Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah III (KMB III)
Dosen Pembimbing: Ns. Hafna Ilmy Muhalla S.Kep, M.Kep, Sp.Kep, M.B
JUDUL MAKALAH :
Discharge Planning Dan Penanganan Kegawatan Pada Pasien Vertigo
disusun oleh :
No. Nama NIM
1. Habib Baharudin (201601079)
2. Dhita Alam Al Ishaqi (201601084)
3. Muhammad Syahrul Gofin (201601089)
4. Krisna Rini Kusumastuti (201601085)
5. Rastra Lika Adi Sasana (201601104)
6. Putri Mayang Sari (201601111)
7. Faiqatul Munajjah (201601113)
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PENUTUP
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Medikal Bedah III berjudul Dischange Planning Dan Penangan Kegawatan
Pada Pasien Vertigo dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Dengan dituliskannya makalah ini
diharapkan mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah
Keperawatan Medical Bedah III tentang Dischange Planning Dan Penangan
Kegawatan Pada Pasien Vertigo. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ana Zakiyah., M.Kep Selaku Kepala Prodi S1 Ilmu Keperawatan.
3. Ns. Hafna Ilmy Muhalla S.Kep, M.Kep, Sp.Kep, M.B Selaku Dosen
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang telah
membimbing penulis.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta
kelurga yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas
kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.
Tim Penyusun
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah:
1
1.4 Manfaat Penulisan
a) Bagi penulis
c) Bagi Pendidikan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Pengkajian
Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian fisik
dan psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes dan konseling (Zwicker dan
Picariello (2003). Adapu pengkajian tersebut yaitu:
a. Pengkajian Fisik
Pada Pasien vertigo biasanya akan mengeluh jika kepala berubah posisi
pada suatu keadaan tertentu, maka pasien akan merasa berputar atau merasa
sekelilingnya berputar jika akan ketempat tidur, berguling dari satu sisi kesisi
lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau
jika kepala digerakkan kebelakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik.Kadang-kadang disertai rasa mual dan muntah.
3
b. Psikososial
c. Status Fungsional
Healt Education yang dapat kita berikan kepada pasien vertigo iyalah
dengan:
1. Jika bangun tidur jangan langsung bangun, tetapi duduk terlebih dahulu
sekitar 5 menit.
2. Penderita vertigo diharuskan untuk bedrest agar mengurangi resiko terjatuh.
3. Jangan beraktivitas terlalu berat.
2.1.3 Perencanaan
Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team kesehatan
lainnya, diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes sesuai pengkajian.
Pendekatan yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area
penting dari pemberian penkes yang dikenal dengan istilah ”METHOD” dan
disesuaikan dengan kebijakan masing-masing rumah sakit (Slevin, 1996).
A. (M) Medication
1. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin.
Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan
antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui
reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-
4
rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama berupa
gejala-gejala penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan
memori dan kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun
gejala-gejala penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual,
mulut kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.
2. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya
adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin.
Mekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui,
tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.
Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga dapat
mengurangi mual dan muntah karena motion sickness.Antihistamin mungkin
juga mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki “motion
sickness”. Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian
penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan lama
kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12 jam
(misalnya, meklozin).
3. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan
prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga
tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap
dengan baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relative jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan
mual.
4. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan
5
antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja
neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis
dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah
hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan
dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme,
distonia akut, dan sebagainya.
5. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tempat
khusus pada reseptor GABA. Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi
berputar namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi
vestibular perifer.Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan terjadi
melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif, akan
memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek farmakologis utama dari
benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot,
amnesia anterograd, serta antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang
sering digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan klonazepam.
6. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam
system vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel.
Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler.
Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang
diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga digunakan
sebagai obat migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata fl
unarizin dan sinarizin mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta
antihistamin-1. Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin
mempunyai waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah
2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-
4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka pendek dari
penggunaan obat ini terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat
badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi dan gejala
6
parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih banyak terjadi pada populasi
lanjut usia.
7. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara
hati-hati karena adanya efek adiksi.
8. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai
prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen,
serta diperkirakan mempunyai efek sebagai “antikalsium” pada
neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini di
antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di tempat
injeksi.
B. (E) Environment
1. Latihan fisik
Beberapa gerakan ringan seperti menggerakkan sendi, kepala, dan bola mata
dapat menjadi terapi latihan fisik bagi Anda yang mengidap vertigo. Anda
meningkatkan kinerja bola mata, Anda bisa melatih gerakan bola mata Anda
ke kiri dan ke kanan selama beberapa menit. Hal ini sangat berguna agar
terserang vertigo.
2. Hirup aromaterapi
7
Cara yang bisa Anda terapkan untuk meredakan vertigo adalah dengan
menghirup aroma terapi. Aroma terapi dengan wangi citrus dapat membantu
meredakan rasa mual dan pusing saat vertigo menyerang. Namun jika Anda
tidak memiliki aroma terapi dengan wangi citrus, Anda bisa menggunakan
aroma terapi lain yang Anda suka. Misalnya jika Anda suka aroma minyak
terkecuali. Latihan fisik dan meditasi, tidur yang cukup dan teknik
pemulihan dari vertigo dan harus menjadi bagian dari rejimen pengobatan.
tepat untuk Anda dan memberi nasihat kepada Anda mengenai gaya hidup
C. (T) Treatment
Pengobatan
BPPV adalah penyakit yang sering terjadi, yang biasanya diselesaikan secara
spontan atau dengan reparasi manuver reposisi. Sebelum perawatan dimulai,
pasien harus diberitahu bahwa prognosis umumnya baik: banyak dari kondisi ini
memiliki perjalanan spontan yang menguntungkan, keduanya karena disfungsi
vestibular perifer cenderung meningkat dan karena ada kompensasi vestibular
sentral untuk asimetris nada vestibular perifer. Selain itu, sebagian besar kondisi
ini dapat berhasil diobati.
8
Tabel 4. Perawatan untuk vertigo akut.
Sebab Pengobatan
Meclizine 25-50 mg per oral setiap 4 hingga 6 jam
Benign paroxysmal positional Manuver Epley
vertigo Rehabilitasi vestibular
Pembatasan garam (<1-2 g ke natrium per hari) dan /
atau diuretik
Penyakit Ménière
Dexamethasone intratympanic atau gentamisin
Operasi kantung endolymphatic
Metilprednisolon 100 mg per oral setiap hari
Neuritis vestibular kemudian dikurangi menjadi 10 mg per oral setiap
hari selama tiga minggu
Migrain profilaksis dengan agonis reseptor serotonin
Vertigo migrain
(triptans)
9
Keterangan :
Ini adalah tipe vertigo yang paling umum; itu terutama mempengaruhi
pasien yang lebih tua (tabel 1) dan memiliki prevalensi seumur hidup 2,4% (1).
Hal ini ditandai dengan serangan singkat vertigo rotasi, disertai dengan posisi
vertikal nistagmus yang berotasi ke arah bawah dari kedua telinga dan berdenyut
ke arah dahi. Serangan tersebut diendapkan oleh reclination kepala, atau dengan
posisi lateral kepala atau tubuh, dengan telinga yang terkena ke bawah. Setelah
perubahan posisi salah satu dari jenis ini, vertigo rotasi dan nystagmus muncul
setelah latensi beberapa detik dan kemudian mengambil kursus crescendo-
decrescendo yang khas, yang berlangsung total 30 hingga 60 detik. Nistagmus
berhubungan dengan eksitasi ampullofugal dari kanalis semisirkularis posterior
vertikal yang terkena pada telinga yang terkena (rendah).
Lebih dari 90% kasus bersifat idiopatik; sisa, kasus simtomatik paling
sering disebabkan oleh trauma kepala, neuritis vestibular, atau penyakit Menière
(3). BPPV juga muncul dengan frekuensi yang lebih besar dari biasanya setelah
istirahat tidur yang lama yang dituntut oleh penyakit lain, atau setelah operasi.
BPPV dari kanalis semisirkularis horisontal jarang terjadi dan diendapkan oleh
rotasi kepala dalam posisi telentang. BPPV disebut "jinak" karena biasanya
menghilang secara spontan dalam beberapa minggu atau bulan; dalam beberapa
kasus, bagaimanapun, itu bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Jika dibiarkan
tanpa perawatan, tetap ada sekitar 30% pasien.
BPPV diobati dengan manuver posisi: reposisi kepala yang cepat dapat
memindahkan aglomerat otokonial keluar dari kanalis semisirkularis sehingga
tidak lagi menyebabkan vertigo posisi. Perlakuan yang dipilih adalah manuver
10
Semont (5) dan Epley. Untuk manuver Semont, lihat gambar 1; Manuver Epley
melibatkan rotasi pasien dalam posisi telentang dengan kepala menggantung ke
bawah. Kebanyakan pasien dapat melakukan manuver ini sendiri setelah pelatihan
singkat. Keduanya sama efektifnya, dan tingkat penyembuhannya lebih dari 95%
dalam beberapa hari, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa studi terkontrol dan
meta-analisis (6). Tingkat kekambuhan BPPV adalah sekitar 15% hingga 30% per
tahun. Gejala-gejala tersebut akhirnya kambuh pada beberapa waktu setelah
pengobatan yang efektif pada sekitar 50% pasien (7) tetapi kemudian dapat
diobati secara efektif untuk kedua kalinya dengan cara yang sama.
a. Pada posisi awal, duduk, kepala diputar 45 ° ke sisi telinga yang tidak
terpengaruh ("sehat").
b. Pasien diletakkan di sisi kanan, yaitu di sisi telinga yang terkena, sementara
kepala disimpan dalam 45 ° rotasi ke sisi lain. Ini menginduksi pergerakan
materi partikulat di kanalis semisirkularis posterior oleh gravitasi, yang
mengarah ke nistagmus rotatif ke arah telinga bawah yang memadamkan
11
setelah interval yang singkat. Pasien harus mempertahankan posisi ini selama
sekitar satu menit.
c. Sementara kepala masih disimpan di 45 ° rotasi ke arah sisi telinga yang
sehat, pasien dengan cepat berayun ke sisi telinga yang tidak terkena,
sehingga hidung sekarang menunjuk ke bawah. Partikel di kanal semisirkular
sekarang bergerak menuju pintu keluar dari kanal. Posisi ini juga harus
dipertahankan setidaknya selama satu menit.
d. Pasien kembali perlahan ke posisi awal, duduk. Partikulat mengendap di
ruang utrikular, di mana tidak dapat lagi menyebabkan vertigo rotasi. Urutan
ini (a-d) harus dilakukan tiga kali berturut-turut tiga kali per hari, di pagi hari,
di siang hari, dan di malam hari. Kebanyakan pasien bebas dari gejala setelah
melakukan ini selama tiga hari.
2. Penyakit Menière
12
o Menyerang profilaksis: jenis perawatan ini bertujuan untuk memperbaiki
hidrops endolymphatic yang mendasari. Meskipun prevalensi tinggi penyakit
Menière dan sejumlah besar studi klinis yang telah dilakukan, masih belum
ada pengobatan jenis ini yang telah terbukti terbukti efektif. Spektrum
rekomendasi berkisar dari diet bebas sodium hingga diuretik, instilasi
transtympanic gentamicin (20 hingga 40 mg diberikan berulang kali, dengan
interval beberapa minggu, sampai gejala membaik), betahistine, dan prosedur
pembedahan (12). Efek menguntungkan pada frekuensi serangan telah
dilaporkan untuk gentamisin transtympanic (6) dan untuk pemberian jangka
panjang berkepanjangan dari betahistine hydrochloride (48 mg tid selama 12
bulan). Dosis terakhir dari betahistine hydrochloride saat ini
direkomendasikan atas dasar studi perawatan observasional yang baru
dilaporkan pada 112 pasien yang dirawat selama setidaknya 12 bulan dengan
dosis 16, 24, atau 48 mg tid (14). Dosis tertinggi menyebabkan pengurangan
frekuensi serangan secara signifikan lebih signifikan secara statistik dan
ditoleransi dengan baik. Temuan-temuan ini memberikan motivasi untuk
studi penemuan dosis yang dikendalikan secara multisenter, yang saat ini
sedang berlangsung (nomor EudraCT 2005-000752-32; BMBF177zfyGT).
3. vestibularNeuritis
13
Gambar 2 :
Gejala dan temuan klinis pada neuritis vestibular kanan.
Vertigo rotasi sering muncul secara akut dan berlangsung dari beberapa
hari hingga beberapa minggu. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan kacamata
Frenzel yang menyala dari dalam dan berisi lensa pembesar (+16 dioptri).
Kacamata ini mencegah penekanan nistagmus spontan dengan fiksasi visual dan
membuat gerakan mata pasien lebih mudah diamati. Nistagmus spontan dari sisi
yang terkena dilihat, bersama dengan kecenderungan jatuh, kemiringan mata, dan
penyimpangan dari sumbu vertikal visual subjektif ke arah sisi yang terkena.
Etiologi virus dan / atau autoimun untuk neuritis vestibular mungkin tetapi
belum terbukti. Studi otopsi telah mengungkapkan degenerasi inflamasi saraf
vestibular, keberadaan DNA virus dari virus herpes simplex tipe I, dan apa yang
disebut "latency-associated transcript" (LAT) dalam sel ganglion vestibular (9).
Perawatannya simtomatik, kausal, dan fisioterapi:
14
bahwa monoterapi dengan glukokortikoid-methylprednisolone pada dosis awal
100 mg setiap hari, dikurangi dalam 20-mg langkah setiap empat hari, secara
signifikan meningkatkan pemulihan fungsi vestibular perifer. Pemberian
valacyclovir saja tidak berpengaruh, begitu pula pemberiannya dalam kombinasi
dengan glukokortikoid memiliki efek tambahan (10).
D. (H) Health
F. (D) Diet
Diet Garam
Bila disertai kolesterol, tekanan darah tinggi, maka diet rendah garam dan
rendah kolesterol bisa menjadi pilihan.
15
Tetapi jika kurang vitamin, untuk membantu meningkatkan stamina
pilihlah makanan yang mengandung vitamin B6 seperti bayam, paprika, ikan air
tawar, alpokat, pisang, selai kacang, bawang putih serta minum air jahe hangat
dapat memberi rileksasi dan ketenangan.
16
2.1.5 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi
17
3) Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri.
Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat
dilakukan berulang kali.
4) Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin
bertambah.
Evaluasi
18
Bedanya, bila kita sakit kepala terasa berat dan nyeri, maka vertigo sama
sekali tidak merasakan nyeri (ada beberapa kasus yang mengatakan tetap
merasakan nyeri, namun tidak separah ketika kita tengah mengalami gejala sakit
kepala biasa). Bila sudah terjadi demikian, maka dibutuhkan pertolongan pertama
yang tepat untuk menangani vertigo.
Selain itu, seberat dan senyeri apapun rasa sakit kepala yang seringkali
kita alami, akan tetapi kita masih mampu berdiri tegap, berjalan sesuai tujuan, dan
segera mencari obat untuk mengatasi penyakit yang kita alami.
Namun cara menangani vertigo saat kambuh tidak berlaku bagi penderita
vertigo. Sebab yang bersangkutan pasti akan mengalami ketidak seimbangan
tubuh sehingga menyebabkan si penderita tidak mampu berdiri dengan tegap,
pandangan tidak mampu fokus dan oleng saat berjalan. Bahkan bila sudah masuk
kategori akut, maka si penderita akan langsung terjatuh karena merasa seperti
terguncang gempa yang sangat dahsyat.
19
misalnya. Lakukan hal tersebut antara lima hingga enam kali
pernafasan dalam hingga Anda merasa sudah lebih baik.
Pertolongan pertama vertigo apabila vertigo kambuh di saat Anda
sedang berjalan atau berdiri, terutama di tempat-tempat umum,
jangan sungkan untuk berhenti sejenak sambil segera menundukan
kepala, atau bahkan berjongkok. Sandarkan kepala Anda di bangku
atau setidaknya di dinding terdekat, dan segera melakukan
relaksasi seperti tips nomor 1.
Bila vertigo kambuh di saat Anda sedang berkendara, usahakan
untuk segera menepikan diri di pinggir jalan, dan beristirahat
sejenak untuk melakukan penanganan vertigo seperti tips nomor 1.
Apabila sudah sedikit mereda, jangan segera melanjutkan
perjalanan, tapi usahakan mencari warung atau restoran terdekat
hanya sekedar untuk meneguk teh panas dan beristirahat minimal
20-30 menit sebelum kembali berkemudi.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
21
DAFTAR PSUTAKA
22