Anda di halaman 1dari 39

Titing sulastri

Kelainan refraksi merupakan salah satu


kelainan mata yang paling sering terjadi. Saat
ini kelainan refraksi masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di dunia. Tiga
kelainan refraksi yang paling sering dijumpai
yaitu miopia, hipermetropia, dan
astigmatisma. Jenis kelainan refraksi yang
keempat yaitu presbiopia.
 Kasus kelainan refraksi dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Jumlah pasien yang
menderita kelainan refraksi di Indonesia
hampir 25% dari populasi atau sekitar 55 juta
jiwa. (2) Berdasarkan data dari WHO pada
2004 prevalensi kelainan refraksi pada umur
5-15 tahun sebanyak 12,8 juta orang
(0,97%). (3) Dari data tersebut ditemukan
bahwa kelainan yang timbul akibat kelainan
refraksi yang tidak di koreksi.
 ANATOMI ATAU SUSUNAN MATA YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KELAINAN REFRAKSI
 1. Kornea
 2 Humor aquos
 3 Lensa
 4. Vitreus
 5. Pupil

◦ 1. Gangguan refraksi mata adalah pembiasan sinar oleh media penglihatan
yang terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca atau panjang bola mata,
sehingga bayangan benda dibiaskan tidak tepat di biaskan di daerah macula lutea
tanpa bantuan akomodasi , keadaan ini disebut Ametropia ( masjoer, A :1999 : 72
◦ 2. Gangguan refraksi mata adalah penyimpangan cahaya yang lewat secara miring
dari suatu medium ke medium lain yang berbeda densitasnya. Penyimpangan tersebut
terjadi pada permukaan pembatas kedua medium tersebut yang dikenal sebagai
permukaan refraksi ( Dorland, 1996; 1591 ).
◦ 3. Gangguan refraksi mata adalah suatau keadaan dimana penglihatan
terganggu karena terlalu pendek atau terlalu panjang bola mata sehingga
mencegah cahaya terfokus dengan jelas pada retina ( Timby, Scherer dan Smith,
2000
◦ 4. Kelainan refraksi adalah suatu kondisi ketika sinar datang sejajar pada
sumbu mata dalam kedaan tidak berakomodasi yang seharusnya
direfraksikan tepat pada retina (Makula lutea), Sehinnga tajam penglihatan
maksimum tidak direfraksikan oleh mata tepat pada retina (Makula lutea),
baik itu didepan, dibelakang maupun tidak dibiaskan pada satu titik.
1. .EMETROPIA
 .Sinar sejajar yang datang dalam keadaan
 istirahat akan difokuskan tepat pada retina
 sehingga ketajaman penglihatan menjadi
 maksimum.

 Gambar 1. Sinar cahaya pada mata


 Emetrop difokuskan
 Tepat di Retina
2. AMETROPIA
 MYOPIA
 HIPERMETROPIA
 ASTIGMAT
 PRESBIOP
2.1.Myiopia
Kelainan refraksi dimana tanpa akomodasi
sinar yang datang sejajar difokuskan di
depan retina.

Bayangan kabur

Sinar Paralel dari objek jauh

Gambar 2 Diagram yang mendemontrasikan Myopia


 Subyektif :
Mengeluh kabur melihat jauh, mata cepat
lelah, pusing, berair, seperti melihat benang.

 Obyektif :
Bilik mata depan dalam, bola mata lebih
menonjol kedepan, pupil lebar,pada miopia
tinggi ,fundus degenerasi retina
Gambar .Koreksi Ametropia dengan lensa kaca
mata, lensa cekung/ konkaf
Kelainan refraksi dimana tanpa akomodasi sinar
yang datang sejajar akan difokuskan di belakang
retina

Bayangan kabur

Sinar Paralel dari objek


jauh

Gambar Diagram yang mendemontrasikan mata


Hypermetropia
 Subyektif :
Kabur melihat dekat, sakit kepala,mata cepat
lelah , sering berair,mengantuk bila
membaca.

 Obyektif :
Bilik mata depan dangkal, pupil kecil.
Gambar 5 Koreksi Ametropia dengan Lensa
Cembung/konveks)
 Kelainan Refraksi :

dimana terdapat perbedaan derajat Refraksi


pada meridian yang berbeda,sinar tidak
dibiaskan pada satu titik tetapi beberapa titik
 a. Astigmat Myop simplek
- Salah satu meridian Emetrop,yang lainnya myop
- Dikoreksi dengan lensa Cylinder (-)
Contoh C- 100 X 90
 b.Astigmat Hypermetrop Simplek
Salah satu meridian emetrop ,yang lain
Hypermetrop
Dikoreksi dengan lensa Cylider (+)
Contoh : C + 200 X 180
 C.Astigmat Myop compositus
Kedua meridian myop dalam derajat yang
berbeda

Dikoreksi dengan lensa sferocylinder


Contoh s- 100/c-200 X 100
 d.Astigmat Hypermetrop Compositus
Kedua meridian hypermetrop dalam
derajat yang berbeda dikoreksi dengan
lensa sferocilinder
contoh : S + 2.00 c + 2.00 X 180
 e. Astigmat Miktus
-Salah satu meridian miop yang lainya
hypermetropia.
- Dikoreksi dengan lensa sferosilinder
Contoh : s- 2.00 c- 1.00 X 60
 Adalah gangguan akomodasi pada usia lanjut
yang dapat terjadi akibat kelemahan otot
akomodasi /berkurangnya elastisitasnya
akibat lensa makin keras
Mengeluh kesulitan membaca dekat huruf
kecil,mata mudah lelah, berair,sering merasa
pedas, menjauhkan obyek yang dibacanya.
Patofisiologi Kelainan Refraksi dan
Kastanya dengan masalah
Keperawatan
KELAINAN REFRAKSI

ASTIGMATISMUS
MYOPIA HYPERMETROPIA PRESBIOPIA

M. AXIAL M. REFRAKTIF H.AXIAL H. REFRAKTIF Meningkatkan Umur kelainan kornea

Sumbu Indeks bias Sumbu Indeks bias Otot Lensa Perubahan


Mata lebih media optic Mata lebih media optic akomodasi mengoros lengkung
panjang meningkat pendek berkurang lemah kornea

Sinar sejajar dibias Sinar sejajar dibias Kehilangan Berkas cahaya


didepan kornea dibelakang kornea elastisitas untuk masuk pada
menjadi cembung berbagai bidang

Kabur melihat jauh Kabur melihat Sinar masuk


dekat dibiaskan pada
tempat yang
berbeda

Perubahan sensori perceptual (visual)

Risiko cedera Gangguan aktifitas Usaha


memfokuskan
pandangan

Pusing
PEMERIKSAAN
 Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan kartu snellen
/Proyektor caranya:
a. Pasien duduk dengan jarak 6 meter dari kartu snellen (Proyektor)dengan
mata tertutup satu
b. Pasien diminta membaca huruf yang terdapat pada kartu (Proyektor),
mulai dari yang paling atas ke bawah dan tentukan baris terakhir yang
bisa di baca seluruhnya dengan benar.
c. Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ) maka
dilakukan uji hitung dengan uji hitung jari dari jarak 6m.
d. Jika pasien tidak dapat menghitung jarak dari 6 m, maka jarak dapat
dikurangi 1 m sampai jarak maksimal penguji dengan pasien 1m.
e. Jika pasien tetap tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari
jarak 1m.
f. Jika pasien tetap tidak dapat melihat lambaian tangan dilakukan uji
dengan arah sinar.
g. Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka dikatakan
penglihatannya adalah 0 ( nol ) NLP (No Light Perception).
 PENILAIAN :
a. Tajam penglihatan adalah 6/6 (1,0 )berarti pasien dapat
membaca seluruh hurup dalam kartu snellen dengan benar.
b. Bila baris yang dibaca seluruhnya bertanda 30 (0,2) maka
dikatakan tajam penglihatan 6/30 (0,2) berarti pasien dapat
membaca deretan huruf tertentu pada jarak 6 meter.sedangkan
orang normal dapat melakukannya dari jarak 30 meter
c. Visus 3/60 ( Finger counting) penderita dapat menghitung jari
dari jarak 3 meter yang orang normal dapat melakuka pada
jarak 60 meter
d Visus 1/300 ( Hand Movement ) pasien dapat Melihat lambaian
tangan
e. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat
melihat lambaian tangan maka dikatakan sebagai 1/~ ( ligt
Perception ) melihat gerakan tangan hanya pada jarak 1 meter
dimana orang normal dapat melihatnya pada jarak 300 meter
Pasien hanya dapat melihat gerakan tangan pada jarak 1 meter
dimana orang normal pada jarak jauh tak terhingga.
f Visus 0 ( NLP) pasien tidak dapat melihat cahaya
Dilakukan pada satu mata secara bergantian, biasanya dimulai dengan mata kanan
kemudian mata kiri, dilakukan setelah tajam pemeriksaan diperiksa dan diketahui
adanya kelainan refraksi.
 Caranya:
a. Pasien duduk dengan jarak 6m dari kartu snellen.(Proyektor)
b. Satu mata dututup dengan mata yang terbuka pasien diminta membaca baris yang
terkecil yang masih dapat dibaca.
 c Pada mata yang terbuka diletakan lensa + 0,50 untuk menghilangkan akomodasi
pada saat pemeriksaan.
 d. Kemudian diletakan lensa positif tambahan, dikaji:
1) Bila penglihatan tidak bertambah baik berarti pasien tidak hipermetropi.
2) Bila bertambah jelas dan dengan kekuatan lensa yang ditambah secara
perlahah - lahan bertambah baik berarti pasien mengalami hipermetropi, lensa positif
terkuat yang masih memberikan ketajaman terbaik merupakan ukuran lensa koreksi
untuk mata hipermetropia tersebut.
e. Bila penglihatan tidak bertambah baik maka diletakan lensa negatif, bila menjadi lebih
jelas bearti pasien mengalami myopia. Ukuran lensa koreksi adalah lensa negatif teingan
yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal.]
 f. Bila baik dengan lensa positif maupun negatif penglihatan tidak
 bertambah baik atau tidak maksimal ( penglihatan tidak mencapai 6/6 ) maka
akan dilakukan ujipinhole. Letakan pinhole didepan mata yang sedang diuji dan
meminta membaca baris terakhir yang masih dapat dilihat atau dibaca
sebelumnya bila:
1) Pinhole tidak memberikan perbaikan berarti mata tidak dapat dikoreksi lebih
lanjut karena media penglihatan keruh terdapat kelainan pada retina atau syaraf
optik.
2) Terjadi perbaikan penglihatan, berarti terdapat astigmatisma atau silinder pada
mata tersebut yang belum mendapat koreksi.

 g. Bila pasien astigmatisma maka pada mata tersebut di pasang lensa positif
untuk membuat pasien menderita kelainan refraksi astigmatismus miopikus.

 h. Pasien diminta melihat kartu kipas astigma dan ditanya garis yang paling jelas
terlihat pada kartu kipas astigma.

 i. Bila perbedaan tidak terlihat lensa positf diperlemah secara perlahan - lahan
hingga pasien melihat garis yang paling jelas dan kabur.
 j. Dipasang lensa silinder negatif dengan sumbu yang
sesuai dengan garis tegak lurus dari sumbu terjelas pada
kipas astigmat.

 k. lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit


pada sumbu tersebut sehingga sama jelasnya dengan
garis lainya.
 l. Bila sudah sampai jelasnya dilakukan tes kartu snellen
kembali.

 m. Bila tidak didapatkan hasil 6/6 (1,0) maka mungkin


lensa positif yang diberikan terlalu berat harus dikurangi
perlahan – lahan atau ditambah lensa negatif perlahan –
lahan sampai tajam penglihatan menjadi 6/6.(1,0 ) derajat
astigmat adalah ukuran lensa silinder negatif yang dipakai
sehingga gambar kipas astigmat terlihat sama jelas.
1. 1. Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan dilakukan koreksi
kelainan refraksi bila terdapat myopia hipermetropia, atau
astigmatisma sesuai prosedur
2. 2. Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30 – 40 cm.
3. 3 . Diberi lensa korektif SPH (+) sesuai pedoman usia :
4. 40 th Koreksi dgn SPH (+) 1.00
5. 45 th Koreksi dgn SPH (+) 1,50
6. 50 th Koreksi dgn SPH (+) 2.00
7. 55 th Koreksi dgn SPH (+) 2.50
8. 60 th Koreksi dgn SPH (+) 3.00

9. 4. Dilakukan pemeriksaan mata satu persatu.


 Tanggal Kunjungan : Pukul : Unit Kerja :
 1.RIWAYAT AlERGI
 Tidak ada akergi
 Alergi Obat
 Alergi Makanan
 Alergi Lainnya
 2.Alasan Kunjungan ( Keluhan Utama saat masuk Rumah Sakit )
 Hilangnya penglihatan :Mendadak /perlahan lahan
 Nyeri /Tidak nyeri
 Transien/Permanen
 Kedua mata/satu mata/sebagian lapang pandang

 Mata Merah : Berair/lengket,


 Nyeri, Disertai hilangnya hilangnya penglihatan
 Durasi.
 3. RIWAYAT KESEHATAN/PENGOBATAN SEBELUMNYA
 DIABETES MELITUS,HYPERTENSI,LAIN LAIN
 4. RIWAYAT PSIKOSOSIAL : Hubungan dengan anggota Keluarga : Baik Tidak Baik
 Status Psikologis :Tenang,Cemas,Takut, Marah ,Sedih
 5. PEMERIKSAAN FISIK
 TD ,Nadi,Respirasi ,Suhu
 TB ,BB


 Penglihatan : Mata merah visus buram
 Mata merah visus tidak buram
 Mata tenang visus buaram perlahan
 Mata tenang visus buram mendadak
 Kelainan kelopak Edema
 Proptosis
 Ruptur
 Pendengaran Normal tidak normal
 6.STATUS NUTRISI a.Keluhan ,perubahan nafsu makan
b.Penurunan berat badan dalam waktu 3 bulan terakhir
c.Mual
d.Muntah

7.STATUS FUNGSIONAL :
Mandiri, Perlu Bantuan,Ketergantungan Total
8.SKRINING RESIKO CEDERA/JATUH
a.Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi ,apakah tampak tidak seimbang (sempoyongan
/Limbung)
b.Apakah pasien memegang pinggiran kursi atau meja ,benda lain sebagai penopang saat akan duduk
Hasil

9.SKRINING NYERI
(0) Tidak Nyeri ,(2) Nyeri Ringan (4) Nyeri Yang mengganggu (6) Nyeri yang Menyusahkan (8)
Nyeri Hebat (10) Nyeri Sangat Hebat .

10.MASALAH KEPERAWATAN

Perawat yang melakukan pengkajian

(……………………………………………….)
 Tanda tangan dan namaTanda jelas
1.Perubahan sensori persepsi
berhubungan dengan perubahan
kemampuan memfokuskan sinar pada
retina
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan pemfokusan mata
3. Risiko cedera yang berhubungan
dengan keterbatasan penglihatan
 1.Dx : Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan perubahan
kemampuan memfokuskan sinar pada retina
 Kriteria Hasil
 - Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan alat
 - Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan
kompensasi terhadap perubahan.
 Rasional :
 _Pengetahuan tentang penyebab mnengurangi kecemasan dan
meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam
tindakan keperawatan.
 -Mengetahui visus dasar klien dan pengembangannya setelah diberikan
tindakan.
 Intervensi :
 - Jelaskan peyebab terjadinya gangguan penglihatan.
 - Lakukan uji ketajaman penglihatan
 - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak atau
kacamata bantu atau operasi (keratotomi radikal ), epikeratofakia ,atau
fotorefraktif keratektomi (FRK) untuk miopia.
 2.Dx : Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pemfokusan mata
 Tujuan : Rasa nyaman klien terpenuhi
 KH :
 -Keluhan klien (pusing, mata lelah, berair, fotophobia) berkurang/hilang.
 - Klien mengenai gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi tehadap
perubahan yang terjadi.
 Rasional :
 - Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
 - Mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
 - Mengurangi silau dan akomodasi yang berlebihan.
 Intervensi :
 - Jelaskan penyebab pusing , mata lelah, berair dan fotofobia.
 - Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktivitas membaca
terus menerus.
 - Gunakan lampu/penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.
 - Kolaborasi pemberian kacamata untuk meningkatkan ketajaman penglihatan
klien.
 3. Dx : Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan
 Tujuan : Tidak terjadi cedera.
 KH :
 - Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cedera.
 - Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
 Rasional :
 - perubahan ketajaman penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan
resiko cedera sampai klien belajar untuk mengompensasi.
 - Untuk mengurangi resiko cedera.
 -Mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur
 - Untuk menghindari cedera.
 Intervensi :
 -Jelaskan tentang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
 - Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
 - Batasi aktivitas seperti mengendarai kendaraan pada malam hari.
 _ Gunakan kacamata koreksi / pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

Anda mungkin juga menyukai