Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA INTOLERANSI AKTIVITAS

OLEH :

A.A ISTRI ALIT DWI ANDAYANI

18C10136

S1 KEPERAWATAN STIKES BALI

TAHUN AJARAN 2020


A. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar

1. DEFINISI
a. Intoleransi aktivitas adalah penilaian diagnostic yang menjelaskan individu yang
memiliki kondisi fisik yang terganggu, individu ini dapat menjalani terapi yang
akan meningkatkan kekuatan dan ketahanan. ( Lynda. Juall Carpenito-Moyet. Edisi
13 Tahun 2014 ).
b. Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energy psikologis fisiologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau
yang ingin dilakukan. ( Diagnosa Keperawatan, Nanda Tahun 2016 )
2. KLASIFIKASI
1. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
2. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
3. Perubahan EKG yang mencerminkan aritmia
4. Perubahan EKG yang mencerminkan iskemia
5. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
6. Dipsnea setelah beraktivitas
7. Menyatakan merasa letih
8. Menyatakan merasa lemas
3. PATOFISIOLOGI
a. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menurunkan transportasi O2, menimbulkan perubahan status
fisik atau yang menyebabkan kebutuhan energy yang berlebihan yang menyiapkan
kemampuan fisik dan psikologis seseorang dapat menyebabkan intoleransi
aktivitas.
Faktor-faktor umum yang mempengaruhi :
1. Berhubungan dengan penurunan system transport O2 sekunder terhadap :
a) Jantung
Penyakit jantung kongenital : kardiomiopati, infark miokard, gagal
jantung kongetif, penyakit katub, disritmia, angina.
b) Pernafasan
Penyakit paru obstruksi menahun, atelektosis, dispklasia bonkopulmonari
c) Sirkulasi
2. Berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolism sekunder
terhadap :
a) Injeksi akut / kronis (infeksi)
b) Penyakit kronis ( ginjal, neurologis, TB paru )

3. Berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap :


a) Keganasan
b) Pembedahan
c) Penyakit diagnostic

4. Berhubungan dengan penurunan transport O2 sekunder terhadap :


a) Hipovolemi
b) Tirah baring

5. Situasional ( personal, lingkungan ) berhubungan dengan ketidakefektifan


sekunder terhadap :
a) Defenisi
b) Kurang motivasi
c) Gaya hidup monoton
6. Maturasional
Lansia dapat mengalami penurunan fleksibilitas otot dan deficit
sensorik.Semua ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam gerak dan aktivitas
sehingga mengalami tirah baring dalam kelemahan otot yang mengakibatkan
terjadinya intoleransi aktivitas.
b. PROSES TERJADI
Gerak dan aktivitas bermula dari kontraksi atas koordinasi system saraf.Faktor-
faktor yang merupakan transportasi oksigen menimbulkan perubahan status fisik
atau menyebabkan kebutuhan energy yang berlebihan yang menyimpang dari
kemampuan fisik atau fisiologis seseorang yang menyebabkan intoleransi
aktivitas.
1. Berhubungan dengan penurunan system transportasi oksigen terhadap jantung
a) Stelosis subordinatif hipertermi idiopatik
b) Penyakit jantung kongenital
c) Kardiomoipati
d) Distrima
e) Infark miokard
2. Berhubungan dengan pernafasan
a) Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) antelektasi
3. Berhungan dengan sirkulasi
a) Anemia
b) Penyakit arteri perifer
c) Hipotermia
d) Hipovolemia
4. Berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolism sekunder terhadap
( infeksi atau kronis )
a) Infeksi
b) Monokreasi
c) Kelainan metabolic atau endokrin
d) Hepatitis
5. Berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber enrgi sekunder terhadap :
a) Obbesitas
b) Malnutrisi
c) Diet tidak adekuat
c. MANIFESTASI KLINIS
1. Mayor
Perubahan respon fisiologi terhadap aktivitas.
a) Pernafasan
1) Dyspnea ( nyeri dada )
2) Nafas pendek
3) Frekuensi nafas meningkat berlebihan
4) Penurunan frekuensi
b) Nadi
1) Lemah
2) Menurun
3) Peningkatan berlebihan
4) Perubahan irama
c) Tekanan darah
1) Gagal meningkatkan dengan aktivitas
2) Diagnosis meningkatkan > 150 mmHg
d) Minor
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Kacau mental
4) Pucat
5) Sianosis
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Jenis pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaa hematologi
b. Parameter Yang Diperiksa
c. Hasil Temuan Yang Tidak Normal
d. Interpretasi hasil
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Penatalaksanaan terapi
1. Pemberian cairan infu
b. Penatalaksanaan operatif
1. Mengobservasi TTV
2. Memberikan posisi yang nyaman
3. Melatih moblisasi fisik
c. DLL-
B. Tinjuan Teori Askep Kebutuhan Dasar
1. Pengkajian
a. Data subjektif
1. Kaji batasan karakteristik
a) Kelemahan
b) Keletihan
c) Kurang tidur atau istirahat
2. Kaji factor yang berhubungan
a) Kurang dorongan
b) Kurang percaya terhadap kemampuan melakukan aktivitas
c) Takut cedera atau memperkuat penyakit sebagai akibat dari partisipasi
pada aktivitas
d) Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari karena penurunan energy atau
kekurangan kekuatan
e) Nyeri yang mempengaruhi penampilan aktivitas
b. Data Objektif
1. Kaji batasan karakteristik
a) Kaji kekuatan dan keseimbangan
b) Kaji respon pasien terhadap aktivitas
c. Diagnose Keperawatan
1. Intoleransi aktvitas berhubungan dengan kebutuhan metabolic sekunder
akibat neurologis Diagnosa Keperawatan ( Lynda Juall Carpenito-MOyet edisi
13 )
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ( Diagnosa
Keperawatan NANDA 2012-2014 )
2. Perencanaan
a. Prioritas Diagnose Keperawatan
b. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan metabolic sekunder
akibat neurologis
a) Rencana Tujuan
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kebutuhan metabolic
sekunder akibat neurologis
b) Kriteria Hasil
1) Kelemahan otot berkurang
2) Berpartisipasi dalam perawatan dirinya
3) Memepertahankan kemampuan aktivitas seoptimal mungkin
c) Rencana Tindakan
1) Monitor keterbatasan aktivitas kelemahan saat beraktivitas
Rasional : merencanakan intervensi dengan tepat
2) Bantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri sesuai indikasi
Rasional : pasien dapat memilih dan merencanakannya sendiri
3) Catat tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas
Rasional : mengkaji sejauh mana perbedaan peningkatan selama
aktivitas
4) Kolaboratif dengan dokter dan fisioterapi dalam latihan aktivitas
Rasional : meningkatkan kerjasama tim dan perawatan holistik
5) Anjurkan istirahat yang adekuat setelah latihan dan aktivitas
Rasional : membantu mengembangkan energi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan seseorang
melakukan pergerakan secara mandiri
a) Rencana Tindakan
1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
seseorang melakukan pergerakan secara mandiri
b) Kriteria Hasil
1) Pasien dapat menunjukkan peningkatan mobilitas
2) Pasien mengatakan terjadi peningkatan aktivitas
c) Rencana Tindakan
1) Pertahankan body aligment dan posisi yang nyaman
Rasional : mencegah iritasi dan mencegah komplikasi
2) Cegah pasien jatuh, berikan pagar pengaman pada tempat tidur
Rasional : mempertahankan keamanaan pasien
3) Lakukan latihan ROM aktif dan pasif
Rasional : meningkatkan sirkulasi dan mencegah koohaktur
4) Kolaborasi dengan fisioterapi dalam program latihan
Rasional : kerjasama dalam perawatan holistik
5) Tingkatkan aktivitas sesuai batas toleransi
Rasional : mempertahankan tonus otot
3. Pelaksanaan
a. Mandiri : aktivitas perawat yang didsarkan pada kemampuan sendiri dan bukan
merupakan petunjuk/perintah dari petugas kesehatan.
b. Delegatif : tindakan keperawatan atas intruksi yang diberikan oleh petugas
kesehatan yang berwenang.
c. Kolaboratif : tinakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan
atas keputusan bersama.
4. Evaluasi
a. Dx 1
1. Kelemahan otot pasien berkurang
2. Pasien sudah mampu berpartisipasi dalam perawatan dirinya
3. Pasien sudah mampu mempertahankan kemampuan individu aktivitas
seoptimal mungkin
b. Dx 2
1. Mobilitas pasien sudah meningkat
2. Aktivitas pasien sudah meningkat

C. WOC

ETIOLOGI
( Gaya hidup, ketidakmampuan, kelemahan fisik dan mental, tingkat energy, dan usia )

Gerak dan aktivitas

Kontraksi koordinasi system saraf pusat

Menurunkan transportasi oksigen

Perubahan status fisik menyebabkan peningkatan kebutuhan energy

Penyimpangan kemampuan fisik/fisiologi

INTOLERANSI AKTIVITAS

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,Lynda Juall,edisi 10. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.


Carpenito,Lynda Juall, 2013. Diagnosa Keperawatan, EGS., Jakarta.
Doengoes M.E,1996. Rencana Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Santosa, Budi, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika.
Wartanah dan Tarwoto, 2006.Kebutuhan Dasar Manusia : Jakarta

Lembar Pengesahan
Laporan Pendahuluan Intoleransi Aktivitas
Di Ruang Dahlia BRSU Tabanan
Mengetahui, Denpasar, Januari 2020
Pembimbing Ruangan Mahasiswa

(Ni Nyoman Kesumawati,S.Kep.,Ns) (A.A Istri Alit Dwi


Andayani)
NIP.

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

( Ns. Ni Nyoman Nuartini, S.kep.,M.Kes )


NIP.

Anda mungkin juga menyukai