Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PSEUDOFAKIA

DI RUANG INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT


MATA MAKASSAR

Disusun oleh

KHUSNUL KHATIMAH
D 22 10 013

Preceptor Institusi Preceptor Lahan

( ) ( )

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Lensa berfungsi untuk memfokuskan berkas cahaya ke retina dan

menghasilkan gambar yang jelas dan tajam. Hal ini terkandung dalam kapsul dan

sebagai sel lama yang mengalami apoptosis mereka menumpuk dalam kapsul,

menyebabkan lensa menjadi buram (katarak). Katarak dapat mempengaruhi

individu-individudari segala usia, namun mereka biasanya terjadi sebagai bagian

dari proses penuaan alami dan terutama terjadi pada orang di atas 50 tahun.

Katarak dapat terjadi pada satu atau kedua mata dan dapat berkembang

sebagai akibat dari cedera atau penyakit mata, atau mungkin terjadi sebagai

komplikasi penyakit lain seperti diabetes. Paparan merokok dan sinar matahari

meningkatkan risiko katarak. Katarak yang hanya menyebabkan gejala ringan

mungkin tidak memerlukan pengobatan. Jika gejala katarak yang lebih serius,

maka satu-satunya pilihan adalah operasi pencabutan katarak diikuti dengan

implantasi IOL yang baik monofokal atau multifokal. Lensa intraokular (IOL)

adalah lensa implan yang digunakan untuk mengganti lensa alami yang ada di

mata.

Pada pasien telah dilakukan penggantian dan penggantian lensa

denganlensa intraokular disebut juga dengan pseudofakia/pseudofokus. Lensa


intraokulardipasang menyerupai posisi lensa alami, namun tidak dapat berubah

bentuk, sehingga tidak dapat berakomodasi.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang konsep

medis dan konsep keperawatan pseuodofakia

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Konsep Medis Pseudofakia

b. Mengidentifikasi Konsep Keperawatan Pseudofakia


LANDASAN TEORI
PSEUDOFAKIA

A. Konsep Medis

1. Definisi Pseudofakia

Pseudofakia adalah suatu keadaan dimana mata terpasang lensa tanam

setelah operasi katarak. Lensa ini akan memberikan penglihatan lebih baik.

Lensa ini adalah lensa intraocular dimana lensa intraocular adalah lensa

buatan yang terbuat dari semacam plastik (polimetil metakrilat) yang stabil,

transparan dan ditoleransi oleh tubuh dengan baik.Lensa ini sangat kecil,

lunak dengan diameter antara 5-7 mm dan tebal 1-2 mm Lensa intraokular

ditempatkan waktu operasi katarak dan akan tetap disana untuk seumur hidup.

Lensa ini tidak akan mengganggu dan tidak perlu perawatan khusus dan tidak

akan ditolak keluar oleh tubuh.

1. Lensa Intraokuler Dan Implan

Lensa intraocular (IOL) umum digunakan untuk memperbaiki

ataumenyembuhkan cacat visual. IOL dikategorikan dalam dua jenis:

monofocal atau ultifocal. Lensa ultifocal monofocal atau ultifocal dapat

dimanfaatkan dalam penggantian Lensa mata rusak.

a. IOL monofokal

IOL monofokal yang berarti mereka memberikan visi pada satu

jarak saja (jauh, menengah atau dekat) berarti bahwa pasien


harusmemakai kacamata atau lensa kontak untuk membaca,

menggunakan komputer atau melihat pada jarak lengan.

b. IOL Multifocal

IOL multifokal menawarkan kemungkinan melihat dengan baik

pada lebih dari satu jarak, tanpa kacamata atau lensa kontak.

c. Toric IOL untuk Astigmatisma

IOL toric dirancang untuk mengoreksi astigmatisme. Toric IOL

datang dalam berbagai kekuatan visi jarak, dalam 2 versi. Satu,

mengoreksi hingga 2,00 dioptri (D)dari Silindris dan yang lain

mengoreksi hingga 3,50 D. Model yang berbeda juga dapat menyaring

UV yang berpotensi merusak atau cahaya biru.

Kebanyakan ahli bedah yang merawat Silindris pada pasien

katarak, cenderung menggunakan astigmatik keratotomi (AK) atau

limbal relaxation incision, yang membuat sayatan di kornea.

Selainastigmatisme kornea, beberapa orang mungkinmemiliki

astigmatisme lenticular, yang disebabkan oleh ketidakteraturan dalam

bentuk lensa alami di dalam mata. Hal ini bisa diperbaiki dengan IOL

toric namun dengan risiko penglihatan memburuk karena lensa

berputar dari posisi, sehingga butuh operasi lebih lanjut untuk

memposisikan atau mengganti IOL.

d. Monovision dengan Lensa Intraokuler

Jika operasi katarak melibatkan kedua mata bisa

dipertimbangkan menggunakan monovision. Hal ini dengan


menanamkan sebuah IOL di satu mata yang memberikan penglihatan

dekat dan IOL di mata lain yang menyediakan penglihatan jarak.

Biasanya orang dapat menyesuaikan diri. Tapi jika tidak bisa,

penglihatan mungkin menjadi kabur baik dekat dan jauh. Masalah lain

adalah bahwa persepsi kedalaman dapat menurun karena visus

binokuler kurang yang berarti, mata tidak bekerja sama.

e. Aspheric IOL

IOL berbentuk bola, yang berarti permukaan depan secara

seragam melengkung. IOL aspheric, pertama kali diluncurkan oleh

Bausch + Lomb pada tahun 2004, yang sedikit datar di pinggiran dan

dirancang untuk memberikan sensitivitas kontras yang lebih baik.

Lensa ini memiliki kemampuan untuk mengurangi penyimpangan

visual.

Beberapa ahli bedah katarak memperdebatkan manfaat IOLs

aspheric, karena manfaat sensitivitas kontras tidak dapat berlangsung

pada pasien yang lebih tua karena sel-sel ganglion retina adalah

penentu utama sensitivitas kontras dan pada usia tua secara bertahap

kehilangan sel-sel ini. Namun,orang muda yang menjalani operasi

katarak sekarang cenderung memiliki selganglion lebih banyak dan

lebih sehat. Jadi mereka akan dapat menikmati sensitivitas kontras

yang lebih baik untuk waktu yang lama.


f. Blue Light-Filtering IOLs

IOL ini memfilter baik ultraviolet (UV) dan energi tinggi sinar

biru, yang keduanya terkandung dalam cahaya alami maupun buatan.

Sinar UV telah lama dicurigai bisa menyebabkan katarak dan

gangguan penglihatan lain, dan IOL banyak menyaring mereka keluar

seperti lensa mata alami sebelum penghapusan dalam operasi katarak.

Sinar biru, yang berkisar 400-500 nanometer (nm) dalam spektrum

cahaya, dapatmenyebabkan kerusakan retina dan berperan dalam

timbulnyadegenerasi makula.IOL ini berwarna kuning transparan

untuk menyaring sinar biru. Sebenarnya warna ini mirip dengan lensa

kristal alami. Warna kuning ini tidak mengubah warna lingkungan atau

kualitas penglihatan. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa

beberapa sensitivitas kontras mungkin hilang dengan pemakaian IOL

jenis ini.

Dalam studi Austria, beberapa orang yang menggunakan IOL

ini melihat adanya penurunan kualitas penglihatan ketika mereka

diberi kuesioner. Sebuah studi yang dilaporkan dalam edisi Desember

2010, Journal of Cataract & Refractive Surgery menemukan bahwa

pasien katarak dengan IOL berwarna kuning memiliki kesulitan

melihat dalam rentang warna biru pada kondisi pencahayaan yang

kurang.
g. “Piggyback” IOL

Bila pasien memiliki hasil yang kurang dari optimal darilensa

intraokular asli yang digunakan dalam operasi katarak, ada pilihan

untuk memasukkan lensa tambahan dari yang dimiliki saat ini. Hal

inidikenal sebagai “lensa piggyback”, mungkin dapat memperbaiki

penglihatan dan dianggap lebih aman daripada mengeluarkan dan

mengganti lensa yang ada

2. Etiologi

Penyebab paling sering diperlukannya pemasangan lensa intraokular

yaitu akibat penyakit katarak. Katarak merupakan kelainan pada lensa mata

berupa kekeruhan lensa yang menyebabkan berkurangnya tajam penglihatan

penderita. Katarak sering dijumpai dan merupakan penyebab kebutaan nomor

1 di dunia hingga saat ini. Katarak terbentuk akibat lensa mata yang berperan

dalam memfokuskan cahaya masuk ke mata, untuk menghasilkan gambar

yang jelas dan tajam di retina menjadi kurang fleksibel, kurang transparan dan

lebih tebal salah satunya akibat bertambahnya usia. Kekeruhan lama kelamaan

menjadi lebih padat dan menyebar lebih luar di lensa sehingga menghalangi

cahaya saat melewati lensa, mencegah gambar yang jelas di retina, akibatnya

pandangan menjadi kabur.

Pada stadium awal, katarak tidak akan mengganggu aktivitas sehari-

hari, namun seiring dengan berkembangnya penyakit, katarak akan

mengakibatkan pandangan berkabut sehingga sulit menyetir, membaca, serta

melakukan aktivitas sehari-hari. Kekeruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya


untuk mencapai retina, sehinggap penderita katarak mengalami gangguan

penglihatan di mana objek terlihat kabur. Jika katarak masih tergolong ringan

dan belum menyebabkan gangguan penglihatan yang signifikan, operasi

katarak biasanya belum disarankan. Dokter akan menyarankan saat sudah

muncul gejala seperti gangguan penglihatan pada malam hari, penglihatan

kabur, sulit membedakan warna, sensitif terhadap sinar, rabun jauh,

penglihatan ganda dan terdapat lingkaran cahaya ketika melihat sumber

cahaya seperti lampu.

3. Patofisiologi

Lensa bertanggung jawab untuk memfokuskan cahaya dan

menghasilkan gambar yang jelas dan tajam. Trauma/cedera mata dapat

menyebabkan nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat

kekuningan sehingga terjadi perubahan fisik yaitu perubahan pada serabut

halus multiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daera

lensa sehingga menyebabkan hilangnya tranparansi lensa dan terjadi

perubahan kimia dalam protein lensa dan terjadi koagulasi sihingga

pandangan jadi kabur/kabut yang menyebabkan terputusnya protein lensa

disertai influx air kedalam lensa.

Peningkatan usia menyebabkan enzim menurun sehingga terjadi

degenerasi pada lensa dan menyebabkan lensa menjadi buran atau katarak.

Katarak dapat mepengaruhi individu-individu dari segala usia, namun mereka

biasanya terjadi sebagai bagiab dari proses penuaan alami dan terutama terjadi

pada orang diatas 50 tahun. Katarak yang hanya menyebabkan gejala ringan
mungkin tidak memerlukan pengobatan. Jika gejala katarak yang lebih serius

maka satu-satunya pelihan adalah operasi pengankatan katarak diikuti dengan

implantasi IOL (Pseudofakia).

4. Manifestasi Klinis

a. Gangguan penglihatan/penglihatan kabur

b. Pupil berwarna kehitam-hitaman tetapi ketika sinar disenter kea rah pupil

maka akan terlihat pantulan. Ada tidaknya IOL dapat dikonfirmasi dengan

medilatasi pupil.

c. Iridodonesis ringan

d. Anterior chamber biasanya sedikit lebih dalam dibandingkan dengan mata

normal

1. Surgical scar biasanya dapat dilihat didekat limbus.

5. Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi pada prosedur pemasangan lensa intraokuler

dan biasanya komplikasi yang terjadi dapat mengakibatkan gangguan

pandangan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adalah hifema,

glaucoma sekunder, edema macula, blok pupil, kerusakan endotel, dan

keratopati bulosa pseudofakik.

6. Pemeriksaan penunjang

Selain uji mata yang biasa, keratometry dan pemeriksaan lampu slit

dan oftalmoskopis, maka A-scan ultrasound (echography) dan hitung sel

endotel sangan berguna sebagai alat diagnostic, khusunya bila

dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitungan sel endotel


2000sel/mm3, Pasien merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan

fakoemulsifikasi dan implantasi intraokuer :

a. Kartu nama Snellen/mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan

sentral penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,

akvesus atau vitreus humor, kesalahan refraksi atau penyakit system saraf

atau penglihatan keretina atau jalan optic.

b. Lapang penglihatan. Penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cerebro

vaskuler, massa tumor pada hipofisi otak, karotis atau patologis arteri

serebral gloukoma

c. Pengukuran tonografi. Mengkaji TIK normanya 12-25mmHg.

d. Pemeriksaan oftalmoskopi

e. Darah lengkap.

f. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid

g. Ter toleransi glukosa

7. Kontra indiksi pemasangan IOL

Kontraindikasi untuk implantasi lensa intraokular antara lain adalah

uveitis berulang, retinopati diabetik proliferatif, rubeosis iridis, dan glaukoma

neovaskular. Sedangkan pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka dan

hipertensi okuler masih dapat menerima lensa intraokuler.

8. Perawatan Pasca Operasi

Pasien dianjurkan untuk bergerak dengan hati-hati dan menghindari

peregangan atau mengankat benda berat selama sekitar satu bulan. Mata dapat

dibalut selama beberapa hari, tetapi bila mata terasa nyaman, biasanya balutan
dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi dan hanya menggunakan

pelindung mata. Pelindung mata pada malam hari diperlukan selama beberapa

minggu. Kacamata sementara dapat digunakan selama bebrapa hari setelah

operasi, tetapi pasien biasanya melihat dengan cukup baik melalui lensa

intraokuler sambal menantikan kacamata permanen (biasanya 6-8 minggu

pasca operasi).

B. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dalam proses keperawatan dan

menentukan hasil dari tahap berikutnya. Pengkajian dilakukan secara

sistematis mulai dari pengumpulan data, identifikasi dan evaulasi status

kesehatan klien.

a. Aktifitas Istirahat: Perubahan aktifitas biasanya/hobi sehubungan dengan

gangguan penglihatan.

b. Neurosensori: Gangguan penglihatan kabur/tak jelas, sinar terang

menyababkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,

kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa diruang gelap.

Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi di sekitar

sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan,

fotofobia (glukoma akut).

Tanda: Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil

menyempit dan merah/mata keras dan kornea berawan (glukoma darurat,

peningkatan air mata.


c. Nyeri/Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba-

tiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, sakit kepala

d. Pola aktivitas/istirahat: perubahan aktivitas biasanya/hoby sehubungan

dengan gangguan penglihatan.

e. Pola nutrisi: Mual/muntah (glaukoma akut)

f. Pola neurosensory

Gejala: Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan

silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,kesulitan

memfokuskan kerja dengan dekat/ merasa diruang gelap.

Pola penyuluhan/pembelajaran

Gejala: Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskuler,

riwayat stress, alergi, ketikseimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,

steroid/toksisitas fenotiazin.

2. Diagnosa

a. Risiko cedera b/d gangguan penglihatan

b. defisit pengetahuan b/d kurang terpapar sumber informasi.

c. Risiko infeksi b/d tindakan invasif

d. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik

e. Ansietas b/d kurang terpapar informasi

3. Intervensi

a. Risiko cedera b/d gangguan penglihatan

Setelah di berikan ini tervensi selama 1×24 jam maka

Kejadian cedera 4
Gangguan kognitif 4

Toleransi aktivitas 4

Intervensi:

1) Kaji kemampuan lapang pandang klien dan resiko terhadap cedera

serta kemampuan klien dalam beraktivitas

2) Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi pasca operasi, nyeri,

pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata.

3) Berikan posisi yang nyaman pada passion misalnya: posisi bersandar,

kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

4) Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata,

membongkok.

5) Ambulasi dengan bantuan dengan cara anjurkan pada keluarga untuk

membantu dalam pemenuhan activity daily living klien seperti ke

kamarmadii, duduk, makan dll.

6) Berikan tempat tidu yang nyaman pada pasien dan pasang pengaman

pada tempat tidur seperti guling disisi kanan dan kiri klien atau pagar

pembatas bed.

7) Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.

8) Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam

tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan.

Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.

9) Berikan obat sesuai indikasi antiemetik, analgesik.

b. defisit pengetahuan b/d kurang terpapar sumber informasi


Setelah di berikan ini tervensi selama 1×24 jam maka

Perilaku sesuai anjuran 4

Kemampuan menjelaskan tentang suatu topik 4

Intervensi :

1) Kaji informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, dan

tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang katarak.

2) Berikan penyuluhan tentang pentingnya perawatan dan evaluasi pada

katarak.

3) Berikan penyuluhan pada klien dan keluarga tentang penyakit katarak

dan perawatan klien dengan katarak dirumah.

4) Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah

medis klien.

5) Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat,

mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll.

6) Anjurkan klien memeriksa ke dokter tentang aktifitas seksual, tentukan

kebutuhan tidur menggunakan kacamata pelindung.

7) Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal:

nyeri tiba-tiba

c. Risiko infeksi b/d tindakan invasif

Setelah di berikan ini tervensi selama 1×24 jam maka

Kemerahan 4

Kebersihan tangan 4

Gangguan kogniti 4
Intervensi:

1) Observasi tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien.

2) Kaji adanya tanda–tanda infeksi dan peradangan meliputi adanya

kemerahan sekitar luka dan pus pada luka operasi.

3) Lakukan medikasi luka steril/bersih tiap hari.

4) Pertahankan tekhnik aseptic antiseptik/kesterilan dalam perawatan

luka dan tindakan keperawatan lainnya.

5) Jaga personal hygiene pasien.

6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapy antibiotik

d. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik

Setelah di berikan ini tervensi selama 1×24 jam maka

Keluhan nyeri 4

Meringis 4

Hasil pemeriksaan TTV 4

Intervensi:

1) Monitor tanda–tanda vital pasien sesuai kondisi pasien dan jadwal

2) Kaji nyeri meliputi lokasi, frekuensi, kwalitas dan skala nyeri pasien.

3) Posisikan yang nyaman denga posisi tidur terlentang dan hindari

pergerakan secara tiba-tiba, dan duduk terlalu lama, serta akticitas

secara bertahap.
4) Ajarkan tekhnik relaksasi dan dextrasi nafas dalam untuk mengurangi

nyeri saat nyeri muncul.

5) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan massase pada area

abdomen yang nyeri tapi bukan area luka operasi.

6) Kolaborasi dengan tim medis dalam program therapy analgetik

e. Ansietas b/d kurang terpapar informasi

Setelah di berikan ini tervensi selama 1×24 jam maka

Stres, emosional, ketakutan dan depresi 4

Penerimaan pembedahan dan pemahaman instruksi 4

Intervensi:

1) Kaji tingkat kecemasan klien dan anjurkan klien untuk menyampaikan

penyebab kecemasannya.

2) Orientasika pasien pada lingkungan yang baru.

3) Berikan penyuluhan tentang operasi katarak dan poerawatan pasien

katarak

4) Beri penyuluhan klien dan keluarga tentang penyakitnya, pencegahan

dan komplikasi pada pasien katarak.

5) Jelaskan tentang prosedur pembadahan.

6) Dorong partisipasi keluarga atau orang yang berarti dalam perawatan

pasien.

7) Dorong partisipasi dalam aktivitas sosial dan pengalihan bila

memungkinkan.
4. Evaluasi

Dalam buku konsep dan penulisan asuhan keperawatan tahapan penilaian

atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga kesehatan

lainnya. Terdapa dua jenis evaluasi:

a. Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan

hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah

perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai

keefektifan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan

evaluasi formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah

SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan perencanaan.

1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien, kecuali pada

klien yang afasia

2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang dilakukan oleh

perawat.

3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien yang

dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.


4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang pengembangan

tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang

dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua

aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan. Evaluasi sumatif ini

bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah

diberikan. Ada 3 kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian

tujuan keperawatan yaitu:

1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan perubahan

sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau klien

masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien menunjukkan

perubahan pada sebagian kriteria yang telah ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien hanya

menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan sama sekali


F. Fathway

Usia lanjut dan Congenital atau Usia lanjut dan Penyakit matabolik
proses penuaan bisa diturunkan proses penuaan (misalnya DM)

Nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat


kekuningan

Kurang terpapar
Tidak mengenal Hilangnya tranparansi terhadap informasi
sumber informasi lensa tentang prosedur
tindakan pembedahan

Defisiensi Perubahan kimia dalam


pengetahuan protein
Ansietas

Koagulasi

Perubahan kimia dalam Prosedur invasif


Mengabutkan pandangan
protein

Terputusnya protein lensa disertai Risiko infeksi


Risiko cedera influks air kedalam lensa

Usia meningkat

Degenerasi pada lensa

KATARAK

Post op Nyeri akut


DAFTAR PUSTAKA

Pseudofakiah. Di unduh dari http://www.rightdiagnosis.comp/pseudofakia/intro.htm.


Pada tgl 7 november 2019.

Laporan Kasus Pseudofakia. Diunduh dari https://www.scribd.com /doc/236034677


/Pseudofakia pada tgl 7 November 2019

Vaughan D.G, Asburry T., Riordan-Eva P., Suyono Y.J. (ed). 2019. OftalmologiUmum, Widya
Medika, Jakarta.

Pseudophakia. Diunduh dari http://www.rightdiagnosis.com/p/pseudophakia/intro.htm , pada


November 1, 2012.

Anda mungkin juga menyukai