Anda di halaman 1dari 28

DISCHARGE PLANNING DAN PENANGANAN KEGAWATAN

PADA PASIEN VERTIGO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Medikal Bedah III (KMB III)

Dosen Pembimbing: Ns. Hafna Ilmy Muhalla S.Kep, M.Kep, Sp.Kep, M.B

Disusun Oleh Kelompok 1


Tingkat III-C
Habib Baharudin (201601079)
Dhita Alam Al Ishaqi (201601084)
Muhammad Syahrul Gofin (201601089)
Krisna Rini Kusumastuti (201601085)
Rastra Lika Adi Sasana (201601104)
Putri Mayang Sari (201601111)
Faiqatul Munajjah (201601113)

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA SEHAT PPNI
KABUPATEN MOJOKERTO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL MAKALAH :
Discharge Planning Dan Penanganan Kegawatan Pada Pasien Vertigo

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah III Tahun Akademik 2018

disusun oleh :
No. Nama NIM
1. Habib Baharudin (201601079)
2. Dhita Alam Al Ishaqi (201601084)
3. Muhammad Syahrul Gofin (201601089)
4. Krisna Rini Kusumastuti (201601085)
5. Rastra Lika Adi Sasana (201601104)
6. Putri Mayang Sari (201601111)
7. Faiqatul Munajjah (201601113)

Makalah ini telah diperiksa dan disahkan :


Hari,tanggal :
Tempat :
Pukul :
Oleh : Ns. Hafna Ilmy Muhalla S.Kep, M.Kep, Sp.Kep, M.B

Mojokerto, November 2018


Menyetujui; Mengetahui;
Dosen Keperawatan Medical Bedah Penyusun,

Ns. Hafna Ilmy Muhalla S.Kep, M.Kep. Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .............................................................................. v

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Tujuan .................................................................................................. 1
1.3 Sistematika Penulisan .......................................................................... 1
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Dischange Planning............................................................................... 3


2.1.1 Seleksi Pasien ............................................................................... 3
2.1.2 Pengkajian .................................................................................... 3
2.1.3 Perencanaan.................................................................................. 4
2.1.4 Sumber Daya ................................................................................ 16
2.1.5 Implementasi Dan Evaluasi ......................................................... 17
2.2 Penanganan Kegawatan Pada Pasien Vertigo ....................................... 18

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 21


3.2 Saran ...................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 22

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perawatan Untuk Vertigo Akut ...................................................... 9

Table 2 Perawatan Penyebab Vertigo ........................................................ 9

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Benign Posisi Paroksismal Vertigo (BPPV) .............................. 11

Gambar 2 Vestibular Neuritis ..................................................................... 13

iv
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas limpahan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas Keperawatan
Medikal Bedah III berjudul Dischange Planning Dan Penangan Kegawatan
Pada Pasien Vertigo dengan tepat waktu tanpa halangan apapun.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Medikal Bedah III. Dengan dituliskannya makalah ini
diharapkan mahasiswa maupun tenaga kesehatan dapat memahami Makalah
Keperawatan Medical Bedah III tentang Dischange Planning Dan Penangan
Kegawatan Pada Pasien Vertigo. Makalah ini tidak akan selesai tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes Selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI.
2. Ana Zakiyah., M.Kep Selaku Kepala Prodi S1 Ilmu Keperawatan.
3. Ns. Hafna Ilmy Muhalla S.Kep, M.Kep, Sp.Kep, M.B Selaku Dosen
Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yang telah
membimbing penulis.
4. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak, Ibu serta
kelurga yang telah mendukung, mendorong memberikan fasilitas
kepada penulis sehingga terselesainya makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Penulis
berharap semoga Makalah ini dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
perkembangan pendidikan khususnya keperawatan. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita, Amin.

Mojokerto, 6 November 2018

Tim Penyusun

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit vertigo biasanya dikenal dengan istilah “pusin tujuh keliling”
dikarenakan seseoranga sedang mengalami keadaan yang serasa berputar dan
lingkungan terasa berputar pula, padahal keadaan tubuh seseorang tersebut tidak
bergerak. Penyakit vertigo ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan pada
perifer. Dan juga penyakit vertigo disebabkan oleh kelainan telinga.

Vertigo berasal dari bahasa Yunani, yaitu vertere berarti memutar.


Pengertian dari penyakit ini adalah sebuah penyakit yang mengalami gangguan
alat keseimbangan tubuh sehingga tubuh disebabkan adanya sensasi gerakan dan
lingkungan sekitar dirasakan bergerak pula. Hal ini juga ada gejala vertigo lainnya
yaitu khususnya pada jaringan otonomik. Penyakit vertigo merupakan penyait
yang menandai adanya gangguan telinga bagian dalam, yang disebabkan adanya
gangguan keseimbangan sehingga seseorang bisa merasa pusing. Para dokter
dapat melakukan diagnosis penyakit vertigo ini dengan cara pemeriksaan ENG
yaitu elektronistamografi yang dapat menentukan penyebab adanya gejala vertigo.

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai adalah:

1. Mengetahui bagaimana dischange planning pada Vertigo,


2. Mengetahui bagaimana cara penanganan kegawatan pada pasien vertigo,

1.3 Sistematika Penulisan


Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka permasalahan
dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana dischang planning dan penanganan kegawatan pada pasien


vertigo ?

1
1.4 Manfaat Penulisan
a) Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam bidang


dischang planning khususnya pada penanganan terhadap keluhan pusing pada
penderita vertigo.

b) Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, khusunya dalam bidang


kesehatan bahwa dischang planning dan penangan kegawatan pada vertigo itu
penting. Dengan tetap beracuan pada keterampilan dasar dari praktek dan
perkemba ngan ilmu pengetahuan teknologi.

c) Bagi Pendidikan

Memberikan informasi ilmiah mengenai dischang planning dan


penanganan kegawatan pada pasien vertigo.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Dischange Planning


Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan melalui 5 tahap yaitu
seleksi pasien, pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi (Slevin, 1996;
Zwicker & Picariello, 2003). Adapun Proses pelaksanaan discharge planning yang
dilakukan melalui 5 tahap yaitu:

2.1.1 Seleksi pasien


Tahap ini meliputi identifikasi pasien yang membutuhkan discharge
planning, semua pasien membutuhkan pelayanan, tetapi pemberian discharge
planning lebih diprioritaskan bagi pasien yang mempunyai risiko lebih tinggi
memiliki kebutuhan akan pelayanan khusus. Dan pada kasus ini Dilakukan pada
pasien Vertigo

2.1.2 Pengkajian
Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian fisik
dan psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes dan konseling (Zwicker dan
Picariello (2003). Adapu pengkajian tersebut yaitu:

a. Pengkajian Fisik

Pada Pasien vertigo biasanya akan mengeluh jika kepala berubah posisi
pada suatu keadaan tertentu, maka pasien akan merasa berputar atau merasa
sekelilingnya berputar jika akan ketempat tidur, berguling dari satu sisi kesisi
lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau
jika kepala digerakkan kebelakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10
detik.Kadang-kadang disertai rasa mual dan muntah.

Biasanya pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistag


musspontan, dan pada evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisik standar
untuk BPPV adalah :Dix-Hallpike dan Teskalori.

3
b. Psikososial
c. Status Fungsional

Pada pasien vertigo, pasien masih mampu melakukan aktifitas sehari-hari


dengan sendirinya. Namun pada pasien dengan vertigo perifer memiliki gangguan
keseimbangan namun masih dapat berjalan, sedangkan pada pasien dengan
vertigo sentral memilki instabilitas yang parah dan sering kali tidak dapat
berjalan.

d. Kebutuhan Pankes Dan Konseling

Healt Education yang dapat kita berikan kepada pasien vertigo iyalah
dengan:
1. Jika bangun tidur jangan langsung bangun, tetapi duduk terlebih dahulu
sekitar 5 menit.
2. Penderita vertigo diharuskan untuk bedrest agar mengurangi resiko terjatuh.
3. Jangan beraktivitas terlalu berat.

2.1.3 Perencanaan
Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team kesehatan
lainnya, diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes sesuai pengkajian.
Pendekatan yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area
penting dari pemberian penkes yang dikenal dengan istilah ”METHOD” dan
disesuaikan dengan kebijakan masing-masing rumah sakit (Slevin, 1996).

A. (M) Medication

Beberapa golongan obat yang dapat digunakan untuk penanganan vertigo


di antaranya adalah:

1. Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan untuk penanganan
vertigo, yang paling banyak dipakai adalah skopolamin dan homatropin.
Kedua preparat tersebut dapat juga dikombinasikan dalam satu sediaan
antivertigo. Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui
reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral memberikan efek rata-

4
rata 4 jam, sedangkan gejala efek samping yang timbul terutama berupa
gejala-gejala penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan
memori dan kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia), ataupun
gejala-gejala penghambatan muskarinik perifer, seperti gangguan visual,
mulut kering, konstipasi, dan gangguan berkemih.
2. Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1 blocker) saat ini merupakan antivertigo
yang paling banyak diresepkan untuk kasus vertigo,dan termasuk di antaranya
adalah difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin, dan prometazin.
Mekanisme antihistamin sebagai supresan vestibuler tidak banyak diketahui,
tetapi diperkirakan juga mempunyai efek terhadap reseptor histamin sentral.
Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat muntah sehingga dapat
mengurangi mual dan muntah karena motion sickness.Antihistamin mungkin
juga mempunyai potensi dalam mencegah dan memperbaiki “motion
sickness”. Efek sedasi merupakan efek samping utama dari pemberian
penghambat histamin-1. Obat ini biasanya diberikan per oral, dengan lama
kerja bervariasi mulai dari 4 jam (misalnya, siklizin) sampai 12 jam
(misalnya, meklozin).
3. Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang digunakan sebagai antivertigo di
beberapa negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin sendiri merupakan
prekrusor histamin. Efek antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari efek
vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di daerah telinga
tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral, betahistin diserap
dengan baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relative jarang, termasuk di antaranya keluhan nyeri kepala dan
mual.
4. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual pada
pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan

5
antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja
neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis
dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah
hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan
dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme,
distonia akut, dan sebagainya.
5. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di tempat
khusus pada reseptor GABA. Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi
berputar namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada kondisi
vestibular perifer.Efek sebagai supresan vestibuler diperkirakan terjadi
melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif, akan
memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek farmakologis utama dari
benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan, relaksasi otot,
amnesia anterograd, serta antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang
sering digunakan adalah lorazepam, diazepam, dan klonazepam.
6. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam
system vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel.
Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler.
Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang
diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga digunakan
sebagai obat migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata fl
unarizin dan sinarizin mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta
antihistamin-1. Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin
mempunyai waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai setelah
2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam waktu 2-
4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka pendek dari
penggunaan obat ini terutama adalah efek sedasi dan peningkatan berat
badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah depresi dan gejala

6
parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih banyak terjadi pada populasi
lanjut usia.
7. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara
hati-hati karena adanya efek adiksi.
8. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai
prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen,
serta diperkirakan mempunyai efek sebagai “antikalsium” pada
neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini di
antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di tempat
injeksi.
B. (E) Environment

Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai


ketrampilanketrampilan penting yang diperlukan di rumah, investigasi dan koreksi
berbagai bahaya di lingkungan rumah, support emosional yang adekuat,
investigasi sumber-sumber dukungan ekonomi, investigasi transportasi yang akan
digunakan klien

1. Latihan fisik

Beberapa gerakan ringan seperti menggerakkan sendi, kepala, dan bola mata

dapat menjadi terapi latihan fisik bagi Anda yang mengidap vertigo. Anda

juga bisa melakukan yoga untuk melatih keseimbangan tubuh. Untuk

meningkatkan kinerja bola mata, Anda bisa melatih gerakan bola mata Anda

ke kiri dan ke kanan selama beberapa menit. Hal ini sangat berguna agar

syaraf di kepala lebih aktif dan mencegah kehilangan kesadaran jika

terserang vertigo.

2. Hirup aromaterapi

7
Cara yang bisa Anda terapkan untuk meredakan vertigo adalah dengan

menghirup aroma terapi. Aroma terapi dengan wangi citrus dapat membantu

meredakan rasa mual dan pusing saat vertigo menyerang. Namun jika Anda

tidak memiliki aroma terapi dengan wangi citrus, Anda bisa menggunakan

aroma terapi lain yang Anda suka. Misalnya jika Anda suka aroma minyak

kayu putih, hiruplah aromanya dalam-dalam. Hal ini dapat membantu

meregangkan syaraf-syaraf kepala yang menegang dan memberikan efek

relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri akibat vertigo.

3. Stres yang berlebihan memperburuk banyak kondisi, dan vertigo tidak

terkecuali. Latihan fisik dan meditasi, tidur yang cukup dan teknik

pengurangan stres lainnya semua dapat membantu berkontribusi terhadap

pemulihan dari vertigo dan harus menjadi bagian dari rejimen pengobatan.

Dokter chiropractic Anda dapat membantu menciptakan program latihan yang

tepat untuk Anda dan memberi nasihat kepada Anda mengenai gaya hidup

sehat dan menghilangkan stres.

C. (T) Treatment

Pengobatan
BPPV adalah penyakit yang sering terjadi, yang biasanya diselesaikan secara
spontan atau dengan reparasi manuver reposisi. Sebelum perawatan dimulai,
pasien harus diberitahu bahwa prognosis umumnya baik: banyak dari kondisi ini
memiliki perjalanan spontan yang menguntungkan, keduanya karena disfungsi
vestibular perifer cenderung meningkat dan karena ada kompensasi vestibular
sentral untuk asimetris nada vestibular perifer. Selain itu, sebagian besar kondisi
ini dapat berhasil diobati.

8
Tabel 4. Perawatan untuk vertigo akut.

Kelas obat Obat Dosis


12,5-25 mg secara oral im atau rektal setiap 4-12
Antihistamin Promethazine
jam
Behatistine 4-6 mg 8 jam per hari
Benzodiazepin Diazepam 2-10 mg per oral atau iv setiap 4-8 jam
Lorazepam 0,5-2 mg per oral, im atau ev setiap 4-8 jam
5-10 mg per oral atau im setiap 6-8 jam atau 25 mg
Antiemetik Proklorperazin
rektal setiap 12 jam
10-20 mg per oral setiap 6 jam atau 10-20 mg
Metoclopramide
dengan ev lambat setiap 6-8 jam

Tabel 5. Perawatan penyebab vertigo.

Sebab Pengobatan
Meclizine 25-50 mg per oral setiap 4 hingga 6 jam
Benign paroxysmal positional Manuver Epley
vertigo Rehabilitasi vestibular
Pembatasan garam (<1-2 g ke natrium per hari) dan /
atau diuretik
Penyakit Ménière
Dexamethasone intratympanic atau gentamisin
Operasi kantung endolymphatic
Metilprednisolon 100 mg per oral setiap hari
Neuritis vestibular kemudian dikurangi menjadi 10 mg per oral setiap
hari selama tiga minggu
Migrain profilaksis dengan agonis reseptor serotonin
Vertigo migrain
(triptans)

9
Keterangan :

1. Benign posisi paroksismal vertigo (BPPV)

Ini adalah tipe vertigo yang paling umum; itu terutama mempengaruhi
pasien yang lebih tua (tabel 1) dan memiliki prevalensi seumur hidup 2,4% (1).
Hal ini ditandai dengan serangan singkat vertigo rotasi, disertai dengan posisi
vertikal nistagmus yang berotasi ke arah bawah dari kedua telinga dan berdenyut
ke arah dahi. Serangan tersebut diendapkan oleh reclination kepala, atau dengan
posisi lateral kepala atau tubuh, dengan telinga yang terkena ke bawah. Setelah
perubahan posisi salah satu dari jenis ini, vertigo rotasi dan nystagmus muncul
setelah latensi beberapa detik dan kemudian mengambil kursus crescendo-
decrescendo yang khas, yang berlangsung total 30 hingga 60 detik. Nistagmus
berhubungan dengan eksitasi ampullofugal dari kanalis semisirkularis posterior
vertikal yang terkena pada telinga yang terkena (rendah).

Lebih dari 90% kasus bersifat idiopatik; sisa, kasus simtomatik paling
sering disebabkan oleh trauma kepala, neuritis vestibular, atau penyakit Menière
(3). BPPV juga muncul dengan frekuensi yang lebih besar dari biasanya setelah
istirahat tidur yang lama yang dituntut oleh penyakit lain, atau setelah operasi.
BPPV dari kanalis semisirkularis horisontal jarang terjadi dan diendapkan oleh
rotasi kepala dalam posisi telentang. BPPV disebut "jinak" karena biasanya
menghilang secara spontan dalam beberapa minggu atau bulan; dalam beberapa
kasus, bagaimanapun, itu bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Jika dibiarkan
tanpa perawatan, tetap ada sekitar 30% pasien.

The canalolithiasis hipotesis menjelaskan semua manifestasi dari posisi


vertigo dan nystagmus (4). Menurut hipotesis ini, kondisi ini disebabkan oleh
adanya aglomerat dari banyak otoconia yang hampir memenuhi lumen kanal
semisirkularis dan bebas bergerak di dalamnya, bukan potongan kecil materi
partikulat yang melekat kuat pada cupula (jadi- disebut cupulolithiasis).

BPPV diobati dengan manuver posisi: reposisi kepala yang cepat dapat
memindahkan aglomerat otokonial keluar dari kanalis semisirkularis sehingga
tidak lagi menyebabkan vertigo posisi. Perlakuan yang dipilih adalah manuver

10
Semont (5) dan Epley. Untuk manuver Semont, lihat gambar 1; Manuver Epley
melibatkan rotasi pasien dalam posisi telentang dengan kepala menggantung ke
bawah. Kebanyakan pasien dapat melakukan manuver ini sendiri setelah pelatihan
singkat. Keduanya sama efektifnya, dan tingkat penyembuhannya lebih dari 95%
dalam beberapa hari, seperti yang ditunjukkan oleh beberapa studi terkontrol dan
meta-analisis (6). Tingkat kekambuhan BPPV adalah sekitar 15% hingga 30% per
tahun. Gejala-gejala tersebut akhirnya kambuh pada beberapa waktu setelah
pengobatan yang efektif pada sekitar 50% pasien (7) tetapi kemudian dapat
diobati secara efektif untuk kedua kalinya dengan cara yang sama.

Gambar 1 : Benign posisi paroksismal vertigo (BPPV)

Gambar 1: Pengobatan vertigo posisi paroksismal jinak (BPPV) dengan


manuver Semont. Ilustrasi menunjukkan pengobatan BPPV karena canalolithiasis
kanalis semisirkularis posterior kanan.

a. Pada posisi awal, duduk, kepala diputar 45 ° ke sisi telinga yang tidak
terpengaruh ("sehat").
b. Pasien diletakkan di sisi kanan, yaitu di sisi telinga yang terkena, sementara
kepala disimpan dalam 45 ° rotasi ke sisi lain. Ini menginduksi pergerakan
materi partikulat di kanalis semisirkularis posterior oleh gravitasi, yang
mengarah ke nistagmus rotatif ke arah telinga bawah yang memadamkan

11
setelah interval yang singkat. Pasien harus mempertahankan posisi ini selama
sekitar satu menit.
c. Sementara kepala masih disimpan di 45 ° rotasi ke arah sisi telinga yang
sehat, pasien dengan cepat berayun ke sisi telinga yang tidak terkena,
sehingga hidung sekarang menunjuk ke bawah. Partikel di kanal semisirkular
sekarang bergerak menuju pintu keluar dari kanal. Posisi ini juga harus
dipertahankan setidaknya selama satu menit.
d. Pasien kembali perlahan ke posisi awal, duduk. Partikulat mengendap di
ruang utrikular, di mana tidak dapat lagi menyebabkan vertigo rotasi. Urutan
ini (a-d) harus dilakukan tiga kali berturut-turut tiga kali per hari, di pagi hari,
di siang hari, dan di malam hari. Kebanyakan pasien bebas dari gejala setelah
melakukan ini selama tiga hari.

2. Penyakit Menière

Kondisi ini mungkin disebabkan oleh hidrops endolymphatic labyrinthine


dengan pecahnya periodik membran yang memisahkan ruang endolymphatic dan
perilymphatic. Pecah ini mengendapkan serangan paroksismal yang berlangsung
beberapa menit hingga jam (12). Etiologi utamanya adalah resorpsi yang
terganggu pada kantung endolymphatic karena fibrosis perisaccular atau obliterasi
duktus endolymphatic. Serangan diproduksi ketika pecahnya endolymphatic tube
menyebabkan depolarisasi kalsium dari saraf vestibulocochlear. Serangan
Menière klasik terdiri dari vertigo rotasi, tinnitus, gangguan pendengaran, dan
sensasi tekanan di satu telinga. Prevalensi seumur hidup dari kondisi ini adalah
sekitar 0,5% (1). Biasanya dimulai pada satu sisi, dan frekuensi serangan sangat
bervariasi. Penyakit Menière menjadi bilateral pada 50% kasus (13) dan
merupakan penyebab paling umum kedua dari vestibulopathy bilateral.
Perawatannya didasarkan pada dua prinsip:

o Pengobatan serangan perorangan: vertigo dan mual dapat ditingkatkan


dengan obat anti-keracunan sama seperti pada pengobatan disfungsi
labyrintin akut lainnya. Misalnya, 100 mg supositoria dimenhydrate dapat
digunakan.

12
o Menyerang profilaksis: jenis perawatan ini bertujuan untuk memperbaiki
hidrops endolymphatic yang mendasari. Meskipun prevalensi tinggi penyakit
Menière dan sejumlah besar studi klinis yang telah dilakukan, masih belum
ada pengobatan jenis ini yang telah terbukti terbukti efektif. Spektrum
rekomendasi berkisar dari diet bebas sodium hingga diuretik, instilasi
transtympanic gentamicin (20 hingga 40 mg diberikan berulang kali, dengan
interval beberapa minggu, sampai gejala membaik), betahistine, dan prosedur
pembedahan (12). Efek menguntungkan pada frekuensi serangan telah
dilaporkan untuk gentamisin transtympanic (6) dan untuk pemberian jangka
panjang berkepanjangan dari betahistine hydrochloride (48 mg tid selama 12
bulan). Dosis terakhir dari betahistine hydrochloride saat ini
direkomendasikan atas dasar studi perawatan observasional yang baru
dilaporkan pada 112 pasien yang dirawat selama setidaknya 12 bulan dengan
dosis 16, 24, atau 48 mg tid (14). Dosis tertinggi menyebabkan pengurangan
frekuensi serangan secara signifikan lebih signifikan secara statistik dan
ditoleransi dengan baik. Temuan-temuan ini memberikan motivasi untuk
studi penemuan dosis yang dikendalikan secara multisenter, yang saat ini
sedang berlangsung (nomor EudraCT 2005-000752-32; BMBF177zfyGT).

3. vestibularNeuritis

Sindrom klinis neuritis vestibular ditandai dengan hal-hal berikut

Gambar 2 : vestibular neuritis

13
Gambar 2 :
Gejala dan temuan klinis pada neuritis vestibular kanan.
Vertigo rotasi sering muncul secara akut dan berlangsung dari beberapa
hari hingga beberapa minggu. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan kacamata
Frenzel yang menyala dari dalam dan berisi lensa pembesar (+16 dioptri).
Kacamata ini mencegah penekanan nistagmus spontan dengan fiksasi visual dan
membuat gerakan mata pasien lebih mudah diamati. Nistagmus spontan dari sisi
yang terkena dilihat, bersama dengan kecenderungan jatuh, kemiringan mata, dan
penyimpangan dari sumbu vertikal visual subjektif ke arah sisi yang terkena.

 Vertigo rotasi persisten dengan kecenderungan patologis dari sumbu vertikal


visual ke sisi labirin yang terkena
 Nistagmus rotasi spontan dan spontan menuju sisi yang tidak terpengaruh,
menghasilkan gerakan nyata dari lingkungan ("oscillopsia")
 Penyimpangan gaya berjalan dan kecenderungan jatuh ke sisi yang terkena
 Mual dan muntah
 Disfungsi unilateral dari kanalis semisirkularis horisontal, seperti yang
diungkapkan oleh tes impuls kepala Halmagyi-Curthoys (8) untuk fungsi
refleks vestibulo-okular, serta oleh pengujian kalori.

Etiologi virus dan / atau autoimun untuk neuritis vestibular mungkin tetapi
belum terbukti. Studi otopsi telah mengungkapkan degenerasi inflamasi saraf
vestibular, keberadaan DNA virus dari virus herpes simplex tipe I, dan apa yang
disebut "latency-associated transcript" (LAT) dalam sel ganglion vestibular (9).
Perawatannya simtomatik, kausal, dan fisioterapi:

Pengobatan simtomatik: obat-obatan anti-kanker, seperti 100 hingga 300


mg dimenhidrinat, harus diberikan hanya dalam tiga hari pertama dan hanya jika
diperlukan untuk mengobati mual dan muntah yang parah, karena mereka
menunda pengembangan mekanisme kompensasi pusat.

Pengobatan "kausal": percobaan empat-kontrol, terkontrol plasebo


dilakukan, berdasarkan pada asumsi bahwa neuritis vestibular disebabkan oleh
reaktivasi infeksi virus herpes simpleks tipe 1 laten. Percobaan mengungkapkan

14
bahwa monoterapi dengan glukokortikoid-methylprednisolone pada dosis awal
100 mg setiap hari, dikurangi dalam 20-mg langkah setiap empat hari, secara
signifikan meningkatkan pemulihan fungsi vestibular perifer. Pemberian
valacyclovir saja tidak berpengaruh, begitu pula pemberiannya dalam kombinasi
dengan glukokortikoid memiliki efek tambahan (10).

Terapi fisik: prinsip pengobatan selanjutnya adalah promosi kompensasi


sentral dengan terapi fisik. Pelatihan keseimbangan secara signifikan mengurangi
waktu yang diperlukan untuk kompensasi vestibulospinal dan regulasi postural
untuk berkembang (11). Gerakan mata sukarela dan fiksasi dilakukan untuk
memperbaiki gangguan fiksasi visual; lebih jauh lagi, gerakan kepala aktif
dilakukan untuk menyetel kembali refleks vestibular, serta tugas keseimbangan,
gerakan yang diarahkan pada tujuan, dan Q

D. (H) Health

Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau


kondisinya yang terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan makna-makna
penting untuk memelihara derajat kesehatan, atau mencapai derajat kesehatan
yang lebih tinggi.

E. (O) Outpatient Referral

Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan,


mengetahui dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu perawatan
dan pengobatannya.

F. (D) Diet

Diet Garam

Vertigo merupakan keadaan pusing kepala berputar yang kadang tidak


jelas penyebabnya. Sering menimpa orang dewasa yang pola hidupnya tidak
teratur, kelelahan dengan aktivitas yang padat tanpa istrirahat yang cukup.

Bila disertai kolesterol, tekanan darah tinggi, maka diet rendah garam dan
rendah kolesterol bisa menjadi pilihan.

15
Tetapi jika kurang vitamin, untuk membantu meningkatkan stamina
pilihlah makanan yang mengandung vitamin B6 seperti bayam, paprika, ikan air
tawar, alpokat, pisang, selai kacang, bawang putih serta minum air jahe hangat
dapat memberi rileksasi dan ketenangan.

Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan


ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya.
Pada vertigo, beberapa tindakan spesifi k dapat dianjurkan untuk mengurangi
keluhan vertigo. Pada penyakit Meniere, misalnya, pengurangan asupan garam
dan penggunaan diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik.

Nutrisi dan Pengurangan Stres


Diet seimbang dapat menyediakan nutrisi yang diperlukan untuk fungsi
organ yang tepat dan memulihkan ketidakseimbangan nutrisi, beberapa di
antaranya dapat berkontribusi terhadap vertigo.
Selain itu, beberapa suplemen dan herbal dapat membantu mengurangi
vertigo:
• Vinpocetine dapat membantu menyeimbangkan saluran natrium di otak dan
mencegah peradangan.
• Vitamin B6 terbukti efektif dengan mual dan dapat membantu mengatasi
vertigo.
• Ginkgo biloba telah terbukti mengurangi gejala vertigo dalam beberapa
penelitian.
• Minyak ikan meningkatkan fungsi kognitif dan mungkin juga membantu —
terutama ketika vertigo disebabkan oleh masalah disfungsi otak.
• Chromium (setidaknya 200 mcg sehari) dapat membantu pasien yang vertigonya
disebabkan oleh ketidakseimbangan gula darah. Sumber makanan yang baik dari
kromium adalah ragi dan tepung barley bir. Gula yang dimurnikan, produk tepung
putih, dan kurangnya olahraga dapat menguras kromium.

2.1.4 Sumber Daya


Mengidentifikasi sumber daya pasien terkait dengan kontinuitas perawatan
pasien setelah pulang dari rumah sakit, seperti keluarga yang akan merawat,
financial keluarga, nursing home atau pusat rehabilitasi.

16
2.1.5 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi

Fokus pada tahap implementasi ini adalah memberikan penkes serta


pendokumentasian.

Penkes yang dapat diberikan yakni:

1. Yang dapat dilakukan untuk mencegah vertigo:


a. Tidur dengan posisi kepala agak tinggi.
b. Bangun secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum Anda
berdiri dari tempat tidur.
c. Hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
d. Hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya saat mengambil suatu
benda di tempat tinggi.
e. Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala dalam posisi datar
(horisontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.
f. Apabila dengan pencegahan diatas belum teratasi, segera ke pelayanan
kesehatan terdekat.
2. Sedangkan cara mengatasi vertigo:
a. Bangun tidur jangan langsung bangun, tetapi duduk terlebih dahulu
sekitar 5 menit.
b. Penderita vertigo diharuskan untuk bedrest agar mengurangi resiko
terjatuh
c. Jangan beraktivitas terlalu berat.
d. Selain mengonsumsi obat, ada pula terapi yang bertujuan
meningkatkan ketahanan dan pembiasaan pasien dengan gangguan
vertigo. Latihan fisik tersebut berupa latihan membaringkan tubuh ke
kiri dan ke kanan, diselingi dengan duduk tegak. Ada berbaga macam
latihan fisik, salah satunya adalah latihan Brand-Darrof. Langkah-
langkah latihan:
1) Ambil posisi duduk.
2) Arahkan kepala ke kiri, jatuhkan badan ke posisi kanan,
kemudian balik posisi duduk.

17
3) Arahkan kepala ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri.
Masing-masing gerakan lamanya sekitar satu menit, dapat
dilakukan berulang kali.
4) Untuk awal cukup 1-2 kali kiri kanan, makin lama makin
bertambah.

Evaluasi

Menurut Potter & Perry (2005) keberhasilan yang diharapkan setelah


dilakukan discharge planning ditunjukkan seperti :

1) Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan


dan tindakan pengobatan untuk proses transisi atau kepulangan, mengetahui cara
antisipasi kontinuitas perawatan serta tindakan yang akan dilakukan pada kondisi
kedaruratan.

2) Pendidikan diberikan kepada pasien dan keluarga untuk memastikan perawatan


yang tepat setelah pasien pulang sesuai dengan kebutuhan.

3) Koordinasi sistem pendukung dimasyarakat yang memungkinkan pasien untuk


membantu pasien dan keluarga kembali ke rumahnya dan memiliki koping yang
adaptif terhadap perubahan status kesehatan pasien.

4) Melakukan koordinasi system pendukung pelayanan kesehatan untuk


kontinuitas perawatannya.

Buick, et al (2000) menjelaskan bahwa dalam mengevalusi keefektifan suatu


discharge planning, terdapat 2 indikator penilaian yang perlu dipertimbangkan
yaitu kriteria proses dan kriteria hasil yang dapat diukur seperti adanya
peningkatan

2.2 Penanganan Kegawatan Pada Pasien Vertigo


Dalam dunia medis, gejala ini merupakan salah satu jenis dari sakit kepala
yang diderita oleh beberapa orang di dunia ini. Sebenarnya pusing yang dirasakan
penderita vertigo hampir sama dengan yang kerap dialami orang pada umumnya.

18
Bedanya, bila kita sakit kepala terasa berat dan nyeri, maka vertigo sama
sekali tidak merasakan nyeri (ada beberapa kasus yang mengatakan tetap
merasakan nyeri, namun tidak separah ketika kita tengah mengalami gejala sakit
kepala biasa). Bila sudah terjadi demikian, maka dibutuhkan pertolongan pertama
yang tepat untuk menangani vertigo.

Selain itu, seberat dan senyeri apapun rasa sakit kepala yang seringkali
kita alami, akan tetapi kita masih mampu berdiri tegap, berjalan sesuai tujuan, dan
segera mencari obat untuk mengatasi penyakit yang kita alami.

Namun cara menangani vertigo saat kambuh tidak berlaku bagi penderita
vertigo. Sebab yang bersangkutan pasti akan mengalami ketidak seimbangan
tubuh sehingga menyebabkan si penderita tidak mampu berdiri dengan tegap,
pandangan tidak mampu fokus dan oleng saat berjalan. Bahkan bila sudah masuk
kategori akut, maka si penderita akan langsung terjatuh karena merasa seperti
terguncang gempa yang sangat dahsyat.

Anda bisa bayangkan ketika vertigo menyerang tiba-tiba pada saat si


penderita tengah mengemudi kendaraannya, sedang menuruni tangga di lantai
yang tinggi, atau bahkan sedang menyeberang jalan misalnya? Hal itulah yang
paling dikhawatirkan bagi para penderita vertigo. Sebab masalah utama yang
paling diresahkan dari jenis sakit kepala ini adalah kehadirannya yang sama sekali
tidak bisa diprediksi, dan bisa muncul secara tiba-tiba. Oleh karena itu, perlu
dipelajari cara menangani vertigo saat kambuh.

2.2.1 Pertolongan Pertama Vertigo pada Diri Sendiri:

 Bila vertigo kambuh di saat Anda sedang duduk atau merebahkan


tubuh, usahakan untuk tidak segera bangkit dari posisi Anda.
Lakukan penenangan saraf dengan menarik nafas dalam-dalam
agar peredaran darah kembali lancar. Tahan nafas selama kurang
lebih tiga detik, sebelum kemudian dilepaskan secara perlahan-
lahan. Posisikan kepala Anda senyaman mungkin, dan usahakan
tidak melakukan pergerakan yang berlebihan, seperti bergeleng

19
misalnya. Lakukan hal tersebut antara lima hingga enam kali
pernafasan dalam hingga Anda merasa sudah lebih baik.
 Pertolongan pertama vertigo apabila vertigo kambuh di saat Anda
sedang berjalan atau berdiri, terutama di tempat-tempat umum,
jangan sungkan untuk berhenti sejenak sambil segera menundukan
kepala, atau bahkan berjongkok. Sandarkan kepala Anda di bangku
atau setidaknya di dinding terdekat, dan segera melakukan
relaksasi seperti tips nomor 1.
 Bila vertigo kambuh di saat Anda sedang berkendara, usahakan
untuk segera menepikan diri di pinggir jalan, dan beristirahat
sejenak untuk melakukan penanganan vertigo seperti tips nomor 1.
Apabila sudah sedikit mereda, jangan segera melanjutkan
perjalanan, tapi usahakan mencari warung atau restoran terdekat
hanya sekedar untuk meneguk teh panas dan beristirahat minimal
20-30 menit sebelum kembali berkemudi.

2.2.2 Cara Menangani Vertigo Saat Kambuh

 Ketika si penderita kambuh, segera pastikan Anda siap untuk


menopang tubuhnya apabila sewaktu-waktu akan terjatuh akibat
kehilangan keseimbangan. Bila memungkinkan, bantu dirinya
untuk duduk atau bersandar di suatu tempat. Pastikan untuk
menyuguhkan minuman yang manis dan hangat.
 Jika penyakitnya tergolong akut, Anda bisa memberinya obat
penenang atau penangkal mual dan muntah sebagai bentuk
penanganan vertigo.
 Setelah pertolongan pertama terhadap vertigo dilakukan, segera
bawa penderita ke klinik atau rumah sakit terdekat untuk segera
mendapat penanganan vertigo, termasuk mendiagnosa dan mencari
penyebab dari gejala yang dialaminya, sebab apabila dibiarkan saja
justru malah akan bertambah parah.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Discharge planning merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan


dirumahsakit yang perlu dilaksanakan secara komprehensif. Proses pelaksanaan
dischargeplanning terdiri dari 5 tahapan yaitu: seleksi pasien, menentukan tujuan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Dalam memberikan pendidikan kesehatan, perawat harus menyesuaikan
dengan tahap perkembangan pasien, pendekatan yang dilakukan sangat berbeda
untuk pasien anak-anak, remaja dan dewasa. Informasi tentang usia akan member
petunjuk mengenai status perkembangan seseorang hingga dapat memberi arah
mengenai materi penkes dan pendekatan yang digunakan.
Keefektifan pelaksanaan discharge planning perlu di nilai oleh perawat.
Indikator penilaian terhadap keberhasilan discharge planning adalah kriteria
proses dan kriteria hasil yang dapat diukur dengan peningkatan status fungsional,
jumlah hari rawatan atau kunjungan berulang (readmission).
Diharapkan kepada perawat untuk selalu melaksanakan discharge planning
secara comprehensif mulai dari seleksi pasien, pengkajian, intervensi, hingga
implementasi dan evaluasi. Selain itu, perawat juga perlu menerapkan strategi 4C
yaitu Communication, Coordination, Collaboration dan Continual Reassesment
untuk menjamin terjadinya kontinuitas perawatan pasien di rumah.

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini kelompok berharap kita sebagai tenaga


kesehatan mampu menanggulangi dan mencegah terjadinya vertigo pada
masyarakat di lingkungan sekitar kita dan mampu memberikan atau membagi
wawasan tentang penyakit vertigo. Dan agar kita bisa bertindak atau
mengantisipasi semisal vertigo kambuh. Menjaga kesehatan dengan tidak
melakukan tindakan yang membahayakan bagi kesehatan.

21
DAFTAR PSUTAKA

D. D. (2012). Discharge Planning Dalam Keperawatan.Vol Iii, No 2 Idea Nursing


Journal , 33-40.
M. S., & A. A. (2008). Diagnosis And Treatment Of Vertigo And Dizziness.
Deutsches Arzteblatt Internasional , ---.
P. G., C. C., M. F., & A. A. (2015). Management Of Vertigo: From Evidence To
Clinical Practice. Volum 9. Italian Journal Of Medicine , 183-189.
Purnamasari, P. P. (2014). Diagnosis Dan Tata Laksana Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (Bppv). --- , 10-17.
Wahyudi, K. T. (2012). Vertigo. Vol 39, No 10. --- , 740-741.
Http://Www.Kalbemed.Com/Portals/6/06_198vertigo.Pdf. 6 November
2018. Pt. Kalbe Farma Tbk. Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai