Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN PENYALAHGUNAAN
KETERGANTUNGAN NAPZA
DENGAN KOMPLIKASI FISIK
DAN PSIKIATRI
Oleh : Wawan Setiawan,
Disampaikan pada Mata Kuliah “Keperawatan Napza”
Mhs Akper Al-Ikhlas
 Pengertian
 Penyalahgunaan zat adalah penggunaan zat secara terus menerus bahka
n sampai setelah terjadi masalah
 Adiksi umumnya merujuk pada perilaku psikososial yg berhubungan den
gan ketergantungan zat.
 Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik terhadap obat.
 Toleransi ad/peningkatan jml zat u/ memperoleh efek yg diharapkan
 Gejala putus zat dan toleransi merupakan tanda ketergantungan fisik
(Stuart dan Sundeen, 1995).
• Rehabilitasi adalah upaya kesehatan yg dilakukan seca
ra utuh dan terpadu melalui pendekatan non medis,
psikologis, sosial dan religi agar pengguna NAPZA ya
ng menderita sindroma ketergantungan dapat menca
pai kemampuan fungsional seoptimal mungkin.
• Tujuannya pemulihan dan pengembangan pasien baik
fisik, mental, sosial dan spiritual. Sarana rehabi
litasi yang disediakan harus memiliki tenaga kesehata
n sesuai dgn kebutuhan (DepKes., 2002).
• Sesudah klien penyalahgunaan / ketergantungan NAZ
A menjalani program terapi (detoksifikasi) dan kompli
kasi medik selama 1 (satu) minggu dan dilanjutka
n dengan program pemantapan (pasca detoksifikasi)
selama 2 (dua) minggu, maka yang bersangkutan d
apat melanjutkan ke program berikutnya yaitu rehabi
litasi (Hawari, 2000).
• Menurut Hawari (2000) bahwa setelah klien men
galami perawatan selama 1 minggu menjalani prog
ram terapi dan dilanjutkan dengan pemantapan terap
i selama 2 minggu maka klien tersebut akan diraw
at di unit rehabilitasi (rumah sakit, pusat rehabilitasi d
an unit lainnya) selama 3-6 bulan. Sedangkan lama r
awat di unit rehabilitasi berdasarkan parameter se
mbuh menurut medis bisa beragam 6 bulan dan
1 tahun, mungkin saja bisa sampai 2 tahun (Wigun
a, 2003).
Dengan rehabilitasi diharapkan pengguna NAPZA dapat:
1 . Mempunyai motivasi kuat untuk tidak menyalahgunakan NA
PZA lagi
2 . Mampu menolak tawaran penyalahgunaan NAPZA
3 . Pulih kepercayaan dirinya, hilang rasa rendah dirinya
4 . Mampu mengelola waktu dan berubah perilaku sehari -hari den
gan baik
5 . Dapat berkonsentrasi untuk belajar atau bekerja
6 . Dapat diterima dan dpt membawa diri dengan baik dalam perga
ulan dengan lingkungannya
Proses Terjadinya Masalah

1 ) Rentang Respons Kimiawi


Perlu diingat bahwa pd rentang respons tidak semua ind
ividu yg menggunakan zat akan menjadi penyalahgunaa
n dan ketergantungan zat.
Hanya individu yg menggunakan zat berlebihan dpt men
gakibatkan penyalahgunaan dan ketergantungan zat.
• Penyalahgunaan zat merujuk pada penggunaan zat
secara terus menerus bahkan sampai setelah terjadi
masalah.
• Ketergantungan zat menunjukkan kondisi yang pa
rah dan sering dianggap sebagai penyakit.
• Gejala putus zat terjadi karena kebutuhan biologik ter
hadap obat.
• Toleransi berarti bahwa memerlukan peningkatan ju
mlah zat untuk memperoleh efek yg diharapkan (Stu
art dan Sundeen, 1995; Stuart dan Laraia, 1998).
2 ) Perilaku
3 ) Faktor penyebab.
Faktor penyebab pada klien dengan penyalahgunaan dan ketergant
ungan NAPZA meliputi:
a . Faktor biologic
 Kecenderungan klg, terutama penyalahgunaan alcohol
 Perubahan metabolisme alkohol yang mengakibatkan res
pon fisiologik yang tidak nyaman
 
b . Faktor psikologik
• Tipe kepribadian ketergantungan
• Harga diri rendah biasanya sering berhub. dengan penganiay
aan waktu masa kanak kanak
• Perilaku maladaptif yang diperlajari secara berlebihan
• Mencari kesenangan dan menghindari rasa sakit
• Sifat keluarga, termasuk tidak stabil, tidak ada contoh peran
yang positif, kurang percaya diri, tidak mampu memperlakuk
an anak sebagai individu, dan orang tua yang adiksi
c. Faktor sosiokultural
• Ketersediaan dan penerimaan sosial terhadap peng
guna obat
• Ambivalens sosial tentang penggunaan dan penyal
ahgunaan berbagai zat seperti tembakau, alkohol
dan mariyuana
• Sikap, nilai, norma dan sanksi cultural
• Kemiskinan dengan keluarga yg tidak stabil dan ket
erbatasan kesempatan
4) Diagnosis medis
DSM-III-R ( American Psychiatric Association, 1987 ) m
embagi menjadi dua katagori yaitu
1 . Psikoaktif zat yg menyebabkan gangguan mental org
anik mengakibatkan intoksikasi, withdrawal, deliriu
m, halusinasi dan gangguan delusi, dan lainnya.
2 . Gangguan psikoaktif pengguna zat mengakibatkan
ketergantungan at/ penyalahgunaan (Wilson dan Kne
isl, 1992).
Sedangkan DepKes ( 2001) menyatakan bahwa gej
ala psikiatri yg timbul adalah cemas, depresi dan halusin
asi. Penelitian yang dilakukan di USA menunjukkan > 5
0% penyalahgunaan NAPZA non alkohol mengidap pal
ing tidak satu ggn psikiatri antara lain:
1 ) 26% mengalami gangguan alam perasaan seperti de
presi, mania
2 ) 26% gangguan ansietas
3 ) 18% gangguan kepribadian antisocial
4 ) 7% skizofrenia
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
•Adapun pengkajian yang dilakukan meliputi :
a. Perilaku
b. Faktor penyebab dan faktor pencetus
c. Mekanisme koping yg digunakan o/ penyalahguna zat:
. penyangkalan (denial) terhadap masalah
. rasionalisasi
. memproyeksikan tanggung jawab terhadap perilakunya
. mengurangi jumlah alkohol atau obat yang dipakainya
d. Sumber koping (support system) yang digunakan oleh klien
• 
2. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yg sering terjadi di ruang detoksifi


kasi ad/ selain masalah keperawatan yg berkaitan denga
n fisik juga masalah keperawatan seperti:
a . Koping individu tidak efektif: ketidakmampuan mena
han sugesti
b . Gangguan konsep diri: harga diri rendah
c. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkun
gan, dan seterusnya
Sedangkan masalah keperawatan di ruang reh
abilitasi bisa sama dengan di ruang detoksifikasi,
maka fokus utama diagnosa keperawatan NAND
A di ruang rehabilitasi adalah:
a. Koping klg tdk efektif: ketidakmampuan
b. Kurang aktivitas hiburan, dan seterusnya
Berikut ini beberapa bentuk implementasi yang dilakukan pada klien den
gan penyalahgunaan dan ketergantungan zat yaitu (Wilson dan Kneisl,
1992) :

a. Program intervensi.
Untuk program di ruang rehabilitasi dibagi menjadi 2 yaitu:
1 ) rehabilitasi sewaktu-waktu dimana perawat berperan sbg fasilitator bu
kan melakukan penanganan masalah fisik maupun psikiatri tapi pd per
awatan diri klien. Tujuannya u/ meningkatkan kemampuan klien dalam
melakukan perawatan diri secara mandiri;
2 ) perawatan lanjutan, bertujuan u/ memberikan pemulihan kembali bagi
klien yang mengalami ketergantungan alkohol dan zat atau penolakan
keluarga terhadap klien.
b. Individu
• Pendidikan u/ klien, misalnya menganjurkan klien u/ mengikuti se
si-sesi yg diadakan perawat scr individu sesuai kebutuhan klien,
tujuannya u/ meningkatkan pengetahuan klien dalam membantu
memulihkan ketergantungan akan zat.
• Perubahan gaya hidup, yaitu mengajarkan klien dengan cara me
ndiskusikan koping yg biasa digunakan. Diharapkan klien dapat
mengubah penggunaan koping dari destruktif menjadi koping ya
ng konstruktif.
• Meningkatkan kesadaran diri klien, dgn cara mengidentifikasi hal
-hal positif yg dimiliki klien dan bisa dikembangkan secara positif
serta mengurangi hal-hal yang negatif
dalam diri klien.
c. Keluarga
Pendidikan kesehatan bagi keluarga bertujuan u/ meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan keluarga dlm merawat anggota
keluarga yang mengalami penyalahgunaan dan ketergantunga
n zat.

d . Kelompok
· Program twelve step : AA dan NA
· Terapi modalitas disesuaikan dengan kriteria dan
kondisi klien yang akan diikutkan dalam terapi tersebut.
3. Intervensi Keperawatan

a) Resiko tinggi terhadap cedera: jatuh berhubungan dgn kes


ulitan keseimbangan. 
• Kriteria hasil :
• mendemonstrasikan hilangnya efek - efek penarikan
diri yang memburuk
• tidak mengalami cedera fisik
 Intervensi :
Mandiri
1 ) Identifikasi tingkat gejala putus alkohol, mis: tahap I diasosiasikan den
gan tanda /gejala hiperaktivitas (misalnya tremor, tidak dpt beristiraha
t, mual/muntah, diaforesis, takhikardi, hipertensi); tahap II dimanifesta
sikan dengan peningkatan hiperaktivitas ditambah dgn halusinogen;
tingkat III gejala meliputi DTs dan hiperaktifitas autonomik yang berlebi
han dgn kekacauan mental berat, ansietas, insomnia, demam.
2 ) Pantau aktivitas kejang. Pertahankan ketepatan aliran udara. Berikan ke
amanan lingkungan mis: bantalan pada pagar tempat tidur.
3 ) Periksa refleks tenton dalam. Kaji cara berjalan, jika memungkinkan
4 ) Bantu dgn ambulasi dan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
• Kolaborasi
1) Berikan cairan IV/PO dgn hati-hati sesuai
petunjuk
2) Berikan obat-obat sesuai petunjuk: benzodia
zepin, oksazepam, fenobarbital, magnesium
sulfat.
Rasional :
1 ) Pengenalan dan intervensi yg tepat dpt menghalangi terjadinya gejala-gejala dan
mempercepat kesembuhan. Selain itu perkembangan gejala mengindikasikan
perlunya perubahan pada terapi obat-obatan yang lebih intensif untuk mencegah
kematian.
2 ) kejang grand mal paling umum terjadi dan dihubungkan dengan penurunan kada
r Mg, hipoglikemia, peningkatan alkohol darah atau riwayat kejang.
3 ) Refleksi tertekan, hilang, atau hiperaktif. Nauropati perifer umum terjadi terutama
pada pasien neuropati
4 ) mencegah jatuh dengan cedera
5 ) mungkin dibutuhkan pada waktu ekuilibrium, terjadinya masalah koordinasi tan
gan/mata.
6 ) Penggantian yg berhati-hati akan memperbaiki dehidrasi dan meningkatkan pemb
ersihan renal dari toksin sambil mengurangi resiko kelebihan hidrasi.
4. Evaluasi

• Evaluasi penyalahgunaan dan ketergantungan zat terg


antung pd penanganan yg dilakukan perawat terhada
p klien dengan mengacu kepada tujuan khusus yang
ingin dicapai.
• Jika penanganan yg dilakukan tdk berhasil maka perl
u dilakukan evaluasi kembali terhadap tujuan yang di
capai dan prioritas penyelesaian masalah apakah suda
h sesuai dgn keb klien.

Anda mungkin juga menyukai