Anda di halaman 1dari 10

A.

DEFINISI BALUT BIDAI


Balut bidai adalah tindakan memfiksasi atau mengimobilisasi
bagian tubuh yang mengalami cidera dengan menggunakan benda yang
bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fiksator/imobilisator. Balut bidai
digunakan sebagai penanganan umum trauma ekstremitas atau
imobilisasi dari lokasi trauma dengan menggunakan penyangga misalnya
splinting (spalk). Selain itu, balut bidai merupakan cara untuk
menstabilkan atau menunjang persendian dalam menggunakan sendi
yang benar atau untuk melindungi trauma dari luar.
 Adapaun syarat – syarat balut bidai, yaitu :
a. Cukup kuat untuk menyokong.
b. Cukup panjang.
c. Diberi bantalan kapas.
d. Ikat diatas dan dibawah garis fraktur (garis patah).
e. Ikatan tidak boleh terlalu kencang atau terlalu kendur.
 Adapun macam-macam pemasangan balut bidai, yaitu :
a. Spalk kayu.
b. Pneuma splint.
c. Traksi.
d. Vacuum matras.
e. Neck collar.

B. TUJUAN BALUT BIDAI


1. Memperrtahankan posisi bagian tulang yang patah agar tidak
bergerak (stabil) sehingga mengurangi nyeri dan mencegah
kerusakan lebih lanjut.
2. Memberikan tekanan.
3. Melindungi bagian tubuh yang cedera.
4. Memberikan penyokong pada bagian tubuh yang cedera.
5. Mencegah terjadinya pembengkakan.
6. Mencegah terjadinya kontaminasi dan komplikasi.
7. Memudahkan dalam transportasi penderita.
8. Mempertahankan posisi yang nyaman.
9. Mempermudah transportasi organ.
10. Mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera.
11. Mempercepat penyembuhan.

C. INDIKASI BALUT BIDAI


Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :
a. Adanya fraktur ,baik terbuka /tertutup.
b. Adanya kecurigaan adanya fraktur.
c. Dislokasi persendian
Kecurigaan fraktur bisa dimunculkan jika salah satu bagian tubuh
diluruskan dan terjadi tanda gejala seperti berikut :
- Pasien merasakan tulangnya terasa patah /mendengar bunyi
“krek”.
- Ekstremitas yang cidera lebih pendek dari yang sehat /mngalami
angulasi abnormal.
- Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cidera.
- Posisi ekstremitas yang abnormal.
- Memar.
- Bengkak.
- Perubahan bentuk.
- Nyeri gerak aktif dan pasif.
- Nyeri sumbu.
- Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan
ekstremitas yang mengalami krepitasi.
- Fungsiolaesa.
- Perdarahan bisa ada /tidak.
- Hilangnya denyut nadi /rasa raba pada distal lokasi cidera.
- Kram otot sekitar lokasi cidera.
D. KONTRAINDIKASI BALUT BIDAI
Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran nafas,
pernafasan dan sirkulasi penderita sudah distabilkan. Beberapa hal yang
menjadi kontraindikasi balut bidai adalah :
1. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau gangguan yang berat
pada distal daerah fraktur.
2. Jika ada resiko memperlambat sampainya penderita ke rumah
sakit.

E. KOMPLIKASI BALUT BIDAI


1. Dapat menekan jaringan pembuluh darah atau syaraf dibawahnya
bila bidai terlalu ketat.
2. Bila bidai terlalu longgar, maka masih ada gerakan pada tulang yang
patah.
3. Menghambat aliran darah yang menyebabkan iskemi jaringan dan
akhirnya jaringan menjadi nekrosis.
4. Memperlambat transportasi penderita bila terlalu lama melakukan
pembidaian.
5. Bula, kegagalan flap/graf.
6. Risiko perdarahan/hematima yang meningkatkan.
7. Infeksi gram negatif, infeksi Candida.
8. Nyeri dan perdarahan saat penggantian balutan.
9. Iritan/dermattis kontak alergi.

F. PERSIAPAN ALAT
1. Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga.
2. Dasi adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti
dasi.
3. Pita adalah pembalut gulung.
4. Plester adalah pembalut berperekat.
5. Pembalut yang spesifik.
6. Kassa steril.
 Mitella :
- Mitella adalah pembalut berbentuk segitiga.
- Bahan pembalut terbuat dari kain yang berbentuk segitiga sama
kaki dengan berbagai ukuran. Panjang kaki antara 50 – 100 cm.
- Pembalut ini dipergunakan pada bagian kaki yang terbentuk bulat
atau untuk menggantung bagian anggota badan yang cedera.
- Pembalut ini bisa dipakai pada cedera di kepala, bahu, dada, siku,
telapak tangan, pinggul, telapak kaki dan untuk menggantung
tangan.
 Dasi :
- Adalah mitella yang berlipat – lipat sehingga berbentuk seperti dasi.
- Pembalut ini adalah mitella yang dilipat – lipat dari salah satu sisi
segitiga agar beberapa lapis dan berbentuk seperti pita dengan
kedua ujung – ujungnya lancip dan lebarnya antara 5 – 10 cm.
- Pembalut ini biasa dipergunakan untuk membalut mata, dahi (atau
bagian kepala yang lain), rahang, ketiak, lengan, siku, paha, lutut,
betis dan kaki terkilir.
 Pita :
- Pembalut ini dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau
bahan elastis. Yang paling sering adalah dari kassa, hal ini karena
kassa mudah menyerap air, darah dan tidak mudah bergeser
(kendor)
- Macam – macam pembalut dan penggunaanya :
a. Lebar 2,5 cm : biasa untuk jari – jari
b. Lebar 5 cm : biasa untuk leher dan pergelangan tangan
c. Lebar 7,5 cm :biasa untuk kepala, lengan atas, lengan bawah,
betis dan kaki
d. Lebar 10 cm : biasa untuk paha dan sendi panggul
e. Lebar > 10 – 15 cm : biasa untuk dada, perut dan punggung
 Plester :
- Pembalut ini untuk merekatkan penutup luka, untuk fiksasi pada
sendi yang terkilir, untuk merekatkan pada kelainan patah tulang.
- Khusus untuk penutup luka, biasa dilengkapi dengan obat anti
septik.
 Pembalut yang Spesifik :
- Snelverband adalah pembalut pita yang sudah ditambah dengan
kassa penutup luka dan steril, baru dibuka pada saat akan
dipergunakan, sering dipakai pada luka – luka lebar yang terdapat
pada badan.
- Sufratulle adalah kassa steril yang telah direndam dengan obat
pembunuh kuman. Biasa dipergunakan pada luka – luka kecil.
 Kassa steril :
- Adalah kassa yang dipotong dengan berbagai ukuran untuk
menutup luka kecil yang sudah diberi obat – obatan (antibiotik,
antiplagestik).
- Setelah ditutup kassa itu kemudian baru dibalut

G. PERSIAPAN PASIEN
1. Diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan adalah
pemberian pertolongan.
2. Menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan
3. Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan.
4. Pemeriksaan mencari tanda fraktur /dislokasi
5. Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan
/memindahkan korban jika keadaan tidak mendesak.
6. Jika ada luka terbuka tangani segera luka dan pendarahan dengan
menggunakan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan
kassa steril.
7. Jika mengalami deformitas yang berat dan adanya gangguan pada
denyut nadi, sebaiknya dilakukan telusuran pada ekstremitas yang
mengalami deformitas. Proses pelurusan harus hati-hati agar tidak
memperberat.
8. Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekan kuku pada ekstremitas
yang cedera dengan ekstremitas yang tidak cedera secara
bersamaan. Periksa apakah pengembalian warna merah secara
bersamaan /mengalami keterlambatan pada ekstremitas yang
cedera.
9. Jika terjadi gangguan sirkulasi segera bawa ke RS.
10. Jika terjadi edema pada daerah cedera, lepaskan perhiasan yang
dipakai penderita.
11. Jika ada fraktur terbuka dan tampak tulang keluar. Jangan pernah
menyentuh dan membersihkan tulang tersebut tanpa alat steril
karena akan memperparah keadaan.

H. PERSIAPAN LINGKUNGAN
Persiapan lingkungan yang dipersiapkan adalah mengkondisikan
lingkungan nyaman untuk pasien dan menjaga privasi pasien.

I. LANGKAH-LANGKAH PROSEDUR
Tahap Tindakan
Pre - Interaksi 1. Memberikan salam.
2. Memperkenalkan diri.
3. Menjelaskan tujuan tindakan.
4. Menjelaskan langkah prosedur.
5. Tutup pintu kamar atau gorden.
6. Menempatkan alat ke dekat pasien.
7. Mencuci tangan dan gunakan handscoen steril.
8. Jaga privasi pasien.
Interaksi 1. Lihat bagian tubuh yang akan dibidai (dilihat, diraba dan
digerakkan).
2. Atur posisi klien tanpa menutupi bagian yang akan dilakukan
tindakan
3. Lepaskan pakaian atau perhiasan yang menutupi tenpat untuk
mengambil tindakan.
4. Melakukan tindakan prapembalutan, yaitu membersihkan atau
perawatan luka, mencukur rambut area pembalutan, tutup
dengan kasa steril, dan memlih balutan yang tepat.
5. Perhatikan tempat yang akan dibalut :
a. Bagian tubuh yang mana
b. Apakah ada bagian luka terbuka atau tidak
c. Bagaimana luas luka
6. Apakah perlu membatasi gerak bagian tertentu atau tidak.
7. Lakukan balut bidai dengan melewati dua sendi.
8. Lakukan balutai bidai dengan benar ; posisi, arah, dan teknik.
9. Hasil balut bidai :
a. Harus cukup jumlahnya, dimulai dari bagian bawah
tempat yang patah
b. Tidak kendor dan keras.
Terminasi 1. Merapikan pasien (mengembalikan pasien ke posisi semula).
2. Merapikan alat.
3. Mencuci tangan.
4. Evaluasi dan dokumentasi.

Adapun cara membalut dan membidai dengan menggunakan alat-


alat seperti mitella, dasi, pita, dan plester. Berikut ini adalah teknik
membalut dan membidai dengan alat-alat tersebut
Jenis Alat Balut Cara/Tindakan
dan Bidai
Mitella 1. Salah satu sisi mitella dilipat 3 – 4 cm sebanyak 1 – 3 kali.
2. Pertengahan sisi yang telah terlipat diletakkan diluar bagian
yang akan dibalut, lalu ditarik secukupnya dan kedua ujung sisi
itu diikatkan.
3. Salah satu ujung yang bebas lainnya ditarik dan dapat
diikatkan pada ikatan b, atau diikatkan pada tempat lain
maupun dapat dibiarkan bebas, hal ini tergantung pada tempat
dan kepentingannya.
Dasi 1. Pembalut mitella dilipat – lipat dari salah satu sisi sehingga
berbentuk pita dengan masing – masing ujung lancip.
2. Bebatkan pada tempat yang akan dibalut sampai kedua
ujungnya dapat diikatkan.
3. Diusahakan agar balutan tidak mudah kendor dengan cara
sebelum diikat arahnya saling menarik.
Pita 1. Berdasar besar bagian tubuh yang akan dibalut, maka dipilih
pembalutan pita ukuran lebar yang sesuai.
2. Balutan pita biasanya beberapa lapis, dimulai dari salah satu
ujung yang diletakkan dari proksimal ke distal menutup
sepanjang bagian tubuh yang akan dibalut kemudian dari
distal ke proksimal dibebatkan dengan arah bebatan saling
menyilang dan tumpang tindih antara bebatan yang satu
dengan bebatan berikutnya.
3. Kemudian ujung yang dalam tadi (b) diikat dengan ujung yang
lain secukupnya.
Plester 1. Jika ada luka terbuka : luka diberi obat antiseptik, tutup luka
dengan kassa, baru lekatkan pembalut plester.
2. Jika untuk fiksasi (misalnya pada patah tulang atau terkilir) :
balutan plester dibuat ”strapping” dengan membebat berlapis –
lapis dari distal ke proksimal dan untuk membatasi gerakkan
tertentu perlu kita yang masing – masing ujungnya difiksasi
dengan plester.

J. EVALUASI DAN DOKUMENTASI


1. Mencatat tindakan pemasangan perban dan respon klien dalam
catatan keperawatan.
2. Mencatat warna, kehangatan, nadi, dan mati rasa.
3. Mencatat hasil tindakan perawatan luka yang mencakup data
subyektif dan obyektif, analisa dan planning.
4. Evaluasi hasil pembalutan; mudah lepas/longgar, terlalu ketat
(mengganggu peredaran darah / gerakan).
5. Evaluasi sirkulasi bagian distal bila pemasangan perban telah
selesai dan lakukan minimal 2 kali selama periode 8 jam.

K. REFERENSI
1. http://www.slideshare.net/meythamalini/balut-bidai
2. www.docstoc.com/docs/67845178/BALUT-BIDAI
3. http://www.ensiklopediapramuka.com/2012/10/pppk-jenis-dan-cara-
pembalutan.html
LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM BALUT BIDAI

Oleh :
Muhammad Putra Ramadhan (125070200111013)

PSIK Reguler 1 - 2012

BLOK MUSCULOSKELETAL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

Anda mungkin juga menyukai