DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
MURNIATY A1C219112
YULIANTI A1C219126
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
memberikan anugrah sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Shalawat serta salam
tak lupa kita curahkan kepada junjungan kami Rasulullah SAW.
2
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II Pembahasan 3
A. Kesimpulan 31
B. Saran 31
Daftar Pustaka 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu
inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas
menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic, sejarah
komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem
lainnya meliputi lingkinganfisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik dan
pemerintah, layanan kesehatan dansocial, komunitas, ekonomi, dan rekreasi.Komponen
lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan tempat tinggal yang
mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah, denah atau peta
wilayah,iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, dan kegiatan
penduduk sehari-hari. Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial
meliputi fasilitas di dalam komunitas dan di luar komunitas.
4
Indonesia sebagai penyebab kematian pada tahun 2002 (WHO, 2002). Prevalensi ini terus
meningkat jika tidak diberikan tindakan nyata berupa pencegahan.
Penyakit kronis memerlukan terapi obat seumur hidup termasuk perubahan gaya
hidup. Obat-obat yang digunakan berfungsi tidak untuk menyembuhkan namun untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi. Terapi seumur hidup
dengan menggunakan obat tentu akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat
dan interaksi dengan obat penyakit lain atau obat bebas yang mungkin digunakan oleh
pasien (Smeltzer,2014).
Dari uraian diatas , maka perlu disusun makalah ini guna memahami asuhan
keperawatan komunita masalah kesehatan populasi : penyakit kronik. Sehingga dapat
menambah wawasan dan membantu mahasiswa dalam membuat perencanaan asuhan
keperawatan komunitas khususnya populasi penyakit kronik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan komunitas?
2. Bagaimana konsep penyakit kronik?
3. Bagaimana contoh kasus masalah kesehatan populasi penyakit kronik?
4. Bagaimana pengkajian komunitas dari kasus?
5. Apa saja masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas dari kasus?
6. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas sesuai kasus?
C. Tujuan Penulisan
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan mencegah terjadinya
komplikasi.
8
diberikan. Sebagai manager, hal ini penting untuk meningkatkan
pengelolaan berikutnya.
c. Pendidik
Jika berperan sebagai pendidik, maka perawat harus mampu
menjadi penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau
keluarga tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas. Peran
tersebut dapat Anda lihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan.
Berikut fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam
menjalankan perannya sebagai pendidik.
1) Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin
diketahui oleh komunitas, ini bisa diketahui saat perawat
melakukan pengkajian komunitas.
9
2) Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau
demonstrasi), dan materi yang sesuai dengan kebutuhan.
3) Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
4) Melaksanakan pendidikan kesehatan.
5) Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang
keterampilan yang harus dimiliki sesuai kebutuhannya.
6) Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang
sudah diajarkan perawat.
7) Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.
d. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan
mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten. Sikap
perawat yang selalu berupaya meningkatkan kompetensinya agar asuhan
keperawatan komunitas yang diberikan terjaga kualitasnya, merupakan
contoh pelaksanaan peran sebagai pembela (advocate).
Selain sikap di atas, tindakan lain yang dapat dilakukan perawat
sebagai pembela (advocate) adalah: 1) menyediakan informasi yang
dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk membuat keputusan; 2)
memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan; 3)
membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan
pelayanan yang terbaik (membangun jejaring kerja); 4) menghormati hak
klien; 5) meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan; 6)
melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga; 7)
memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat
digunakan; 8) memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-
sumber tersebut.
e. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu
perawat tersebut adalah orang yang memahami (expert) di bidang
10
keahliannya, dapat dipercaya untuk membantu komunitas atau keluarga
dan mengembangkan koping yang konstruktif dalam penyelesaian
masalah. Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam rangka
menetapkan cara yang lebih baik untuk penyelesaian masalah. Memang
tidak semua perawat dapat berperan sebagai konselor, karena
membutuhkan keterampilan khusus, namun demikian yakinlah bila Anda
berusaha meningkatkan kompetensi, maka Anda akan mampu untuk
menjadi seorang konselor.
f. Role Model
Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan dan
berkesinambungan, tentu saja ini menuntut perawat untuk mampu
berinteraksi baik dengan komunitas. Dalam interaksi, ada proses
transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh komunitas atau
keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang
menjalankan perannya sebagai role model (contoh).
g. Penemu Kasus
Peran selanjutnya yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas
adalah melibatkan diri dalam penelusuran kasus di komunitas atau
keluarga, untuk selanjutnya dilakukan kajian apa saja yang dibutuhkan
komunitas. Tentu saja kasus tersebut mungkin membutuhkan intervensi
dari profesi lain atau pelayanan kesehatan yang lebih kompleks, maka
yang dilakukan perawat komunitas adalah segera merujuk klien.
h. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke
arah kehidupan yang lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai
pembaharu adalah sebagai berikut.
11
1) Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal
ini penting dilakukan karena suatu perubahan merupakan
suatu hal yang baru yang membutuhkan dukungan.
2) Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.
3) Membantu komunitas menginternalisasi perubahan.
i. Peneliti
Berkembangnya ilmu keperawatan, salah satunya banyak
dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian. Melalui penelitian, perawat
komunitas dapat mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban
melalui pendekatan ilmiah.
B. Konsep Penyakit Kronik
1. Definisi Penyakit Kronis
12
masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer &
Bare, 2010).
3. Fase Penyakit Kronis
Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis,
yaitu
sebagai berikut.
a. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-
faktor genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang
terhadap penyakit kronis.
b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit
kronis. Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering
dilakukanpemeriksaan diagnostik.
c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan
penyakit terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam
keterbatasan penyakit.
d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala
tetap terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan
tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit untuk penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau
mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan
kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima
dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan
dalam mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan
bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami
kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini
adalah diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.
13
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam
dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-
gejalapenyakit dan ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah
kanker dan penyakit kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori
sebelumnya. Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada
risiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah
hipertensidan penyakit yang berhubungan dengan hereditas.
6. Pencegahan
7. Penatalaksanaan
14
C. Askep Keperawatan Komunitas : Penyakit Kronik
1. Kasus
2. Pengkajian
15
Selatan : RT 06 /RW 04
Barat : RT 07
Timur : RT 18/ RW 03
Pemukiman : 4550 m2
Data demografi
Anak-anak :-
Remaja :-
Berdasarkan agama
Konghucu :-
16
Katolik :-
Status perkawinan
Sungai :-
17
Sumur : 90 orang (30%)
Sungai :-
Tidak dimasak :-
Air mentah :-
Got/parit : 100%
Sungai :-
Baik/lancar : 25%
Kotor : 75%
3) Jamban
Kepemilikan jamban
18
Macam jamban yang dimiliki
Septitank : 75%
Disungai : 25%
Keadaan jamban
Bersih : 45%
Kotor : 55%
4) Keadaan rumah
Tipe rumah
Status rumah
Lantai rumah
Ventilasi
19
Tidak memenuhi syarat : 120 orang (40%)
5) Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
Pemanfaatan pekarangan
RW : ada (1 buah)
20
RT : ada (1 buah)
Fasilitas kesehatan
Ekonomi
7) Karekteristik pekerjaan
21
<dari UMR : 165 orang (55%)
Kepemilikan usaha
Diet makan
Kebiasaan sehari-hari
22
Setiap saat : 60% ( 180 org )
Transportasi
23
Kelompok layanan kepada masyarakat (pkk, karang taruna, panti,
posyandu)
9) Sistem komunikasi
Fasilitas komunikasi yang ada
10) Pendidikan
24
SLTA : 60 orang (20%)
11) Rekreasi
3. Analisa Data
25
yang tidak patuh menjalankan diet kelurahan Margo Rukun
Do :
Do:
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
26
- penghasilan > UMR 60 orang
- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
27
5 Ds : Perilaku Kesehatan
Cenderung Berisiko
Dari hasil wawancara di dapat
berhubungan dengan
tingkat pendidikan ada 50% warga
status sosio-ekonomi
yang tidak patuh menjalankan diet
rendah Di RT 3 RW 5
kelurahan Margo Rukun
Do:
- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
28
4. Prioritas Masalah
1. Perilaku Kesehatan 3 4 5 3 2 1 5 1 3 3 3 2 35 1
Cenderung Berisiko
berhubungan dengan status
sosio-ekonomi rendah Di
RT 3 RW 5 kelurahan
Margo Rukun
2. Ketidakpatuhan 3 3 3 3 2 1 4 3 3 3 2 4 34 2
berhubungan dengan
perilaku masyarakat yang
tidak taat dan hambatan
hubungan klien dengan
penyedia layanan kesehatan
di RT 3 RW 5 kelurahan
Margo Rukun
3. Defisiensi Pengetahuan 3 3 1 1 2 4 3 2 2 3 3 3 30 3
berhubungan dengan
Ketidakpatuhan terhadap
diet Di RT 3 RW 5
kelurahan Margo Rukun
4. Defisiensi Kesehatan 3 3 2 3 3 1 1 1 1 4 4 2 28 4
Komunitas berhubungan
dengan ketidakcukupan
sumber daya (finansial,
sosial dan pengetahuan)
5. Ketidakefektifan 3 2 1 3 3 1 2 2 1 1 2 2 23 5
Manajemen Kesehatan
pada penderita ganggren Di
29
RT 3 RW 5 kelurahan
Margo Rukun
Keterangan :
A = Tingkat resiko kejadian G = Ruang
B = Tingkat resiko permasalahan H = waktu
C = Potensial untuk ditangani dengan penkes I = fasilitas kesehatan
D = minat masyarakat J = biaya
E = Kemungkinan Masalah teratasi K = sumber daya/tenaga
F = hub. dengan program pemerintah L = sesuai peran perawat CHN
Keterangan Nilai :
1 sangat rendah 4 tinggi
2 rendah 5 sangat tinggi
3 cukup
30
5. Asuhan Keperawatan
31
Ds : 00079 Ketidakpatuhan Preventif Primer Preventif primer
1622 Perilaku Patuh: Diet yang 1020 Penahapan diet
Dari hasil wawancara di dapat
disarankan
tingkat pendidikan ada 50% warga
1603 Perilaku pencarian 5510 Pendidikan kesehatan
yang tidak patuh menjalankan diet
kesehatan
32
Do : Kesehatan 5614 Diet
3102 Manajenem Diri: Penyakit
- data menyebutkan bahwa tingkat
Kronik
pendidikan SD sebanyak 135
Preventif Sekunder
orang (45%)
Preventif Sekunder Konseling
- penyuluhan kader dari ------- 5240 Bantuan Modifikasi Diri
masyarakat dan petugas kesehatan 4470
dari puskesmas jarang ada
33
- lulusan SD sebanyak 135 orang
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
Do:
Preventif Sekunder Preventif Sekunder
-jumlah penderita DM dengan
1619 Manajemen Diri: Diabetes 5602 Pengajaran : Proses
ganggren sebanyak 30% (90
1842 Pengetahuan: Manajemen penyakit
orang)
Infeksi 5618 Pengaajaran :
- distribusi penderita DM Prosedur/Perawatan
berdasarkan tingkat pendidikan
34
formal 4360 Modifikasi perilaku
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota
keluarga dalam satu rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan
yagn ada pada keluarga tersebut. Jadi apabila ada riwayat anggota keluarga dengan
penyakit DM, anggota keluarga lainnya harus merawatnya dengan baik seagar penyakit
ini bisa disembuhkan.
B. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Singapore: Elseiver.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Kelima. Singapore:
Elseiver.
Nies, M. A. & McEwen, M. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Mosby:
Elseiver.
Smeltzer, Suzanne.C, Brenda.G.B., (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
37