Anda di halaman 1dari 25

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologi untuk

menggali lebih dalam proses pelaksanaan pengkajian keperawatan. Desain

penelitian ini bertujuan untuk melakukan penafsiran yang lebih kompleks tentang

fenomena yang dialami oleh subjek penelitian yang sulit diungkapkan oleh

metode kuantitatif (Moleong, 2002).

2. Partisipan Penelitian

Jumlah partisispan pada penelitian ini adalah 5 orang (Polite & Hungler,

1999). Tiga partisispan berasal dari Rindu A dan dua partisispan dari Rindu B.

Pemilihan partisispan dilakukan secara purposive sampling yaitu pemilihan

sumber data dengan pertimbangan partisipan tersebut melakukan asuhan

keperawatan. Kriteria partisispan yang diambil yaitu perawat pelaksana dengan

latar pendidikan S1 keperawaatan dan memiliki masa kerja lebih dari 2 tahun.

Perawat yang telah memiliki pengalaman kerja dua tahun atau lebih telah dapat

melaksanakan proses keperawatan tanpa supervisis dan dapat menunjukkan

tindakan yang terarah (Swansburg,1996).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan dengan pertimbangan

bahwa rumah sakit ini merupakan salah satu rumah sakit pendidikan yang

digunakan USU serta rumah sakit bertipe A ini sebagian besar perawatnya adalah

akademi keperawatan dan sebahagiannya sarjana keperawatan. Serta perawat di

Universitas Sumatera Utara


rumah sakit ini sudah sering terpapar dengan hasil informasi-informasi terbaru

tentang keperawatan baik melalui hasil riset mahasiswa maupun pihak rumah

sakit sendiri, pelatihan-pelatihan, maupun seminar-seminar. Sehingga

diperkirakan bahwa perawat di rumah sakit RSUP H. Adam Malik Medan ini

memiliki kemampuan kognitif yang cukup baik. Penelitian dilakukan mulai bulan

September 2011 sampai Juli 2012. Pengambilan data dikerjakan mulai Januari

2012-April 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, selanjutnya mengirim surat tersebut ke

Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. Peneliti melakukan penelitian setelah

mendapatkan persetujuan dari Rumah Sakit H. Adam Malik Medan, mendapat

persetujuan dari Kepala Litbang Rindu A dan Rindu B, serta persetujuan dari

kepala ruangan tempat penelitian dilakukan.

Setelah mendapatkan izin untuk meneliti, kemudian peneliti mencari

partisipan yang kriterianya sesuai dengan yang peneliti harapkan lalu setelah

terbina rasa saling percaya antara peneliti dan partisipan, kuesioner data

demografi diberikan kepada partisipan dengan menekankan masalah etik yang

meliputi: (a) Informed Concent ( lembar persetujuan menjadi partisipan) peneliti

menjelaskan tujuan penelitian kepada partisipan. Jika partisipan setuju maka

menandatangani lembar persetujuan namun jika partisipan menolak maka peneliti

tidak memaksa. (b) Anonimity (tanpa nama) maksudnya peneliti tidak

mencantumkan nama partisipan pada lembar pengumpulan data namun

Universitas Sumatera Utara


menggunakan inisial untuk menjaga kerahasiaan. (c) Confidentiality (kerahasiaan)

yaitu identitas partisipan dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data yang

diperlukan yang dilaporkan sebagai hasil penelitian

5. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen kunci atau alat

penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human

instrument,berfungsi melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas semuanya. Dalam

memaksimalkan pengumpulan data yang memperhatikan pertimbangan etik

penelitian, digunakan (1) Kuesioner Data Demografi yang meliputi umur, jenis

kelamin, agama, suku, lama masa kerja, dan status perkawinan, (2) Panduan

wawancara berupa pertanyaan yang dibuat oleh peneliti. Panduan wawancara

dibuat oleh peneliti sendiri. Hal-hal yang ditanyakan berupa pengalaman dalam

melakukan proses keperawatan, pengalaman dalam melakukan pengkajian pada

pasien yang baru masuk dan pasien yang dirawat pada hari kedua, perasaan

setelah melakukan proses pengkajian keperawatan pada pasien, dan hal-hal yang

menghambat perawat dalam mengkaji pasien, dan (3) Lembar observasi

merupakan daftar hal-hal yang seharusnya perawat lakukan pada proses

pengkajian keperawatan.

6. Pengumpulan Data

Penelitian dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Dekan Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, selanjutnya mengirim surat tersebut ke

bagian Litbang Rumah Sakit H. Adam Malik Medan. Peneliti menghantarkan

Universitas Sumatera Utara


surat yang telah dikeluarkan oleh Litbang Rumah Sakit H. Adam Malik Medan ke

Kepala Instalasi Riundu A. Peneliti melakukan penelitian di Rindu A selama satu

bulan sejak tanggal 14 Februari 2012 – 14 Maret 2012 setelah mendapatkan

persetujuan dari kepala ruangan Rindu A neurologi, bedah saraf, dan penyakit

dalam pria. Peneliti menghantarkan surat perpanjangan penelitian yang

dikeluarkan oleh Litbang Rumah Sakit H. Adam Malik Medan ke Kepala Instalasi

Rindu B. Peneliti melakukan penelitian sejak tanggal 25 Maret 2012 – 25 April

2012 setelah mendapat persetujuan dari kepala ruangan Rindu B Onkologi dan

Digestif.

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah). Pada tahap awal dilakukan prolonged engagement

dengan cara mengadakan pendekatan kepada calon partisipan selama dua

minggu. Peneliti datang ke ruangan tempat penelitian pada pukul 08.00-19.00

WIB saat masa libur kuliah dan datang mulai pukul 15.00-20.00 WIB saat masa

kuliah. Proses prolonged engagement peneliti lakukan dengan memperkenalkan

diri peneliti terlebih dahulu dan sambil mempelajari budaya sehingga terbina rasa

saling percaya antara peneliti dan partisipan akhirnya semakin membantu dalam

proses pengumpulan data. Peneliti juga ikut dalam aktivitas yang dikerjakan calon

partisipan, pada waktu luang berbincang-bincang tentang topik-topik menarik

dalam dunia keperawatan maupun topik menarik lainnya. Setelah terbina rasa

saling percaya, peneliti selanjutnya menjelaskan hal-hal yang terkait dengan

penelitian untuk mendapatkan persetujuan partisipan sebagai sampel penelitian.

Dalam pelaksanaan pengumpulan data selanjutnya peneliti melakukan

Universitas Sumatera Utara


wawancara mendalam (in-depth interview) yang bersifat terbuka. Peneliti

menyusun daftar pokok-pokok pertanyaan terlebih dahulu sebagai pedoman

wawancara di lapangan, namun pedoman tersebut mengalami perubahan sesuai

respon jawaban partisipan namun tetap pada kebutuhan informasi yang peneliti

gali mengenai proses pengkajian keperawatan . Wawancara dilakukan selama 15-

30 dalam 1-2 kali pertemuan dan direkam dengan menggunakan alat perekam.

Kemudian diketik dan dibuat transkrip datanya. Selain itu peneliti melakukan

observasi terus terang tersamar, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari

partisipan yang sedang diamati namun peneliti merahasiakan bahwa peneliti

sedang melakukan observasi. Observasi ini dilakukan agar data yang diperoleh

akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap

perilaku yang nampak.

7. Analisa Data

Analisa data dilakukan bersamaan pada saat transkrip data dan dilakukan

seleksi satu persatu. Untuk mendeskripsikan fenomena yang peneliti angkat

digunakan metode Colaizzi yang adalah satu-satunya analisa data dalam

fenomenologi yang membutuhkan validasi akhir dari hasil dengan kembali pada

partisipan( Polite & Hungler, 2001). Proses analisanya meliputi: (a) membaca

semua transkrip untuk mendapatkan perasaan mereka, (b) meninjau setiap

transkrip dan menarik pernyataan yang signifikan, (c) menguraikan arti dari setiap

pernyataan yang signifikan, (d) mengatur makna yang dirumuskan ke dalam

kelompok tema dengan merujuk kelompok-kelompok kembali ke transkrip asli

untuk memvalidasi tema perhatikan perbedaan antara dan atau antara berbagai

Universitas Sumatera Utara


kelompok, menghindari godaan mengabaikan data atau tema yang tidak sesuai, (e)

mengitegrasikan hasil dalam deskripsi lengkap fenomena yang diteliti, (f)

memfomulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

identifikasi pernyataan setegas mungkin, (g) menanyakan peserta tentang temuan

selama ini sebagai langkah validasi akhir (Polite & Hungler, 2001).

8. Tingkat Kepercayaan Data

Tingkat kepercayaan data dipertahankan dengan prolonged engagement

selama dua minggu. Peneliti memeperkenalkan nama, ikut dalam aktivitas sehari-

hari, dan berbincang-bincang mengenai topik yang menarik baik topik

keperawatan maupun topik lainnya. Maksudnya adalah antara peneliti dan

partisipan memiliki keterkaitan yang lama sehingga semakain akrab, semakin

terbuka, dan saling mempercayai. Member checking juga dilakukan yaitu dengan

bersama mendengar ulang hasil wawancara bersama patisispan dua dan

partisispan 4 serta menunjukkan hasil penggelompokan data yang peneliti buat

pada partisispan satu dan partisispan dua. Dependability peneliti terapkan dengan

membuat beberapa catatan yang berisi keseluruhan aktivitas selama proses

wawancara yang dilakukan peneliti selama proses penelitian yang disimpan

sebagai bukti untuk memperkuat tingkat kepercayaan penelitian. Confirmability

dilaksanakan dengan cara peneliti membicarakan hasil wawancara sampai tema

yang didapat dengan pembimbing setelah semua data terkumpul selama empat

kali agar data yang di peroleh dari hasil penelitian dapat lebih objektif (Sugiyono,

2005).

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologi yang

bertujuan menggali informasi lebih dalam tentang proses pelaksanaan pengkajian

keperawatan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner data demografi,

wawancara mendalan, dan observasi terus terang tersamar. Kelima partisispan

merupakan perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP H. Adam Malik Medan

dengan jenjang pendidikan S1 Keperawatan.

1.1 Hasil Observasi

Hasil observasi peneliti mendapatkan adanya format yang telah disediakan

oleh rumah sakit. Berdasarkan format yang telah tersedia, data yang pada pasien

antara lain data saat masuk, data keparawatan, penilaian nyeri, penilaian

fungsional, penilaian resiko jatuh, data psikososial, kebutuhan komunikasi/

pendidikan dan pengajaran, pengkajian neurologi, pengkajian sirkulasi,

pencernaan, pernafasan, perkemihan, seksual/ reproduksi, integumen, nutrisi, dan

THT.

Hasil observasi, peneliti mendapatkan bahwa perawat rawat inap hanya

mengkajia pola persepsi kesehatan-manajement, pola eliminasi, pola aktivitas-

latihan, pola kognitif-persepsi, dan pola nilai dan kepercayaan.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Hasil Observasi
Perilaku yang diobservasi Frekuensi
1. Mengkaji
a. Pola persepsi kesehatan-manajementkesehatan 2
b. Pola nutrisi-metabolisme 0
c. Pola eliminasi 5
d. Pola aktivitas-latihan 1
e. Pola kognitif-persepsi 5
f. Pola tidur-istirahat 0
g. Pola persepsi diri-konsep diri 0
h. Pola peran-hubungan 0
i. Pola seksualitas-reproduksi 0
j. Pola koping-toleransi stres 0
k. Pola nilai-kepercayaan 5

2. Memvalidasi 0
3. Mencatatan dan mendokumentasian informasi 5

1.2 Karakteristik Partisispan

Partisispan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perawat yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dan bersedia untuk

diwawancarai serta direkam pembicaraannya degan alat yang peneliti sudah

sediakan. Kelima partisipan adalah perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap

Terpadu RSUP H. Adam Malik Medan dengan pengalaman kerja lebih dari dua

tahun yang berlatar belakang sarjana keperawatan. Umur kelima partisipan

bervariasi. Satu orang berumur 30 tahun, satu orang berumur 34 tahun, satu orang

berumur 38 tahun, satu orang berumur 39 tahun, dan satu orang berumur 46 tahun.

Kelima pertisipan ini berjenis kelamin perempuan. Kelima partisipan terdiri atas

agama Islam dan Kristen Protestan. Satu orang partisipan beragama Islam dan

empat orang partisipan lagi beragama Kristen Protestan.

Para partisipan terdiri dari beberapa suku, yaitu satu orang bersuku Karo,

dua orang bersuku Batak Simalungun dan dua orang bersuku Batak Toba. Lama

Universitas Sumatera Utara


kerja kelima partisipan setelah mendapatkan gelar S1 Keperawatan cukup

bervariasi, satu orang partisipan telah bekerja dua setengah tahun, satu orang

partisispan telah bekerja tiga tahun, satu orang partisispan telah bekerja lima

tahun, satu orang partisispan telah bekerja enam tahun dan satu orang lagi telah

bekerja selama empat tahun. Empat orang partisipan telah menikah dan satu orang

informan belum menikah. Kelima partisispan menceritakan bagaimana

pengalaman mereka melaksanakan proses pengkajian keperawatan di ruang rawat

inap.

Tabel 2. Karakteristik Partisipan

Karateristik Frekuensi
Umur
Mean 38
Jenis Kelamin
Perempuan 5
Agama
Islam 1
Kristen Protestan 4
Suku
Karo 1
Batak Simalungun 2
Batak Toba 2
Lama kerja
Partisipan 5 4.25
Status Pernikahan
Menikah 4
Belum Menikah 1

1.3 Profil RSUP H. Adam Malik Medan

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit Tipe A yang

merupakan pelayanan kesehatan dan pendidikan serta rumah sakit rujukan

terbesar di Sumatera bagian Utara.

Universitas Sumatera Utara


Visi RSUP H. Adam Malik Medan adalah “Menjadi Pusat Rujukan

Pelayanan Kesehatan, Pendidikan, dan Penelitian yang Mandiri dan Unggulan di

Sumatera tahun 2015”. Visi tersebut diwujudkan melalui misi yaitu (1)

Melaksanakan pelayanan kesehatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau, (2)

Melaksanakan pendidikan, pelatihan, serta penelitian kesehatan yang profesional,

dan (3) Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien,

akuntabel, dan mandiri.

Di RSUP H. Adam Malik Medan terdapat tiga bagian besar ruang rawat

inap yaitu Rawat Inap Terpadu A (Rindu A), Rawat Inap Terpadu B (Rindu B),

dan Rawat Inap CVCU. Instalasi Rawat Inap Terpadu A/ B adalah unit pelayanan

yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat inap.

Dalam kurun lima tahun jumlah pasien yang dirawat di Instasi Rawat Inap Rindu

A/ B sudah melebihi target yang telah ditetapkan dengan rata-rata realisasi

pertahun (113.8%) dan jumlah pasien juga mengalami peningkatan tiap tahunnya.

RSUP H. Adam Malik Medan tetap berusuha dengan semaksimal

mungkin untuk terus menerus berupaya meningkatkan kinerja pelayanan terutama

meningkatkan mutu pelayanan dengan melakukan usaha-usaha melalui:

Akreditasi pelayanan Nasional maupun Internasiona dan pelaksanaannya pada

tahun 2012, audit medis, joint conference, pencegahan infeksi nosokomial, dan

kegiatan keselamatan pasien (patient safety),PSBH (Problem Solving for Better

Hospital), pelatihan, workshop, seminar, simposium, dll.

Universitas Sumatera Utara


1.4 Pengalaman Pelaksanaan Proses Pengkajian Keperawatan di Ruang Rawat

Inap

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kepada perawat pelaksana di

Ruang Rawat Inap Terpadu RSUP H. Adam Malik Medan, peneliti

mengidentifikasi pengalaman pelaksanaan proses pengkajian keperawatan,

meliputi (1) faktor pendorong perawat melakukan proses pengkajian; (2) metode

pengumpulan data dalam proses pengkajian; (3) manfaat melakukan pengkajian;

dan, (4) faktor penghambat pelaksanaan proses pengkajian.

1.4.1 Faktor pendorong perawat melakukan proses pengkajian

Berdasarkan hasil wawancara partisipan mengungkapkan dua alasan yang

mendorong mereka melaksanakan proses pengkajian keperawatan, yaitu: tahap

proses keperawatan yang harus dijalankan dan protap rumah sakit dalam

menerima pasien baru.

a. Tahap proses keperawatan yang harus dijalankan

Empat partisipan mengemukakan bahwa proses pengkajian dilaksanakan

sebagai langkah awal dalam tindakan proses keperawatan. Hal ini sesuai dengan

pernyataan partisispan.

“Proses keperawatan ada lima: pengkajian, diagnosa,


perencanaan atau intervensi, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian itu dilakukan tujuannya supaya diketahui apa
yang menjadi masalah pasiennya lalu dapat dibuat
menjadi diagnosa misanya nyeri atau gangguan
mobilisasi.”
( Partisipan 1)

“Melakukan pengkajian itu apabila asuhan keperawatan


dilakukan. Contohnya evaluasi yang kita lakukan tidak
berhasil. Berarti pengkajian yang kita lakukan harus kita
lakukan kembali dan setiap hari seharusnya kita lakukan

Universitas Sumatera Utara


pengkajian, apakah ada percepatan perkembangan.”
(Partisipan 3)

b. Protap rumah sakit dalam menerima pasien baru

Dua dari partisipan menyatakan bahwa pengkajian pada pasien itu sudah

diwajibkan rumah sakit untuk dikerjakan oleh perawat untuk kelengkapan

administrasi. Hal ini tampak dari pernyataan kedua partisipan.

“Ooh..Kalau pengkajian pasien baru, kan pada umumnya


pasien dari IGD atau ICU nya yang masuk ke sini. Jadi di
sana pun sudah dikaji perawatnya dek. Tapi disini pun
wajibnya kita kaji lagi.”
( Partisispan 1)

“Yang penting bisa dikembalikan ke MR. Kalau tidak diisi


tidak bisa kembali, jadi mesti terisi. Kan dia tidak minta
benarnya gimana.”
(Partisipan 4)

1.4.2 Metode Pengumpulan Data dalam Proses Pengkajian

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang pasien pada

pelaksanaan proses pengkajian keperawatan antara lain mengobservasi pasien,

melihat data IGD, wawancara pasien dan keluarga, serta melakukan pemeriksaan

fisik pasien.

a. Observasi pasien dan data IGD

Empat partisipan mengungkapkan bahwa data tentang pasien dapat

diketahui dengan mengobservasi pasien dan melihat catatan data observasi pasien

dari data IGD. Hal ini sesuai dengan penuturan partisipan.

“Pertama masuk itu memang dikaji dari awal, ketika


pasien masuk itu dilihatlah, misalnya pengkajian awal dia

Universitas Sumatera Utara


datang pake apa? Oksigenkah?, NGTkah?, terus dia pake
rostulkah atau pake brankat?”
(Partisipan 2)

“Jadi lihat dari sini (menunjukkan data dari IGD). Di sini


kan ada status dia, riwayat penyakit dia juga. Misalnya
tanggal lahir pun kan sudah melihat ini juga kan ( sambil
menunjuk berkas). Ini...ini.. ada MRnya, ada alamatnya,
ada tanggalnya. Udah dari sini.”
(Partisipan 4)

b. Wawancara pasien dan keluarga

Semua partisipan mengungkapkan bahwa dengan mewawancarai pasien

dan keluarganya ataupun orang terdekat pasien, perawat dapat mangumpulkan

data yang dibutuhkan untuk melengkapi data pengkajian. Hal ini sesuai dengan

pernyataan partisispan.

“Pertama kita mengkaji, dipengkajian itu dilakukan


secara anamnese... bisa anamnese bisa wawancara
kepada pasien. Data itu bisa didapat melalui wawancara
kepada pasien bisa juga kepada keluarga pasien atau
autoanamnese dan allonamnese.”
(Partisipan 3)

“Langsung ke pasien ada, sekali-sekali kakak mau


bertanya kalau memang tidak ada kerjaan, dipanggil, lalu
duduk kakak. Tanyak-tanyak bagaimana pengalaman
sakitnya. Dari keluarga pasien, paling sudah ke mana saja
dia berobat? bagaimana waktu kejadian itu? Seperti
apa?”
(Partisipan 4)

c. Pemeriksaan fisik

Empat partisipan mengungkapkan pengkajian data pasien dapat dilakukan

juga dengan melakukan pemeriksaan fisik pasien tersebut. Hal ini sesuai dengan

pernyataan partisispan.

Universitas Sumatera Utara


“Ya..dari head-to-toelah kita periksa pasien tersebut. Dari
head-to-toelah kita lihat bagaimana kelainan-kelainan
yang ada pada pasien tersebut.”
(Partisipan 3)

“Habis itu kan paling penting dilihat head-to-toenya.


Apendisitis misalnya? Dimana? Abdomen. Cara
pemeriksaan pasien itu ada berapa langkah? Empat kan!
Yasudah itu saja sampai perkusi. Palpasi, Auskultasi,
Inspeksi, Perkusi. Sekarang palpasi apa mau dilihat?...
(Partisipan 5)

1.4.3 Manfaat Melakukan Pengkajian

Data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan kelima partisipan,

peneliti disimpulkan ada empat manfaat melakukan pengkajian yaitu kepuasan

bagi perawat, menambah pengetahuan perawat, menentukan diagnosa pasien, dan

mengetahui perkembangan pasien.

a. Kepuasan bagi perawat

Tiga partisipan mengungkapkan setelah melakukan proses pengkajian

keperawatan, mereka merasakan kepuasan tersendiri dalam dirinya. Hal ini sesuai

dengan penuturan partisipan.

“Gimanalah ya dibilang, senanglah. Bisa kita tahu


keluhan pasien kita.”
(Partisipan 1)

“Apa la ya.. Menyenagkan kalau saya ya.. Ya kita merasa


data dia sudah lengkaplah.”
(Partisipan 5)

b. Menambah pengetahuan

Dua partisispan mengungkapkan dengan melakukan proses pengkajian

keperawatan sebenarnya dapat menambah pengetahuan dan pengalaman perawat.

Temuan ini sesuai pernyataan partisispan.

Universitas Sumatera Utara


“Misalnya kita tanya, Bapak sakit apa? Lalu jadi
bagaiimana? Ha..itu kan jadi menambah wawasan sama
pengalaman kita sebenarnya.”
(Partisipan 2)

c. Menentukan diagnosa pasien

Masalah yang terjadi pada pasien dapat diketahui dengan melakukan

pengkajian sehingga diagnosa keperawatannya pun dapat ditegakkan. Hal ini

sesuia dengan penuturan partisipan.

“Kalau sudah pengkajiankan, dapat daftar masalahnya.


Kan sudah sistem ceklist.”
(Partisispan 2)

“Baru setelah itu kita munculkanlah diagnosa


keperawatan, eh..proses keperawatannya”.
(Partisipan 5)

d. Mengetahui perkembangan pasien

Dua orang partisipan mengungkapkan dengan melakukan pengkajian

keperawatan dapat mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan.

“Jad, kita kaji tingkat kesadaran, malah bukan setip hari


tapi setiap shift sih harus dikaji. Ada tidak peningkatan
kesadarannya? Yang bermasalah dikaji misalnya kalau
tidak terjadi peningkatan kesadaran, apa yang salah
dengan rencana yang kita buat.”
(Partisipan 3)

“Ya kita merasa data dia sudah lengkaplah untuk


lanjutkan asuhan keperawatan. Untuk terapi kedepannya,
ya tinggal pemantauan.”
(Partisipan 5)

1.4.4 Faktor Penghambat Pelaksanaan Proses Pengkajian

Berdasarkan hasil wawnacara didapatkan bahwa faktor-faktor penghambat

pelaksanaan proses pengkajian keperawatan yaitu kurangnya kemampuan perawat

Universitas Sumatera Utara


mengumpulkan data pengkajian yang komperhensif, enggan mengkaji, beban

kerja yang tinggi, dan mengkaji itu memakan waktu.

a. Kurangnya kemampuan perawat mengumpulkan data pengkajian yang


komperhensif
Kurangnya kemampuan perawat untuk menggali data yang komperhensif
merupakan salah satu hambatan dalam melaksanakan proses pengkajian. Hal ini
diungkapkan oleh dua partisipan.

“SDMnya lah dek, Sumber Daya Manusianya. Kan tidak


semua mau melakukan pengkajian mungkin harus ada
dulu punishment, mungkin. Terus kemampuannya juga..”
(Partisispan 1)

“Tidak semua perawat itu tahu mengkaji, bisa sih


mengkaji dasar-dasarnya tapi yang dalam-dalamnya
tidak. Itulah hambatannya. Makanya kadang, ada kadang
pengkajian itu tak terisi.”
(Partisipan 2)

b. Enggan mengkaji

Tiga partisipan mengungkapkan bahwa keengganan mengkaji adalah

hambatan dalam melaksanakan proses pengkajian keperawatan. Hal ini tampak

dari pernyataan partisipan.

“Sebenarnya kalau pengkajian itu, paling malas itu.”


(Partisipan 2)

“Tingkat kemalasan perawat mengisi format pengkajian


sangat tinggi. Gimana la ya.. sebenarnya itulah rahasia
perawat. Maka saya benci kalau liat teman malas, ya kan
dek. Itulah...”
(Partisipan 5)

c. Beban kerja yang tinggi


Dua partisipan mengungkapkan beban kerja perawat tinggi sehingga
menghambat pelaksanaan proses pengkajian keperawatan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan partisispan.

Universitas Sumatera Utara


“Ya.. karena itu tadi mungkin, karena kebanyakan
pasienya jadi tidak cocok .. tapi paling ... karena banyak
sekali kerjaan. Mana menemani visite ,mana mengurus
obat, mana melakukan tindakan, belum lagi yang
mengantar pemeriksaan.”
(Partisipan 2)

“Kalau disini kerjanya terlalu banyak dek, apalagi untuk


JCI ini tidak sempat lagi. Untuk mengisi ini saja kita
kadang-kadang tak sempat di status pasien.”
(Partisipan 4)

d. Mengkaji itu memakan waktu

Dua partisipan mengungkapkan bahwa waktu yang mereka punya sempit.

Hal ini tampak pernyataan kedua partisispan. Hal ini sesuai dengan penuturan

partisipan.

“Cuma waktu kita sempit.”


(Partisipan 2)

“Adek tanyalah dengan yang lain, tak sempat langsung


tanya pasien. Waktu tadi.”
(Partisipan 4)

2 Pembahasan

Proses keperawatan adalah kerangka akuntabilitas perawat. Proses

keperawatan membantu perawat menegaskan peran perawat dengan tenaga

profesional lainnya. Pengkajian merupakan gerbang utama dari proses

keperawatan tersebut (Kozier,1995). Ketika perawat melakukan pengkajian

keperawatan, perawat tidak meniru pengkajian kedokteran. Target data pengkajian

kedokteran merujuk pada patologi penyakitnya. Walaupun temuan pada

pengkajian keperawatan mungkin berkontribusi untuk mengidentifikasi diagnosis

medis, keunikan dari fokus pengkajian keperawatan adalah pada respon klien baik

Universitas Sumatera Utara


masalah yang aktual maupun potensial (Taylor, 1997). Kembali menekankan

bahwa yang penting dari proses pengkajian itu adalah apa yang perawat dapat

lakukan, tidak hanya apa yang perawat tahu tentang melakukan proses pengkajian

(Readman,1999).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima partisipan peneliti dapat

menyimpulkan beberapa hal penting yang terkait dengan pelaksanaan proses

pengkajian di Ruang Rawat Inap Terpadu RSUP H. Adam Malik Medan antara

lain: (1) faktor pendorong perawat melakukan proses pengkajian; (2) metode

pengumpulan data dalam proses pengkajian; (3) manfaat melakukan pengkajian;

(4) faktor penghambat pelaksanaan proses pengkajian.

2.1 Faktor Pendorong Perawat Melakukan Proses Pengkajian

Faktor pendorong perawat melakukan proses pengkajian keperawatan

antara lain: tahap proses keperawatan yang harus dijalankan dan prosedur tetap

rumah sakit dalam menerima pasien baru.

Langkah pertama dari proses keperawatan adalah pengkajian. Mengkaji

berarti melakukan pengumpulan data yang lengkap untuk membantu perawat

berfikir kristis dan menemukan data yang dibutuhkan untuk mengetahui masalah

dan membuat keputusan asuhan keperawatan. Melakukan pengkajian adalah

proses pertama yang dilakukan sebelum dapat melakukan asuhan keperawatan

pada pasien (Alfaro-LeFevre, 1994).

Faktor kedua adalah prosedur tetap rumah sakit dalam menerima pasien

baru. Wiwik (2005) mengungkapkan bahwa tanggung jawab tidak berpengaruh

Universitas Sumatera Utara


secara signifikan terhadap kinerja asuhan keperawatan. Mendukung hasil

wawancara dan observasi bahwa tanggung jawab melakukan tugas hanya

kepatuhan terhadap prosedur tetap semata. Hal ini juga didukung oleh Takase,

Maude dan Manias (2005) bahwa perawat membutuhkan dorongan untuk

memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan mereka oleh lingkungan misalnya

organisasi.

2.2 Metode Pengumpulan Data dalam Proses Pengkajian

Metode pengumpulan data yang dilakukan perawat berdasarkan hasil

wawancara peneliti antara lain mengobservasi pasien secara langsung, melihat

catatan dari IGD, mewawancarai pasien dan keluarganya, dan memeriksa fisik

pasien dari kepala sampai ujung kaki.

Kozier (1995) mengemukakan metode primer yang dapat digumakan

perawat dalam proses pengkajian antara lain observasi, wawancara dan

pengkajian fisik. Observasi dimulai ketika perawat kontak dengan pasien ataupun

orang terdekat pasien. Observasi berarti menggunakan kelima indra. Observasi

adalah sesuatu yang membutuhkan kemampuan khusus dalam kehati-hatian dan

ketenangan yang dikembangkan hanya dengan upaya dan dengan pendekatan

pengorganisasian.

Perawat juga mengobservasi catatan IGD, dari catatan itu perawat dapat

mengisi format pengkajian yang telah disediakan rumah sakit. Dari catatan IGD

perawat mendapatkan data antara lain: identitas indivisu, alasan masuk rumah

sakit, alasan dirawat di rumah sakit, riwayat pengobatan, serta data tentang

pengkajian fisik pasien.

Universitas Sumatera Utara


Metode pengumpulan data yang juga digunakan perawat adalah

wawancara kepada pasien dan kelurganya atau orang terdekat. Pasien adalah

sumber utama yang dapat mendeskripsikan dengan lengkap pengalaman status

kesehatannya dan melalui wawancara dengan keluarga atau orang terdekat

perawat juga dapat memperoleh data yang dibutuhkan serta memvalidasi data

yang didapat dari pasien (Berger & Williams, 1992).

Data objektif tentang status kesehatan pasien dapat dikumpulkan dengan

melakukan pengkajian fisik. Pengkajian fisik dapat dilakukan menggunakan

pendekatan head to toe ataupun menggunakan pola fungsi sistem tubuh dengan

menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi (Kozier et al.,

1995). Hasil observasi dan wawancara, peneliti mendapatkan adanya format yang

telah disediakan oleh rumah sakit. Berdasarkan format yang telah tersedia, data

yang akan dikaji pada pasien antara lain data saat masuk, data keparawatan,

penilaian nyeri, penilaian fungsional, penilaian resiko jatuh, data psikososial,

kebutuhan komunikasi/pendidikan dan pengajaran, pengkajian neurologi,

pengkajian sirkulasi, pencernaan, pernafasan, perkemihan, seksual/ reproduksi,

integumen, nutrisi, dan THT.

Dari hasil observasi, peneliti mendapatkan bahwa perawat rawat inap

hanya mengkajia pola persepsi kesehatan-manajement, pola eliminasi, pola

aktivitas-latihan, pola kognitif-persepsi, dan pola nilai dan kepercayaan.

2.3 Manfaat Melakukan Pengkajian

Dengan pelaksanaan proses pengkajian keperawatan, perawat

mendapatkan beberapa manfaat antara lain: perawat merasa puas telah dapat

Universitas Sumatera Utara


melaksanakan tugasnya, bertambahnya pengetahuan dan pengalaman perawat,

diketahuinya masalah yang terjadi pada pasien sehingga dapat ditentukan

diagnosanya, serta dapat dievaluasinya asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

Kepuasan yang dirasakan perawat setelah melakukan pengkajian

digambarkan dengan ungkapan perasaan yang senang. Menurut kamus besar

bahasa Indonesia (1999) kepuasan adalah perasaan senang gembira, lega karena

sudah terpenuhi hasrat hatinya. Berdasarkan hasil penelitian Syaiin (2007)

didapatkan bahwa variabel indikator kepuasan pegawai di klinik spesialis Bestari

Medan yang mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja adalah variabel

kepuasan terhadap pekerjaan. Maksudnya melakukan suatu pekerjaan

menimbulkan rasa puas terhadap pekerjaan tersebut. Kepuasan kerja bagi

karyawan sangat diperlukan karena kepuasan kerja karyawan akan meningkatkan

produktivitas.

Kepuasan yang berefek pada produktivitas kerja juga akan berdampak

pada asuhan keperawatan. Melakukan proses keperawatan secara berulang-ulang

secara terus menerus dapat melatih kemahiran perawat untuk melakukan proses

pengkajian (Kozier et al., 1995). Dan dengan mengkaji dapat ditentukannya

outcome strategi keperawatan atau menentukan diagnosa keperawatan yang tepat

dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Proses asuhan keperawatan tergantung pada

keakuratan dan kelengkapan data atau informasi (Kozier et al., 1995; Sand-Jecklin

et al., 2010)

Universitas Sumatera Utara


2.4 Faktor Penghambat Pelaksanaan Proses Pengkajian

Hasil wawancara dengan para informan didapatkan bahwa faktor yang

menghambat pelaksanaan proses pengkajian keperawatan antara lain: kurangnya

kemampuan perawat mengumpulkan data pengkajian yang komperhensif, kurang

motivasi diri, beban kerja yang tinggi, dan pengkajian yang memakan waktu.

Proses asuhan keperawatan tergantung pada kelengkapan data atau

informansi tentang pasien (Kozier et al., 1995). Data tersebut didapatkan dengan

melaksanakan proses pengkajian keperawatan. Untuk mengumpulkan data

dibutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan penilaian yang baik (Evans &

Donnelly, 2006). Kemampuan tersebut dibutuhkan untuk menuntun pada

pengkajian yang terfokus, contohnya nyeri, kebutuhan cairan, dan pengkajian

fisik, mampu memahami data serta semua hal yang mempengaruhi kualitas

interpretasi data (Puntillo et al., 2003). Jadi, penting artinya bagi perawat untuk

belajar berpikir secara kritis tentang apa yang hatrus dikaji. Penilaian mandiri

tentang kapan pertanyaan atau pengukuran diperlukan dipengaruhi oleh

pengetahuan dan pengalaman klinik perawat (Gordon, 1994).

Sunaryo (2004) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan

kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan kecendrungan

bertindak individu. Berdasarkan hasil wawancara, enggan mengkaji adalah salah

satu penghambat perawat melakukan pengkajian keperawatan. Penelitaian RSUP

H. Adam Malik Medan oleh Hutahaean (2010) menginterpretasikan yaitu saat

jam istirahat perawat tidak bersedia melakukan Askep sebesar 27.3%, diikuti

dengan saat jam kerja perawat menggunakan waktu untuk keperluan lain 21.6 %.

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil penelitian Hutahaean (2010) terlihat keengganan perawat melaksanakan

tugasnya. Menurut Davis (2000 dikutip oleh Adiono 2002), faktor yang

memepengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan dan motivasi.

Sesuai dengan hasil wawancara, didapatkan bahwa terhambatnya pelaksaan proses

pengkajian keperawatan di ruang rawat inap terkait dengan kurangnya

kemampuan perawat mengumpulkan data secara komperhensif dan keengganan

perawat melaksanakan proses keperawatan.

Faktor beban kerja yang terlalu tinggi juga menyebabkan perawat

akhirnya tidak melaksanakan proses pengkajian keperawatan. Hasil penelitian

Sugiyanto (2005) menyatakan ada hubungan antara beban kerja dengan

kelengkapan data. Beban kerja dipengaruhi salah satunya oleh kapasitas kerja.

Seseorang yang bekerja dengan beban kerja maksimal akan menyebabkan

produktivitas menurun. Didukung juga oleh Martini (2007) menyatakan ada

hubungan antara beban kerja dengan praktek pendokumentasian asuhan

keparawatan. Disimpulkan bahwa semakin tinggi beban kerja seorang perawat

mempengaruhi kinerjanya yaitu akhirnya tidak terlaksananya proses pengkajian

keperawatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan kelima partisispan di ruang rawat

inap terpadu, peneliti mengidentifikasikan pelaksanaan proses pengkajian

keperawatan meliputi faktor penendorong perawat melaksanakan pengkajian,

metode pengumpulan data dalam pengkajian, manfaat melakukan pengkajian, dan

faktor penghambat pelaksanaan proses pengkajian.

Faktor pendorong perawat melaksanakan proses pengkajian meliputi tahap

proses keperawatan yang harus dijalankan dan protap rumah sakit dalam

penerimaan pasien baru. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam proses

pengkajian ada tiga, yaitu observasi baik pasien maupun catatan dari IGD,

mewawancarai pasien dan keluarga atau orang terdekat, dan pemeriksaan fisik

dari kepala sampai ujung kaki. Manfaat malakukan proses pengkajian antara lain:

kepuasan bagi perawat, menambah pengetahuan, dapat ditentukannya diagnosa,

serta perawat dapat mengetahui perkembangan pasien. Faktor yang menghambat

pelaksanaan proses pengkajian adalah kurangnya kemampuan perawat dalam

mengumpulkan data yang komperhensif, malas, beban kerja yang tinggi, dan

pengkajian yang memakan waktu.

Universitas Sumatera Utara


2. REKOMENDASI

2.1 Rekomendasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada keseluruhan ruang rawat inap, padahal setiap

ruang rawat memiliki karakteristik masing-masing. Untuk mendapatkan data yang

lebih spesifik peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya juga membatasi

ruang lingkup yang lebih kecil.

2.2 Rekomendasi Rumah Sakit

Keperawatan yang merupakan organisasi profesional juga dituntut memberi

layanan yang prima melalui asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

Oleh karena itu, dengan adanya gambaran pelaksanaan proses pengkajia

keperawatan di ruang rawat inap ini dapat menjadi bahan masukan untuk

memperbaiki mutu pengkajian keperawatan yang merupakan gerbang awal

pemberian asuhan keperawatan. Peneliti menyarankan agar perawat mendapat

penyegaran skill melakukan pengkajian keperawatan yang komperhensif.

2.3 Penelitian Keperawatan

Melalui informasi yang didapat dari penelitian ini maka disarankan untuk

melakukan penelitian-penelitian baru yang akhirnya meningkat kemauan dan

kemampuan perawat untuk melakukan proses pengkajian keperawatan. Penelitian

action research untuk menguji keefktifitasan penerapan suatu model pengkajian

keperawatan di ruang rawat inap.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai