Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Untuk memenuhi tugas kelompok 4 mata kuliah

Adult Nursing II

Dosen: Tri Mustikowati SKp., M.Kep

DISUSUN OLEH

Kelompok 4

1. Indah Yulianti (012011041) 7. Inthan Sri.A (012011066)


2. Dewi Rindang A.S (012011043) 8. Eneng Yuyun.Y.M (012011067)
3. Amanda Zeilika .S (012011045) 9. Tania Mutiara.W (012011068)
4. Ema Cyintya I.R (012011047) 10. Syafira Salsabila (012011038)
5. Intan Aprilia (012011048) 11. Ranti Rebeca S.(012011044)
6. Ulfah Permatasurya (012011065)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
TA: 2020 -2021
DAFTAR ISI

BAB I.....................................................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................................4
1.3 Metode penulisan.............................................................................................................4
Sistematika Penulisan...........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................5
a. Definisi Chronic kidney disease (CKD).............................................................................5
b. Etiologi Chronic kidney disease (CKD).............................................................................6
c. Klasifikasi Chronic kidney disease (CKD).........................................................................7
d. Manifestasi klinis Chronic kidney disease (CKD).............................................................8
e. Patofisiologi Chronic kidney disease (CKD).....................................................................9
f. Pemeriksaan Penunjang Chronic kidney disease (CKD)..................................................11
g. Penatalaksanaan Chronic kidney disease (CKD).............................................................11
h. Tujuan Diet pada pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik......................................13
i. Perawatan GGK di Rumah................................................................................................14
BAB III.................................................................................................................16
KESIMPULAN......................................................................................................16
SARAN.................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul akibat
berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau
degeneratif, dan lain-lain.Kelainan tersebut dapat mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.Pasien mungkin merasa nyeri,
mengalami gangguan berkemih, dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak
merasakan gejala sama sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya
jika tidak menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk
menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).

Badan Kesehatan Dunia menyebutkan pertumbuhan penderita gagal ginjal pada tahun
2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan
prevelensi gagal ginjal meningkat di tahun 2014. Data menunjukan setiap tahun 200.000
orang Amerika menjalani hemodialysis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam
satu juta orang (Indonesian et al., 2015).

Di Amerika pasien dialysis lebih dari 500 juta orang harus menjalani hidup dengan
bergantung pada cuci.Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita gagal ginjal
yang cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta penduduk
Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal (Indonesian et al., 2015)

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi penyakit gagal
ginjal kronis di Indonesia berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter meningkat
seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun
(0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada
kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013).
Gagal Ginjal Kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, sehingga
menyebabkan uremik.Kelelahan merupakan salah satu gejala yang sering dialami oleh
pasien). Gangguan yang bisa terjadi pada gagal ginjal kronik akan menghasilkan
gejala antara lain udema paru, hipertensi, pruritus, ensefalofeti, cegukan,
hiperkalemia, mual, muntah, malaise, anoreksia, dan anemia kronis yang terjadi
akibat defisiensi eritropoietin ditambah dengan masa hidup sel darah merah menjadi
lebih pendek sehingga menimbulkan fatigue/kelelahan (Smeltzer and Bare, 2001).

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan Umum
Penulisan berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, Dengan menyusun
Tugas Adult Nursing II diharapkan mahasiswa bisa memahami tentang konsep penyakit
CKD dan Pendidikan kesehatan mengenai CKD atau Gagal Ginjal Kronis.

Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui konsep dasar dari Gagal Ginjal Kronis
b. Mampu melakukan pendidikan kesehatan mengenai Gagal Ginjal Kronis

1.3 Metode penulisan


Metode penulisan makalah ini dilakukan dengan cara mencari literatur atau kajian
pustaka yang terkait dengan Gagal Ginjal Kronis

Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, akan dibagi menjadi 3 (tiga) bab secara sistematis
dengan susunan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika
Penulisan.
BAB II: Tinjauan Teori
Konsep dasar dari Gagal Ginjal Kronis, definisi, klasifikasi, etiologi, faktor resiko,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, terapi pengobatan, komplikasi dari
penyakit Gagal Ginjal Kronis.

BAB III: Kesimpulan


Berisi kesimpulan dari Gagal Ginjal Kronis
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

a. Definisi Chronic kidney disease (CKD)


Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai
kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus
`Filtration Rate (GFR) (Nahas, 2010).

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Smeltzer dan Bare,
2015).

GGK/CKD merupakan perburukan fungsi ginjal yang lambat, progresif dan


irreversible yang menyebabkan ketidakmampuan ginjal untuk membuang produk
sisa dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit (Rizqiea et al., 2017)

Dari beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa gagal ginjal kronis
adalah kerusakan ginjal yang ireversibel sehingga fungsi ginjal tidak optimal dan
diperkukan terapi yang membantu kinerja ginjal serta dalam beberapa kondisi
diperlukan transplantasi ginjal.

b. Etiologi Chronic kidney disease (CKD)


Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya CKD. Akan
tetapi, apapun penyebabnya, respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal
secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan CKD bisa
disebabkan dari ginjal sendiri maupun dari luar ginjal (Muttaqin & Sari, 2011).
a. Kurang minum
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia yang berperan sebagai
filtrasi cairan, di mana zat yang berguna akan diserap oleh tubuh melalui peredaran
darah dan zat yang tidak berguna dan bersifat racun akan dibuang keluar tubuh
melalui urine. Proses filtrasi di dalam ginjal sangat membutuhkan air agar bekerja
dengan baik. Jika mengalami kekurangan cairan maka ginjal akan bekerja lebih keras
dan kotoran atau zat-zat beracun tidak dapat dikeluarkan secara sempurna keluar
tubuh.

Jika proses filtrasi dalam ginjal terganggu maka seseorang rentan mengalami
penyakit batu ginjal, infeksi bakteri di dalam ginjal, bahkan dalam jangka waktu yang
lama dapat memperbesar risiko seseorang mengalami gagal ginjal baik akut maupun
kronis. Selain pada ginjal, jika kekurangan asupan air putih juga dapat memicu infeksi
pada saluran kecing. Kondisi ini biasanya ditandai dengan nyeri ketika buang air
kecil, air kencing keruh dan bahkan bercampur darah, sakit pinggang, dan mengalami
demam.

b. Minuman beralkohol
Minuman beralkohol ini memiliki beberapa tingkatan pada kadar alkoholnya. Ada
yang normal, sedang, dan tinggi. Apapun tingkatan pada kadar alkoholnya, minuman
ini sebaiknya tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan karena akan merusak ginjal.

c. Tekanan darah tinggi


Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dalam jangka waktu yang panjang
akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah ginjal sehingga fungsi ginjal
terganggu

d. Infeksi penyakit
Infeksi ginjal tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Umumnya saluran
yang menyerang ginjal berasal dari luar tubuh, masuk lewat saluran kencing bawah
(uretra), merambat lewat dinding kandung kemih, lalu ke ureter dan ke ginjal. Yang
membuat kuman lebih mudah menyerang yaitu jika terdapat sumbatan atau hambatan
pada aliran air seni pada saluran kemih. 85% infeksi saluran kemih disebabkan oleh
kuman tinja bernama Escherichia coli.

e. Penyakit bawaan
Diabetes mellitus, kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam jangka waktu
yang panjang akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah ginjal sehingga protein
bocor kedalam air.

f. Batu saluran kencing


Salah satu penyebab mengendapnya batu pada saluran kencing adalah terlalu
pekatnya kadar garam dalam air seni, pengaruh faktor bawaan tubuh dimana air
seninya lebih mudah mengendapkan batu karena didalam air seninya mengandung zat
kapur lebih banyak dari orang normal, keadaan ini disebut hiperkalsiuria.

g. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan


Zat kimia ataupun obat-obatan yang masuk kedalam tubuh dalam jumlah yang
abnormal dapat mengganggu fungsi ginjal kita. Zat racun atau toksin perusak ginjal
dapat masuk kedalam darah lewat makanan, udara pernafasan, suntikan, ataupun
diserap lewat kulit.
Price dan Wilson (2012) mengkategorikan ada delapan kelas yang menjadi penyebab
tersering dari penyakit CKD yaitu:
a. Penyakit infeksi tubulointerstinal seperti pielo nefritis kronis dan refluks nefropati.
b. Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskular seperti hipertensi, nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, dan stenosis arteria renalis.
d. Gangguan jaringan ikat seperti Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa,
dan seklerosis sistemik progresif.
e. Nefropati toksik seperti penyalah gunaan analgetik, dan nefropati timah

c. Klasifikasi Chronic kidney disease (CKD)


Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium:
 Stadium 1: penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
 Stadium 2: insufisiensi ginjal, dmana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
 Stadium 3: gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG:
- Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal (>90 ml / menit / 1,73 m2)
- Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-
89 mL/menit/1,73 m2
- Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
- Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15- 29mL/menit/1,73m2
- Stadium5: kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal

d. Manifestasi klinis Chronic kidney disease (CKD)


1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996:369):
a. Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, m*ual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gangguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet
syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki), tremor, miopati
(kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.

e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan
asam dan basa biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.

e. Patofisiologi Chronic kidney disease (CKD)


Patofisiologi penyakit CKD pada awalnya tergantung pada penyakit yang
mendasarinya, tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih
sama. Penyakit CKD dimulai pada fase awal gangguan, keseimbangan cairan, penanganan
garam, serta penimbunan zat-zat sisa masih bervariasi dan bergantung pada ginjal yang
sakit.

Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu infeksi, vaskuler,
zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron
sehingga menyebabkan penurunan GFR dan menyebabkan CKD, yang mana ginjal
mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi (Nursalam,2007).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak
masalah muncul pada CKD sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang
berfungsi, yang menyebabkan penurunan kliresn (substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal). Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berungsinya
gromeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat.
Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) juga meningkat (Smeltzer & Bare, 2015)
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Terjadi penahanan cairan dan natrium, sehingga
beresiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat
ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat
tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium
bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi, maka mual
dan muntah tidak dapat dihindarkan (Smeltzer & Bare, 2015). Penurunan sekresi
eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum
tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga
peningkatan oksigen oleh hemoglobin berkurang maka tubuh akan mengalami
keletihan,angina dan napas sesak.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar
serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum
kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon
dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan
terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D
yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal
(Smeltzer & Bare, 2015).

f. Komplikasi Chronic kidney disease (CKD)


Komplikasi penyakit gagal ginjal kronik menurut Smletzer dan Bare (2015) yaitu:
a. Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolik, katabolisme dan masukan
diet berlebihan.
b. Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem rennin-
angiostensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
perdarahan gastrointestinal akibat iritasi oleh toksin dan kehilangan darah selama
hemodialisis.
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum
yang rendah, metabolisme vitamin D abnormal dan peningkatan kadar alumunium.

g. Pemeriksaan Penunjang Chronic kidney disease (CKD)


Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain:
1. Pemeriksaan lab.darah
- hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT (Renal fungsi test) ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test)
- Elektrolit Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi PTT, PTTK
- BGA

2. Urine
- Urin khusus : Benda keton, analisa kristal batu
- Volume : Kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
- Warna : Secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel, koloid dan fosfat.
- Sedimen: Kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin

3. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG, mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa.

h. Penatalaksanaan Chronic kidney disease (CKD)


Menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi merupaka tujuan dari
penatalaksanaan pasien CKD (Muttaqin& Sari, 2011).
a. Tindakan konservatif
Tindakan konservatif merupakan tindakan yang bertujuan untuk meredakan atau
memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif.

1) Melakukan pemeriksaan lab darah dan urine


2) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam. Biasanya diusahakan
agar tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat edema betis ringan.
Pengawasan dilakukan melalui pemantauan berat badan, urine serta pencatatan
keseimbangan cairan.
3) Diet TKRP (Tinggi Kalori Rendah Protein). Diet rendah protein (20-240 gr/hr) dan
tinggi kalori menghilangkan gejala anoreksia dan nausea dari uremia serta
menurunkan kadar ereum. Hindari pemasukan berlebih dari kalium dan garam.
4) Kontrol hipertensi. Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan
garam dan cairan diatur tersendiri tanpa tergantung pada tekanan darah. Sering
diperlukan diuretik loop selain obat anti hipertensi.
5) Kontrol ketidak seimbangan elektrolit. Yang sering ditemukan adalah hiperkalemia
dan asidosis berat. Untuk mencegah hiperkalemia hindari pemasukan kalium yang
banyak (batasi hingga 60 mmol/hr), diuretik hemat kalium, obat-obat yang
berhubungan dengan ekskresi kalium (penghambat ACE dan obat anti inflamasi
nonsteroid), asidosis berat, atau kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan
kalium dari sel dan ikut dalam kaliuresis. Deteksi melalui kalium plasma dan EKG.

b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan:
a) AV fistule: menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen: langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi
yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin,
dan sisa metabolisme yang lain.
c) Operasi
1. Pengambilan batu
2. transplantasi ginjal

Menurut Smeltzer (2016) Penatalaksanaan keperawatan pada pasien CKD yaitu:


a. Mengkaji status cairan dan mengidentifikasi sumber potensi ketidak seimbangan
cairan pada pasien.
b. Menetap program diet untuk menjamin asupan nutrisi yang memadai dan sesuai
dengan batasan regimen terapi.
c. Mendukung perasan positif dengan mendorong pasien untuk meningkatkan
kemampuan perawatan diri dan lebih mandiri.
d. Memberikan penjelasan dan informasi kepada pasien dan keluarga terkait
penyakit CKD, termasuk pilihan pengobatan dan kemungkinan komplikasi.
e. Memberi dukungan emosional.

I. Tujuan Diet pada pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik


1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa
fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia)
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Mencegah dan mengurangi progresifitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya
laju filtrasi glomerulus Pada penderita GGK sering terjadi mual, muntah, anoreksia, dan
gangguan lain yang menyebabkan asupan gizi tidak adekuat / tidak mencukupi.

Syarat pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik adalah:


 Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB
 Protein rendah, yaitu 0,6 - 0,75 gr/kg BB
 Lemak cukup, yaitu 20 - 30 % dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak
jenuh ganda
 Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari protein dan
lema
 Natrium dibatasi, apabila ada hipertensi, oedema, asites, oliguria, atau anuria. Banyak
natrium yang diberikan antara 1 - 3 gr
 Kalium dibatasi (60 - 70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq),
oliguria, atau anuria
 Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan pengeluaran
cairan melalui keringat dan pernapasan (± 500 ml)
 Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen pridoksin, asam folat, vitamin C, dan
vitamin D
 Diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu:
a. Diet Rendah Protein I 30gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 50
kg
b. Diet Rendah Protein II 35gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 60
kg
c. Diet Rendah Protein III 40 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan
65kg

Karena kebutuhan gizi pasien penyakit gagal ginjal kronik sangat bergantung pada
keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih
tinggi atau lebih rendah daripada standar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan
memberikan asam amino esensial murni (Almatsier, 2016)

J. Perawatan GGK di Rumah


Pengaturan diet tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium, rendah kalium. Gambar
diet rendah protein; GGK; Gangguan Ginjal Kronik; CKD; Chronic Kidney Disease

1. Jenis makanan yang diperbolehkan:


a. Bahan makanan sumber karbohidrat: Nasi, bihun, jagung, madu, permen
b. Bahan makanan sumber protein: Telur, daging, ikan, ayam, susu rendah protein
c. Bahan makanan sumber lemak: Minyak jagung, minyak kacang tanah
d. Bahan makanan sumber vitamin, adalah semua sayuran dan buahbuahan dengan
pengolahan khusus, yaitu: Kupas buah atau sayur, potong-potong lalu cuci dengan
air mengalir Letakkan dalam mangkok, tambahkan air hangat sampai sayur dan
buah terendam, rendam selama kurang lebih 2 jam (banyaknya air kurang lebih 10
kali bahan makanan) Buang air rendaman Bilas dengan air mengalir Masak sayur
dan buah. Buah dapat dimasak sebagai setup/cocktail (buang air rebusan buah).

2. Jenis makanan yang Tidak diperbolehkan


a. Bahan makanan sumber karbohidrat: Umbi-umbian (kentang, singkong, ubi, talas,
dll)
b. Bahan makanan sumber protein: Kacang-kacangan dan hasil olahannya (tempe,
tahu, dll). Sumber protein nabati selain mempunyai protein yang kurang juga
mempunyai mutu yang kurang juga mengandung fosfor yang cukup tinggi.
c. Bahan makanan sumber lemak: Minyak kelapa, santan, lemak hewan
d. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral
e. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium pada pasien yang memiliki kadar kalium
tinggi dalam darah. (Almatsier, 2016)
f. susu dan produk susu, seperti susu, yogurt, keju, es krim, pudding yang
mengandung susu, susu kedelai
g. gandum, sereal, pasta, daging yang sudah diproses, seperti sosis, daging patty
BAB III

KESIMPULAN

1. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian.
2. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal, perlu
dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis, laboratorium
sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi.
3. Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah:
dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukanuntukmencegah
ataumemperlambattejadinya kematian.

SARAN

1. Dengan mengetahui permasalahan penyebab penyakit gagal ginjal kronik, diharapkan


masyarakat lebih berhati-hati dan menghindari penyebab penyakit ini serta benar-
benar menjaga kesehatan melalui makanan maupun berolaharaga yang benar.
2. Para tenaga ahli juga sebaiknya memberikan penyuluhan secara jelas mengenai
bahayanya penyakit ini serta tindakan pengobatan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Arianti, Rachmawati, A., & Marfianti, E. (2020). Karakteristik Faktor Risiko Pasien Chronic
Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani Hemodialisa Di RS X Madiun.

Bruck, K., Stel, V. S., Gambaro, G., Hallan, S., & Volzke, H. (2016). CKD Prevalence Varies
Across the European General Population.

Fadhilah , A. Z. (2014). Chronic Kidney Disease Stage V.

Hasetidyatami, V. L., & Wikananda, I. F. (2019). Chonic Kidney Disease.

Heerspink, H. J., Stefansson, B. V., Chertow, G. M., & Correa-Roller, R. (2020). Rationale
and Protocol of the Dapagliflozin And Prevention of Adverse outcomes in Chronic
Kidney Disease (DAPA_CKD) randomized controlled trial.

Anda mungkin juga menyukai