Anda di halaman 1dari 18

A.

Pengertian katarak
Menurut nugroho (2011) katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata
yang biasanya bening, transparan menjadi keruh, sehingga dapat menurunkan
tajam/visus pengliahatan dan mengurangi luas lapang pandangan.
Menurut wijaya dan putri (2013) katarak adalah kekeruhan (bayangan
seperti awan) pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur penglihatan kabur
dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya.
Menurut tamsuri (2011) katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang
dapat terjadi karena hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat keduanya.
B. Klasifikasi katarak
Klasifikasi katarak menurut nugroho (2011) adalah katarak kongenital,
katarak juvenil, katarak senil, katarak komplikata, dan katarak traumatik.
Sedangkan menurut tamsuri (2011) klasifikasi katarak adalah sebagai
berikut :

a. Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi:

1) Katarak kongenitil : katarak yang sudah terlihat pada usia yang kurang
dari satu tahun

2) Katarak juvenil : katarak yang terjadi setelah usia satu tahun

3) Katarak senil : katarak setelah usia 50 tahun.

b. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi:

1) Katarak traumatika

Katarak terjaid akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma


tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada
satu mata (katarak monokular). penyebab katarak ini antara lain karena
radiasi sinar-X, radioaktif, dan benda asing.
2) Katarak toksika

Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan


kimia tertentu. Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena
penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine.

3) Katarak komplikata

Katarak terjadi akibat gangguan sistemik seperti diabetes mellitus,


hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan lokal seperti uveitis, glaucoma,
dan myopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

C. Etiologi katarak
Sebagian besar katarak timbul akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh
lingkungan seperti merokok, radiasi UV serta nutrisi yang buruk. Katarak
biasanya berkembang tanpa penyebab yang nyata, bagaimanapun katarak bisa
juga timbul akibat trauma pada mata, paparan yang lama terhadap obat seperti
kortikosteroid menyebabkan katarak. Faktor risiko dari katarak antar lain DM,
riwayat keluarga dengan katarak, penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu,
pembedahan mata (mutiarasari dan handayani, 2011).
Katarak dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu sebagi berikut:

1. Fisik

Dengan keadaan fisik seseorang semakin tua (lemah) maka akan


mempengaruhi keadaan lensa, sehingga dapat mengakibatkan katarak
baikpada orang yang fisiknya semakin tua karena sakit.

2. Kimia

Apabila mata terkena cahaya yang mengandung bahan kimia atau akibat
paparan sinar ultraviolet matahari, pada lensa mata dapat menyebabkan
katarak.

3. Usia

Dengan bertambahnya usia seseorang, maka fungi lensa juka akan


menurun dan mengakibatkan katarak. Katarak yang disapatkan karena faktor
usia tua biasanya berkembang secara perlahan. Penglihatan kabur dapat
terjadi setelah trauma dari gejala awal dapat berkebang kehilangan
penglihatan. Hilangnya penglihatan tergantung pada lokasi dan luasnya
kekeruhan.

4. Infeksi virus masa pertumbuhan janin

Jika ibu pada saat mengandung terkena atau terserang penyakit yang
disebabkan oleh virus. Maka infeksi virus tersebut akan mempengaruhi
terhadap pertumbuhan janin.

5. Penyakit

Meliputi penyakit diabetes mellitus dan trauma mata seperti uveitis.


(Wijaya dan putri, 2013, P.64).

D. Tanda dan gejala


Katarak biasanya tumbuh secara perlahan dan tidak menyebabkan rasa sakit.
Pada tahap awa kondisi ini hanya akan mempengaruhi sebagian kecil bagian dari
lensa mata dan mungkin saja tidak akan mempengaruhi pandangan mata. Saat
katarak tumbuh lebih besar maka noda putih akan mulai menutupi lensa mata
dan mengganggu masuknya cahaya ke mata, pada akhirnya pandangan mata
akan kabur. Berikut adalah tanda dan gejala katarak:

1) Terjadi pada usia lanjut sekitar usia 50 tahun ke atas

2) Gatal-gatal pada mata

3) Sering keluar air mata

4) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

5) Penglihatan kabur pada malam hari

6) Tidak dapat menahan sinar lampu atau kilau cahaya yang langsung
menembus mata.penderita akan merasa seperti melihat awan di depan
penglihatannya, menutupi lensa mata.
7) Bila sudah mencapai tahap akhir atau stadium lanjut penderita katarak akan
kehilangan penglihatannya. (Tri ulandari 2014).

E. Patofisiologi katarak
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut dan pada usia di atas 70
tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak
dapat juga diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata
lokal menahun (Tamsuri,2011).
Perubahan fisik dan kimia daam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi, ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple
(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa
misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia
daam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga terjadinya
pengkabutan pandangan/kekeruahn lensa sehingga dpat menghambat jalannya
cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal
terjadi disertai influks air ke daam lensa (mutiasari dan handayani, 2011).
Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi
sinar. Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda, dpaat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistematis, seperti
diabetes mellitus, namun sebenarnya merupakan kensekuensi dari proses
penuaan yang norma. Katarak dapat bersifat kongenital dan dapat diidentifikasi
awal, karena bila tidak dapat terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan
kehilangan permanen. Faktor yang paing berperan dalam terjadinya katarak
meliputi sinar ultraviolet B, obat-obatan, akohol, merokok, diabetes mellitus, dan
asupan antioksidan yang kurang daa=lam jangka waktu lama (wijaya dan putri,
2013).
Katarak hanya dapat diatasi melaui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala
cukup dengan mengganti kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat
menjernihkan lensa yang keruh (khalilullah, 2010). setelah pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokuler
(tamsuri, 2011).
F. Penatalaksanan
Tidak ada terapi obat untuk katarak, dan tidak dapat diambil dengan laser.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut
untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatannya yang terbalik mencapai 20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan
katarak paing sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun.
Pembedahanyya ada 2 macam yaitu:

a. Ekstraksi katarak ontra kapsuler

Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.

b. Ekstraksi katarak ekstra kapsuler

Extra capsula catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan


merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior
(Wijaya dan Putri, 2013)

Menurut Brunner & Suddarth (2015) penatalaksanaan katarak adalah


sebagai berikut :

a. Penatalaksanaan medis

Tidak terapi non-bedah (obat, tetes mata, kacamata) yang dapat


menyembuhkan katarak atau mencegah katarak yang terkait usia. Studi tidak
menemukan adanya manfaat dari suplemen antioksidan, vitamin C dan E,
beta-karoten, dan selenium. Kacamata atau lensa kontak, lensa biofical, atau
lensa pembesar dapat meningkatkan pandangan. Midriatik dapat digunakan
dalam jangka pendek, tetapi cahaya silau semakin besar.

b. Penatalaksanaan bedah

Secara umum, jika penurunan pandangan akibat katarak tidak


mengganggu aktivitas normal, pembedahan mungkin tidak dibutuhkan.
Dalam memutuskan kapan pembedahan katarak akan dilakukan, status
fungsional dan status visual pasien harus menjadi pertimbangan utama.
Pilihan bedah mencakup fakoemulsifikasi (metode pembedahan katarak
ekstrakapsular) dan penempatan lensa (kacamata afakia, lensa kontak, dan
lensa okuler yang ditanam). katarak diangkat di bawah pengaruh anestesia
lokal pada pasien rawat jalan. Apabila kedua mata mengalami katarak, satu
mata ditangani lebih dulu, dengan jeda minimal beberapa minggu, lebih baik
beberapa bulan, baru kemudian dilakukan penanganan pada mata yang
kedua.

c. Penatalaksaan keperawatan

1. Tunda pemberian antikoagulan yang diterima pasien jika dibenarkan


secara medis. Dalam beberapa kasus, terapi antikoagulan dapat
diteruskan.

2. Berikan obat tetes pendilatasi setiap 10 menit untuk empat dosis,


minimal 1 jam sebelum pembedahan. Obat tetes antibiotik,
kortikosteroid, dan obat tetes anti inflamasi dapat diberikan secara
profilaksis untuk mencegah infeksi dan inflamasi pasca operasi.

3. Berikan instruksi lisan dan tulisan tentang bagaimana melindungi mata,


memberikan obat, mengenali tanda-tanda komplikasi, dan mendapatkan
perawatan darurat

4. Jelaskan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan seharusnya minimal


setelah pembedahan, dan instruksikan pasien untuk menggunakan agen
analgesik ringan, seperti asetaminofen, sesuai kebutuhan.

5. Tetes mata atau salep antibioyik, anti inflamasi, dan kortikosteroid


diresepkan pasca operasi.

G. Komplikasi

Komplikasi operasi katarak dapat terjadi selama operasi maupun setelah


operasi. Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak sangat penting untuk
mendeteksi komplikasi operasi.

1. Komplikasi selama operasi


a. Pendangkalan
Kamera okuli anterior Pada saat operasi katarak, pendangkalan
kamera okuli anterior (KOA) dapat terjadi karena cairan yang masuk ke
KOA tidak cukup, kebocoran melalui insisi yang terlalu besar, tekanan
dari luar bola mata, tekanan vitreus positif, efusi suprakoroid, atau
perdarahan suprakoroid. Jika saat operasi ditemukan pendangkalan
KOA, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengurangi aspirasi,
meninggikan botol cairan infus, dan mengecek insisi. Bila insisi terlalu
besar, dapat dijahit jika perlu. Tekanan dari luar bola mata dapat
dikurangi dengan mengatur ulang spekulum kelopak mata. Hal
berikutnya adalah menilai tekanan vitreus tinggi dengan melihat apakah
pasien obesitas, bull-necked, penderita PPOK, cemas, atau melakukan
manuver Valsava. Pasien obesitas sebaiknya diposisikan
antitrendelenburg.
b. Posterior Capsule Rupture (PCR)
PCR dengan atau tanpa vitreous loss adalah komplikasi
intraoperatif yang sering terjadi. Studi di Hawaii menyatakan bahwa
0,68% pasien mengalami PCR dan vitreous loss selama prosedur
fakoemulsifikasi. Beberapa faktor risiko PCR adalah miosis, KOA
dangkal, pseudoeksfoliasi, floppy iris syndrome, dan zonulopati.
Apabila terjadi PCR, sebaiknya lakukan vitrektomi anterior untuk
mencegah komplikasi yang lebih berat.11 PCR berhubungan dengan
meningkatnya risiko cystoid macular edema, ablasio retina, uveitis,
glaukoma, dislokasi LIO, dan endoftalmitis postoperatif katarak.
c. Nucleus drop
Salah satu komplikasi teknik fakoemulsifikasi yang paling
ditakutkan adalah nucleus drop, yaitu jatuhnya seluruh atau bagian
nukleus lensa ke dalam rongga vitreus. Jika hal ini tidak ditangani
dengan baik, lensa yang tertinggal dapat menyebabkan peradangan
intraokular berat, dekompensasi endotel, glaukoma sekunder, ablasio
retina, nyeri, bahkan kebutaan. Sebuah studi di Malaysia melaporkan
insidensi nucleus drop pasca fakoemulsifikasi sebesar 1,84%.12 Faktor
risiko nucleus drop meliputi katarak yang keras, katarak polar posterior,
miopia tinggi, dan mata dengan riwayat vitrektomi.
2. Komplikasi setelah operasi
a. Edema kornea
Edema stromal atau epitelial dapat terjadi segera setelah operasi
katarak. Kombinasi dari trauma mekanik, waktu operasi yang lama,
trauma kimia, radang, atau peningkatantekanan intraokular (TIO), dapat
menyebabkan edema kornea. Pada umumnya, edema akan hilang dalam 4
sampai 6 minggu. Jika kornea tepi masih jernih, maka edema kornea akan
menghilang. Edema kornea yang menetap sampai lebih dari 3 bulan
biasanya membutuhkan keratoplasti tembus.
b. Perdarahan
Komplikasi perdarahan pasca operasi katarak antara lain perdarahan
retrobulbar, perdarahan atau efusi suprakoroid, dan hifema. Pada pasien-
pasien dengan terapi antikoagulan atau antiplatelet, risiko perdarahan
suprakoroid dan efusi suprakoroid tidak meningkat. Sebagai tambahan,
penelitian lain membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan risiko
perdarahan antara kelompok yang menghentikan dan yang melanjutkan
terapi antikoagulan sebelum operasi katarak
c. Glaukoma sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam KOA pasca
operasi katarak dapat meningkatkan tekanan intraokular (TIO),
peningkatan TIO ringan bisa terjadi 4 sampai 6 jam setelah operasi,
umumnya dapat hilang sendiri dan tidak memerlukan terapi anti
glaukoma, sebaliknya jika peningkatan TIO menetap, diperlukan terapi
antiglaukoma. Glaukoma sekunder dapat berupa glaukoma sudut terbuka
dan tertutup. Beberapa penyebab glaukoma sekunder sudut terbuka
adalah hifema, TASS, endoftalmitis, serta sisa masa lensa. Penyebab
glaukoma sekunder sudut tertutup adalah blok pupil, blok siliar,
glaukoma neovaskuler, dan sinekia anterior perifer.
d. Uveitis kronik
Inflamasi normal akan menghilang setelah 3 sampai 4 minggu
operasi katarak dengan pemakaian steroid topikal. Inflamasi yang
menetap lebih dari 4 minggu, didukung dengan penemuan keratik
presipitat granulomatosa yang terkadang disertai hipopion, dinamai
uveitis kronik. Kondisi seperti malposisi LIO, vitreus inkarserata, dan
fragmen lensa yang tertinggal, menjadi penyebab uveitis kronik.
Tatalaksana meliputi injeksi antibiotik intravitreal dan operasi perbaikan
posisi LIO, vitreus inkarserata, serta pengambilan fragmen lensa yang
tertinggal dan LIO.
e. Edema Makula Kistoid (EMK)
EMK ditandai dengan penurunan visus setelah operasi katarak,
gambaran karakteristik makula pada pemeriksaan oftalmoskopi atau FFA,
atau gambaran penebalan retina pada pemeriksaan OCT. Patogenesis
EMK adalah peningkatan permeabilitas kapiler perifovea dengan
akumulasi cairan di lapisan inti dalam dan pleksiformis luar. Penurunan
tajam penglihatan terjadi pada 2 sampai 6 bulan pasca bedah. (Chen, M.
2014)
H. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat,


pekerjaan, status perkawinan.

Katarak biasanya lebih banyak pada orang yang berusia lanjut. Pekerjaan
yang sering terpapar sinar ultraviolet akan lebih berisiko mengalami
katarak.

2. Riwayat kesehatan : keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat


kesehatan terdahulu terdiri dari penyakit yang pernah dialami, alergi,
imunisasi, kebiasaan/pola hidup, obat-obatan yang digunakan, riwayat
penyakit keluarga. Keluhan utama yang dirasakan yaitu penurunan
ketajaman penglihatan dan silau.

3. Riwayat penyakit saat ini

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya terdapat keluarga yang lain yang juga mengalami katarak.

6. Genogram

7. Pengkajian Keperawatan:

a. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan

Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan berbeda pada setiap


klien.

b. Pola nutrisi/metabolik

Tidak ada gangguan terkait pola nutrisi dan metabolic klien.

c. Pola eliminasi

Tidak ada gangguan pada pola eliminasi klien.


d. Pola aktivitas & latihan

Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan


penglihatan.

e. Pola tidur & istirahat

Tidak ada gangguan pola tidur dan istirahat yang disebabkan oleh
katarak.

f. Pola kognitif & perceptual

Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan


silau dengan kehilangan bertahap, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat/ merasa di ruang gelap.

g. Pola persepsi diri

Klien berisiko mengalami harga diri rendah karena kondisi yang


dialaminya.

h. Pola seksualitas & reproduksi

Tidak ada gangguan pada pola seksualitas dan reproduksi yang


diakibatkan oleh katarak.

i. Pola peran & hubungan

Pola peran dan hubungan klien akan terganggu karena adanya


gangguan pada penglihatannya.

j. Pola manajemen & koping stress

Klien dapat mengalami stress karena klien tidaka dapat melihat secara
jelas seperti sebelumnya.

k. Sistem nilai dan keyakinan

System nilai dan keyakinan seseorang akan berbeda satu sama lain.
8. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum, tanda- tanda vital

b. Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

Kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, dada, abdomen,


urogenital, ekstremitas, kulit dan kuku, dan keadaan lokal. Pada
inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop
(Smeltzer, 2012). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks
fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan
slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan
identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya
terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior.
Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan
inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata
sebelumnya

B. Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1. Gangguan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan


penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.

2. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan untuk


memperoleh penglihatan kembali.

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi).

2. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif.


C. Intervensi Keperawatan

NO TUJUAN RENCANA RASIONAL


KEPERAWATAN

1. Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Untuk


tindakan selama ... kebiasaan dan menghindari
x 24 jam faktor-faktor yang resiko jatuh
diharapkan pasien mengakibatkan 2. Untuk
dapat risiko jatuh menghindari
meminimalisir 2. Identifikasi resiko jatuh
resiko jatuh karakteristik 3. Untuk membantu
lingkungan yang pasien dalam
dapat melakukan
meningkatkan aktivitas
terjadinya risiko 4. Agar pasien
jatuh (lantai licin) mengerti cara
3. Sediakan alat yang benar
bantu (tongkat, menggunakan
walker) alat bantu
4. Ajarkan cara 5. Untuk
penggunaan alat menghindari
bantu (tongkat resiko jatuh
atau walker) 6. Untuk
5. Instruksikan pada menghindari
klien untuk resiko jatuh
meminta bantuan 7. Untuk
ketika melakukan menghindari
perpindahan, jika resiko jatuh
diperlukan
6. Ajarkan pada
keluarga untuk
menyediakan
lantai rumah yang
tidak licin
7. Ajarkan pada
keluarga untuk
meminimalkan
risiko terjadinya
jatuh pada pasien
2. Setelah dilakukan 1. Monitor tingkat 1. Mengetahui
tindakan kecemasan tingkatan
keperawatan pasien. kecemasan yang
selama ...×24 jam  2. Dorong pasien dialami pasien.
di harapkan untuk istirahat 2. Untuk
ansietas pasien total. mempercepat 
teratasi. dengan 3. Berikan tenang proses
kriteria hasil : dan ajarkan penyembuhan
keluarga untuk 3. Untuk
 Pasien tidak
memberikan memberikan rasa
cemas lagi
dukungan nyaman dan
 Pasien sudah
emosional pasien. menurunkan
mengetahui
kecemasan pasien
tentang
penyakit
3. Setelah dilakukan 1. Identifikasi skala 1. Untuk
asuhan nyeri dan TTV mengetahui
keperawatan skala nyeri
selama ... x 24 jam 2. Identifikasi dan kondisi
diharapkan lokasi, umum pasien
masalah pasien karakteristik, 2. Untuk
dapat teratasi durasi, frekuensi mengetahui
dengan kriteria dan kualitas nyeri skala nyeri
hasil gangguan 3. Untuk
rasa nyaman nyeri 3. Fasilitas istirahat meningkatkan
teratasi dengan dan tidur kenyamanan
kriteria hasil:
- Mampu 4. Untuk
mengontrol mengurangi
kecemasan 4. Ajarkan teknik rasa nyeri
- Mengontrol relaksasi untuk
nyeri mengurangi nyeri
5. Untuk
- Status
mempercepat
kenyamanan 5. Kolaborasi
penyembuhan
meningkat dengan dokter
dalam pemberian
terapi
farmakologis
analgetik
4. Setelah dilakukan 1. Monitor adanya 1. Untuk
tindakan tanda tanda mengetahui
keperawatan infeksi dan adanya infeksi
selama ... x24 jam peradangan pada luka
diharapkan meliputi adanya operasi
masalah resiko kemerahan seperti
infeksi dapat luka, pus pada
diatasi dengan luka operasi 2. Menjaga luka
kriteria hasil : 2. Lakukan medikasi agar tidak
1. Pasien terbebas luka steril/bersih infeksi dan
dari tanda dan 3. Anjurkan pasien cepat sembuh
gejala infeksi untuk menjaga 3. Menjaga luka
2. Menunjukan kebersihan luka agar tidak
kemampuan 4. Kolaborasi infeksi dan
untuk dengan dokter cepat sembuh
mencegah dalam pemberian 4. Agar luka
timbulnya terapi tetap bersih
infeksi farmakologis dan cepat
3. Luka antibiotik. sembuh
mengering dan
menunjukkan
penyembuhan
D. Implementasi Keperawatan

Melakukan tindakan asuhan keperawatan yang sesuai dengan intervensi yang


telah disusun.

E. Evaluasi
Melakukan pengukuran apakah tujuan dan kriteria hasil telah mencapai dalam
waktu yang ditentukan dengan menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and clinical
Science course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology;
2015

Chen M, LaMattina KC, Patrianakos T, Dwarakanathan S. Complication rate of


posterior capsule rupture with vitreous loss during phacoemulsification at a
Hawaiian cataract surgical center: a clinical audit. Clin Ophthalmol. 2014;8:375-
8

Septiyani, alinda. 2016. Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. S Dengan Katarak Di


Wilayah Kerja Puskesmas Magelang Utara Kota Magelang. Semarang: Poltekkes
Semarang.

Sidarta Ilyas. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Tajunisah I, Reddy SC. Dropped Nucleus Following Phacoemulsification Cataract


Surgery. Med J Malaysia. 2007;62(5):364-7

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Indikator Diagnostik, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi I. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai