Adult Nursing II
DISUSUN OLEH
Kelompok 4
BAB I.....................................................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3
1.2 Tujuan Penulisan..............................................................................................................4
1.3 Metode penulisan.............................................................................................................4
Sistematika Penulisan...........................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................5
a. Definisi Chronic kidney disease (CKD).............................................................................5
b. Etiologi Chronic kidney disease (CKD).............................................................................6
c. Klasifikasi Chronic kidney disease (CKD).........................................................................7
d. Manifestasi klinis Chronic kidney disease (CKD).............................................................8
e. Patofisiologi Chronic kidney disease (CKD).....................................................................9
f. Pemeriksaan Penunjang Chronic kidney disease (CKD)..................................................11
g. Penatalaksanaan Chronic kidney disease (CKD).............................................................11
h. Tujuan Diet pada pasien dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik......................................13
i. Perawatan GGK di Rumah................................................................................................14
BAB III.................................................................................................................16
KESIMPULAN......................................................................................................16
SARAN.................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal adalah kelainan yang mengenai organ ginjal yang timbul akibat
berbagai faktor, misalnya infeksi, tumor, kelainan bawaan, penyakit metabolik atau
degeneratif, dan lain-lain.Kelainan tersebut dapat mempengaruhi struktur dan fungsi
ginjal dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.Pasien mungkin merasa nyeri,
mengalami gangguan berkemih, dan lain-lain. Terkadang pasien penyakit ginjal tidak
merasakan gejala sama sekali. Pada keadaan terburuk, pasien dapat terancam nyawanya
jika tidak menjalani hemodialisis (cuci darah) berkala atau transplantasi ginjal untuk
menggantikan organ ginjalnya yang telah rusak parah (Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, 2013).
Badan Kesehatan Dunia menyebutkan pertumbuhan penderita gagal ginjal pada tahun
2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian dan
prevelensi gagal ginjal meningkat di tahun 2014. Data menunjukan setiap tahun 200.000
orang Amerika menjalani hemodialysis karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam
satu juta orang (Indonesian et al., 2015).
Di Amerika pasien dialysis lebih dari 500 juta orang harus menjalani hidup dengan
bergantung pada cuci.Indonesia merupakan negara dengan tingkat penderita gagal ginjal
yang cukup tinggi. Hasil survei yang dilakukan oleh perhimpunan Nefrologi Indonesia
(Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta penduduk
Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal (Indonesian et al., 2015)
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi penyakit gagal
ginjal kronis di Indonesia berdasarkan wawancara yang didiagnosis dokter meningkat
seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun
(0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur 55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada
kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013).
Gagal Ginjal Kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan elektrolit, sehingga
menyebabkan uremik.Kelelahan merupakan salah satu gejala yang sering dialami oleh
pasien). Gangguan yang bisa terjadi pada gagal ginjal kronik akan menghasilkan
gejala antara lain udema paru, hipertensi, pruritus, ensefalofeti, cegukan,
hiperkalemia, mual, muntah, malaise, anoreksia, dan anemia kronis yang terjadi
akibat defisiensi eritropoietin ditambah dengan masa hidup sel darah merah menjadi
lebih pendek sehingga menimbulkan fatigue/kelelahan (Smeltzer and Bare, 2001).
Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui konsep dasar dari Gagal Ginjal Kronis
b. Mampu melakukan pendidikan kesehatan mengenai Gagal Ginjal Kronis
Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, akan dibagi menjadi 3 (tiga) bab secara sistematis
dengan susunan sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan
Menguraikan tentang latar belakang, Tujuan penulisan, Metode penulisan dan Sistematika
Penulisan.
BAB II: Tinjauan Teori
Konsep dasar dari Gagal Ginjal Kronis, definisi, klasifikasi, etiologi, faktor resiko,
manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, terapi pengobatan, komplikasi dari
penyakit Gagal Ginjal Kronis.
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Smeltzer dan Bare,
2015).
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikemukakan bahwa gagal ginjal kronis
adalah kerusakan ginjal yang ireversibel sehingga fungsi ginjal tidak optimal dan
diperkukan terapi yang membantu kinerja ginjal serta dalam beberapa kondisi
diperlukan transplantasi ginjal.
Jika proses filtrasi dalam ginjal terganggu maka seseorang rentan mengalami
penyakit batu ginjal, infeksi bakteri di dalam ginjal, bahkan dalam jangka waktu yang
lama dapat memperbesar risiko seseorang mengalami gagal ginjal baik akut maupun
kronis. Selain pada ginjal, jika kekurangan asupan air putih juga dapat memicu infeksi
pada saluran kecing. Kondisi ini biasanya ditandai dengan nyeri ketika buang air
kecil, air kencing keruh dan bahkan bercampur darah, sakit pinggang, dan mengalami
demam.
b. Minuman beralkohol
Minuman beralkohol ini memiliki beberapa tingkatan pada kadar alkoholnya. Ada
yang normal, sedang, dan tinggi. Apapun tingkatan pada kadar alkoholnya, minuman
ini sebaiknya tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan karena akan merusak ginjal.
d. Infeksi penyakit
Infeksi ginjal tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Umumnya saluran
yang menyerang ginjal berasal dari luar tubuh, masuk lewat saluran kencing bawah
(uretra), merambat lewat dinding kandung kemih, lalu ke ureter dan ke ginjal. Yang
membuat kuman lebih mudah menyerang yaitu jika terdapat sumbatan atau hambatan
pada aliran air seni pada saluran kemih. 85% infeksi saluran kemih disebabkan oleh
kuman tinja bernama Escherichia coli.
e. Penyakit bawaan
Diabetes mellitus, kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam jangka waktu
yang panjang akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah ginjal sehingga protein
bocor kedalam air.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan
asam dan basa biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan
natrium dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi
gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
Berdasarkan proses perjalanan penyakit dari berbagai penyebab yaitu infeksi, vaskuler,
zat toksik, obstruksi saluran kemih yang pada akhirnya akan terjadi kerusakan nefron
sehingga menyebabkan penurunan GFR dan menyebabkan CKD, yang mana ginjal
mengalami gangguan dalam fungsi eksresi dan fungsi non-eksresi (Nursalam,2007).
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan
ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem
tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak
masalah muncul pada CKD sebagai akibat dari penurunan jumlah glomeruli yang
berfungsi, yang menyebabkan penurunan kliresn (substansi darah yang seharusnya
dibersihkan oleh ginjal). Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berungsinya
gromeruli) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin serum akan meningkat.
Selain itu, kadar nitrogen urea darah (BUN) juga meningkat (Smeltzer & Bare, 2015)
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara
normal pada penyakit ginjal tahap akhir. Terjadi penahanan cairan dan natrium, sehingga
beresiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi aksis renin-angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Sindrom uremia juga bisa menyebabkan asidosis metabolik akibat
ginjal tidak mampu menyekresi asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekrsi asam akibat
tubulus ginjal tidak mampu menyekresi ammonia (NH3-) dan megapsorbsi natrium
bikarbonat (HCO3-). Penurunan eksresi fosfat dan asam organik yang terjadi, maka mual
dan muntah tidak dapat dihindarkan (Smeltzer & Bare, 2015). Penurunan sekresi
eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum
tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang dan terjadi anemia sehingga
peningkatan oksigen oleh hemoglobin berkurang maka tubuh akan mengalami
keletihan,angina dan napas sesak.
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar
serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya
meningkat maka fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melaui
glomerulus ginjal maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum
kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon
dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal tubuh tidak dapat merspons normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon sehingga kalsium ditulang menurun, menyebabkan
terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Selain itu, metabolit aktif vitamin D
yang secara normal dibuat di ginjal menurun seiring dengan berkembangnya gagal ginjal
(Smeltzer & Bare, 2015).
2. Urine
- Urin khusus : Benda keton, analisa kristal batu
- Volume : Kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria
- Warna : Secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel, koloid dan fosfat.
- Sedimen: Kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
3. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG, mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa.
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan:
a) AV fistule: menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen: langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi
yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin,
dan sisa metabolisme yang lain.
c) Operasi
1. Pengambilan batu
2. transplantasi ginjal
Karena kebutuhan gizi pasien penyakit gagal ginjal kronik sangat bergantung pada
keadaan dan berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih
tinggi atau lebih rendah daripada standar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan
memberikan asam amino esensial murni (Almatsier, 2016)
KESIMPULAN
1. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian.
2. Untuk memperlambat gagal ginjal kronik menjadi gagal ginjal terminal, perlu
dilakukan diagnosa dini, yaitu dengan melihat gambaran klinis, laboratorium
sederhana, dan segera memperbaiki keadaan komplikasi yang terjadi.
3. Jika sudah terjadi gagal ginjal terminal, pengobatan yang sebaiknya dilakukan adalah:
dialisis dan transplantasi ginjal. Pengobatan ini dilakukanuntukmencegah
ataumemperlambattejadinya kematian.
SARAN
Arianti, Rachmawati, A., & Marfianti, E. (2020). Karakteristik Faktor Risiko Pasien Chronic
Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani Hemodialisa Di RS X Madiun.
Bruck, K., Stel, V. S., Gambaro, G., Hallan, S., & Volzke, H. (2016). CKD Prevalence Varies
Across the European General Population.
Heerspink, H. J., Stefansson, B. V., Chertow, G. M., & Correa-Roller, R. (2020). Rationale
and Protocol of the Dapagliflozin And Prevention of Adverse outcomes in Chronic
Kidney Disease (DAPA_CKD) randomized controlled trial.