Bayangan kabur
Obyektif :
Bilik mata depan dalam, bola mata lebih
menonjol kedepan, pupil lebar,pada miopia
tinggi ,fundus degenerasi retina
Gambar .Koreksi Ametropia dengan lensa kaca
mata, lensa cekung/ konkaf
Kelainan refraksi dimana tanpa akomodasi sinar
yang datang sejajar akan difokuskan di belakang
retina
Bayangan kabur
Obyektif :
Bilik mata depan dangkal, pupil kecil.
Gambar 5 Koreksi Ametropia dengan Lensa
Cembung/konveks)
Kelainan Refraksi :
ASTIGMATISMUS
MYOPIA HYPERMETROPIA PRESBIOPIA
Pusing
PEMERIKSAAN
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu snellen
/Proyektor caranya:
a. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu snellen (Proyektor)dengan
mata tertutup satu
b. Pasien diminta membaca huruf yang terdapat pada kartu (Proyektor),
mulai dari yang paling atas ke bawah dan tentukan baris terakhir yang
bisa di baca seluruhnya dengan benar.
c. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ) maka
dilakukan uji hitung dengan uji hitung jari dari jarak 6m.
d. Jika pasien tidak dapat menghitung jarak dari 6 m, maka jarak dapat
dikurangi 1 m sampai jarak maksimal penguji dengan pasien 1m.
e. Jika pasien tetap tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari
jarak 1m.
f. Jika pasien tetap tidak dapat melihat lambaian tangan dilakukan uji
dengan arah sinar.
g. Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 ( nol ) NLP (No Light Perception).
PENILAIAN :
a. Tajam penglihatan adalah 6/6 (1,0 )berarti pasien dapat
membaca seluruh hurup dalam kartu snellen dengan benar.
b. Bila baris yang dibaca seluruhnya bertanda 30 (0,2) maka
dikatakan tajam penglihatan 6/30 (0,2) berarti pasien dapat
membaca deretan huruf tertentu pada jarak 6 meter.sedangkan
orang normal dapat melakukannya dari jarak 30 meter
c. Visus 3/60 ( Finger counting) penderita dapat menghitung jari
dari jarak 3 meter yang orang normal dapat melakuka pada
jarak 60 meter
d Visus 1/300 ( Hand Movement ) pasien dapat Melihat lambaian
tangan
e. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat
melihat lambaian tangan maka dikatakan sebagai 1/~ ( ligt
Perception ) melihat gerakan tangan hanya pada jarak 1 meter
dimana orang normal dapat melihatnya pada jarak 300 meter
Pasien hanya dapat melihat gerakan tangan pada jarak 1 meter
dimana orang normal pada jarak jauh tak terhingga.
f Visus 0 ( NLP) pasien tidak dapat melihat cahaya
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dengan mata kanan
kemudian mata kiri, dilakukan setelah tajam pemeriksaan diperiksa dan diketahui
adanya kelainan refraksi.
Caranya:
a. Pasien duduk dengan jarak 6m dari kartu snellen.(Proyektor)
b. Satu mata dututup dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca baris yang
terkecil yang masih dapat dibaca.
c Pada mata yang terbuka diletakan lensa + 0,50 untuk menghilangkan akomodasi
pada saat pemeriksaan.
d. Kemudian diletakan lensa positif tambahan, dikaji:
1) Bila penglihatan tidak bertambah baik berarti pasien tidak hipermetropi.
2) Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah secara
perlahah - lahan bertambah baik berarti pasien mengalami hipermetropi, lensa positif
terkuat yang masih memberikan ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa koreksi
untuk mata hipermetropia tersebut.
e. Bila penglihatan tidak bertambah baik maka diletakan lensa negatif, bila menjadi lebih
jelas bearti pasien mengalami myopia. Ukuran lensa koreksi adalah lensa negatif teingan
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.]
f. Bila baik dengan lensa positif maupun negatif penglihatan tidak
bertambah baik atau tidak maksimal ( penglihatan tidak mencapai 6/6 ) maka
akan dilakukan ujipinhole. Letakan pinhole didepan mata yang sedang diuji dan
meminta membaca baris terakhir yang masih dapat dilihat atau dibaca
sebelumnya bila:
1) Pinhole tidak memberikan perbaikan berarti mata tidak dapat dikoreksi lebih
lanjut karena media penglihatan keruh terdapat kelainan pada retina atau syaraf
optik.
2) Terjadi perbaikan penglihatan, berarti terdapat astigmatisma atau silinder pada
mata tersebut yang belum mendapat koreksi.
g. Bila pasien astigmatisma maka pada mata tersebut di pasang lensa positif
untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi astigmatismus miopikus.
h. Pasien diminta melihat kartu kipas astigma dan ditanya garis yang paling jelas
terlihat pada kartu kipas astigma.
i. Bila perbedaan tidak terlihat lensa positf diperlemah secara perlahan - lahan
hingga pasien melihat garis yang paling jelas dan kabur.
j. Dipasang lensa silinder negatif dengan sumbu yang
sesuai dengan garis tegak lurus dari sumbu terjelas pada
kipas astigmat.
Penglihatan : Mata merah visus buram
Mata merah visus tidak buram
Mata tenang visus buaram perlahan
Mata tenang visus buram mendadak
Kelainan kelopak Edema
Proptosis
Ruptur
Pendengaran Normal tidak normal
6.STATUS NUTRISI a.Keluhan ,perubahan nafsu makan
b.Penurunan berat badan dalam waktu 3 bulan terakhir
c.Mual
d.Muntah
7.STATUS FUNGSIONAL :
Mandiri, Perlu Bantuan,Ketergantungan Total
8.SKRINING RESIKO CEDERA/JATUH
a.Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi ,apakah tampak tidak seimbang (sempoyongan
/Limbung)
b.Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja ,benda lain sebagai penopang saat akan duduk
Hasil
9.SKRINING NYERI
(0) Tidak Nyeri ,(2) Nyeri Ringan (4) Nyeri Yang mengganggu (6) Nyeri yang Menyusahkan (8)
Nyeri Hebat (10) Nyeri Sangat Hebat .
10.MASALAH KEPERAWATAN
(……………………………………………….)
Tanda tangan dan namaTanda jelas
1.Perubahan sensori persepsi
berhubungan dengan perubahan
kemampuan memfokuskan sinar pada
retina
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan pemfokusan mata
3. Risiko cedera yang berhubungan
dengan keterbatasan penglihatan
1.Dx : Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan perubahan
kemampuan memfokuskan sinar pada retina
Kriteria Hasil
- Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat
- Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan
kompensasi terhadap perubahan.
Rasional :
_Pengetahuan tentang penyebab mnengurangi kecemasan dan
meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
-Mengetahui visus dasar klien dan pengembangannya setelah diberikan
tindakan.
Intervensi :
- Jelaskan peyebab terjadinya gangguan penglihatan.
- Lakukan uji ketajaman penglihatan
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau
kacamata bantu atau operasi (keratotomi radikal ), epikeratofakia ,atau
fotorefraktif keratektomi (FRK) untuk miopia.
2.Dx : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pemfokusan mata
Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi
KH :
-Keluhan klien (pusing, mata lelah, berair, fotophobia) berkurang/hilang.
- Klien mengenai gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi tehadap
perubahan yang terjadi.
Rasional :
- Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
- Mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
- Mengurangi silau dan akomodasi yang berlebihan.
Intervensi :
- Jelaskan penyebab pusing , mata lelah, berair dan fotofobia.
- Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca
terus menerus.
- Gunakan lampu/penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.
- Kolaborasi pemberian kacamata untuk meningkatkan ketajaman penglihatan
klien.
3. Dx : Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
Tujuan : Tidak terjadi cedera.
KH :
- Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cedera.
- Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
Rasional :
- perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan
resiko cedera sampai klien belajar untuk mengompensasi.
- Untuk mengurangi resiko cedera.
-Mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur
- Untuk menghindari cedera.
Intervensi :
-Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
- Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
- Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari.
_ Gunakan kacamata koreksi / pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.