Anda di halaman 1dari 28

PERSIAPAN PASIEN UNTUK PERSIAPAN PENUNJANG

Oleh Kelompok 1

NAMA KELOMPOK

1. DEWA AYU SRI PURNIATI (183212865)


2. I PUTU AGUS KRISNA OKAJANA (183212871)
3. NI KADEK AYU DEWI CAHYANI (183212877)
4. NI KADEK RISKI DWIYANTI (183212883)
5. NI KOMANG MULIADNYANI (183212888)
6. NI LUH PUTRI RAHAYU (183212895)
7. YUNDA CHANDRA DEWI (183212901)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA PPNI BALI

DENPASAR

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur di haturkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyanyang. Karena atas rahmat, dan karunia-Nya makalah yang berjudul “Persiapan

Pasien Untuk Persiapan Penunjang” ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Dasar 2
dengan maksimal dan memperoleh bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat
mempermudah dalam pembuatan makalah ini. Dengan ini penulis menyampaikan
banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Karena minimnya pengetahuan dan juga pengalaman penulisi, dengan ini penulis
sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Demi kesempurnaan
makalah ini penulis sangat berharap saran dan kritik yang perbaikan dan membangun
untuk meningkatakan kualitas dalam pembuatan makalah selanjutnya

Denpasar, 13 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Persiapan pasien untuk pemeriksaan menunjang .......................... 3
2.2 Prosedur Persiapan Pemeriksaan Penunjang : (EKG, EEG, X-Ray, CT Scan,
USG, Biopsi, Laboraturium : Darah, Dahak, Urine,Feses) dll. ........... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 23
3.2 Saran ............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan


bagian dari tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan
secara tim, perawat melakukanfungsi kolaboratif dalm memberikan tindakan.

Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu


diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan prognosa. Karena
itu perlu diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana persiapan pasien untuk pemeriksaan penunjang ?


2. Bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan penunjang : (EKG, EEG,
X-Ray, CT Scan, USG, biopsi, laboraturium : darah, dahak, urine,feses)
dll ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana persiapan pasien untuk pemeriksaan


penunjang.
2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur persiapan pemeriksaan
penunjang : (EKG, EEG, X-Ray, CT Scan, USG, biopsi, laboraturium :
darah, dahak, urine,feses) dll.

1
1.4 Manfaat Penulisan

1. Agar pembaca mampumemahami bagaimana persiapan pasien untuk


pemeriksaan penunjang.
2. Agar pembaca mampu memahami bagaimana prosedur persiapan
pemeriksaan penunjang : (EKG, EEG, X-Ray, CT Scan, USG, biopsi,
laboraturium : darah, dahak, urine,feses) dll.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Persiapan pasien untuk pemeriksaan menunjang

1. Definisi pengkajian penunjang :


Pemeriksaan penunjang merupakan penelitian perubahan yang timbul pada
penyakit, perubahan ini bisa berupa penyebab atau akibat pemeriksaan penunjang juga
sebagai ilmu terapan yang berguna membantu petugas kesehatan dalam mediagnosis
dan mengobati pasien

 Macam- macam pemeriksaan penunjang berdasarkan media yang di gunakan:


1) Pemeriksaan lab
2) Pemeriksaan rontgen
3) Pemeriksaan USG.

 Berdasarkan organ atau bagian tubuh yang di periksa :


1) Pemeriksaan penunjang di bagian kebidanan dan kandungan
2) Pemeriksaan penunjang di bagian penyakit dalam.
3) Pemeriksaan penunjang di bagian kesehatan anak.
4) Pemeriksaan penunjang di bagian saraf atau neurologi.
5) Pemeriksaan penunjang di bagian THT-KL.
6) Pemeriksaan penunjang di bagian kulit kelamin.
7) Pemeriksaan penunjang di bagian kesehatan jiwa.
8) Pemeriksaan penunjang di bagian mata.

3
2. Alat-alat yang di gunakan untuk melakukan pengkajian penunjang :

 MRI(Magnetic Resonance Imaging)


Digunakan untuk mendiagnosa bagian struktur tubuh manusia dengan
gelombang electromagnetic, yang tidak memberi efek radiasi seperti sinar X.
Alat ini sangat berguna untuk pemeriksaan saraf, jaringan otot, jantung dan
pembuluh darah dan tumor. Semakin besar teslanya atau kekuatan magnetiknya
semakin baik kualitas gambarnya.
 Lightspeed MSCT (MultiSlice computer Tomography)
Scanner adalah alat diagnosa yang menggunakan sinar X untuk memberikan
gambar 3 dimensi organ dalam tubuh. Kelebihan alat ini memiliki sistem yang
membantu mengurangi dosis sinar X pada pasien sampai dengan 30.
 Angiograph,
Alat Angiografi ini digunakan sebagai alat diagnosa dan pengobatan. Alat ini
menggunakan sinar X untuk melihat bagian dalam pembuluh darah yang
tersumbat dan dengan bantuan alat lainnya untuk tindakan balonisasi atau
pemasangan penyangga pembuluh darah/stent.
 Mobile Fluorostar C-Arm
Adalah alat penting yang diggunakan dokter dalam kamar operasi atau tindakan
medis.
 Roentgen Konvensional
 Mammografi,
Alat Mammografi digunakan untuk mendiagnosa kanker payudara pada
wanita, alat ini menggunakan sinar X untuk menciptakan gambarnya yang
dapat membedakan sel sehat dan sel ganas/kanker
 Roentgen Panoramik
 UltraSonoGraphy (USG)

4
Rumah sakit menyediakan USG 2-D, 3-D and 4-D. USG digunakan untuk
memeriksa organ bagian dalam dengan gelombang suara. Pemeriksaan
kehamilan, medical chek up dan keadaan organ bagian dalam, dsb.
 ElectroKardioGrafi (EKG) &Treadmill:
Pemeriksaan untuk mengetahui fungsi jantung dan mengecek kesehatan
jantung nya.
 EEG (ElectroEncephaloGrafi)
Pemeriksaan untuk mengetahui gelombang listrik dalam otak.
 EMG (ElectroMyoGrafi)
Pemeriksaan Aktivitas listrik pada otot disaat istirahat dan bergerak.
 Audiometri:
Alat deteksi fungsi pendengaran dengan beberapa level intensitas gelombang
suara.

3. Fungsi dan tujuan pemeriksaan penunjang

a. Fungsi dalam pemeriksaan penunjang:


Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan menentukan
resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit terutama bagi individu
beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau keluhan).
Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita
seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta berkaitan
erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.
Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala klinis.
Membantu pemantauan pengobatan. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan
penyakit, yaitu untuk memprediksi perjalanan penyakit dan berkaitan dengan terapi
dan pengelolaan pasien selanjutnya.

5
Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan
penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat meminimalkan
komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya dilakukan secara berkala.
Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai dan potensial
membahayakan.
Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati penyakit.

4. Tujuan dalam pemeriksaan penunjang


 Untuk menambah data penunjang selain data pemeriksaan fisik
 Untuk memberi kejelasan dan kepastian tentang kesungguhan penyakit
yangdiderita oleh pasien.
 Untuk memudahkan dokter dalam melakukan diagnosis
5. Persiapan Pasien dalam pemeriksaan Penunjang
 Dokter di bantu oleh perawat memberikan informasi mengenai tindakan apa
yang akan dilakukan
 Manfaat dari tindakan itu, dan persyaratan apa yang akan dilakukan oleh pasien.
 Informasi yang diberikan harus jelas agar tidak menimbulkan katakutan atau
persepsi yang keliru bagi pasien.
 Pemelihan jenis tes yang kurang tepat atau tidak sesui dengan kondisi klinis
pasien akan mengasilkan interpretasi yang berbeda.
 Kesiapan pasien akan istrusi yang di berikan oleh dokter atau para medis sangat
berpengaruh terhadap hasil laboraterium; tidak diikutinya intruksi yang
diberikan akan memberikan penilaian hasil laboraterium yang tidak tepat.
 Persiapan keluarga

2.2 Prosedur Persiapan Pemeriksaan Penunjang : (EKG, EEG, X-Ray, CT Scan,


USG, Biopsi, Laboraturium : Darah, Dahak, Urine,Feses) dll.

6
1. Prosedur Pemasangan EKG
Penggunaan Elektrokardiogram hanya dilakukan :
1) Sesuai indikasi / ketentuan
2) Atas instruksi dokter.
Langkah-langkah pemasangan EKG :
1. Atur Posisi Pasien, posisi pasien diatur terlentang datar Buka dan longgarkan
pakaian pasien bagian atas, bila pasien memakai jam tangan, gelang, logam lain
agar dilepas.
2. Bersihkan kotoran dengan menggunakan kapas pada daerah dada, kedua
pergelangan tangan dan kedua tungkai dilokasi manset elektroda.
3. Mengoleskan jelly pada permukaan elektroda. Memasang manset elektroda
pada kedua pergelangan tangan dan kedua tungkai.
4. Memasang arde.
5. Menghidupkan monitor Elektrokardiogram.
6. Menyambungkan kabel Elektrokardiogram pada kedua tungkai pergelangan
tangan dan kedua tungkai pergelangan kaki pasien, untuk rekaman ekstremitas
lead (Lead I, II, III, AVR, AVL, AVF) dengan cara :
Warna merah pada pergelangan tangan kanan Warna hijau pada kaki kiri
Warna hitam pada kaki kanan.Warna kuning pada pergelangan tangan kiri.
7. Memasang elektroda dada untuk rekaman precardial lead.
a. V1 pada interkosta keempat garis sternum kanan
b. V2 pada interkosta keempat garis sternum kiri
c. V3 pada pertengahan V2 dan V4
d. V4 pada interkosta kelima garis pertengahan clavikula kiri
e. V5 pada axila sebelah depan kiri
f. V6 pada axila sebelah belakang kiri

8. Melakukan kalibrasi dengan kecepatan 25 mili/detik

7
9. Bila rekaman Elektrokardiogram telah lengkap terekam, semua elektroda yang
melekat ditubuh pasien dilepas dan dibersihkan seperti semula.
10. Pasien dibantu merapihkan pakaian.
Catatan :
Harap diperhatikan urutan pemasangan LEAD pada EKG agar tidak terjadi
kesalahan interpretasi data yang dikeluarkan oleh EKG itu sendiri.

2. Prosedur Pemasangan EEG


1. Pengertian

1) Elektro Ensefalografi adalah suatu prosedur pemeriksaan menggunakan alat


elektromedik yang digunakan untuk merekam aktivitas listrik otak, melalui
tengkorak yang utuh.juga merupakan pemeriksaan syaraf otak dengan mereka
gelombanggelombang otak.
2) EEG adalah pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan di bagian syaraf
untuk menentukan adanya kelainan gelombanggelombang di otak secara
fungsional(Jan Nissl, 2006)

2. Indikasi

EEG dilakukan untuk (Jan Nissl, 2006)

1) Mendiagnosa dan mengklasifikasikan Epilepsi


2) Mendiagnosa dan lokalisasi tumor otak, Infeksi otak, perdarahan
otak,parkinson
3) Mendiagnosa Lesi desak ruang lain
4) Mendiagnosa Cedera kepala
5) Periode keadaan pingsan atau dementia.
6) Narcolepsy.
7) Memonitor aktivitas otak saat seseorang sedang menerima anesthesia umum
selama perawatan.

8
8) Mengetahui kelainan metabolik dan elektrolit

3. Kontraindikasi

1) Kejang
2) Tumor otak
3) Cedera kepala
4) pendarahan intrakranial
5) abses otak
6) ensefalitis
7) mati batang otak

4. Persiapan alat

1) Mesin eeg
2) Pasta ten 20
3) Bantal bayi
4) Abrasive gel
5) Cotton bud

5. Persiapan klien

1) Pasien tidak dalam keadaan Batuk, Pilek atau Demam.


2) Berhenti meminum obat tertentu ( Obat Penenang).
3) Hindari makanan yang mengandung Kafein ( seperti Kopi, Teh, Cola, Coklat)
sedikitnya 8 jam se belum test.
4) Hindari Puasa malam sebelum prosedur, Makanlah dalam porsi kecil sebelum
test, sebab gula darah rendah dapat mempengaruhi hasil EEG.
5) Rambut Harus Bersih, bebas dari minyak rambut. hair spray, gel, conditioner
atau cairan yang mengandung obat kulit (atau sebaiknya keramas terlebih
dahulu).
6) Tidur malam yang cukup.
7) Tidak perlu persiapan puasa
8) Jelaskan prosedur tindakan pada klien
9) Inform concent

9
6. Prosedur

1. Preinteraksi

Jelaskan tujuan pemeriksaan pada klien

2. Interaksi

1) Tutup sampira
2) Cuci tangan
3) Memakai hanscone
4) Pastikan pasien sudah keramas sebelum pemeriksaan EEG
5) Sebelum pemeriksaan jangan menggunakan minyak rambut,dan make up
6) Untuk pemasangan elektroda yang benar,ukur kepala dengan tekhnik 10-20
sistem
7) Setelah diukur berikan tanda dengan pensil khusus EEG disetiap titik
pelekatan elektroda
8) Bersihkan tiap titik pelekatan elektroda dengan abrasive gel,
9) Letakan abrasive gel ke cutton bud kemudian gosok perlahan-lahan di titik
yang akan diletakan elektrodanya.
10) Elektroda pertama yang dipasang sebaiknya elektroda Ref (diletakan di antara
CZ dan FCZ),dan Ground(diletakan di FPZ)
11) Rekatkan elektroda ke kepala dengan pasta ten 20.
12) Perhatikan setelah pemasangan elektroda akan muncul nilai ipedansi di layar
monitor
13) Bila angka dibawah 5 kohm(mesin EEG berwarna hijau dan berwarna merah
jika lebih dari 5),berarti pemasangan sudah baik.
14) Pada saat perekaman, biasanya pasien dalam kondisi terentang, ganjal kepala
pasien dengan bantal, pergunakan bantal yang nyaman tapi tidak mengganggu
elektroda yang terpasang. Penulis menyarankan gunakan bantal guling kecil
(bantal bayi).

10
15) Tanyakan ke pasien apakah posisi kepalanya sudah nyaman dan tidak tegang.
Beritahukan juga ke pasien agak tidak terlalu sering berkedip dan
bergerak.Renggangkan rahang pasien, maksudnya antara gigi atas dan gigi
bawah jangan menempel. Semua ini dimaksudkan agar mengurangi artefact
yang timbul dari pasien sendiri.
16) Setelah semua prosedur diatas dilakukan, lihatlah ke monitor, apakah
gelombang EEG sudah baik (tidak banyak artefact), Bila sudah lakukanlah
perekaman.
17) Dalam awal perekaman perintahkanlah ke pasien agar membuka dan menutup
mata, lakukanlah beberapa kali. Jangan lupa memberikan marker pada saat
melakukan setiap perintah yang kita minta. Biasanya pada mesin EEG sudah
terdapat tamplate marker seperti Eye Open, Eye Close dll. Operator tinggal
mengklik saja.
18) Aktivitas pasien harus selalu dipantau, misalkan saat pasien bergerak atau
batuk, berikanlah marker. Ini memudahkan dokter dalam membaca hasil
rekaman. Saat ini teknologi EEG sudah berkembang, selain menggunakan
marker untuk menandai setiap aktivitas pasien ada juga EEG dengan fasilitas
Video recording, jadi saat hasil EEG dibaca, dokter pembaca dapat melihat
langsung aktivitas pasien selama perekaman bersamaan dengan gelombang
EEG.
19) Untuk jenis mesin EEG lama, operator harus merubah montage tiap beberapa
menit, Biasanya 2 sampai 3 menit perekaman operator harus merubah
montage , dari montage I sampai VIII
20) Di mesin EEG terbaru operator sudah tidak perlu lagi merubah montage,
dikarenakan pada saat merekam semua montage sudah direkam oleh mesin
EEG. Penulis menyarankan pada saat rekaman gunakanlah montage
Referential, contoh : FP1-Ref, FP2-Ref, F4-Ref dst. Kenapa penulis
menyarankan menggunakan montage Referential? Karena dengan montage
referential pada saat ada elektroda yang lepas atau bed connect dapat langsung

11
terlihat posisi elektroda mana yang bermasalah, jadi operator dengan mudah
dan cepat untuk memperbaikinya.

7. Terminasi

1) Cuci tangan
2) Dokumentasi

3. Prosedur Pemasangan X-Ray


Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang
memanfaatkan peran sinar X untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada
berbagai organ diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih,
tenggorokan dan rangka.
Persiapan dan Pelaksanaan :
1. Lakukan informed consent
2. Tidak ada pembatasan makanan/cairan
3. Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (Posterior Anterior) dapat
dilakukan dengan posisi berdiri dan PA lateral dapat juga dilakukan.
4. Anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada waktu pengambilan
foto sinar x.
5. Pada jantung, foto PA dan lateral kiri dapat diindikasikan untuk mengevaluasi
ukuran dan bentuk jantung.
6. Pada abdomen, baju harus dilepaskan dan gunakan baju kain, pasien tidur
terlentang dengan tangan menjauh dari tubuh serta testis harus dilindungi.
7. Pada tengkorak, penjepit rambut, kacamata dan gigi palsu harus dilepaskan
sebelum pelaksanaan foto.

Pada rangka, bila dicurigai terdapat fraktur maka anjurkan puasa dan immobilisasi pada
daerah fraktur.

12
4. Prosedur pemasangan CT-Scan
1. Persiapan sebelum menjalani prosedur pemeriksaan
Ada beberapa hal yang harus disampaikan pada dokter sebelum menjalani CT scan.
1) Sedang hamil atau berencana untuk hamil dalam waktu dekat
2) Memiliki gangguan fungsi jantung, seperti gagal jantung
3) Menderita diabetes
4) Sedang mengonsumsi metformin
5) Memiliki asma
6) Mengalami gangguan fungsi ginjal
1. Sesaat sebelum pemeriksaan berlangsung, maka akan dilakukan beberapa hal
berikut ini.
1) Melepas pakaian dan menggantinya dengan pakaian yang disediakan khusus
dari rumah sakit.
2) Melepas perhiasan atau aksesoris yang dikenakan seperti jam tangan, gelang,
kalung, dan cicin. Serta harus melepaskan gigi palsu, jepit rambut, dan alat
bantu dengar.
3) Jika memiliki implantasi metalik di dalam tubuh, seperti pemasangan ring
jantung, atau mur di tulang, segera laporkan ke dokter. Karena benda-benda
tersebut akan memblokir sinar X untuk menembus ke dalam tubuh.
4) Tidak makan dan minum beberapa jam sebelum melakukan prosedur
pemeriksaan ini.
2. Berikut tahapan proses pemeriksaan CT scan:
1) Jika semua persyaratan diatas telah terpenuhi maka pasien dibaringkanpada
meja scanner.
2) Selama scan berlangsung, akan terasa meja scanner bergerak di dalam scanner
yang berbentuk seperti donat. CT scan berkecepatan tinggi ini akan menangkap
beberapa gambar dari setiap bagian tubuh. Termasuk organ, tulang, atau bahkan
pembuluh darah.

13
3) Selama proses tes berlangsung, tidak diperbolehkan untuk bergerak karena
dapat membuat gambar menjadi buram. Juga mungkin saja diminta untuk
menahan napas selama beberapa saat.

5. Prosedur pemasangan USG


USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang di lakukan di atas permukaan
kulit/di rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan
ini di gunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi kelainan pada
abdomen, otak, jantung dan ginjal.
Persiapan dana pelaksanaan ultrasonografi (USG)
1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan pasien untuk untuk berpuasa makan dan minum 8-12 jam
sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen, kantung empedu, hepar,
limpa dan pankreas.
3. Oleskan jelly konduktifpada permukaan kulit yang akan di lakukan
USG
4. Transduser di pegang dengan tangan dan gerakan ke depan dan ke
belakang di atas permukaan kulit
5. Lakukan antara 10-30 menit
6. Premedikasi jarang di lakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah
masuknya udara
8. Pada pemeriksaan obstruktif (trimester pertama & kedua) pelvis dan
ginjal pasien ketiga, pemeriksaan di lakukan pada saat kandung kemih
kosong
9. Bila pemeriksaan pada jantung anjurkan untuk bernafas secara
perlahan-lahan
10. Bila pemeriksaan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari leher dan
jepit rambut dari kepala.

14
6. Prosedur biopsi
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh
manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dilakukan apabila terdapat
benjolan pada bagian tubuh yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang
dapat didiagnosis dengan biopsi, misalnya peradangan dalam organ dalam seperti hati,
ginjal, yang dapat dilihat dari sampel biopsi. Kita dapat mengetahui tingkat keganasan
yang terjadi.
1. Peralatan yang digunakan untuk biopsi
di antaranya:
1) Sarung tangan / handschoen
2) Spuit 1 cc, 3 cc dan jarum suntik
3) Obat anestesi lokal, misalnya 2% lidocaine dan epinephrine
4) Larutan povidon iodine untuk antiseptik
5) Tempat/kontainer berlabel yang berisi formalin untuk sampel biopsi jaringan.
6) Alat untuk biopsi yang steril atau sekali pakai seperti alat punch ukuran
4mm/6mm/8mm, pisau cukur, pisau bedah/scalpel no 15.
7) Needle holder untuk menjahit bekas luka
8) Pinset
9) Jarum suntik atau forsep Adson untuk membantu mengangkat spesimen biopsi.
10) Aluminium klorida 20% untuk menghentikan perdarahan
11) Kauter elektrik
12) Benang dan jarum jahit.
13) Kassa steril atau dressing
14) Perban elastis
15) Perekat (adhesive tape)
16) Doek / kain penutup steril
17) Form permintaan pemeriksaan patologi
18) Antibiotik topikal tidak digunakan secara rutin dan hanya digunakan pada
kondisi tertentu, seperti pasien diabetes mellitus

15
2. Prosedural
Secara umum, prosedur persiapan yang dilakukan untuk melakukan tindakan biopsi
adalah:
1) Mencuci tangan sesuai dengan prosedur medis
2) Memilih area lesi yang akan dibiopsi. Area biopsi yang dipilih biasanya pada
lesi yang terlihat paling abnormal
3) Memberikan tanda (marker) pada area yang akan dibiopsi
4) Melakukan desinfeksi pada area kulit yang akan dilakukan biopsi dengan
menggunakan larutan povidon iodine
5) Melakukan anestesi dengan menggunakan spuit 3 cc yang berisi obat anastesi
lokal seperti 2% lidokain dan epinefrin. Anestesi dilakukan dengan teknik
infiltrasi
6) Menutup area di sekitar biopsi dengan menggunakan kain penutup steril
7) Meregangkan kulit di sekitar area biopsi oleh tangan yang tidak dominan
8) Melakukan tindakan biopsi. Bila melakukan biopsi kulit dengan menggunakan
teknik punch, alat biopsi punch dipegang dengan arah vertikal.
Alat punch dipegang dengan tiga jari, dengan ibu jari dan jari tengah memutar
alat punch dan jari telunjuk menahan dan memberikan tekanan tambahan.
Alat punchmenekan kulit dengan arah berputar sampai sampel jaringan
terambil
9) Spesimen jaringan kulit yang sudah dibiopsi dapat diangkat dengan bantuan
jarum suntik. Hindari penggunaan forsep untuk mengangkat spesimen karena
dapat merusak jaringan atau menyebabkan gambaran artefak saat dilakukan
pemeriksaan histopatologi
10) Menaruh spesimen jaringan biopsi ke dalam tempat/kontainer yang berisi
formalin, menulis label pada spesimen termasuk nama pasien dan tanggal
dilakukan biopsi
11) Luka bekas biopsi dapat langsung ditutup dengan kassa steril atau perban. Bila
luka cukup besar atau perdarahan cukup banyak maka bekas luka dapat dijahit.

16
Jika dokter menilai ada risiko infeksi yang cukup tinggi (misalnya pasien
imunosupresi akibat penggunaan steroid), luka bekas biopsi dapat dioleskan
antibiotik topikal.
12) Mencuci tangan sesuai dengan prosedur medis, serta membuang sarung tangan,
spuit bekas dan sampah medis lainnya ke tempat yang benar.

7. Prosedur persiapan laboraturium

1. Pengertian
Pemeriksan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan
khususdengan mengambil bahan/sample dari penderita, dapat berupa urine (air
kencing),feses, darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy
2. Prosedur Pemeriksaan
1) Menerima pasien di ruang laboratorium dan mempersilahkan pasien
untuk duduk dihadapan pemeriksa.Meminta status pengantar pasien dari dokter
yang merujuk untuk pemeriksaanlaboratorium.
2) Membaca pengantar pemeriksaan.
3) Menanyakan keluhan pasien.
4) Menanyakan Kartu Identitas Penduduk pasien, untuk tujuan
pendokumentasian.
5) Mempersiapkan alat dekat pasien
6) Memberitahukan pasien bahwa prosedur memerlukan pengambilan
sampledarah dengan menggunakan spuit 3 cc, dan jarum akan ditusukan
padapembuluh darah di tangan pasien.
7) Membebaskan area yang akan di ditusukkan jarum suntik dari kain/lenganbaju,
meluruskan tangan pasien diatas meja pemeriksa.
8) Pemeriksa mencuci tangan.

17
Selanjutnya masuk dalam prosedur tindakan pemeriksaan haemoglobin caraahli
1. Darah
Pemeriksaan darah merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau
specimen darah. Antara lain :
 Darah Rutin :
 Hemoglobin/HB
Untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
 Hematocrit /HT
Mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
 Trombosit
Mendeteksi adanya trobositopenia dan trombositosis
 Darah Kimia :
 SGPT ( serum glumatik piruvik transaminase )
Pemeriksaan SGPT digunakan untuk mendeteksi adanya kerusakan
hepatoseluler.
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena.
2. Masukkan pada tabung
3. Hindari hemolysis
4. Beri label dan tanggal
 Albumin
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mendeteksi kemampuan albumin
yang disintesisi oleh hepar, yang bertujuan untuk menentukan adanya
gangguan hepar seperti luka bakar, gangguan ginjal.
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena
2. Masukkan pada tabung
3. Berikan label dan tanggal

18
 Asam Urat
Pemeriksaan asam urat dilakukan untuk mendeteksi penyakit pada ginjal,
luka bakar dan kehamilan.
Cara :
1.Ambil darah kurang lebih 5-7 ml dari vena
2.Masukkan pada tabung
3.Beri label dan tanggal
 Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin dilakukan untuk mendeteksi kadar bilirubin.
Bilirubin direct dilakukan untuk mendeteksi adanya ikterik opstruktif oleh
batu/ neoplasma, hepatitis. Bilirubin indirect dilakukan untuk mendeteksi
adanya anemia, malaria.
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena
2. Masukkan pada tabung
3. Hindari hemolysis
4. Berikan label dan tanggal
 Ekstrogen
Pemeriksaan akstrogen dilakukan untuk mendeteksi disfungsi ovarium,
gejalan menopause dan pasca menopause.
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena
2. Masukkan pada tabung

 Gas Darah Arteri


Pemeriksaan gas darah arteri dilakukan untuk mendeteksi gangguan
keseimbangan asam basa yang disebabkan oleh gangguan respiratorik-
gangguan metabolic.

19
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 1-5 ml dari arteri, dengan spuit jarum
berisikan hepain
2. Berikan label dan tanggal
 Gula Darah Puasa
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes.
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 5-10 dari vena
2. Masukkan kedalam tabung
3. Puaskan makan dan minum 12 jam sebelum pemeriksaan
 Gula Darah Postprandial
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya diabetes,
pemeriksaan dilakukan setelah makan.
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena 2 jam setelah makan pagi
atau siang.
2. Masukkan kedalam tabung
 Gomdotropin Korionik Manusia ( HCG )
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kehamilan.
Cara :
1. Ambil darah kurang lebih 5-10 ml dari vena
2. Masukkan kedalam tabung
3. Beri label dan tanggal.

2). Sputum
Pemeriksaan dengan bahan secret atau sputum dilakukan untuk mendeteksi
adanya kuman.

20
Persiapan alat :
1. Tempat sputum yang tertutup.
2. Botol tempat specimem.
3. Forimulir dan etiket.
Cara kerja :
1. Minta pasien membatukan dahak/sputumnya kedalam tempat yang
sudah disiapkan
2. Ambil kurang lebih 5cc sputum, lalu masukan kedalam botol.
3. Pasang etiket da nisi formulir lalu segera kirim ke laboratorium.

3). Urine
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang menggunkan bahan atau
specimen urine. Antara lain:
Asam Urat
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi berbagai kelainan pada
penyakit ginjal, eklampesia, keracunan timah hitam dan leukemia.
Cara:
1. Tampung urine 24 jam dan masukkan kedalam botol/ tabung.
2. Berikan label dan tanggal pengambilan
Bilirubin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi penyakit obstruktif saluran
empedu, penyakit hepar dan kanker hepar.
Cara:
1. Gunakan tablet bili-labstex untuk pemeriksaan bilirubiuria.
2. Teteskan urine kurang lebih 5 tetes pada tempat pemeriksaan asbestos-
cellulose
3. Masukkan tablet dan tambahan 2 tetes air
4. Hasil positif jika warna biru/ungu
5. Hasil negative jika warna merah.

21
Human chorionic gonadotropin (HCG)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya kehamilan.
Cara:
1. Anjurkan puasa 8-12 jam cairan
2. Ambil urine 60 ml kemudian lakukan pengumpulan selama 14 jam
3. Berikan label dan tanggal

4). Feses
Pemeriksaan dengan bahan feses dilakukan untuk mendeteksi adanya kuman
seperti salmonella, shigella, escherichiacoli, staphylokocuus.
Persiapan dan pelaksanaan :
1. Tamping bahan dengan menggunakan spatel steril.
2. Tampungkan feses dalam wadah steril dan di tutup.
3. Feses jangan dicampur dengan urine .
4. Jangan berikan barium atau minyak mineral yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri.
5. Berikan label nama dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan.

22
BAB III
PENUTUP

1.1 KESIMPULAN
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedu rtindakan
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita dapat berupa
urin (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy.
Dengan menggunakan prosedur baik dan benar serta pengetahuan tentang pengambilan
spesimen urine, kita dapat mengetahui kandungan dan kelainan yang terdapat dalam
urine sehingga kita dapat lebih cepat mencegah dan menanggulanginya.
Pada proses pengambilan spesimen urine harus mempersiapkan alat-alatnya
dengan lengkap dan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan dilakukan bila
pasien sadar serta mengetahui dengan baik tentang tata cara pelaksanaannya.
Sehingga di dalam labolatorium dapat melakukan berbagai macam penilitian dan
kesimpulan untuk menemukan suatu diagnosa.

1.2 SARAN
Dalam mempersiapkan pasien yang akan melakukan pemeriksaan penunjang,
diharapkan agar tenaga medis lebih hati-hati serta melakukan setiap tahapan dengan
tepat dan sesuai prosedur agar tercapai tujuan yang diinginkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://www.catatanperawat.id/2017/01/prosedur-pemasangan-ekg.html?m=1
https://www.google.com/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/melakukan-
pemeriksaan-ct-scan/amp/
https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/pemeriksaan-lab-dan-diagnostik-
60782186
https://www.alomedika.com/tindakan-medis/kulit-dan-jaringan-lunak/biopsi-
kulit/teknik
https://dokumen.tips/documents/prosedur-pemeriksaan-laboratorium.html
https://www.slideshare.net/chuliecsztstefanerszt/pemeriksaan-lab-dan-diagnostik-
60782186

24

Anda mungkin juga menyukai