Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “TN. S “ DENGAN


MASALAH KEPERAWATAN JIWA ISOLASI SOSIAL DI
RUANGAN KENARI RSKD DADI MAKASSAR

FAJAR PURNAMA

21005

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR

2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. MASALAH UTAMA
Isolasi Sosial: Menarik Diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif mengancam (Townsend,
2010). Atau suatu keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
sekitarnya, klien mungkin merasa ditolak, tidak. diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,
2009).
Perilaku isolasi sosial menarik diri adalah suatu gangguan
hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak
fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptive dan menganggu fungsi
seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI, 2006).
2. Tanda Dan Gejala
a. Subyektif didapati klien menolak berkomunikasi, menjawab
pertanyaan singkat seperti kata iya, tidak, tidak tahu.
b. Obyektif: apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menghindari orang lain,
komunikasi kurang (klien tampak tidak bercakap-cakap dengan orang
lain), tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, berdiam diri di
ruangan/kamar kurang mobilitasnya, menolak berhubungan dengan
orang lain, pergi jika diajak bercakap-cakap, tidak melakukan kegiatan
sehari-hari, posisi janin saat tidur.
3. Jenis Dari Masalah Utama
Klien dengan isolasi sosial menarik diri semakin tenggelam dalam
perjalanan dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga
berakibat lanjut menjadi resiko gangguan sensori persepsi: halusinasi.
mencederai diri sendiri dan orang lain, penurunan aktivitas sehingga
menyebabkan deficit perawatan diri.
4. Penyebab Terjadinya Masalah
Menurut Budi Anna Keliat (2009) salah satu penyebab dari
menarik diri adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai
dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan.
5. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan sundeen (2007)
a. Faktor perkembangannya
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui
individu dengan sukses. Karena apabila tugas perkembangannya ini
tidak dapat terpenuhi maka akan menghambat masa perkembangan
selanjutnya.
b. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial/mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan.
c. Faktor biologis
Genetic merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota
keluarganya ada yang menderita skizofrenia.
6. Faktor presipitasi
Menurut stuart dan sundeen (2007) stressor terjadinya isolasi sosial dapat
ditimbulkan oleh faktor internal dan eksternal.
a. Stressor sosial budaya
Dapat memicu kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain
b. Stressor biokimia
1) Teori dopamine
Kelebihan dopamine pada mesokartikal serta fragrus saraf dapat
berupa indikasi terjadinya skizofrenia
2) Faktor endokrin
Jumlah TSH yang rendah ditemukan pada klien skizofrenia,
demikian pula proklatin mengalami penurunan karena dihambat.
7. Akibat Terjadinya Masalah
Klien dengan perilaku isolasi sosial menarik diri dapat berakibat
terjadinya resiko perubahan persepsi sensori (halusinasi). Halusinasi
merupakan salah satu orientasi realitas yang maladaptive, dimana
halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus
rangsangan eksternal.
C. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: menarik diri


Core problem

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
2. Isolasi sosial: menarik diri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
E. RENCANA PERAWATAN
Diagnosa 1 Perubahan persepsi sensori: halusinasi
Tujuan Umum: klien tidak meneederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran
interaksi selanjutnya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu namun
perawat sendiri tidak mendengarkannya
4) Katakan bahwa klien lain ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
d. Diskusikan dengan klien
1) Situasi yang menimbulkan/ tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi,siang, sore,
malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut,sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan
perasaannya.
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Identifikasi bersama klien cara, tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi (tidur, marah, menyibukkan diri, dll).
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat beri
pujian.
c. Diskusikan cara baru untuk memutuskan/mengontrol timbulnya
halusinasi
1) Katakan “saya tidak mau dengar"
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Minta kleuarga/ teman/ perawat untuk menyapa jika klien tampak
bicara sendiri.
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutuskan halusinasinya
secara bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga bila mengalami halusinasi

b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung kerumah):


1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutuskan
halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
dirumah: diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan atau
bepergian Bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu bantuan:
halusinasi tidak terkontrol, resiko mencederai diri dan orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan
manfaat minum obat
b. Anjurkan klien meminta obat sendiri kepada perawat dan merasakan
manfaatnya
c. Anjurkan klien berbicara dengan dokter tentang manfaat dan efek
samping minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat minum obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar

Diagnosa 2: isolasi sosial: menarik diri

Tujuan Umum: klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak
terjadi halusinasi

Tujuan Khusus:

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
a. Kaji pengetahuan klien tentang menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda dan
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain:
a. Identifikasi bersama klien cara/tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
1) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
2) Diskusikan bersama klien manfaat berhubungan dengan orang lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain.
c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain:
1) Beri kesempatan klien mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain.
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap:
Klien - perawat
Klien - perawat - perawat lain
Klien – perawat - perawat lain - klien lain
Klien - keluarga atau kelompok masyarakat
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang
lain
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien mengisi
waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan
orang lain
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang: perilaku menarik diri,
penyebab perilaku menarik diri, akibat yang terjadi jika perilaku
menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien
menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien
untuk berkomunikasi dengan orang lain
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk
klien minimal seminggu sekali
e. Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai anggota
keluarga
Diagnosa 3: Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Tujuan Umum: klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan Khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian pada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
b. Setiap bertemu klien hindarkan memberi penilaian negative
c. Utamakan memberikan pujian yang realistic
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
a. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan
selama sakit
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dpat dilanjutkan
penggunaannya
4. Klien dapat menetapkan/merencanakan kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan (kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan
sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total)
b. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
c. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
dengan harga diri rendah.
b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
DAFTAR PUSTAKA
Budi A Keliat. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC

Depkes RI. (2008). Standar Pedoman Perawatan Jiwa

Kaplan Sadoch. (2007). Sinopsis Psikiatri Edisi 7. Jakarta: EGC

Stuart G W. (2011). Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC


Townsend M C. (2008) Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri:
Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai