).

Keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan


perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health)
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan
kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process)
untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal (Riyadi, 2012).

Keperawatan kesehatan masyarakat pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan


profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan
konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada
kelompok berisiko tinggi. Upaya pencapaian derajat kesehatan optimal dilakukan
melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) di
semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan menjamin keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang di butuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra kerja
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes,
2009).

Kesehatan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan, sehingga tingkat yang
diwakili oleh angka harapan hidup menjadi indikator yang selalu digunakan dalam
indeks pembangunan manusia. Untuk mencapai suatu derajat kesehatan yang baik,
harus dibutuhkan peranan pendidikan kesehatan yang berkelanjutan di dalam
masyarakat (FIP-UPI, 2009).

Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju
tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for
Asthma (GINA) pada tahun 2012 dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma
seluruh dunia adalah tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus
meningkat hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012).

Data WHO juga menunjukkan data yang serupa bahwa prevalensi asma terus
meningkat dalam tiga puluh tahun terakhir terutama di negara maju. Hampir separuh
dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke
bagian gawat darurat setiap tahunnya (Rengganis, 2008) Penyakit asma masuk dalam
sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematiandi Indonesia. Pada tahun 2005 Survei
Kesehatan Rumah Tangga mencatat 225.000 orang meninggal karena asma (Dinkes
Jogja, 2011).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) nasional tahun 2007, penyakit
asma ditemukan sebesar 4% dari 222.000.000 total populasi nasional, sedangkan di
Sumatera Barat Departemen Kesehatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah
penderita asma yang ditemukan sebesar 3,58% (Zara, 2011). Jumlah kunjungan
penderita asma di seluruh rumah sakit dan puskesmas di Kota Padang sebanyak
12.456 kali di tahun 2013 (DKK Padang, 2013)
Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk, sesak napas, rasa
tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan batuk mungkin merupakan satu-
satunya gejala. Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan
sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi
segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah berupa batuk
kering, paroksismal, iritatif, dan non produktif, kemudian menghasilkan sputum yang
berbusa, jernih dan kental. Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas,
sehingga ekspirasi selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong
pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan.
Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang dapat
menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika serangan atau ketika
beraktivitas (Brunner & Suddard, 2012)

Pada penderita asma eksaserbasi akut dapat saja terjadi sewaktu-waktu, yang
berlangsung dalam beberapa menit hingga hitungan jam. Semakin sering serangan
asma terjadi maka akibatnya akan semakin fatal sehingga mempengaruhi aktivitas
penting seperti kehadiran di sekolah, pemilihan pekerjaan yang dapat dilakukan,
aktivitas fisik dan aspek kehidupan lain (Brunner & Suddard, 2002). Tujuan
perawatan asma adalah untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang ditandai
dengan penurunan gejala asma yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali,
sehingga penderita dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh asmanya.
Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari alergen
pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan
asupan nutrisi yang memadai, dan menghindari stres. Gejala asma dapat dikendalikan
dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian
terapi farmakologis tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan
cara mengontrol gejala yang timbul serta mengurangi keparahan gejala asma yang
dialami ketika terjadi serangan (Wong, 2010).

Terapi komplementer atau terapi modalitas diakui sebagai upaya kesehatan nasional
oleh National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) di
Amerika. Terapi ini digunakan juga dalam praktik keperawatan profesional sebagai
terapi alternatif dibeberapa klinik keperawatan (Setyoadi dan Kushariyadi, 2011).
Menurut NCCAM terapi komplementer dikategorikan menjadi empat katergori.
Kategori tersebut antara lain terapi pikiran tubuh (mind- body therapies), terapi
berbasis biologi (biologically based therapies), terapi manipulatif dan berbasis
tubuh (manipulative and body based therapies), dan terapi energi yang termasuk
dalam kategori energi hayati dan bioelektromagnetik (energy and biofield therapies)
(Setyoadi dan Kushariyadi, 2011).

Salah satu terapi non farmakologis yang umumnya digunakan untuk pengelolaan
asma adalah dengan terapi Uap menggunakan aromatherapy. Pemberian obat secara
inhalasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu obat dapat sampai pada organ target
dalam bentuk aerosol agar terdeposisi di paru, onset kerjanya cepat, dosis obat kecil,
efek samping minimal karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit atau rendah,
mudah digunakan, serta tercapainya efek terapeutik. Penggunaan obat pereda secara
inhalasi pada serangan asma sangat bermanfaat dan justru sangat dianjurkan, namun
demikian penggunaannya masih belum banyak. Hal ini dimungkinkan karena
penggunaannya yang belum banyak diketahui dan harga obat masih mahal3.Salah
satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat secara inhalasi adalah genus
Eucalyptus,biasanya industri farmasi menggunakan daun dari Eucalyptuskarena
mengandung terpen, derivat porphyrin dan senyawa fenolik lainnya untuk berbagai
aktivitas farmakologi (Nugroho, 2016).

Hasil data yang diperoleh di kelurahan keramatjati yaitu terdapat sebanyak 78% atau
266 KK tidak terdapat Warga dan terdapat 22% atau 64 KK terdapat Warga.
Berdasarkan hasil pengkajian terdapat sebanyak 88% atau 53 KK dengan Warga
usia 60-70 tahun dan 12% atau 7 KK dengan Warga lebih dari 70 tahun. Terdapat
Sebanyak 45% (28 KK) menderita hipertensi, 34% (21 KK) menderita Asma, 16%
(10 KK) menderita Asma, 5% (3 KK) menderita asam urat.

Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk melakukan pendidikan


kesehatan tentang Asma Di keluarhan kramatjati Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto
Jakarta Timur (karna dalam masa pandemic Covid-19).
B. TUJUAN
a) Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta dapat memahami tentang Asma
dan terapi uap menggunakan aromatherapi untuk penyakit asma
b) Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penyuluhan peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian penyakit Asma
2. Menjelaskan penyebab penyakit Asma
3. Menjelaskan tanda gejala penyakit Asma
4. Menejelaskan komplikasi penyakit Asma
5. Dapat menyebutkan kembali manfaat terapi musik untuk penyakit Asma
6. Dapat menyebutkan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan kembali dari
terapi musik terapi uap menggunakan aromatherapi untuk pasien Asma
7. Dapat menyebutkan kembali langkah-langkah terapi uap menggunakan
aromatherapi untuk pasien Asma

C. Materi (terlampir)

D. TUGAS PENGORGANISASIAN
Moderator : Sebagai pemimpin acara
Leader : Sebagai penyampai materi
Humas : Mengundang PraWarga/Warga di lingkungan Rumah Sakit Tk.I R.
Said Sukanto Jakarta Timur Menerima Tamu dan Memastikan para
undangan hadir
Konsumsi : Menyiapkan konsumsi untuk warga
Perlengkapan: Menyiapkan tempat pertemuan, menyiapkan sarana prasarana
Dokumentasi : Mendokumentasikan seluruh rangkaian kegiatan
E. Setting Tempat

= Leader

= Fasilitator

= Warga

= Observer

F. SASARAN
Warga di Kelurahan Keramatjati sekitar Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto
Jakarta Timur

G. WAKTU DAN TEMPAT


1. Tanggal 12 desember 2020 09.00 WIB
2. Tempat : Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur
H. METODE
Penyuluhan, Tanya Jawab, demonstrasi

I. MEDIA
1. Leafleat
2. SAP
3. Vidio
4. LCD proyektor

J. RENCANA KEGIATAN
Tahap Kegiatan Kegiatan Media Metode
Penyuluh Peserta Dan
Alat
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam Menjawab salam Verbal Ceramah
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri Mendengarkan dan
3. Menyampaikan Memperhatikan Tanya
tentang tujuan pokok jawab
materi
4. Meyampaikan pokok
pembahasan
5. Menyampaikan
kontrak waktu
6. Brain storming
7. Penyaji membagikan
soal pretes
Penyajian  Penyampaian Materi
(25 menit) 1. Menjelaskan pengertian  Mendengarkan  verbal Tanya
penyakit ASMA  Memperhatika  Demonstrasi jawab
2. Menjelaskan penyebab  Menjawab
penyakit ASMA  Memberikan
3. Menjelaskan tanda sumbang saran
gejala penyakit Asma  Mendemontrasikan
4. Menjelaskan  Menyimak
komplikasi Asma  Bertanya
5. Menjelaskan
penatalaksanaan
penyakit Asma
6. Menjelaskan
pencegahan penyakit
Asma
7. Menjelaskan kepada
warga untuk
mengetahui terapi
komplementer terapi
uap menggunakan
aromatherapi untuk
penyakit Asma
Penutup Evaluasi
(15 menit)  Memberi kesempatan  Mejawab verbal Ceramah
pada warga untuk  Mendengarkan
bertanya  Memperhatikan
 Menanyakan kembali  Peserta penyuluhan
kepada warga apakah menerima leaflet
sudah paham tentang  menjawab salam
materi yang sudah
disampaikan
 Beri pujian bagi warga
yang sudah bisa
memahami yang
dijelaskan
 Penyaji membagikan
soal post tes
 Penyaji menyimpulkan
materi yang telah
disampaikan
 Penyaji penyuluhan
membagikan leaflet
kepada semua peserta
penyuluhan
 Memberikan saran
kepada klien dan
keluarga.
1. Menutup pertemuan
dan menyampaikan
salam

K. EVALUASI
1. Struktural
a. Panitia pelaksana sudah mempersiapkan alat yang digunakan dalam
penyuluhan (tempat penyuluhan, Kontrak waktu dengan peserta)
b. Warga memkai pakaian yang rapih
c. Warga ikut dalam kegiatan penyuluhan
d. Soal pre dan post test sudah ada
e. Undangan sudah disebar
2. Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto
Jakarta Timur
3. Proses
a. Warga mengikuti dan tidak meninggalkan tempat sebelum acara selesai
b. Warga antusias terhadap penyuluhan dan terapi musik untuk penyakit Asma
c. Selama penyuluhan warga aktif bertanya tentang penjelasan yang disampaikan
d. Selama penyuluhan warga aktif menjawab pertanyaan yang diajukan
e. Leaflet telah disiapkan untuk kegiatan penyuluhan
f. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
g. Pelaksanaan soal pre dan post test
h. Pemaparan tentang Asma dan terapi musik untuk penyakit Asma

4. Evaluasi Hasil
a. 85% Warga mampu mengetahui tentang pengertian Asma
b. 75% Warga mampu mengetahui tentang penyebab Asma
c. 75% Warga mampu mengetahui tentang tanda dan gejala Asma
d. 75% Warga mampu mengetahui tentang tanda dan komplikasi Asma
e. 75% Warga mampu mengetahui tentang penatalaksanaan Asma
f. 75% Warga mampu mengetahui tentang pencegahan Asma
g. 75% Warga mampu mengetahui tentang cara melakukan terapi komplementer
terapi uap menggunakan aromatherapi untuk penyakit Asma

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit yang dengan ciri peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan ditandai dengan penyempitan jalan nafas yang luas
dan dapat berubah-ubah secara spontan (Arif, 2008). Asma merupakan salah satu
penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat, diderita oleh anak-anak sampai
dewasa. Asma merupakan gangguan saluran pernafasan yang sangat kompleks
(Marni, 2014). Asma merupakan penyumbatan jalan nafas yang tidak dapat pulih
karena spasme bronkus disebabkan oleh trakea dan bronki berespon secara
hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (Wijaya & Putri, 2013).

Asma adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan


karena hiperventilasi terhadap rangsangan tertentu yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dibedakan menjadi 2, yakni Asma
Bronkial dan Asma Kardial. Asma bronkial dapat terjadi lantaran adanya radang
yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas bagian bawah. Penyempitan ini
akibat berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir,
pembentukan timbunan lendir yang berlebih. Asma kardial adalah asma yang timbul
akibat adanya kelainan jantung biasanya terjadi pada malam hari yang disertai sesak
nafas yang hebat (Nurarif & Kusuma, 2013)

B. Etiologi Penyakit Asma


Penyakit asma bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan

faktor ekstrinsik.

1. Faktor intrinsic

a. Infeksi : infeksi virus influenza, pneumonia, mycoplasma.


b. Fisik : cuaca dingin, perubahan suhu.
c. Iritan : kimia.
d. Polusi udara : asap rokok, parfum, karbondioksida.

e. Emosional : takut, cemas, tenang.


f. Aktivitas yang berlebih atau kelelahan.

2. Faktor ekstrinsik : reaksi antigen antibodi : inhalasi alergen (debu, serbuk, bulu
binatang). Alergi terhadap makanan beberapa jenis makanan tertentu juga bisa
menjadi faktor pencetus terjadinya serangan asma, misalnya ikan laut, kacang,
telur dan susu sapi (Marni, 2014).
C. Faktor Risiko Asma
Berdasarkan para ahli maka diketahui bahwa serangan asma, kejadian asma,
keparahan asma dan kematian karena asma dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor- faktor tersebut antara lain adalah sebagai berikut :
1. Faktor pejamu Faktor dari pasien meliputi jenis kelamin, ras, hiperresponsif
saluran nafas, dan status gizi.
2. Faktor lingkungan Faktor dari luar diri pasien yang meliputi: Alergen dalam
rumah : tungau debu rumah, alergen hewan piaraan, alergen kecoa, jamur.
Alergen luar : serbuk sari, jamur. Pajanan pekerjaan : pekerja pabrik, awak
angkutan. Asap rokok : perokok pasif, perokok aktif. Polusi udara : polutan luar
rumah, polutan dalam rumah, ventilasi udara. Infeksi saluran nafas : infeksi virus,
infeksi bakteri, infeksi parasit.

D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodiy Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antobodi ini menyebabkan reaksi bila reaksi dengan antigen
spesifiknya. Pada asma, antibodi ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronchus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibodi Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat analfilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient) faktor kemotaktik eosinofilik
dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan
adema lokal pada dinding bronkhiolus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga
menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma, diameter
bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini
menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi
sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari perut. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest (Musliha, 2010).
E. Pathway
Faktor Pencetus
Antigen yang terikat Mengeluarkan mediator Edema mukosa, sekresi
 Allergen Permiabilitas kapiler
 IGE pada permukaan  histamine, platelet,   produktif, kontraksi otot
 Stress meningkat
sel mast atau basophil bradikinin dll polos meningkat
 Cuaca

 
Spasme otot polos sekresi Konsentrasi O2 dalam
kelenjar bronkus  darah menurun


Penyempitan / obstruksi Hiperkapnea  Gelisah  Ansietas
proksimal dari bronkus pada Hipoksemia
tahap ekspirasi dan inspirasi Suplai O2 keotak   Koma

   
 Mocus berlebih  Tekanan partial Suplai darah dan O2
 Batuk oksigen dialveoli  Ganguuan pertukaran kejantung berkurang
 Wheezing gas Asidosis metabolic
 Sesak nafas
 Suplai O2 kejaringan   Perfusi jaringan perifer
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas  
Penyempitan jalan Penurunan curah
Tekanan darah menurun
pernafasan jantung

 
Peningkatan kerja otot Kelemahan dan
pernafasan Hiperventilasi  Kebutuhan O2  keletihan
 
Retensi  Asidosis respiratorik Intoleransi aktifitas
Nafsu makan
Ketidakseimbangan Ketidakefektifan
nutrisi kurang dari pola nafas (Amin & Hardi, 2015)
kebutuhan tubuh
F. Manifestasi klinik
Menurut Mumpuni & Wulandari, 2013 :
a. Kesulitan bernafas atau sering terlihat terengah-engah bila melakukan
aktivitas yang sedikit berat.
b. Sering batuk (disertai dahak atau tidak).
c. Mengi atau wheezing.
d. Dada terasa sesak karena adanya penyempitan saluran nafas akibat
rangsangan tertentu.
e. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak.

G. Penatalaksanaan
Menurut Musliha, 2010 :

1. Medis
Pengobatan dengan farmakologi (dengan obat): obat pelega seperti
salbutamol, terbutalin, fenoterol, metaproterol, formoterol dan sebagainya.
Obat anti vagus misalnya atrovent.

2. Keperawatan

Pengobatan non farmakologi dengan cara pemberian penyeluruhan kesehatan


untuk menghindari pencetus asma, fisioterapi, kalau perlu dengan pemberian
oksigen.

H. Komplikasi
Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan yang cepat dan tepat,

maka akan timbul komplikasi yang bisa membahayakan kondisi pasien,

diantaranya adalah terjadinya status asmatikus, gangguan asam basa, gagal

nafas, bronkhiolitis, hipoksemia, pneumonia, pneumothoraks, emphysema,

chronic persistent bronkhitis, atelektasis dan bahkan kematian (Marni, 2014).


I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini menunjukan variabilitas gangguan aliran nafas akibat obstruksi,
hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya atopi pada pasien:
a. Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk
menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
dengan peak flow meter.
b. Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE
spesifik.
c. Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum.
Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik

J. Kriteria Diagnosis
Gejala Karakteritik Wheezing, batuk, sesak nafas, dada tertekan, produksi sputum
biasanya > 1 gejala respiratori Gejala berfluktuasi intensitasnya seiring waktu Gejala
memberat pada malam hari atau dini hari Gejala timbul bila ada pencetus Konfirmasi
adanya limitasi aliran udara ekspirasi Gambaran obstruksi saluran nafas FEV1
rendah ( 12% Variabilitas Perbedaan PEFR harian > 13% Uji provokasi Penurunan
FEV1 > 20% atau PEFR > 15%. Klasifikasi asma Berdasarkan kekerapan timbulnya
gejala klasifikasi derajat penyakit asma menurut Pedoman Nasional Asma Anak
(PNAA) 2015, asma dibagi menjadi 4 golongan, yaitu asma intermitten, persisten
ringan, persisten sedang dan persisten berat. Sedangkan derajat serangan dibagi
menjadi 3 yaitu serangan ringan-sedang, asma serangan serangan berat dan serangan
asma dengan ancaman henti nafas. Asma berdasarkan kekerapan timbulnya gejala.
Derajat asma Uraian kekerapan gejala asma Intermitten Episode gejala asma
1x/bulan, 1x/minggu, namun tidak setiap hari Persisten berat Episode gejala asma
terjadi hampir setiap hari. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan
menggambarkan kualitas hidup seseorang setelah, dan atau sedang mengalami suatu
penyakit yang mendapatkan suatu pengelolaan. Menurut World Health Organization
(WHO) kualitas hidup memiliki tiga dimensi yang diukur yaitu fisik, psikologis
(mental) dan sosial. Tiap-tiap dimensi tersebut dapat diukur dengan penilaian yang
objektif dari status fungsional atau status kesehatannya dan penilaian subjektif
terhadap persepsi kesehatannya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan
menggambarkan tingkat kesehatan seseorang yang mengalami suatu penyakit,
pengelolaan sesuai dengan pedoman penyakit tertentu, serta intervensi medis
lainnya.
Kualitas hidup secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:
a. Kondisi global meliputi lingkungan makro berupa pelayanan kesehatan dan
kebijakan pemerintah dalam memberikan perlindungan anak.
b. Kondisi eksternal meliputi lingkungan tempat tinggal (musim, polusi, kepadatan
rumah, letak geografis rumah), pendidikan orang tua, dan status sosial ekonomi
keluarga.
c. Kondisi interpersonal meliputi hubungan sosial keluarga, saudara kandung, dan
hubungan dengan teman sebaya.
d. Kondisi personal meliputi dimensi fisik, mental, dan spiritual sendiri yaitu jenis
kelamin, umur, ras, status gizi, hormonal, faktor genetik dan kondisi mental
emosional.
Kualitas hidup selain dipengaruhi faktor-faktor diatas, juga dipengaruhi oleh:
1. Derajat penyakit
2. Lama penyakit
3. Penatalaksanaan
4. Penyulit penyakit yang terjadi.
Faktor-faktor yang mampu mempengaruhi kualitas hidup anak asma meliputi:
a. Jenis kelamin
b. Usia
c. Kondisi fisik, emosional dan spiritual. Kondisi fisik yang mempengaruhi
antara lain nutrisi atau status gizi (Indeks Massa Tubuh).
d. Keterbatasan aktifitas fisik : olahraga, menangis, berteriak, tertawa
berlebihan
e. Frekuensi serangan asma (ganguan tidur malam atau dini hari)
f. Tatalaksana asma atau kontrol penyakit
g. Penyakit kronis lain
h. Pendidikan orang tua
i. Derajat penyakit asma
j. Lama menderita asma
k. Kepadatan rumah
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
1. Tahap Persiapan Teknis (Formal)
Persiapan formal dimulai dengan melakukan kontrak program untuk pertemuan
pertama dengan Ketua RW 04 Kel.kramatjati, Ketua RT, Kelurahan, Puskesmas
dan Kader bahwa akan ada acara yang dilaksanakan Di Rumah Sakit Tk.I R. Said
Sukanto Jakarta Timur pada hari kamis 24 desember 2020 pukul 09.00 WIB.
Selain itu, mahasiswa juga mengatur setting tempat diskusi. Mahasiswa
melakukan persiapan dengan menyiapkan laporan pendahuluan kegiatan
perkenalan,identifikasi masalah/kebutuhan kesehatan pada warga RW 04
Kelurahan Keramatjati.Setelah mendapatkan persetujuan dari semua pihak, lalu
mahasiswa menyebarkan undangan kepada Ketua RW 04, beserta jajarannya,
Ketua RT, Kelurahan, Puskesmas, dan kader disetiap RT. Acara selanjutnya
adalah diskusi mengenai masalah, keluhan serta kebutuhan kesehatan RW 04 dan
mendiskusikan tentang kuesioner yang telah dibuat untuk disebar ke masyarakat.
Undangan yang hadir didampingi oleh fasilitator dan moderator yang memandu
diskusi berperan aktif sehingga diskusi berjalan dengan lancar. Dalam pelaksanaan
diskusi,moderator meminta pendapat dari masing-masing perwakilan RT untuk
mengungkapkan masalah dan kebutuhan kesehatan yang ada diwilayah RT nya
masing-masing dan menambahi atau menyanggah pertanyaan dari kuesioner yang
telah dibuat sebelum di sampaikan kepada masyarakat. Setelah kuesioner telah di
setujui maka akan di sebarkan di masyarakat RW 04 untuk mendapatkan data.

2. Tahap Pengkajian
Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya berkelanjutan dengan
pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman dalam upaya menyelesaikan
masalah kesehatan komunitas. Proses keperawatan komunitas meliputi pengkajian,
analisa dan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif dan negatif)
yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka membangun strategi untuk
promosi kesehatan. Dimana menurut model Betty Neuman (Anderson and Mc
Farlane, 2010) yang dikaji meliputi demografi, populasi, nilai keyakinan dan
riwayat kesehatan individu yang dipengaruhi oleh sub system komunitas yang
terdiri dari lingkungan fisik, perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi,
politik pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan
rekreasi.
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan Windshield Survey, wawancara
dengan sepuluh orang kader oleh mahasiswa, observasi dan penyebaran angket ke
sejumlah masyarakat melalui perhitungan sampel. Diagnosa keperawatan di
tetapkan setelah hasil pengkajian dikumpulkan dan diolah. Data angket di
tampilkan dalam bentuk grafik. Perencanaan dibuat bersama masyarakat RT 01-10
RW 04 dengan menyepakati kegiatan yang akan dilaksanakan. Secara terperinci,
proses pengkajian adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan Data
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan yang ada di Rt 01-10 Rw 04 Kelurahan kramatjati bersama
dengan penanggung jawab agregat dari ibu hamil, balita, anak, remaja,
dewasa, dan Warga di Puskesmasa Kelurahan Keramatjati.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Windshield
survey, wawancara kepada penanggung jawab setiap agregat, ketua Rt dan
kader. Penyebaran angket ke sejumlah masyarakat dengan perhitungan
sampel. Sebelum angket disebar, dilakukan perhitungan jumlah sampel
dengan menggunakan rumus Slovin :
Penyebaran dan pengumpulan angket dilaksanakan selama 2 hari untuk
memberikan kesempatan responden menjawab pertanyaan angket. Selain
penyebaran angket, pengumpulan data juga dilakukan dengan wawancara
yang dilaksanakan pada tanggal yang sama, dan observasi dilakukan sesuai
dengan pedoman yang telah dibuat. Angket yang sudah terkumpul kemudian
ditabulasi dan dianalisa dengan metode distribusi frekuensi, selanjutnya
dipresentasikan dalam bentuk diagram. Hasil pengumpulan data tersebut
kemudian disampaikan pada masyarakat dalam pertemuan kedua. Tujuan
pertemuan kedua adalah untuk menyajikan hasil pengumpulan seluruh data,
bersama warga melakukan skoring komunitas, dan membuat rencana kegiatan
(POA) untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pertemuan pertama
dihadiri oleh ketua RW, perwakilan dari kelurahan, puskesmas, paraketua RT,
dan para kader.
b. Pelayanan Sosial dan Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdekat di wilayah Rt 01-10 Rw 04 adalah posyandu,
puskesmas, klinikdan Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur.
Jangkauan pelayanan dapat ditempuh dengan berjalan kaki ataupun dengan
menggunakan kendaraan karena perbedaan jarak dari rumah warga ke
pelayanan kesehatan. Rt 01-10 Rw 04 juga memiliki sumber daya di bidang
kesehatan antara lain balai pengobatan puskesmas. Kader yang aktif di Rt 01-
10 Rw 04 berjumlah 35 orang.
c. Ekonomi
Warga RT 01-10 RW 04 merupakan komunitas yang memiliki penghasilan
dari Swasta, wirausaha, PNS, TNI, guru, perawat, dan buruh.Rata-rata warga
mendapat penghasilan yang bervariasi. Masyarakat memenuhi kebutuhan
sehari-hari dengan berbelanja ke warung terdekat,penjual sayur keliling, dan
kepasar. Sebagian besar yang bertanggung jawab terhadap perekonomian
keluarga adalah kepala keluarga.
d. Pendidikan
Dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara beberapa warga diperoleh
warga RT 01-10 RW 04 memiliki pendidikan akhir mulai dari SD, SLTP,
SLTA, dan Perguruan tinggi. Namun, tingkat pendidikan SMU/SLTA
merupakan pendidikan akhir terbanyak dari warga RT 01-10 RW 04.
e. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara dengan para Kader, Ketua RT, dan puskesmas
didapatkan bahwa masalah kesehatan yang paling sering dialami di RT 01-10
RW 04 adalah batuk pilek, hipertensi, asma, stroke dan kurangnya
pengetahuan terhadap masalah-masalah kesehatan
ANALISA DATA
No Data Masalah
1 Data Subjektif : Kesiapan peningkatan
1. Dari wawancara puskesmas bahwa mereka memiliki pengetahuan tentang
program pemerintah yaitu posyandu Warga yang masalah kesehatan
diadakan Di Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto (hipertensi, asma, stroket)
Jakarta Timur di RW 04 Kelurahan
2. Memiliki program unggulan seperti jemput bola, kramatjati
skrining pemeriksaan sederhana (pemeriksaan (D.0113)
tekanan darah, pemeriksaan GDS, skrining P3G).
3. Dari puskesmas kelurahan keramatjati mengadakan
kegiatan senam germas dan senam anti stroke.
4. Kegiatan posyandu Warga Rw 04 di lakukan
minggu ke dua hari selasa.
5. Dari wawancara Puskesmas Kelurahan Keramatjati
penyakit terbanyak yang diderita Warga adalah
hipertensi, asma, stroke.
6. Beberapa Warga mengatakan belum memahami
tentang pengobatan komplementer yang dapat
dilakukan di rumah.
7. Warga Warga di rw 04 mengatakan sering
mengkonsumsi makanan bersantan dan banyak
garam, makan kacang-kacangan, makan-makanan
berkaleng, dan sering tidur di atas jam 22.00,
merokok serta jarang olah raga.

Data Objektif :
1. Didapatkan data Warga sebanyak 64 KK (22%)
2. Jumlah Warga yang menderita penyakit di RW 04
sebanyak 50 Warga (15%)
3. Penyakit yang diderita Warga adalah hipertensi 28
(45%), asma 21 (34%), Stroke 10 (16%),
Osteoporosis 3 (5%)
4. Jumlah Jiwa Warga di RW 04 sebanyak 219

Hasil Observasi
1. Dari observasi yang kita lihat selama wawancara
dan RT09 dan RT10 jarak rumah satu dan yang lain
berdekatan terdapat 1 masjid dalam 1 RT tersebut
dari rumah-rumah pada lingkungan tersebut terlihat
bersih, saluran air terlihat tidak ada sumbatan atau
sampah yang menumpuk.
2. RW 04 kurangnya minat untuk mengikuti kegiatan
ke posyandu Warga
2. Data Subjektif : Risiko Jatuh Pada warga di
1. Warga di RT 09 dan RT 10 mengatakan sering RW 04 Kel. kramatjati
merasa pusing, dan merasa sakit pada bagian (D.0143)
punggung sebanyak 50 Warga
2. Warga mengatakan rasa nyeri yang dirasakan
terkadang mengganggu aktivitasnya
Data Objektif :
1. Jumlah Warga yang menderita penyakit di RW 04
sebanyak 50 Warga (15%)
2. Jumlah Warga yang berusia lebih dari 70 tahun
sebanyak 12 %, Warga berusia 60 – 70 tahun
sebanyak 88%
3. Penyakit yang diderita Warga adalah hipertensi 28
KK (45%), asma 21 KK (34%), Stroke 10 KK
(16%), asam urat 3 KK (5%)
4. Sebanyak 89% Warga mempunyai risiko tinggi
stroke

Hasil Observasi
1. Kebanyakan Warga di RW 04 Kelurahan kramatjati
terdapat Warga mengalami penyakit Hipertensi,
asma, stroke, dan asam urat.
2. wilayah tinggal Warga masih ada yang berbatu serta
berlumut
3. Warga menggunakan alas kaki yang licin
Skoring Diagnosa Kesehatan Komunitas RW 04
Jumla
No Masalah Kriteria Keterangan
h
. Kesehatan
A B C D E F G H I J K L
Kesiapan A : Sesuai dengan peran
peningkatan perawat
pengetahuan Komunitas
tentang masalah B : Jumlah yang beresiko
kesehatan C : Besarnya resiko
1.
(hipertensi, dm, D : Kemungkinan untuk
Stroke) di RW 04 pendidikan kesehatan
Kelurahan E: Minat masyarakat
Keramatjati F: Kemungkinan untuk
(D.0113) diatasi 
G : Sesuai dengan program
Pemerintah
H : Sumber daya tempat
I : Sumber daya waktu
J : Sumber daya dana
Risiko Jatuh Pada
K : Sumber daya fasilitas
Warga di RW 04
L : Sumber daya orang
2. Kel.
                       
Keramatjati(D.014
Skoring:
3)
5 : Sangat tinggi
4 : Tinggi
3 : Cukup
2 : Rendah
1 : Sangat rendah

Diagnosa Keperawatan Prioritas


A. Kesiapan peningkatan pengetahuan tentang masalah kesehatan (Hipertensi, Asma,
Stroke) di RW 04 Kelurahan kramatjati (D.0113)
B. Risiko Jatuh Pada Warga di RW 04 Kel. kramatjati (D.0143)
Planing Of Action RW 04

Rencana
No. Masalah Tujuan Sasaran Waktu Tempat Dana PJ
kegiatan
1. Kesiapan Untuk meningkatkan Penyuluhan warga 25, Swaday Mahasiswa
peningkatan kesiapan manajemen Hipertensi dan kelurahan 04 desember a
pengetahuan kesehatan masyarakat pembuatan jus kramatjati 2020
tentang masalah kelurahan keramatjatitimun 09:00
kesehatan rw 04 Penyuluhan 25, Mahasiswa
(hipertensi, dm, Stroke dan desember
Stroke) di RW 04 komplementer 2020
Kelurahan terapi music 10:00
kramatjati Penyuluhan 25, Rumah Mahasiswa
(D.0113) asma dan desember sakit polri
komplementer 2020
Uap 11:00
aromatherapy
2. Risiko Jatuh Pada Untuk memelihara Penyuluhan warga 26, Swaday Mahasiswa
Warga di RW 04 peningkatan asam urat dan kelurahan 04 desember a
Kel. kramatjatil kesehatan masyarakat kompres jahe kramatjati 2020
(D.0143) kelurahan kramatjati hangat 09:00
Rw 04 Penyuluhan 26, Mahasiswa
resiko jatuh desember Rumah
dan latihan 2020 sakit polri
keseimbangan 10:00
RENCANA KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Diagnosa Strategi Rencana Evaluasi


No
Keperawatan
TUM TUK
Intervensi Kegiatan
Sumber Tempat PJ
Kriteria Standar
1. Penkes
Hipertensi dan
Kesiapan
js timun
peningkatan
Setelah Pendidikan
pengetahuan
dilakukan Warga kesehatan dan 2. Penkes stroke
tentang masalah
tindakan memahami terapi dan terapi
kesehatan
keperawatan dan mengerti komplemente musik
1. (hipertensi, asma,
komunitas tentang r pada Warga 3. Penkes asma
Stroke) di RW 04
diharapkan hipertensi, di RW 04 dan terapi Uap
Kelurahan
pengetahuan asma, Stroke Kel. tradisional
Keramatjati
meningkat Keramatjati 4. Penkes asam
(D.0113)
urat dan
demonstrasi
kompres jahe
Setelah Pendidikan
dilakukan kesehatan dan
Warga 5. Penkes risiko
Risiko Jatuh Pada tindakan terapi
memahami jatuh dan
Warga di RW 04 keperawatan kmplementer
2. dan mengerti demonstrasi
Kel. Keramatjati komunitas pada Warga
tentang risiko latihan
(D.0143) diharapkan di RW 04
jatuh keseimbangan
risiko jatuh Kel.
tidak terjadi Keramatjati
B. EVALUASI KEGIATAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
NO. MASALAH KEGIATAN EVALUASI ANALISA SWOT
KESEHATAN
1. Kesiapan Penyuluhan - Jumlah peserta pada tanggal 25 Kekuatan (Strenghts):
peningkatan
tentang stroke desember 2020 ada 30 orang a. Sarana prasarana pendukung penyuluhan yang
pengetahuan
tentang masalah dan asma - Warga sangat antusias untuk hadir lengkap
kesehatan (stroke,
yang dalam penyuluhan ini b. Jadwal penyuluhan yang sudah disepakati pada
asma) di RW 04
Kelurahan dilaksanakan - Pengetahuan masyarakat cukup baik c. Kader sangat membantu bagi kami dengan
kramatjati
pada tanggal 25 sebelum dan sesudah dilakukannya menerima kami sebagai mahasiswa/i praktik.
(D.0113)
desember 2020 penyuluhan tentang stroke (terapi d. Masyarakat sangat antusias dengan adanya acara
musik) dan penyuluhan asma (terapi penyuluhan ini, dan memiliki kemauan untuk
uap tradisional), dengan hasil pre test berlatih membuat jus timun dan demonstrasi
didapatkan hasil dari 30 orang usia menggunakan uap tradisional
Warga yang mengisi pre test yaitu 13 e. Masyarakat yang hadir sangat bersemangat dan
orang dengan nilai di atas rata-rata dan mengikuti acara sampai dengan selesai
17 orang di bawah rata-rata. Sedangkan f. Suasana lingkungan yang cukup nyaman dan
hasil dari pos test didapatkan 20 orang memadai untuk dilakukannya penyuluhan
dengan nilai di atas rata-rata dan 10
orang di bawah rata-rata
- Dari 30 orang yang hadir dalam Kelemahan (Weaknesses):
penyuluhan terdapat 15 orang tekanan - Kurangnya peran aktif pada masyarakat tentang
darah tinggi program penyuluhan kesehatan.
- Kedatangan warga yang usianya kurang dari usia
agregat Warga, dan warga beralasan tempat
penyuluhan agregat dewasa jauh dari tempat
tinggalnya

Kesempatan (Opportunite):
- Tingginya angka kunjungan masyarakat RW 04
Kramatjati ketika menggunakan layanan jemput
bola
- Keberadaan penyuluhan kesehatan masyarakat di
kelurahan kramatjati RW 04 ini mampu
memandirikan masyarakat dalam melakukan
perawatan terhadap diri sendiri.

Ancaman (Threats)
- Adanya hak-hak masyarakat RW 04 untuk
mendapatkan informasi
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan dengan menggunakan metode wawancara dan observasi langsung
berdasarkan format pengkajian/kuesioner yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang telah
disepakati dalam pertemuan dengan pemerintah setempat, masyarakat, dan tokoh agama.
Pengkajian dilakukan pada seluruh kepala keluarga yang ada di kelurahan Di keluarhan
kramatjati Rumah Sakit Tk.I R. Said Sukanto Jakarta Timur.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun
potensial. Masalah keperawatan aktual adalah masalah yang diperoleh saat pengkajian,
sedangkan masalah potensial adalah masalah yang timbul kemudian. Diagnosa keperawatan
adalah suatu pernyataan yang jelas, dan pasti tentang status masalah kesehatan yang dapat diatasi
dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang
ditemukan, diagnosa keperawatan akan memberikan gambaran tentang masalah dan status
kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual) dan yang mungkin terjadi (potensial) (Mubarak,
2017).
Setelah dilakukan pengkajian selama 3 minggu penulis menemukan 2 diagnosa keperawatan .
Adapun diagnosa keperawatan dalam tinjauan kasus adalah :
1. Kesiapan peningkatan pengetahuan tentang masalah kesehatan (stroke dan asma) di RW 04
Kelurahan Kramatjati (D.0113)
2. Risiko Jatuh Pada Warga di RW 04 Kel. Kramatjati (D.0143)

C. PERENCANAAN
Dalam tahap perencanaan ini penulis membuat asuhan asuhan keperawatan yang teritik tolak
pada perrmasalahan yang terjadi setelah masalah keperawatan di tetapkan sesuai dengan prioritas
masalah maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin
dicapai agar tindakan yang di yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan
tindakan ini. Pada tahap ini penulis secara umum tidak menemukan hambatan dan kesulitan di
30
karenakan adanya kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan dan warga di kelurahan
Kramatjati.

D. Pelaksanaan
Merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam
rangka menolong pasien. Faktor yang mendukung adalah pasien mau bekerja sama dalam
menerapkan asuhan keperawatan yang dibuat oleh perawat. Dalam hal ini penulis bekerja sama
dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi aktif bersama pasien, selama penulis melakukan
tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan pengkajian data-data untuk melihat
perkembangan pasien selanjutnya.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan keperawatan dalam memenuhi
kebutuhan pasien. Tahap evaluasi ini merupakan tahap keberhasilan dalam menggunakan proses
keperawatan dalam  pelaksanaan tindakan. Dalam tahap ini penulis tidak menemukan hambatan
karna hasil yang diharapkan dapat dilihat dengan jelas semua tindakan keperawatan yang penulis
laksanakan dapat berhasil dengan baik.

F. ANALISIS SWOT
1. Strenght / Kekuatan :
a. Adanya dukungan positif dari Masyarakt/ keluarga yang dimintakan data ( Masyarakat
cukup kooperatif ).
b. Adanya Kader yang berperan aktif dalam pengumpulan data, terutama berperan dalam
pemahaman bahasa daerah.
c. Dukungan dari Pemerintah, Kecamatan, Kelurahan dan dari PKM Kelurahan kramatjati
d. Adanya dukungan dari kepala desa,tokoh masyarakat,tokoh agama, dan para remaja
mesjid di Kelurahan Kramatjati

2. Weekness / Kelemahan :
a. Tingkat pekerjaan Penduduk yang rata-rata wirausaha serta wiraswasta sehingga
memungkinkan pada saat pendataan tidak berada di tempat.
b. Bahasa : Masih ditemukan masyarakat setempat tidak menguasai bahasa indonesia.
31
c. Pendidikan yang rendah yang menghambat pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan
yang diberikan.

3. Opportunity / Kesempatan
a. Kebutuhan masyarakat akan petugas kesehatan
b. Kebutuhan masyarakat tentang pendidikan kesehatan.
c. Keinginan masyarakat untuk hidup sehat atau berperilaku hidup sehat

4. Threat / Ancaman
a. Keakuratan pengkajian dari pengumpul data secara mendalam.
b. Jawaban hasil pendataan yang memungkinkan, tidak sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya
32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah tertentu, memiliki nilai-nilai
keyakinan dan minat yang relative sama, serta berinteraki satu sama lain untuk mencapai tujuan.
(Mubarak & Chayatin, 2009). Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari
praktikkeperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta
memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas adalah individu
yaitu balita gizi buruk,ibu hamil resiko tinggi,usia lanjut,penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan dan prioritas. Sasaran
kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan
atau perawatan (Ratih Dwi Ariani, 2015). Keperawatan Komunitas adalah pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit dan peningkatan kesehatan dengan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. PelayananKeperawatan Komunitas adalah
seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok yang beresiko tinggi seperti
keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk
kelompok bayi, balita, Warga dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono,2017).

1.2 Saran
Berdasarkan dari kesimpulan di atas maka disarankan untuk :
4.2.1 Masyarakat
Masyarakat dapat melatih dirinya untuk meningkatkan kemampuan dalam bergerak, dan
setelah mahasiswa tidak praktek diharapkan masyarakat tetap dapat melakukan terapi yang
sudah di ajarkan secara mandiri tanpa harus menggunakan obat analgetik.
4.2.1 Mahasiswa
Diharapkan Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan menambah bekal tentang
konsep keperawatan Warga, sehingga terdapat optimalisasi kinerja dalam melakukan
praktek klinik keperawatan Warga. Mahasiswa diharapkan mempunyai konsep yang lebih
tentang pengorganisasian dengan berbagai alternatif pendekatan sehingga akan lebih
mempermudah pelaksanaan praktek klinik di masyarakat
33

DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria et al. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC). Singapore: Elsevier

Budayani, Sri Satiti. 2015. „Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Tingkat Kualitas Tidur
Penderita Asma di RSUD Kabupaten Karanganyar’. Skripsi, Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

Gilbert, Gregory. 2013. Patient Assessment Routine Medical Care Primary And Secondary
Survey. San Mateo Country . England

Handoko. 2012. Sistem pernafasan manusia. Jakarta: EGC

Heather, Heardman & Kamitsuru. 2015. Pedoman diagnosa keperawatan NANDA


2015-2017. Jakarta: EGC

Jayanto, Kadek Dwi dkk. Pengelolaan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada Anak D
Dengan Asma Bronkhial di Ruang Anggrek RSUD Ambarawa. 2015

Juhariyah Siti, dkk. 2012. Efektivitas Latihan Fisis dan Latihan Pernapasan pada Asma
Persisten Sedang-Berat. J Respir Indo. Vol. 32, No. 1

Larasatisari Indah. 2014. „Pengelolaan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif Pada Anak D
Dengan Asma Bronkhial Di Ruang Anggrek RSUD Ambarawa’. Karya Tulis Ilmiah,
Program Studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada
Surakarta

Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit Dengan Gangguan Pernafasan.
Yogjakarta : Gosyen Publishing

Mumpuni Yekti & Wulandari Ari. 2013. Cara Mengatasi Asma Pada Anak & Dewasa.
Yogjakarta : Rapha Publishing

Moorhead Sue et al. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Singapore: Elsevier

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh ASKEP Dengan Pendekatan
NANDA NIC NOC. Yogjakarta : Nuha Medika

Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pernafasan.


Jakarta : Salemba Medika
34

Nurarif , Amin Huda & Kusuma Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid
1. Yogjakarta : MediAction

Nurarif , Amin Huda & Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC Edisi Revisi Jilid
1. Yogjakarta : MediAction

Padila. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medikal

Permatasari, Vironica Dwi. 2015. Pengaruh Senam Asma Terhadap Fungsi Paru (KVP &
FEV1) Pada Wanita Asma di Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Semarang.
J Kesehat Masy Indones. ISSN 1693-3443

Resti, Indriana. 2014. Teknik Relaksasi Otot Progresif Untuk Mengurangi Stres Pada
Penderita Asma. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Vol. 02, No.01. ISSN: 2301-8267

RISKESDAS. 2013. Penyakit Tidak Menular : Asma. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013

Wijaya, Andra Saferi & Putri, Yessie Mariza. 2013. KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh ASKEP. Yogjakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai