Shela Wanda
Febby Nur Fauziyah
Sinta Sari
Afifah Vicky A
Farha Medyba Virilla
5B
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diantara problem social saat ini yang menjadi beban berat pembangunan nasional adalah
gelandangan. Sebagai masalah social, gelandangan diduga telah ada sejak ciri-ciri kehidupan
kota mulai timbul. Psikotik gelandanga merupakan penderita gangguan jiwa kronis yang
keluyuran dijalanan umum.
Para gelandangan hidup di jalanan, tinggal di tempat penampungan umum, atau membuat
tempat tinggal sementara yang tidak adekuat. Para gelandangan termasuk laki-laki dewasa,
wanita dewasa, remaja, dan juga para wanita beserta anak-anaknya. Karena karakteristik para
gelandangan, sulit untuk mengira-ngira berapa jumlah mereka secara persis. Badan
pemerintah yang mengurusi gelandangan dan penyakit jiwa yang serius (Federal Task Force
on Homelessness and Severe Mental liness) sudah dapat mengindikasikan bahwa antara 1
sampai juta orang di Amerika sudah menjadi gelandangan; diantaranya, sepertiga atau lebih
gelandangan tersebut didiagnosis menderita penyakit jiwa DSM-IV Sejak Undang-undang
Kesehatan Jiwa Komunitas (Community Mental Health Act) dibuat pada tahun 1963, jumlah
gelandangan cacat mental yang sudah dikeluarkan dari fasilitas psikiatri negara bagian
menjadi semakin meningkat. Ketetapan utama dari undang-undang tersebut adalah pemberian
wewenang yang menyerahkan pelayanan kesehatan jiwa dan penyakit jiwa kepada perawatan
yang berpusat pada komunitas dan bukan pada perawatan institusional.
Yang semakin memperumit masalah adalah lebih banyak orang vang menjadi
gelandangan karena kondisi keuangan atau krisis pribadi, Populasi yang rentan ini terdiri dari
wanita yang teraniaya, bermacam-macam keluarga, remaja yang lari dari rumah, orang-orang
cacat, imigran ilegal, lansia, dan mantan narapidana. Setelah beberapa waktu, akibat
kombinasi stresor yang berlebihan dengan kehilangan multipel, orang-orang ini bisa memiliki
penyakit jiwa atau mengalami perburukan penyakit jiwa yang sudah diderita sebelumnya.
2. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dan asuhan keperawatan jiwa pada pasien kelompok khusus : psikotik
gelandangan
3. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan jiwa pada pasien kelompok khusus : psikotik gelandangan ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
III.Gelandangan Psikotik
Gelandangan Psikotik adalah klien dengan pelindungan jiwa yang keluyuran di
jalan-jalan dan dapat menganggu ketertib larangan umum dan efektifitas
lngkungan. Penggunaan gelandangan dan psikotik: UU no 23 tentang kesehatan
jiwa terkait dengan masalah gelandangan dan psikotik adalah
1. Keluarga tidak perduli
2. Keluarga malu
5. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri dan sukar diajak berkomunikasi
dan bermusuhan
2. Tahap diagnose
a. Pendekatan awal
1) Razia oleh petugas
2) Kemitraan dengan lembaga atau pihak lain rumah sakit dan
dinas sosial
b. Penerimaan dan pengasramaan
1) Pengungkaalan masalah
2) Pelaksanaan rehabilitasi sosial
3) Bimbingan fisik
4) Bimbingan mental
5) Bimbingan sosial
c. Resosialisasi : Serangkaian bimbingan bertujuan untuk mempersiapkan
klien agar dapat berintergrasi penuh dalam kehidupan masyarakat normatif dan
juga mempersiapkan masyarakat untuk dapat menerima klien
c. Penyaluran Serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memulihkan klien
Menjadi kehidupan masyarakat normatif.
c. Bimbingan lanjutan
Serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk memantapkan klien kembali
dalam kehidupan masyarakat.
c. Evaluasi
Bertujuan untuk menyelesaikan proses pelaksanaan sosial berjalan dengan
baik.
d. Faktor predisposisi
1. Genetik :Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan
yang sangat berpengaruh.
2. Psikologis :
a) Penolakan atau kekerasan dalam kehidupan klien
b) Pola asuh yang tidak adekuat
c) Konflik dan kekerasan dalam keluarga
3. Sosial Budaya
a) Kemiskinan
b) Konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan)
c) Kehidupan terisolasi dan stressor
4. Biologis :
a) hambatan perkembangan otak, khususnya frontal, temporal, limbik, sehingga
mengakibatkan gangguan dalam belajar, berbicara, daya ingat,. Selain itu
mengakibatkan seseorang menarik diri dari lingkungan atau timbul resiko
perilaku kekerasan.
b) Pertumbuhan & perkembangan individu pada prenatal, perinatal, neonatus,
dan anak-anak.
e. Faktor presipitasi
Umumnya sebelum timbul gejala, klien mengalami konflik dengan orang
disekitarnya. Selain itu ada juga tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai
perasaan tidak berguuna, putus asa, dan merasa tidak berdaya.
f. Rentang respons
g. Mekanisme Koping
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada psikotik gelandangan :
a. Perilaku pasien
b. Ekspresi wajah klien saat diajak berbicara
c. Respon verbal klien
d. Perawatan diri klien
e. Kepribadian klien
f. Aktivitas klien
g. Intake nutrisi & cairan sehari-hari
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
d. Risiko perilaku kekerasan
e. Defisit perawatan diri : Higiene, berhias, makan, atau ke toilet
f. Resiko bunuh diri
3. Perencanaan
a. Diagnosa 1 : gangguan persepsi sensori : halusinasi
Tujuan : klien tidak terjadi gangguan proses fikir yang berhubungan dengan
gangguan konsep diri.
Intervensi :
Intervensi :
1) Bina hubungan saling percaya
2) Kaji hal-hal yang dapat menarik diri
3) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan
4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan klien
5) Bantu klien untuk mampu berkomunikasi dengan orang lain
6) Anjurkan anggota keluarga secara rutin untuk menjenguk pasien
Intervensi :
e. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Konsep diri : harga diri rendah situasional
2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Defisit perawatan diri
f. Intervensi
dx. keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Perencanaan
Gangguan
Setelahkonsep
dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jan 1. Bina hubungan saling
diri : diharapkan
harga klien dapat melakukan keputusan yang efektif percaya
diri rendah
untuk mengendalikan situasi kehidupan yang demikian 2. Identifikasi Kemampuan
situasional
menurunkan perasaan rendah positif yang dimiliki.
Dengan kriteria hasil : 3. Beri pujian yang realistis
1. Klien dapat membina hubungan terapeutik dan hindari penilaian
2. Klien mengenali dan mengekspresikan negative
emosinya 4. Nilai kemampuan yang
3. Mampu mengidentifikasi kemampuan dapat dilakukan saat ini
yang dimilikinya 5. Bantu klien menyebtkan dan
4. Mampu merencanakan kegiatan yang beri penguatan terhadap
sudah dilatihkan kemampuan klien
6. Susun aktivitas bersama
klien atau kegiatan sehari-
hari yang akan dilakukan
Isolasi sosial
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3x24 jam 1. Bina hubungan saling
diharapkan klien mampu berinteraksi sosial dengan percaya
kriteria hasil : 2. Kaji hal-hal yang dapat
1. Klien mau kontak mata menarik diri
2. Klien mampu mengutarakan masalah yang 3. Beri kesempatan pada klien
dihadapi untuk mengungkapkan
3. Klien mampu berinteraksi sosial perasaan
4. Beri reinforcement positif
terhadap kemampuan klien
5. Bantu klien untuk mampu
berkomunikasi dengan orang
lain
Resiko Setelah
perilaku
dilakukan tindakan keperawatan dalam wakt 3x24 jam 1. Bina hubungan saling
kekerasan
diharapkan klien mampu mengontrol respon pribadi yang percaya
berhubungan dengan situasi traumatik dengan kriteria 2. Bantu klien untuk
hasil : mengekspresikan
1. Klien mampu mengidentifikasi penyebab perasaannya
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 3. Dengarkan ungkapan rasa
2. Klien mampu mengontrol perilaku marah dan perasaan
kekerasan bermusuhan jlien dengan
3. Klien mampu mengungkapkan sikap tenang
perasaannya 4. Observasi tanda perilaku
kekerasan
5. Anjurkan klien
mengungkapkan yang dialami
dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
6. Anjurkan klien
mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
7. Bantu klien dalam hal
spiritual
8. Berikan reinforcement
positif atas keberhasilan yang
dicapai
9. Beritahukan efek samping
obat yang dirasakan
Defisit Setelah
keperawatan
dilakukan tindakan keperawatan dalam wakt 1x24 jam 1. Jelaskan pentingnya
diharapkan klien mampu merawat diri secara mandiri, menjaga kebersihan
dengan kriteria hasil : 2. Jelaskan cara makan yang
1. Klien mampu membersihan diri secara tertib
mandiri 3. Bantu klien untuk
2. Pasien mampu berhias dengan baik memenuhi kebutuhan
higiene dan kesehatan
4. Ajarkan perawatan diri
kepada klien
g. Implementasi
Diagnosa keperawatan Tindakan
18/09/19
1. Menilai kemampuan yang dapat dilakukan saat ini
2. Memberi pujian yang realistis dan hindari
penilaian negative
19/09/19
1. Membantu klien menyebutkan dan memberi
penguatan terhadap kemampuan klien
2. Menyusun aktivitas bersama klien atau
kegiatan sehari-hari yang akan dilakukan
2. Isolasi sosial
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengkaji hal-hal yang dapat menarik diri
18/09/19
1. Memberi kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan
2. Memberi reinforcement positif terhadap
kemampuan klien
19/09/19
1. Membantu klien untuk mampu berkomunikasi
dengan orang lain
18/09/19
1. Mengobservasi tanda perilaku kekerasan
2. Menganjurkanklien mengungkapkan yang dialami
dan dirasakan saat jengkel/kesal
3. Menganjurkan klien mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
19/09/19
1. Membantu klien dalam hal spiritual
2. Memberikan reinforcement positif atas
keberhasilan yang dicapai
3. Memberitahukan efek samping obat yang
dirasakan
18/09/19
1. Menjelaskan cara makan yang tertib
2. Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan
higiene dan kesehatan
19/09/19
1. Mengajarkan perawatan diri kepada klien
h. Evaluasi
Diagnosa Keperawatan Evaluasi
Gangguan konsep diri : harga S :
diri situasional Ds : Klien mengatakan menjadi bersemangat karena ia
mempunyai lebih banyak aktivitas
O:
DO : Klien tampak lebih bersemangat
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
Isolasi sosial S :
Ds : klien mengatakan sudah mampu berkomunikasi dengan
orang lain
O:
DO : klien tampak dapat berkomunikasi dengan orang
disekitarnya
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
Resiko perilaku kekerasan S :
Ds : klien mengatakan sudah mampu mengontrol
perasaannya
O:
DO : klien tampak sudah lebih tenang
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
Defisit perawatan diri S :
Ds : klien mengatakan sudah mulai mandi 2x sehari
O :
DO : Penampilan klien tampak rapih
A : Masalah Teratasi
P : Hentikan Intervensi
BAB IV
JURNAL
1. Jurnal I
Judul:
Tujuan :
Responden :
warga binaan Gepeng didukung dengan informan pendukung yaitu pemimpin dan
pengurus lembaga.
Metode :
Warga binaan di Lembaga Sosial Hafara salah satunya adalah gelandangan dan
pengemis (Gepeng). Warga binaan Gepeng di Lembaga Sosial Hafara merupakan
hasil razia yang dilakukan baik oleh tim dari lembaga sendiri, pemerintah, maupun
masyarakat yang menemukan orang jalanan. Selama pembinaannya, lembaga
menfaasilitasi warganya dengan member hunian sementara melalui program rumah
singgah dan pantisosial.
Dampak dari keberhasilan kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) ini bagi
warga binaan eks Gepeng antara lain; memperoleh pengetahuan dan ketrampilan
dalam mengelola perikanan dan pertanian, memiliki pekerjaan dan menjadi
bertanggung jawab.
b. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) memiliki modal berupa sarana prasarana,
peralatan, dan perlengkapan yang memadai.
c. Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) didukung oleh warga binaan terutama
Gepeng dan penurus serta pengelola lembaga itu sendiri.
Warga binaan Lembaga Sosial Hafara terdiri dari Gepeng dewasa, gelandangan eks
psikotik (gangguan jiwa), dan anak jalanan. Mereka berasal dari jalanan dan merupakan hasil
dari razia yang dilakukan oleh tim lembaga, pemerintah, dan masyarakat. Warga yang telah
dibina disebut eks Gepeng. Eks Gepeng di lembaga tersebut diberikan pembinaan,
pendidikan, dan pelatihan melalui beberapa program pemberdayaan. Kegiatan Usaha
Ekonomi Produktif (UEP) yang dilakukan yaitu berupa pemberian pengetahuan dan
pelatihandi bidang perikanan, pertanian, dan usaha warung.
2. Jurnal II
Judul
Tujuan
mencari tahu secara mendalam terkait koordinasi dalam penanganan gelandangan psikotik
di Kota Bandung.
Metode
Responden
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan oleh penulis dapat disimpulkan
bahwa koordinasi dalam penanganan gelandangan psikotik belum sepenuhnya berkaitan
dengan dimensi mandat, dimensi sistem dan dimensi perilaku, dimana hanya beberapa hal
saja yang sudah cukup baik dan sudah dipenuhidari ketiga dimensi tersebut, yaitu yang
berkaitandenganketerlibatan stakeholder, kecukupan dan ketersediaan sumber daya dan
budaya organisasi yang mendukungkoordinasi.Untukhallainnya seperti komitmen
pemimpin, tujuan yang jelas dan disepakati bersama, kerangka kerja dan akuntabilitas,
pengukuran kinerja, ketepatan dan kemampuan perwakilanjugakepemimpinandalamtim
sertapertukaranbudayadannilaibersama yang masih belum terbentuk denganbaik.
3. Jurnal III
Judul:
Peneliti :
FISIP UI
Tujuan:
Responden:
Gelandangan dan pengemis yang berada di Panti Sosial Bina Bangun Daya (PSBI BD) 2
Cipayung, Jakarta Timur
Metode:
Gelandangan dan pengemis di Provinsi DKI Jakarta disebabkan oleh faktor kemiskinan, sikap
pasrah terhadap nasib, rendahnya etos kerja dan rendahnya harga diri. Gelandangan dan
pengemis yang terjaring dalam Penertiban dimasukkan ke penampungan sementara PSBI BD
2 Cipayung. Dalam panti ini diberikan pelayanan sosial pertama rehabitasi sosial
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil temuan lapangan dan analisis data pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa gelandangan dan pengemis merupakan masalah yang sangat
krusial. Faktor penyebab gelandangan dan pengemis dalam panti disebabkan karena faktor
internal yang meliputi kemiskinan, sikap mental dan harga diri yang rendah. Sedangkan
faktor-faktor eksternal juga sangat mempengaruhi seseorang dapat melakukan aktivitas
gelandangan dan pengemis. Upaya penanganan pemerintah dalam mengurangi jumlah
gelandangan dan pengemis sudah dilakukan melalui proses razia dan penertiban.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Diantara problem social saat ini yang menjadi beban berat pembangunan
nasional adalah gelandangan. Sebagai masalah social, gelandangan diduga telah ada
sejak ciri-ciri kehidupan kota mulai timbul. Psikotik gelandanga merupakan penderita
gangguan jiwa kronis yang keluyuran dijalanan umum.
Gelandangan Psikotik adalah klien dengan pelindungan jiwa yang keluyuran
di jalan-jalan dan dapat menganggu ketertib larangan umum dan efektifitas
lngkungan.
2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan
pengetahuan dan ketrampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi
pengembangan penulisan selanjutnya.Dan untuk senantiasa mencari tahu lebih dalam
dan memperbaharui pengetahuan.