Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN JIWA “RESIKO BUNUH DIRI”


KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :
SITI SONNIYA
5022031106

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
2023/2024

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Resiko bunuh diri

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Definisi
Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku ”Keperawatan Jiwa’ dinyatakan
sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas ini dapat
mengarah pada kematian(2007). Bunuh diri juga merupakan kedaruratan psikiatri
karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping
yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul
secara berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk bunuh diri. (Yusuf, Fitryasari, & Endang, 2015, hal.
140). Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan.Bunuh diri merupakan keputusan terakhir dariindividu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri
adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Captain, 2008). Resiko bunuh diri adalah
resiko untuk menciderai diri sendiri yang dapat mengancam kehidupan. Bunuh
diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan karena stress yang
tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam melakukan mekanisme
kopingyang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa alasan individu
mengakhiri kehidupan adalah kegagalanu untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat
menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara
untuk mengakhiri keputusan (Stuart, 2006).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku
destruktif-diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Sifat Kepribadian
a. Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh
diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,
diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau
bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui
penyebab maslah, respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan
lain-lain.
d. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
e. Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh
diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti
serotinin dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph(EEG).

2. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan. Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala menurut Fitria, Nita (2009):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung(berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat
dosis mematikan).
h. Status emosional(harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental(secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi,
psikosis dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik(biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal.
k. Pengangguran(tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami
kegagalan dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
m. Status perkawinan(mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber sosial.
t. Menjadikan korban perilaku kekerasan saat kecil.
D. RENTANG RESPON
Rentang respons, Yosep, Iyus (2009)
1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan
diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.
Sebagai contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang
berbeda mengenai loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko
mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi
yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah
semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan
padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap
kerjanya tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor
atau bekerja seenaknya dan tidak optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

E. MEKANISME KOPING
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan,
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.
III. A. POHON MASALAH

Resiko Perilaku Kekerasan Akibat

Resiko Bunuh diri Care Problem

Isolasi Sosial Penyebab

Penyebab
Harga diri Rendah

B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


Masalah keperawatan
 Risiko bunuh diri
 Keputusasaan
 Ketidakberdayaan
 Gangguan konsep diri
 Kecemasan
 Berduka fungsional
 Koping individu tidak efektif
 Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
 Koping keluarga tidak efektif
Data yang perlu dikaji
Data subjektif:
 Mengungkapkan keinginan bunuh diri
 Mengungkapkan keinginan untuk mati
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
 Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
 Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
 Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
 Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil
Data objektif:
 Impulsif
 Mennjukkan perilaku yang mencurigakan(biasaya menjadi sangat patuh)
 Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alcohol
 Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
 Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam
karier)
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko bunuh diri

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
Resiko bunuh Setelah dilakukan Pencegahan bunuh
diri b.d intervensi diri
Gangguan keperawatan selama Observasi :
psikologis 1x24 jam diharapkan - Identifikasi
(riwayat bunuh kontrol diri gejala resiko
diri) meningkat dengan bunuh diri
kriteria hasil: - Identifikasi
- Verbalisasi keinginan dan
ancaman pikiran
kepada orang rencana
lain menurun bunuh diri
- Verbalisasi - Monitor
keinginan lingkungan
bunuh diri bebas bahaya
menurun secara rutin
- Verbalisasi (mis. Barang
isarat bunuh pribadi, pisau,
diri menurun jendela)
- Verbalisasi Terapeutik :
rencana bunuh - Lakukan
diri menurun pendekatan
- Perilaku langsung dan
merencanakan tidak
bunuh diri menghakimi
menurun saat
membahas
bunuh diri
- Berikan
lingkungan
dengan
pengamanan
ketat dan
mudah
dipantau
- Hindari
diskusi
berulang
tentang bunuh
diri
- Pastikan obat
ditelan
Edukasi :
- Anjurkan
menggunakan
sumber
pendukung
(mis.layanan
spiritual)
- Jelaskan
pencegahan
bunuh diri
kepada
keluarga
terdekat
- Latihan
pencegahan
resiko bunuh
diri
(mis.latihan
relaksasi otot
progresif)
Kolaborasi :
- Kolaborasi
pemberian
obat
antipsikotik,
sesuai
indikasi
- Kolaborasi
tindakan
keselamatan
kepada PPA

IV. STRATEGI PELAKSANAAN


Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Resiko Bunuh Diri

1. Tujuan Khusus
a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
b. Klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari
c. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

2. Tindakan keperawatan:
Melindungi pasien Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan
risiko bunuh diri ialah:
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat
dipindahkan ke tempat yang lebih aman.
g. Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu, pisau,
silet, tali pinggang, dan gelas)
h. Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i. Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan untuk bunuh diri.

STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI


1. Strategi Pelaksanaan Pasien SP 1
Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu, perkenalkan saya Surianni Marnitta Purba Mahasiswa Keperawatan
Universitas Faletehan. Apakah benar ini Ibu Y. Ohh, senang dipanggil apa ? Ohh Ibu Y.
Validasi Bagaimana perasaan Ibu Y hari ini? Saya akan selalu menemani Ibu disini mulai
dari pukul 08.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan saya untuk menemani
Ibu selama dirawat di rumah sakit ini.
Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang ibu rasakan selama ini, saya siap
mendengarkan sesuatu yang ingin ibu sampaikan. Bagaimana kalau kita lakukan disini
saja? Jam berapa kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah
makan siang Ibu?

KERJA
Bagaimana perasaan Ibu setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana tersebut Ibu
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Ibu kehilangan kepercayaan diri? Apakah
Ibu merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah Ibu sering
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi? Apakah Ibu berniat untuk menyakiti diri
sendiri seperti ingin bunuh diri atau berharap Ibu mati? Apakah Ibu mencoba untuk
bunuh diri? Apa sebabnya? Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera
memberikan tindakan untuk melindungi klien. Baiklah tampaknya Ibu memerlukan
bantuan untuk menghilangkan keinginan untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh
kamar Ibu untuk memastikan tidak ada bendabenda yang membahayakan Ibu. Nah,
karena Ibu tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidupIbu,
maka saya tidak akan membiarkan Ibu sendiri. Apakah yang akan Ibu lakukan kalau
keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya setuju. Ibu harus memaggil perawat yang
bertugas di tempat ini untuk membantu Ibu. Saya percaya Ibu dapat melakukannya.
TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bincang – bincang selama ini ? Coba ibu sebutkan
cara tersebut ? Rencana Tindak Lanjut Ibu, untuk pertemuan selanjutnya kita
membicarakan tentang meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri. Jam berapa Ibu
bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa lama? Ibu, mau dimana tempatnya?

SP 2 Pasien : Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Saya perawat Surianni.
Validasi Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri
kehidupan? Baik, sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa
syukur atas pemberian Tuhan yang masih Ibu miliki. Mau berapa lama? Dimana? baiklah
30 menit disini ya bu.
KERJA
Apa saja dalam hidup Ibu yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi
kalau Ibu meninggal. Coba Ibu ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan Ibu.
Keadaan yang bagaimana yang membuat Ibu merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan
Ibu masih ada yang baik yang patut Ibu syukuri. Coba Ibu sebutkan kegiatan apa yang
masih dapat Ibu lakukan selama ini. Bagaimana kalau Ibu mencoba melakukan kegiatan
tersebut, mari kita latih.
TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa
saja yang Ibu patut syukuri dalam hidup Ibu? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan Ibu jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus Ibu. Coba Ibu ingat
lagi hal-hal lain yang masih Ibu miliki dan perlu di syukuri! Rencana Tindak Lanjut
Nanti jam 2 siang kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya
dimana? Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera
hubungi saya ya!

SP 3 Pasien : Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan


masalah pada pasien isyarat bunuh diri
ORIENTASI
Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Surianni. Validasi Bagaimana
perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi hal-hal positif yang
perlu disyukuri? Bagus! Kontrak (waktu, tempat, topik) Sekarang kita akan berdiskusi
tentang bagaimana cara mengatasi masalah Ibu selama ini. Mau berapa lama Ibu? Mau
disini saja?
KERJA
Coba ceritakan situasi yang membuat Ibu ingin bunuh diri. Selain bunuh diri apalagi kira-
kira jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Ibu. Nah, sekarang coba kita diskusikan
tindakan yang menguntungan dan merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih
cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut Ibu cara yang mana? Ya
saya juga setuju dengan pilihan Ibu. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi
perasaan Ibu ketika mau bunuh diri dengan cara tersebut.
TERMINASI
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Ibu, setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Ibu gunakan. Coba Ibu melatih cara
yang Ibu pilih tadi. Rencana Tindak Lanjut Besok di jam yang sama kita akan bertemu
lagi untuk membahas pengalaman Ibu menggunakan cara yang Ibu pilih.

SP 4 Pasien : Mendiskusikan harapan dan masa depan


ORIENTASI
Salam Terapeutik Selamat pagi Ibu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Surianni.
Validasi Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi
hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Kontrak (waktu, tempat, topik) Sekarang
kita akan berdiskusi tentang harapan dan masa depan ibu. Mau berapa lama Ibu? Mau
disini saja?
KERJA
Coba ceritakan apa harapan yang ingin ibu capai? Oh iyaa bagus ibu ingin menjadi istri
dan ibu yang baik untuk suami dan anak ibu, ibu juga ingin mencoba berjualan sayur di
rumah setelah pulang dari RS.
TERMINASI
Evaluasi Baiklah ibu sudah mengungkapkan harapan masa depan ibu, dengan demikian
kemungkinan ibu untuk bunuh diri dapat dicegah. Rencana Tindak Lanjut Besok di jam
yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas pengalaman Ibu menggunakan cara
yang Ibu pilih.
Strategi Pelaksanaan Keluarga SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yg
dirasakan dalam merawat pasien
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi !”perkenalkan saya Surianni. Perawat yang merawat Tn.S.
Validasi “Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?” Kontrak (waktu, tempat, topik)
“Bagaimana kalau pagi ini kita ngobrol tentang masalah yang dihadapi Bapak/ibu dalam
merawat ibu Y? Berapa lama waktu Bapak/Ibu? 30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”
KERJA : “Apa masalah yang Ibu hadapi dalam merawat ibu Y? ohh baiklah ternyata ibu
tidak mengetahuhi penyakit yang diderita ibu Y? Ibu Y memiliki masalah resiko bunuh
diri.” Oleh karena itu Ibu Y membutuhkan perawatan untuk mengatasi penyakitnya.
Maka dari itu ibu harus tau bagaimana cara merawat Ibu Y”
TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?” oh iya ibu ingin mengetahui
bagaimana cara merawat ibu Y.” Rencana Tindak Lanjut “Bagaimana kalau kita bertemu
lagi untuk memberitahu bagaimana penyakit RBD dan cara merawat ibu Y. Jam berapa
Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga : Menjelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya


risiko bunuh diri
ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi !”perkenalkan saya Surianni. Perawat yang merawat ibu Y. Validasi
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?” Kontrak (waktu, tempat, topik) “Bagaimana
kalau pagi ini kita ngobrol tentang cara merawat ibu Y? Berapa lama waktu Bapak/Ibu?
30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
KERJA
“Apa yang Ibu ketahui tentang masalah Bapak”.“Ya memang benar sekali Bu, ibu Y
mengalami resiko bunuh diri yaitu upaya yang disadari untuk mengakhiri kehidupan
individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Klien
aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi,
atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi , membenturkan kepala.” Jika benar seperti
itu sebaiknya ibu harus memperhatikan ibu Y agar tidak melakukan hal-hal percobaan
bunuh diri.”
TERMINASI
Evaluasi ”Bagaimana perasaan ibu setelah percakapan kita ini?”. “Dapatkah Ibu jelaskan
kembali maasalah yang dihadapi ibu Y dan bagaimana cara merawatnya?”. “Bagus sekali
Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti
di rumah juga demikian.” Rencana Tindak Lanjut “Bagaimana kalau kita bertemu lagi
dua hari mendadang untuk latihan cara memberi pujian langsung kepada ibu Y”.“Jam
berapa Bapak/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri


ORIENTASI
Salam Terapeutik Selamat pagi Bapak/Ibu. Benar kalian adalah orang tua dari Ibu Y ?
Kenalkan saya perawat Surianni dari Fakultas Keperawatan Universitas Pelita Harapan
yang merawat ibu Y selama disini.” Validasi Bagaimana bu sudah mengerti apa itu
Resiko Bunuh Diri? Bagus sekali ibu sudah mengerti. Kontrak (waktu, tempat, topik)
Sekarang kita akan mendiskusikan tentang car merawat ibu Y. Dimana kita akan
mendiskusikannya? Berapa lama bapak dan ibu ingin mendiskusikannya?
KERJA
Apa yang bapak/ibu lihat dari perilaku Ibu selama ini?. Bapak/Ibu sebaiknya lebih sering
memperhatikan tanda dan gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang akan melakukan
tindakan bunuh diri menunjukkan tanda melalui percakapannya seperti “ saya tidak ingin
hidup lagi”. Apakah Ibu Y sering mengatakannya pak?. Kalau bapak/ibu mendengarkan
Ibu Y berbicara seperti itu, maka sebaiknya bapak mendengarkan secara serius.
Pengawasan terhadap kondisi Ibu Y perlu ditingkatkan, jangan biarkan Ibu Y mengunci
diri di kamar. Bapak perlu menjauhkan benda berbahaya seperti gunting, silet, gelas dan
lain-lain. Hal ini sebaiknya perlu dilakukan untuk melindungi Ibu Y dari bahaya dan
memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Usahakan 5 hari sekali
bapak dan ibu memuji dengan tulus. Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri,
sebaiknya bapak dan ibu mencari bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi
segeralah ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius.
Setelah kembali ke rumah, bapak/ ibu perlu membantu Ibu terus berobat untuk mengatasi
keinginan bunuh diri.
TERMINASI
Evaluasi Subjektif: Bagaimana bapak/ibu ada yang mau ditanyakan?
Evaluasi objektif: Bapak/ibu dapat mengulangi lagi cara-cara merawat anggota keluarga
yang ingin bunuh diri? Ya, Bagus. Rencana Tindak Lanjut Jangan lupa untuk selalu
mengawasi Ibu Y ya pak jika ada tanda-tanda keinginan bunuh diri segera menghubungi
kami. Terima kasih Bapak/Ibu. Selamat Siang.

SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga


ORIENTASI
Salam Terapeutik
“Selamat pagi Bu. Masih ingat dengan saya? Iya saya perawat Surianni.
Validasi
“Bagaimana kabar ibu? Sudah bisa kan merawat ibu Y?”
Kontrak (waktu, tempat, topik)
”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Ibu Y
selama di rumah”.”Berapa lama Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor.
KERJA:
”Bu ini jadwal kegiatan Ibu Y selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah? ”Bu, jadwal yang telah dibuat selama Ibu Y dirawat
dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum
obatnya”. ”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Ibu Y terus menerus menyalahkan diri
sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi
rumah sakit atau bawa bapak langsung kerumah sakit”.

TERMINASI
Evaluasi
”Bagaimana Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak.

Rencana Tindak Lanjut


Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak.
Silakan selesaikan administrasinya!”
DAFTAR PUSTAKA

Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 1995.
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa
Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Yosep, Iyus. 2010.
Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama. Yusuf, A., Fitryasari, R., & Endang, H.
(2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. (A. Suslia, & F. Ganiajri, Eds.) Jakarta: Salemba
Medika. Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy,
Volume 6(3)

Anda mungkin juga menyukai