Anda di halaman 1dari 13

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

PADA PENERIMA MANFAAT DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI

Disusun Oleh:
1. Komariyah Fitriya Ilhami (22020114130097)
2. Lia Budiningmas (22020114120018)
3. Dina Ayu Mentari (22020114120066)
4. Ratih Nur Ainin (22020114120061)
5. Diah Septi Utami (22020114140094)
6. Ulfa Amalia Fajrin (22020114140082)
7. Adinda Elmi (22020114120011)
8. Rifqi Rizqiya (22020114140089)

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI
PADA PENERIMA MANFAAT DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI

A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sosialisasi adalah kemampuan untuk berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain (Gail W. Stuart, 2007). Penurunan
sosialisasi dapat terjadi pada individu yang menarik diri, yaitu
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain (Rowlins,
1993). Dimana individu yang mempunyai mekanisme koping adaptif,
maka peningkatan sosialisasi lebih mudah dilakukan. Sedangkan
individu yang mempunyai mekanisme koping maladaptif, bila tidak
segera mendapatkan terapi atau penanganan yang baik akan
menimbulkan masalah-masalah yang lebih banyak dan lebih buruk.
Isolasi sosial merupakan keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Yosep,Sutini, 2014 dalam
Eyvin Berhimpong, Sefty Rompas, Michael Karundeng). Isolasi sosial
adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Farida,
2012 dalam Ruti Wiyati, Dyah Wahyuningsih).
Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam
berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain, lebih menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang
lain.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh isolasi sosial atau menarik
diri adalah; 1) Kerusakan komunikasi verbal dan nonverbal, 2)
Gangguan hubungan interpersonal, 3) Gangguan interaksi sosial, 4)
resiko perubahan persepsi sensori (halusinasi). Bila penerima manfaat
menarik diri tidak cepat teratasi maka akan dapat membahayakan
keselamatan diri sendiri maupun orang lain (Kelliat, 2006).

1
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 23
Oktober 2017 – 24 Oktober 2017 diperoleh data penerima manfaat di
Ruang Gardenia Rumah Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading
3 dari 4 penerima manfaat mengalami masalah isolasi sosial. Saat
dilakukan observasi terlihat tidak adanya interaksi antar penerima
manfaat di ruang tersebut. Hal tersebut berdasar pada hasil skor
pengkajian skala kesepian (UCLA Loneliness Scale) menunjukkan
bahwa penerima manfaat mengalami kesepian tingkat sedang,
pengkajian status kognitif Short Portable Mental State Quisionnare
(SPMSQ) mengalami penurunan intelektual, dan juga saat dikaji
dengan skala depresi didapatkan data bahwa terdapat penerima manfaat
memiliki skor skala depresi lebih dari 5 yang menunjukkan bahwa
penerima manfaat tersebut mengalami depresi.
Penatalaksanaan penerima manfaat dengan riwayat menarik diri
dapat dilakukan salah satunya dengan pemberian intervensi Terapi
Aktivitas Kelompok sosialisasi, yang merupakan salah satu terapi
modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif
dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian adaptasi optimal. Dalam kegiatan aktifitas kelompok,
tujuan ditetapkan berdasarkan akan kebutuhan dan masalah yang
dihadapi oleh sebagian besar peserta. Terapi Aktifitas Kelompok
(TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan penerima
manfaat dalam meningkatkan sosialisasi. Dari latar belakang tersebut
diatas maka kelompok sepakat untuk melakukan Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Pada Penerima manfaat Dengan Gangguan
Menarik Diri.
2. DATA YANG PERLU DIKAJI LEBIH LANJUT
-
3. MASALAH KEPERAWATAN
- Isolasi sosial

2
B. RENCANA KEPERAWATAN
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Isolasi sosial berhubungan dengan perubahan status mental,
ketidakmampuan menjalin hubungan yang memuaskan
2. TUJUAN UMUM
Setelah dilakukan terapi aktivias kelompok, diharapkan penerima
manfaat menarik diri mampu bersosialisasi dalam kelompok.
3. TUJUAN KHUSUS
a. Penerima manfaat mampu memperkenalkan diri dalam kelompok
b. Penerima manfaat mampu berkenalan dengan anggota lain dalam
kelompok
c. Penerima manfaat mampu bercakap-cakap dengan anggota lain
dalam kelompok
d. Penerima manfaat mampu bercakap-cakap dengan topik tertentu
dengan anggota lain dalam kelompok
e. Penerima manfaat mampu bercakap-cakap masalah pribadi
dengan anggota lain dalam kelompok
f. Penerima manfaat mampu bekerjasama dengan anggota lain
dalam kelompok
C. RANCANGAN KEGIATAN
1. TOPIK
“PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SOSIALISASI PADA PENERIMA MANFAAT DENGAN
GANGGUAN MENARIK DIRI”
2. METODE PELAKSANAAN TAK
1) Sesi 1: kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2: kemampuan berkenalan
3) Sesi 3: kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4: kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5: kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6: kemampuan bekeja sama

3
7) Sesi 7: evaluasi kemampuan sosialisasi
3. SASARAN DAN TARGET
a. Penerima manfaat dapat berbicara sesuai dengan topik
pembicaraan
b. Penerima manfaat kooperatif
4. STRATEGI PELAKSANAAN
A. Persiapan
1. Memilih penerima manfaat sesuai dengan kriteria yang
telah dicantumkan
2. Membuat kontrak waktu dengan penerima manfaat
3. Mempersiapkan tempat pertemuan
4. Peserta tidak boleh meninggalkan ruangan sebelum TAK
selesai
5. Jika ada peserta yang hendak BAB/BAK dipersilahkan
untuk ke toilet terlebih dahulu
B. Orientasi
1. Salam teraupetik
a. Salam dari terapis penerima manfaat
b. Perkenalan nama dan panggilan terapis
c. Menanyakan nama dan panggilan setiap peserta
2. Validasi perasaan penerima manfaat
- Menanyakan perasaan penerima manfaat saat ini
3. Kontrak waktu lama kegiatan
a. Menyepakati lamanya waktu terapi dalam pertemuan
ini
b. Jika ada penerima manfaat yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta ijin kepada terapis
c. Mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

4
C. Kerja
1. Menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan yaitu
mengedarkan spidol sesuai irama lagu dan bilamana lagu
berhenti, maka peserta yang memegang spidol diminta
memperkenalakan diri
2. Menjelaskan tata tertib kegiatan
3. Melakukan kegiatan memperkenalkan diri
D. Terminasi
1. Evaluasi
a. Terapis memvalidasi perasaa penerima manfaat
setelah tak
b. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan yang
dicapai penerima manfaat
2. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan penerima manfaat untuk
memperkenalkan diri
3. Kontrak yang akan datang
 Menyepakati tak yang akan datang
 Menyepakati waktu dan tempat
 Menutup acara
 Berdoa
4. ALAT / MEDIA YANG DIGUNAKAN
a. Musik
b. Bola
c. Spidol
d. Kertas
e. Peniti
f. Pengeras suara

5
5. SETTING TEMPAT

4 4
2
2 c
c
4
4
2
2 c
c 4 1
c
3

Keterangan:
1. Leader
2. Peserta
3. Observer
4. Fasilitator

6
6. SUSUNAN ACARA
Penanggung
No. Waktu Kegiatan Alat dan Media
Jawab
1. 10.00 – 10.05 Pembukaan: - Leader
1. Salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan kontrak waktu
2. 10.05– 10.25 Pelaksanaan TAK Musik, bola, Leader dan l
- sesi 1: kemampuan memperkenalkan diri spidol, kertas, fasilitator
- sesi 2: kemampuan berkenalan peniti, pengeras
- sesi 3: kemampuan bercakap-cakap suara
- sesi 4: kemampuan bercakap-cakap topik
tertentu
- sesi 5: kemampuan bercakap-cakap
masalah pribadi
- sesi 6: kemampuan bekeja sama
- sesi 7: evaluasi kemampuan sosialisasi
3. 10.25-10.30 Penutup - Leader
- evaluasi
- rencana tindak lanjut
- menutup acara

7
7. PENGORGANISASIAN
1) Leader : Ratih Nur Ainin
Uraian tugas :
1. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
2. Memimpin jalannya terapi kelompok
3. Memimpin jalannya tak
4. Menyampaikan materi sesuai tujuan
2) Fasilitator :
o Komariyah Fitriya Ilhami
o Lia Budiningmas
o Ulfa Amalia Fajrin
o Dina Ayu Mentari
o Rifqi Rizqiya
Uraian tugas :
1. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
2. Memotivasi anggota dalam berekspresi
3. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
4. Membimbing kelompok selama kegiatan
5. Berperan sebagai peserta tambahan sebagai motivasi penerima
manfaat dalam mengikuti kebahan sebagai motivasi penerima
manfaat dalam mengikuti kegiatan
6. Bertanggung jawab dalam program antisipasi masalah
3) Observer : Diah Septi Utami, Adinda Elmi
Uraian tugas :
1. Mengamati dan mencatat semua proses kegiatan yang berkaitan
dengan waktu, tempat, dan jalannya acara
2. Memberikan penilaian pada penerima manfaat selama terapi
berlangsung
3. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok

8
8. KRITERIA EVALUASI
A. STRUKTUR
1. Alat-alat sudah dipersiapkan dengan baik
2. Menyiapkan materi tak
3. Tempat sudah dipersiapkan untuk tak
B. PROSES
1. Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
2. Penerima manfaat mampu memperkenalkan diri
3. 75 % penerima manfaat mampu melaksanakan perintah perawat
4. Penerima manfaat mampu bekerja sama dengan peserta yang lain
5. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah penerima manfaat
6. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk
dapat mengawasi jalannnya permainan
C. HASIL
1. Kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
2. 100 % penerima manfaat mampu memahami perintah dari leader.
3. 100% penerima manfaat mampu berkoordinasi dengan penerima
manfaat yang lain untuk melaksanakan perintah leader.
4. 80% penerima manfaat mampu mengenal nama, tanggal lahir, usia
penerima manfaat lain.
5. 100% penerima manfaat mampu mempertahankan kontak mata saat
berinteraksi dengan penerima manfaat yang lain.
6. 100% penerima manfaat mampu mengikuti aturan selama
permainan.
7. 80% penerima manfaat mampu mengemukakan pendapat tentang
permainan yang telah dilakukan.
9. MATERI
DEFINISI SOSIALISASI
Manusia dalam kehidupannya tidak dapat hidup sendiri tanpa orang
lain. Manusia adalah makhluk sosial yang sepanjang hidupnya bersosialisasi
dengan orang lain dalam proses interaksi. Interaksi sosial menghasilkan

9
banyak bentuk sosialisasi. Bisa berupa interaksi antar individu, interaksi
individu dengan kelompok, dan interaksi antara kelompok. Sedangkan syarat
terjadinya interaksi sosial adalah terjadi kontak sosial dan terjadi komunikasi.
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah
kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai
teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi
diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Berikut ini adalah
definisi sosialisasi dari beberapa sosiolog.
Sosialisasi adalah proses dalam mana seorang anak belajar menjadi
seseorang yang berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari dalam
sosialisasi adalah peran-peran, sehingga teori sosialisasi adalah teori
mengenai peran (role theory). (Peter L. Berger).
Sosialisasi adalah proses mempelajari nilai, norma, peran dan
persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan seseorang dapat
berpartisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial. (Robert M.Z. Lawang).
Suatu proses yang terjadi ketika seorang individu menghayati nilai-nilai
dan norma-norma kelompok di mana ia hidup sehingga terbentuklah
kepribadiannya. (Horton dan Hunt).
FUNGSI SOSIALISASI
1. Bagi individu: agar dapat hidup secara wajar dalam
kelompo/masyarakatnya, sehingga tidak aneh dan diterima oleh warga
masyarakat lain serta dapat berpartisipasi aktif sebagai anggota
masyarakat.
2. Bagi masyarakat: menciptakan keteraturan sosial melalui pemungsian
sosialisasi sebagai sarana pewarisan nilai dan norma serta pengendalian
sosial.
JENIS SOSIALISASI
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi
primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).
Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total,

10
yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut,
terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari
masyarakat luas dalam jangka waktu kurun tertentu, bersama-sama
menjalani hidup yang terkukung, dan diatur secara formal. Berikut jenis-
jenis sosialisasi :
1. SOSIALISASI PRIMER
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer
sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan
belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga).Sosialisasi primer
berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke
sekolah.Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan
keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu membedakan dirinya
dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak
menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi
secara terbatas di dalamnya.Warna kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara
anak dengan anggota keluarga terdekatnya.

2. SOSIALISASI SEKUNDER
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok
tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah resosialisasi
dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu
identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi,
seseorang mengalami 'pencabutan' identitas diri yang lama.

TIPE SOSIALISASI
Setiap kelompok masyarakat mempunyai standar dan nilai yang
berbeda.contoh, standar 'apakah seseorang itu baik atau tidak di sekolah
dengan di kelompok sepermainan tentu berbeda. Di sekolah, misalnya,

11
seseorang disebut baik apabila nilai ulangannya di atas tujuh atau tidak
pernah terlambat masuk sekolah.Sementara di kelompok sepermainan,
seseorang disebut baik apabila solider dengan teman atau saling
membantu.Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe
sosialisasi yang ada.Ada dua tipe sosialisasi.Kedua tipe sosialisasi tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang
berwenang menurut ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti
pendidikan di sekolah dan pendidikan militer.
2. Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang
bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota
klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.

10. DAFTAR PUSTAKA


Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
Keliat BA dan Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta: EGC
Keliat BA, Panjaitan RA, Helena N, (2006). Proses Keperawatan Kesehatan
Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC
Yosep,Sutini, 2014 dalam Eyvin Berhimpong, Sefty Rompas, Michael
Karundeng 2016. Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Berinteraksi Penerima manfaat Isolasi Sosial Di Rsj Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang Manado Volome 4 Nomor 1, Februari 2016

12

Anda mungkin juga menyukai