Anda di halaman 1dari 13

A.

Konsep Teori Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman


1. Pengertian Kenyamanan
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman
baik secara mental, fisik maupun social (Eti R,2019).
Kenyamanan / rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri) (Husna,2018)
Kenyamanan menurut dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Kenyamanan fisik; merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan; merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman yang
dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial; merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.
2. Faktor yang mempengaruhi Kebutuhan Rasa Nyaman
a. Usia
Ini erat kaitannya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki individu.
Anak-anak biasanya belum mengetahui tingkat kebahayaan dari suatu lingkungan
yang dapat menyebabkan cedera pada mereka. Sedangkan lansia umumnya akan
mengalami penurunan sejumlah fungsi organ yang dapat menghambat
kemampuan mereka untuk melindungi diri, salah satunya adalah kemampuan
persepsi-sensorik.
b. Gaya Hidup
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam risiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal di daerah yang tingkat kejahatan nya
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan, adanya
akses dengan obat-obatan berbahaya.
c. Mobilisasi dan status kesehatan
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralis, kelemahan otot, gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki risiko untuk terjadinya cidera.
d. Gangguan sensori persepsi
Sensori persepsi yang akurat terhadap stimulus lingkungan sangat penting bagi
kemananan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar, raba, cium,
dan lihat, memiliki risiko tinggi untuk cidera.
e. Tingkatkesadaran
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi tubuh
dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang mengalami
gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak sadar atau
setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan tertentu
seperti narkotik, sedatif dan hipnotik.
f. Status Emosional
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan
menurunkan kepekaan pada stimulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung
lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
3. Pengertian Gangguan Rasa Nyaman
Gangguan rasa nyaman adalah perasaan seseorang merasa kurang nyaman
dan sempurna dalam kondisi fisik, psikospiritual, lingkungan, budaya dan sosialnya
Menurut gangguan rasa nyaman mempunyai batasan karakteristik yaitu:
ansietas, berkeluh kesah, gangguan pola tidur, gatal, gejala distress, gelisah,
iritabilitas, ketidakmampuan untuk relasks, kurang puas dengan keadaan, menangis,
merasa dingin, merasa kurang senang dengan situasi, merasa hangat, merasa lapar,
merasa tidak nyaman, merintih, dam takut.
Gangguan rasa nyaman merupakan suatu gangguan dimana perasaan kurang
senang, kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik , psikospiritual,
lingkungan serta sosial pada diri yang biasanya mempunyai gejala dan tanda minor
mengeluh mual (PPNI, 2017)
4. Penyebab Gangguan Rasa Nyaman
Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2018) penyebab
gangguan rasa nyaman adalah :
a. Gejala penyakit.
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial, dan
pengetahuan).
d. Kurangnya privasi.
e. Gangguan stimulasi lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi, dan kemoterapi)
g. Gangguan adaptasi kehamilan
5. Tanda dan Gejala Gangguan Rasa Nyaman
Gejala dan tanda gangguan rasa nyaman dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai
berikut :
a. Gejala dan tanda mayor :
Data subjektif : Mengeluh tidak nyaman
Data objektif : Gelisah
b. Gejala dan tanda minor
Data subjektif :
1. Mengeluh sulit tidur
2. Tidak mampu rileks
3. Mengeluh kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah
Data objektif :
1. Menunjukkan gejala distres
2. Tampak merintih/menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas
(SDKI,2016)

B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan


a. Pengertian Etika Keperawatan
Etika keperawatan merupakan aturan, moral ataupun standar dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dan segala masalah yang dilakukan
praktisi keperawatan.( Lenny,e.s,2021)
b. Tujuan Etika Keperawatan
Tujuan etika keperawatan adalah untuk menjaga agar perawat menghargai dan
menghormati manusia sebagai seorang klien/pasien dalam menjalankan
tugasnya.
c. Fungsi Etika Keperawatan yaitu :
a. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan keperawatan.
b. Agar perawat dapat berperan dalam kegiatan penelitian dan menggunakan
hasil penelitian untuk meningkatkan serta memajukan pelayanan asuhan
keperawatan.
c. Agar perawat dapat terus mengembangkan kemampuan dalam melakukan
memberikan asuhan keperawatan
d. Mendorong perawat agar tetap memlihara dan mengembangkan
kepribadian sesuai dengan etika keperawatan.
d. Prinsip Moral Etika Keperawatan yaitu :
i. Prinsip Otonomy (Autonomy)
Prinsip ini merupakan prinsip yang dimana klien diberikan kebebasan
dan berhak dalam mengatur dirinya sendiri. Contohnya klien berhak menolak
tindakan keperawatan yang diberikan perawat.
ii. Prinsip Kebaikan (Beneficience)
Prinsip etika keperawatan ini menjelaskan bahwa seorang perawat harus
berkelakuan dan berbuat baik dan menjaga pasien agar terhindar daribahaya.
iii. Prinsip Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan merupakan etika keperawatan dimana seorang perawat harus
berlaku terhadap setiap pasien sesuai kebutuhannya.
iv. Prinsip Tidak Merugikan (Non maleficience)
Prinsi ini menjelaskan etika perawat yang harus menjaga tindakan agar tidak
merugikan klien baik secara fisik, psikologis, maupun sosial
v. Prinsip Kejujuran (Veracity)
Seorang perawat harus selalu mengatakan hal yang jujur serta jelas kepada pasien.
Contohnya memberikan informasi tindakan keperawatan yang sebenarnya dan
jelas.
vi. Prinsip Menetapi Janji (Fidelity)
Prinsip menepati janji seorang perawat dibutuhkan untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain.
vii. Prinsip Kerahasiaan (Confidentislity)
Prinsip kerahasiaan menjelaskan bahwa seorang perawat harus menghormati dan
menjaga privasi serta kerahasiaan klien, meskipun klien telah meninggal.
viii. Prinsip Akuntabilitas (Accountability)
Prinsip akuntabilitas merupakan prinsip yang mencerminkan standar ataupun
tindakan seorang perawat yang tetap profesional walaupun situasi tidak
terkendali/jelas (lenny, 2021).
C. Konsep Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN KEPERAWATAN (RYAN , A. A., RANI, L. I., & ABDUR , R. (2018))
i. Pengkajian
1. Identitas Pasien : meliputi nama ,umur , jenis kelamin, alamat , tempat tinggal,
tempat tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan.
2. Keluhan Utama : Merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pada pasien
saat pengkajian. Biasanya keluhan yang di alami rasakan adalah nyeri pada
abdomen pada kuadran kanan atas dan mual muntah.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama
melalui metode PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus
utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana
nyeri dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri menjalar
kemana, Safety (S) yaitu posisi yang bagaimana yang dapat
mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman dan Time (T) yaitu
sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama atau pernah
memliki riwayat penyakit sebelumnnya.
c) Riwayat Kesehatan Genogram ( Keluarga )
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah
menderita penyakit kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak
menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok manusia
yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Tapi orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai
resiko lebih besar dibanding dengan tanpa riwayat keluarga.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
1) Penampilan Umum. Meliputi : Mengkaji berat badan dan tinggi badan.
2) Kesadaran . Mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan pasien.
3) Tanda Vital. Mengkaji tekanan darah, suhu, nadi dan pernafasan.
b) Pemeriksaan Fisik Head to toe
1) Kulit.
Warna kulit apakah normal, pucat atau sianosis, rash lesi,
bintik–bintik, ada atau tidak. Jika ada seperti apa, warna,
bentuknya ada cairan atau tidak, kelembaban dan turgor kulit baik atau
tidak..
2) Kepala.
Simetris Pada anak dengan glomelurus nefritis akut
biasanya ubun-ubun cekung, rambut kering.
3) Wajah..
4) Mata.
Pada anak dengan glomerulus nefritis akut biasanya nampak edema
pada kelopak mata, konjungtiva anemis, pupil anisokor, dan skelera
anemis.
5) Telinga.
Bentuk, ukuran telinga, kesimetrisan telinga, warna, ada
serumen atau tidak, ada tanda – tanda infeksi atau tidak, palpasi
adanya nyeri tekan atau tidak.
6) Hidung.
Bentuk, posisi, lubang, ada lendir atau tidak, lesi,
sumbatan, perdarahan tanda–tanda infeksi, adakah pernapasan
cuping hidung atau tidak dan nyeri tekan.
7) Mulut
Warna mukosa mulut dan bibir, tekstur, lesi dan stomatitis. Langit–
langit keras (palatum durum) dan lunak, tenggorokan, bentuk dan
ukuran lidah, lesi, sekret, kesimetrisan bibir dan tanda–tanda sianosis.
8) Dada.
Kesimetrisan dada, adakah retraksi dinding dada, adakah
bunyi napas tambahan (seperti ronchi, wheezing, crackels), adakah
bunyi jantung tambahan seperti (mur mur), takipnea,
dispnea,peningkatan frekuwensi, kedalaman (pernafasan kusmaul).
9) Abdomen.
Inspeksi perut tampak membesar, palpasi ginjal adanya nyeri tekan,
palpasi hepar, adakah distensi, massa, dengarkan bunyi
bising usus, palpasi seluruh kuadran abdomen.
Biasanya pada Kolelitiasis terdapat nyeri pada perut bagian kanan atas.
10) Genitalia dan rectum
a) Lubang anus ada atau tidak
b) Pada laki–laki inspeksi uretra dan testis apakah terjadi
hipospadia atau epispadia, adanya edema skrotum atau
terjadinya hernia serta kebersihan preputium.
c) Pada wanita inspeksi labia dan klitoris adanya edema atau
massa, labia mayora menutupi labia minora, lubang vagina,
adakah secret atau bercak darah.
11) Ekstremitas.
Inspeksi pergerakan tangan dan kaki, kaji kekuatan
otot, palpasi ada nyeri tekan, benjolan
5. Pola Aktivitas
a) Nutrisi : dikaji tentang porsi makan dan nafsu makan.
b) Aktivitas: dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan
aktivitas, anjuran bedrest.
c) Aspek Psikologi: kaji tentang emosi, pengetahuan tentang penyakit dan
suasana hati.
d) Aspek penunjang: hasil pemeriksaan laboratorium ((bilirubin, amylase
serum meningkat) dan Obat-obatan satu terapi sesuai dengan anjuran
dokter.

DIAGNOSA KEPERAWATAN.

Diagnosa Keperawatan yang biasa muncul pada klien


Cholelithiasis dan mengalami pembedahan adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi, proses inflamasi, prosedur
bedah, infeksi.
2) Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kurang asupan makanan
4) Hipertermi b.d infeksi pada kandung empedu.
5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi.
6) Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan.

PERENCANAAN KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi/spasme duktus, proses


inflamasi, prosedur pembedahan.
Intervensi
a. Melakukan pengkajian secara komperhensif, observasi dan catat
lokasi, beratnya (skala 1-10) dan karakteristik nyeri (menetap, hilang
timbul)
= Untuk mengetahui tingkat nyeri yang di rasakan sangat penting karena
dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.
b. Observasi tanda - tanda vital tiap 8 jam.
= Untuk mengetahui perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi
merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang di alami oleh klien.
c. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
= lingkungan yang nyaman dapat membuat klien beristirahat dengan
tenang.
d. Beri posisi yang nyaman.
= Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area nyeri.
e. Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi.
= Tehnik relaksasi dapat membuat klien merasa nyaman dan distraksi dapat
mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mengurangi
nyeri yang di rasakan.
f. Kolaborasi dengan dokter pemberrian terapi secara farmakologis.
= Obat-obat analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga
nyeri tidak dapat dipersepsikan.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
Intervensi
a) Kaji input dan output cairan.
= Pengkajian tersebut menjadi dasar rencana askep dan evaluasi.
b) Timbang BB setiap hari.
= Penurunan BB dapat terjadi karena muntah berlebihan.
c) Beri cairan intervena yang terdiri dari glukosa, elektrolit dan vitamin.
= Mencegah kekurangan cairan dan memperbaiki keseimbangan asam basa.
d) Anjurkan untuk minum air dengan perlahan.
= Pemberian cairan sesuai dengan toleransi klien.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh atau ketidakmampuan makan.
Intervensi :
a) Catat status nutrisi pasien, BB, integritas mukosa oral, kemampuan
menelan, tonus otot, mual muntah.
= dapat menentukan intervensi yang tepat.
b) Perhatikan diet.
= membantu mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus.
c) Awasi masukan serta BB secara periodic.
= mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.
d) Beri makanan dalam porsi sedikit pada awalnya.
= merangsang nafsu makan.
e) Beri makanan dengan cara yang menarik.
= meningkatkan keinginan untuk makan
4. Hipertermi b.d proses infeksi pada kandung empedu
Intervensi
a) Lakukan kompres hangat pada area ketiak atau lipatan paha.
= untuk melepaskan panas melalui konveksi.
b) Anjurkan pasien mengenakan pakaian tipis.
= agar panas dapat dilepaskan melalui evaporasi.
c) Anjurkan pasien minum sebanyak mungkin air jika tidak di kontra
indikasikan.
= agar mengganti cairan yang hilang karena panas.
d) Pantau suhu tubuh setiap 30 menit – 1 jam, nadi frekuensi napas, dan
tekanan darah.
= agar dapat meyakinkan perbandingan data yang akurat
5. Kurang pengetahuan berhubungan kurang terpapar informasi
Intervensi
a) Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya.
=untuk mengetahui tingkat pemahaman klien tentang
penyakitnya.
b) Jelaskan proses penyakit (tanda dan gejala).
= agar klien dapat mengerti proses penyakit yang di alaminya.
c) Jelaskan program pengobatan alternatif.
= agar klien dapat mengetahui pengobatan yang dapat di
lakukan.
d) Instruksikan kapan harus ke pelayanan kesehatan.
= agar klien dapat pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan.
e) Tanyakan kembali pengetahuan klien tentang penyakit, prosedur
perawatan dan cara pengobatan.
= mengevaluasi kembali pemahaman klien.
6. Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan
Intervensi
a) Kaji adanya tanda-tanda infeksi.
= untuk mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi.
b) Observasi vital sign
= perubahan vital sign merupakan satu indikator dan terjadinya proses
infeksi dalam tubuh.
c) Observasi kulit yang mengalami kerusakan(luka, garis jahitan), alat infasif
(infus, kateter).
=deteksi dini perkembangan infeksi.
d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotik.
= antibiotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri
sehingga proses infeksi tidak terjadi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah kategori dari
prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari
rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan. Namun
demikian, dibanyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi mungkin dimulai secara
langsung setelah pengkajian
EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan dengan melibatkan klien
dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukan tercapainya tujuan dan kriteria
hasil, klien bias keluar dari siklus proses keperawatan. Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali
dalam siklus tersebut mulai dari pengkajian ulang (reassesment) secara umum evaluasi ditunjukan
untuk :
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai.
(Asmadi, 2008).
Evaluasi formatif : dilakukan setiap kali selesai melakukan tindakan, mengevaluasi proses
keperawatan yang telah dilakukan, dan biasanya berupa catatan perkembangan. Evaluasi sumatif :
menggunakan rekapan terakhir secara paripurna, menggunakan catatan naratif, dan pada saat
pasien pulang atau pindah.
PATHWAYS

Obesitas, Diet Rendah Serta Tinggi

Kadar Empedu Menurun

Kolestrol

Supersaturnasi

Pembentukan Kristal

Gangguan
Mobilisasi
Batu

Kolestiasis Pada Saluran Empedu tindakan operasi Luka NYERI AKUT

Batu Terdorong Menuju Duktus Kurangnya Pengetahuam Resiko Infeksi

ansetas Gangguan
Obstruksi Duktus Pada Kandung Empedu Pola Tidur

Gesekan Empedu Dengan Dinding

Nyeri Abdomen Pada Kuadran Kanan Atas

NYERI AKUT
DAFTAR PUSTAKA

Eti, r. (2019). Keperawatan Dasar 1. cirebon jawa barat .

Husna, a. (2018). Laporan pendahuluan pemenuhan Elimnasi urine dan fecal . Lenny,
e. s. (2021). Ilmu keperawatan dasar.

Ryan , a. a., rani, l. i., & abdur , r. (2018). faktor-faktor yang berhubungan dengan eliminasi
fekal pada pasien yang di awat di ntensive care unit (ICU). JURNAL RISET KESEHATAN , 97-
105.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi dan
tindakan keperawatan . jakarta selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia definisi dan
tindakan keperawatan . jakarta selatan

Anda mungkin juga menyukai