Anda di halaman 1dari 21

ASKEP GAWAT

DARURAT PADA
PASIEN TRAUMA
KEPALA
Kelompok : 6
HERNA WANDIRA A1C219117
KETRIN PINKHAN JAMLEAN
A1C219142
DEFINISI
• Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala,
tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung
maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
KlLASIFIKASI
Klasifikasi trauma kepala berdasarkan Nilai Skala Glasgow (SKG):
1. Minor
• SKG 13-15
• Dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia tetapi kurang dari 30 menit.
• Tidak ada kontusio tengkorak, tidak ada fraktur cerebral, hematoma.

• 2.Sedang
• SKG 9-12
• Kehilangan kesadaran dan atau amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
• Dapat mengalami fraktur tengkorak

• 3. Berat
• SKG3-8
• Kehilangan kesadaran dan atau terjadi amnesia lebih dari 24 jam.
Juga meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematoma intrakranial.
ETIOLOGI

• Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau


sepeda, dan mobil.
• Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
• Cedera akibat kekerasan.
PATOFISIOLOGI
Cedera memegang peranan yang sangat besar dalam menentukan berat ringannya konsekuensi
patofisiologis dari suatu trauma kepala. Cedera percepatan (aselerasi) terjadi jika benda yang sedang
bergerak membentur kepala yang diam, seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena
lemparan benda tumpul. Cedera perlambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang secara
relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini mungkin teijadi secara bersamaan
bila terdapat gerakan kepala tiba-tiba tanpa kontak langsung, seperti yang terjadi bila posisi badan diubah
secara kasar dan cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala, yang
menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alba dan batang otak.
Cedera primer, yang terjadi pada waktu benturan, mungkin karena memar pada permukaan otak, laserasi
substansi alba, cedera robekan atau hemoragi. Sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai
kemampuan autoregulasi serebral dikurangi atau tak ada pada area cedera. Konsekuensinya meliputi
hiperemi (peningkatan volume darah) pada area peningkatan permeabilitas kapiler, serta vasodilatasi
arterial, semua menimbulkan peningkatan isi intrakranial, dan akhimya peningkatan tekanan intrakranial
(TIK). Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cedera otak sekunder meliputi hipoksia, hiperkarbia, dan
hipotensi.
MANIFESTASI KLINIK
1. Hilangnya kesadaran kurang dari 30 menit atau lebih
2. Kebingungan
3. Iritabel
4. Pucat
5. Mual dan muntah
6. Pusing kepala
7. Terdap at hematoma
8. Kecemasan
9. Sukar untuk dibangunkan
10. Bila fraktur, mungkin adanya ciran serebrospinal yang keluar dari hidung (rhinorrohea) dan
telinga (otorrhea) bila fraktur tulang t
KOMPLIKASI

1. Hemorrhagie
2. Infeksi
3. Edema
4. Hemiasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium: darah lengkap (hemoglobin, leukosit, CT, BT)
2. Rontgen Foto
3. CT Scan
4. MRI
PENATALAKSANAAN
1. Secara umum penatalaksanaan therapeutic pasien dengan trauma kepala adalah
sebagai berikut:
2. Observasi 24 jam
3. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terlebih dahulu.
4. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
5. Anak diistirahatkan atau tirah baring.
6. Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
7. Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi.
8. Pemberian obat-obat analgetik.
9. Pembedahan bila ada indikasi.
RENCANA PEMULANGAN
1. Jelaskan tentang kondisi anak yang memerlukan perawatan dan pengobatan.
2. Ajarkan orang tua untuk mengenal komplikasi, termasuk menurunnya kesadaran, perubahan
gaya berjalan, demam, kejang, sering muntah, dan perubahan bicara.
3. Jelaskan tentang maksud dan tujuan pengobatan, efek samping, dan reaksi dari pemberian
obat.
4. Ajarkan orang tua untuk menghindari injuri bila kejang: penggunaan sudip lidah,
mempertahankan jalan nafas selama kejang.
5. Jelaskan dan ajarkan bagaimana memberikan stimulasi untuk aktivitas sehari- hari di rumah,
kebutuhan kebersihan personal, makan-minum. Aktivitas bermain, dan latihan ROM bila
anak mengalami gangguan mobilitas fisik.
6. Ajarkan bagaimana untuk mencegah injuri, seperti gangguan alat pengaman.
7. Tekankan pentingnya kontrol ulang sesuai dengan jadual.
8. Ajarkan pada orang tua bagaimana mengurangi peningkatan tekanan intrakranial.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Riwayat kesehatan: waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat
kejadian, status kesadaran saat kejadian, pertolongan yang diberikan segera
setelah kejadian

b. Pengkajian primer
Airways
braething
circulation
C. Pengkajian sekunder

1. Aktivitas
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan atau cairan
6. Hygiene
7. Neurosensori
8. Nyeri atau ketidaknyamanan
9. Pernafasan
10. Interaksi social
D. Pemeriksaan fisik

1. Sistem respirasi
2. Kardiovaskuler
3. Sistem saraf
4. sistem pencernaan
5. kemampuan bergerak
6. kemampuan komunikasi
7. psikososisal
E. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul adalah:

1. Resiko tidak efektifnya bersihan jalan nafas dan tidak efektifnya pola
nafas berhubungan dengan gagal nafas, adanya sekresi, gangguan
fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.
2. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema
serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan
menurunnya kesadaran.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan mual dan muntah.
F. Inervensi Keperawatan

1. Resiko tidak efektifiiya jalan nafas dan tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan gagal nafas,
adanya sekresi, gangguan fungsi pergerakan, dan meningkatnya tekanan intrakranial.
Tujuan: Pola nafas dan bersihan jalan nafas efektif yang ditandai dengan tidak ada sesak atau
kesukaran bernafas, jalan nafas bersih, dan pernafasan dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji Airway, Breathing, Circulasi.
b. Kaji anak, apakah ada fraktur cervical dan vertebra. Bila ada hindari memposisikan kepala ekstensi
dan hati-hati dalam mengatur posisi bila ada cedera vertebra.
c. Pastikan jalan nafas tetap terbuka dan kaji adanya sekret. Bila ada sekret segera lakukan
pengisapan lendir.
d. Kaji status pernafasan kedalamannya, usaha dalam bernafas.
e. Bila tidak ada fraktur servikal berikan posisi kepala sedikit ekstensi dan tinggikan 15-30 deraj at.
f. Pemberian oksigen sesuai program.
2. . Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial.

Tujuan: Perfusi jaringan serebral adekuat yang ditandai dengan tidak ada pusing hebat, kesadaran tidak menurun, dan tidak terdapat tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial.
Intervensi:
a. Tinggikan posisi kepala 15-30 derajat dengan posisi “midline” untuk menurunkan tekanan vena jugularis.
b. Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya
c. peningkatan tekanan intrakranial: fleksi atau hiperekstensi pada leher, rotasi kepala, valsava meneuver, rangsangan nyeri, prosedur
(peningkatan lendir atau suction, perkusi).
d. tekanan pada vena leher.
e. pembalikan posisi dari samping ke samping (dapat menyebabkan kompresi pada vena leher).
f. Bila akan memiringkan anak, harus menghindari adanya tekukan pada anggota badan, fleksi (harus bersamaan).
g. Berikan pelembek tinja untuk mencegah adanya valsava maneuver.
h. Hindari tangisan pada anak, ciptakan lingkungan yang tenang, gunakan sentuhan therapeutic, hindari percakapan yang emosional.
i. Pemberian obat-obatan untuk mengurangi edema atau tekanan intrakranial sesuai program.
j. Pemberian terapi cairan intravena dan antisipasi kelebihan cairan karena dapat meningkatkan edema serebral.
k. Monitor intake dan out put.
l. Lakukan kateterisasi bila ada indikasi.
m. Lakukan pemasangan NGT bila indikasi untuk mencegah aspirasi dan pemenuhan nutrisi.
n. Libatkan orang tua dalam perawatan anak dan jelaskan hal-hal yang dapat meningkatkan tekanan intrakranial.
3. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan menurunnya
kesadaran.
Tujuan: Kebutuhan sehari-hari anak terpenuhi yang ditandai dengan berat badan stabil
atau tidak menunjukkan penurunan berat badan, tempat tidur bersih, tubuh anak bersih,
tidak ada iritasi pada kulit, buang air besar dan kecil dapat dibantu.
Intervensi:
a. Bantu anak dalam memenuhi kebutuhan aktivitas, makan - minum, mengenakan
pakaian, BAK dan BAB, membersihkan tempat tidur, dan kebersihan perseorangan.
b. Berikan makanan via parenteral bila ada indikasi.
c. Perawatan kateter bila terpasang.
d. Kaji adanya konstipasi, bila perlu pemakaian pelembek tinja untuk memudahkan BAB.
e. Libatkan orang tua dalam perawatan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan
demonstrasikan, seperti bagaimana cara memandikan anak.
4. Resiko kurangnnya volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah.
Tujuan: Tidak ditemukan tanda-tanda kekurangan volume cayran atau
dehidrasi yang ditandai dengan membran mukosa lembab, integritas kulit
baik, dan nilai elektrolit dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji intake dan out put.
b. Kaji tanda-tanda dehidrasi: turgor kulit, membran mukosa, dan ubun-
ubun atau mata cekung dan out put urine.
c. Berikan cairan intra vena sesuai program.
HEALTH EDUCATION /PENYULUHAN KESEHATAN
Penderita dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan:
• Kondisi dan perawatan pasien
• Diet
• Obat-obatan dan terapi.
• Aktivitas dan perawatan diri

1. Kondisi dan Keperawatan. Selama dalam perawatan,penderita dianjurkan untuk istirahat baring
ditempat tidur sampai semua keluhan hilang.Jika ada perdarahan dikepala mungkin diperlukan
operasi.
2. Diet. Untuk penyembuhan luka akibat cedera kepala,perlu pemberian makanan yang adekuat
ataub ergizi.
3. Menjelaskan tentang obat yang diberikan dan,cara
pemberian,kegunaan danefek samping yang akan timbul.Pemberian obat
anal getik diberikan untuk mengurangi sakit.

4. Aktifitas/perawatan diri, Mobilisasi dan aktifitas penderita dilakukan


secara bertahap,dimulai dengan duduk ditempat tidurdan dilanjutkan
dengan berdiri lalu berjalan jika tidak ada keluhan.Dirumah tidak
beraktifitas terlalu berat dan harus banyak istirahat.Kontrol kembali
1minggu setelah pulang dari RumahSakit.Jaga anak jangan sampai
terkena benturan danpukulan keras serta terjatuh dari
ketinggian.Menjelaskan kepada keluarga dan penderita kemungkinan
adanya pusing, sakit kepala,dank ehilangan memori, mungkin masih
terjadi selama 3-4 minggu setelah pulang dari rumah sakit.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai