PERILAKU KEKERASAN
DISUSUN OLEH:
1. ADELLIA MEIDITA DARMASARI (2020.04.001)
2. LINTANG SINTA SASANTI T (2020.04.008)
3. SULFA NUR JANAH (2020.04.012)
4. VERONICA LAURA YOSKY T (2020.04.014)
2.1.2 Etiologi
Etiologi skizofrenia diuraikan menjadi dua kelompok yaitu:
1. Teori somafogenik, merupakan teori yang menganggap bahwa penyebab
skizofrenia karena kelainan organic atau badaniah.
2. Teori Psikogenic, merupakan teori yang menganggap bahwa skizofrenia
disebabkan oleh suatu gang guan pada fungsional dan penyebab utama
adalah konflik, stres psikologik dan hubungan antar manusia yang
mengecewakan.
b. Gejala negatif
Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofreniaadalah
sebagai berikut:
1) Pendataran afektif (ekspresi afektif atau hidup emosi) merupakan ekspresi
perasaan yang tampil sesaat dari perasaan seseorang pada waktu
pemeriksaan dan merupakan penyelarasan yang langsung dari pada hidup
mental dan instingual, penderita skizofrenia respon emosional yang tidak
sesuai, alam perasaan yang datar tanpa ekspresiserta tidak serasi, maupun
afek klien dangkal (Ibrahim, 2011).
2) Sikap masa bodoh
3) Pembicaraan berhenti tiba-tiba
4) Menarik diri dari pergaulan sosial
5) Menurunnya kinerja atau aktivitas sosial sehari-hari (Keliat, 2011)
2.1.4 Penatalaksaan
Skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis sehingga untuk
pengobatannya memerlukan waktu yang panjang. Ada berbagai macam terapi
yang bisa kita berikan pada skizofrenia. Hal ini diberikan dengan kombinasi satu
sama lain dan dengan jangka waktu yang relative cukup lama. Terapi skizofrenia
terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan rehabilitasi. Terapi
psikososial pada skizofrenia meliputi: terapi individu, terapi kelompok, terapi
keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan sosial dan manajemen kasus
(Hawari, 2009).
a) Rawat inap
Rawat inap diindikasikan terutama untuk tujuan diagnostik untuk
stabilisasi pengobatan, untuk keamanan pasien karena adanya ide bunuh diri atau
pembunuhan, termasuk ketidakmampuan dalam mengurus kebutuhan dasar seperti
pangan, sandang, dan papan. Rawat inap mengurangi stres pasien dan
membantunya menyusun aktivitas harian. Keparahan penyakit pasien serta
ketersediaan fasilitas rawat jalan menentukan lamanya rawat inap. Rencana
perawatan dirumah sakit seharusnya berorientasi ke masalah praktis perawatan
diri, kualitas hidup, pekerjaan dan hubungan sosial. Perawatan dirumah sakit
harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk
keluarga pasien. Pusat perawatan dan kujungan keluarga pasien kadang membantu
pasien dalam memperbaiki kualitas hidup (Sadock, 2010).
b) Terapi biologis
1) Farmakologi
Dua kelompok utama obat digunakan untuk mengatasi gangguan skizofrenia,
yaitu tipikal dan atipikal. Agens tipikal adalah neuroleptik sangat poten, seperti
flufenazin (prolixin), haloperidol (haldol), dan trifluoperazin (stelazin). Agen
inefektif memblok reaksi dopamin diarea reseptor. Agens tipikal dianggap penting
dalam menahan gejala positif.
Agens atipikal adalah antagonis serotonergik-dopamin. Agens ini termasuk
risperidone (risperdal), olanzapine (zypreza), dan kuetiapin (seroquel), memblok
area serotonin dan dopamin tertentu. Obat ini dimetabolisme dihati dan diekskresi
oleh ginjal, sehingga fungsi hati dan fungsi ginjal harus dipantau secara ketat.
Agens atipikal digunakan untuk mengatasi gejala positif dan negatif (G.O’Brien,
2008).
2) Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
Efektif pada sebagian pasien skizofrenia, khususnya sub tipe katatonik.
Pasien dengan lama penyakit kurang dari satu tahun merupakan jenis skizofrenia
yang paling responsif dengan pemberian terapi elektrokonvulsif (Sani, 2011).
Terapi elektrokonvulsif (ECT) menginduksi kejang grand malsecara buatan
dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada satu atau
kedua pelipis. Jumlah terapi yang diberikan dalam satu rangkaian bervariasi
sesuai dengan masalah awal pasien dan respon terapeutik yang dikaji selama
terapi. Untuk pasien skizofrenia jumlah terapinya 20-30 kali terapi. ECT
biasanya diberikan dua sampai tiga kali dalam seminggu dengan hari yang
bergantian walaupun terapi ini dapat diberikan lebih sering atau lebih jarang (Puri,
2011).
c) Terapi psikososial
Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kecukupan diri, ketrampilan praktis, dan komunikasi
interpersonal pada pasien skizofrenia. Tujuannya adalah memungkinkan
seseorang yang sakit parah untuk membangun keterampilan sosial dan
keterampilan pekerjaan untuk hidup yang mandiri (Sadock, 2010). Secara umum
tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur kepribadian, mematangkan
kepribadian (maturing personality), memperkuat ego (ego strength),
meningkatkan citra diri (self confidence), yang kesemuanya itu untuk mencapai
kehidupan yang berarti dan bermanfaat (meaning fullness oflife) (Hawari,2014).
(1) Psikoterapi supportif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat
dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya
(flighting spirit) dalam menghadapi hidup tidak kendur dan menurun.
(2) Psikoterapi re-edukatif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan diwaktu lalu, dan pendidikan ini
juga dimaksudkan mengubah pendidikan lama dengan yang baru sehingga
penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.
(3) Psikoterapi kognitif
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif
(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan
nilai-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,
mana yang halal dan haram dan lain sebagainya (discriminative judgement).
(4) Psikoterapi psiko-dinamik
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisis dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan
upaya untuk mencari jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini diharapkan penderita
dapat memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan
mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) dengan baik.
(5) Psikoterapi perilaku
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang
terganggu (maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan
diri).
(6) Psikoterapi keluarga
Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan hubungan penderita
dengan keluarganya. Dengan psikoterapi ini diharapkan keluarga dapat
memahami mengenai gangguan jiwa skizofrenia dan dapat membantu
mempercepat penyembuhan pederita.
2.2.2 Etiologi
Menurut Sujuono Riyadi (2009), faktor-faktor yang dapat mencetuskan
perilaku kekerasan yaitu:
1.2.1 Faktor predisposisi
1) Faktor biologis
(1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat.
(2) Psycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap stimulus
eksternal, internal maaupun lingkungan. Dalaam hal ini sistem limbik berperan
sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
2) Faktor psikologis
(1) Frustasion aggression theory (teori agresif frustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan
frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan