Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

ORIENTASI REALITA SESI 3

OLEH:
Ni Nyoman Tri Puspita Dewi (C1116001)
Ni Made Nita Dwiyanti (C1116002)
Kadek Haryka Maestriani (C1116003)
Ni Putu Rita Nurcahyani (C1116004)
Diana Elsa Manafe (C1116006)
Ni Luh Yunita Asmarani Utami (C1116007)
I Gusti Agung Istri Dwi Ardi (C1116008)
Putu Elami (C1116010)
Ni Putu Wulan Meidiantari (C1116011)
Ni Putu Sukma Gayatri (C1116012)

SEMESTER VI A
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2019
I. Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang
lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan social. Kebutuhan social yang
dimaksud antara lain: rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan
pengakuan orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernytaan
diri.
Secara individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu berada
dalam satu keluarga. Dengan demikian ada dasarnya individu memerlukan hubungan
timbal balik, hal ini bisa melalaui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi
serta pemulihan kesehatan seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok
terapeutik, modalitas merupakan bagian dan memberikan hasil yang positif terhadap
perubahan perilaku pasien/klien, dan meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi
perilaku maladaptive.
Beberapa keuntungan yang diperoleh individu atau klien melalui terapi aktivitas
kelompok melalui dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan masalah,
meningkatkan hubungan internasional dan juga meningkatkan uji realitas (reality
testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas ( Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan jiwa, bahkan
dewasa ini terapi aktivitas kelompok merupakan hal yang penting dari keterampilan
terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.
Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong
anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan
penyelesaian masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien
selama berada dalam kelompok.
Klien dengan gangguan jiwa sikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas
(reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu, dan orang-orang di
sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus
terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada
aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di

sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu


diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat.
II. Landasan Teori
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu sama dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart,2016). Anggota
kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai
keadaanya, ketidaksamaan, kesukaan dan menarik. Semua kondisi ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika kondisi ini akan memberikan umpan balik
yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihaan,
pengecapan, perabaan, atau penghidupan tanpa stimulus nyata (Budi Anna Keliat, 2011).
Halusinasi adalah persepsi yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau
persepsi sensori yang tidak sesuai dengan relitas/kenyataan seperrti melihat bayangan
atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Pencerapan tanpa adanya rangsang apapun
dari panca indra, dimana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang
disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organic atau histerik (Wijayaningsih,
2015).
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas yang
digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target usaha. Di dalam
kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Penggunaan kelompok dalam praktik
kesehatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau
terapi pemulihan kesehatan seseorang. Keuntungan gtang dapat diperoleh klien melalui
terapi aktivitas kelompok mliputi dukungan, meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga menggunakan uji realitas pada
klien dengan gangguan orientasi realitas (Keliat & Akemat, 2013).
(TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada
klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu.
Dalam terapi aktivitas kelompok orientasi realita dibagi dalam 3 sesi, yaitu:
1. Sesi I : Pengenalan orang
2. Sesi II : Pengenalan tempat
3. Sesi III : Pengenalan waktu

III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum TAK orientasi realitas adalah klien mampu mengenali orang, tempat,
dan waktu
2. Tujuan Khusus (Keliat dan Akemat, 2005) adalah:
1. Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.
2. Klien mampu mengenal waktu dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang-orang disekitarnya dengan tepat.
IV. Sesi Yang Digunakan
1. Sesi I : Pengenalan orang
2. Sesi II : Pengenalan tempat
3. Sesi III : Pengenalan waktu

V. Klien
1. Kriteria Klien
a. Klien dengan gangguan orientasi realita (halusinasi, waham, ilusi)
b. Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi, waham, ilusi
c. Klien dengan gangguan orientasi orang, waktu dan tempat yang sudah dapat
berinteraksi dengan orang lain
d. Klien yang sehat secara fisik
e. Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya
f. Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik

2. Proses Seleksi
a) Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
b) Membuat kontrak dengan klien
c) Menjelaskan tujuan kegiatan
d) Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
e) Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas kelompok
f) Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok
VI. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan memungkinkan klien
untuk berkonsentrasi.
b. Posisi tempat dilantai menggunakan tikar.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.
e. Leader, co-leader, fasilitator, observer berperan sebagai mana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader daoat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung jawab
dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.
3. Evaluasi Hasil
a. Diharapkan 75% dari kelompok mampu menjelaskan apa yang sudah
digambarkan dan apa yang dilihat.
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas.

VII.Antisipasi Masalah
1. Penanganan pasien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
2. Memanggil pasien
3. Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau pasien yang lain
4. Bila pasien meninggalkan permainan tanpa pamit :
5. Panggil nama pasien
6. Tanya alasan pasien meninggalkan permainan
7. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
pasien bahwa pasien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu pasien
boleh kembali lagi
VIII. Pengorganisasian
SESI III
1. Pelaksanaan
a. Hari/Tanggal          : Jumat, 11 Desember 2020
b. Waktu                     : 13.00 WITA
c. Alokasi waktu         : 45 menit
d. Tempat                    : Diruangan
e. Jumlah klien            : 5 orang
2. Tim Terapi
a. Leader Sesi I : Kadek suarteja
Uraian tugas  :
1) Memimpin jalannya kegiatan
2) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
3) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
4) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
5) Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
6) Memberi reinforcement positif pada klien
7) Menyimpulkan kegiatan (Lilik, 2011).
b. Co-leader Sesi I :  AA Made Agus Dwi Suprastha
Uraian tugas  :
1) Membantu tugas leader
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
3) Mengingatkan leader tentang kegiatan
4) Bersama leader menjadi contoh kegiatan
5) Menggantikan leader jika terhalang tugas (Suteja,2011).
c. Observer Sesi I :  Gede Wiryawan
Uraian tugas  :
1) Mengobservasi jalannya acara
2) Mencatat jumlah klien yang hadir
3) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
4) Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
5) Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
6) Membuat laporan hasil kegiatan
d. Fasilitator Sesi I  : 
Ni Made Nita Dwiyanti
Kadek Haryka Maestriani
Diana Elsa Manafe
Ni Luh Yunita Asmarani Utami
I Gusti Agung Istri Dwi Ardi
Putu Elami
Ni Putu Sukma Gayatri
Uraian tugas           :
1) Memfasilitasi jalannya kegiatan
2) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
3) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
4) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
IX. Proses Pelaksanaan
Sesi 1: Mengenal Waktu
a. Tujuan :
1. Klien dapat mengenal waktu dan tempat
2. Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat.
3. Klien dapat mengenal hari dengan tepat
4. Klien dapat mengenal tahun dengan tepat

b. Setting :

1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.


2) Klien berada di ruangan yang ada kalender dan jam dinding

c. Alat :

a. Kalender
b. Jam dinding
c. Tape recorder
d. Kaset lagu dangdut
e. Bola tenis
d. Metode :

a. Diskusi
b. Tanya jawab

e. Langkah Kegiatan :
1. Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan klien peserta Sesi 2 TAK orientasi realitas.


b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi
a. Salam Terapeutik

Salam dari terapis kepada klien


Terapis dan klien memakai nama
b. Evaluasi/Validasi
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini

Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama ruangan


yang sudah dipelajari
c. Kontrak

Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu


mengenal waktu. Menjelaskan aturan main
yaitu :
i. Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta ijin pada terapis.
ii. Lama kegiatan 45 menit
iii. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja

a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan.


b) Terapis menjelaskan akan menghidupkan tape recorder,
sedangkan bola tenis diedarkan dari satu klien ke klien lain. Pada
saat musik berhenti, klien yang memegang bola menjawab
pertanyaan dari terapis
c) Terapis menghidupkan musik,dan mematikan musik. Klien
mengedarkan bola tenis secara bergantian searah jarum jam.
Saat musik berhenti, klien yang memegang bola siap menjawab
pertanyaan terapis tentang tanggal, bulan, tahun, hari, dan jam
saat itu. Kegiatan ini diulang sampai semua klien mendapat
giliran.
d) Terapis memberikan pujian kepada klien setelah memberi jawaban tepat

4. Tahap Terminasi

a) Evaluasi
(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
c) Tindak lanjut
(1) Terapis meminta klien memberi tanda/mengganti kalender setiap hari
d) Kontrak yang akan datang
(1) Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi klien.
(2) Menyepakati waktu dan tempat.

X. Evaluasi dan Dokumentasi


Sesi III : Mengenal Waktu
Evaluasi :
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK
Orientasi Realitas waktu kemampuan klien yang diharapkan adalah mengenal waktu,
hari, tanggal, bulan, dan tahun.
Kemampuan Mengenal Waktu
No Aspek yang dinilai Nama Klien
1 Menyebutkan jam
2 Menyebutkan hari
3 Menyebutkan tanggal
4 Menyebutkan bulan
5 Menyebutkan tahun

Petunjuk:
Tulis nama pangilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui waktu, hari,
tanggal, bulan, dan tahun. Beri tanda (V) jika klien mampu dan tanda (X) jika klien tidak
mampu.
Dokumentasi:
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti Sesi 3, TAK orientasi realitas waktu.
Klien mampu menyebutkan tanggal dan hari, tetapi yang lain belum mampu.
Orientasikan klien dengan tempat-tempat di ruangan.

A. Setting Tempat

CL
O P

F F
L

P
P

P
P F

Keterangan:
L : Leader
CL : Co-leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
P : Pasien

DAFTAR PUSTAKA
Keliat&Hakemat . (2013). Keperawatan jiwa : aktivitas kelompok, ed. 2. Jakarta:EGC.

Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psychiatric Nursing. 9th ed. Missouri:Mosby,
inc.
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Hidayah, Afifah Nur.(2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi-Sensori


Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien Halusinasi Di RSJD dr.
Amino Gondohutomo Semarang.Jurnal Keperawatan. 8(1), 44-55.

Budi Anna Keliat, S. M. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Sutejo.(2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Prinsip dan Praktik Asuhan Keperawatan


Jiwa.Yogyakarta:Pustaka Baru Pres

Lilik. (2011). Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu

Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktek Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info Media.

Prabowo, 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Nuha Medika
Keliat, Budi Ana, 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai