Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ANP II

KEJANG

Dosen Pembimbing:
Nur Hidayati, S.Kep., Ns., M.kep

Disusun Oleh:
Kelompok 2-7C Keperawatan
1. Azmi Ilahi Safitri (1502011991) 9. Khoiria Nur F (1502012012)
2. Diah Novita Febrianti (1502011997) 10. Laely Kurniawati (1502012015)
3. Dwi Nandriani I (1502011998) 11. Nadlifatul Khalik (1502012025)
4. Enna Intikhobatul I. (1502011999) 12. Nurul Hidayatus S. (1502012026)
5. Fista Bunayyatin N. (1502012000) 13. Ummu Dwi C (1502012033)
6. Hasbi Assidiqi (1502012003) 14. Weni Rahmawati (1502012035)
7. Henik Susilowati (1502012004) 15. Zahrotul Manun A (1502012038)
8. Kharisa Ayuni (1502012011)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2018
KEJANG

1. Definisi
Kejang adalah aktivitas abnormal motorik, sensorik, atau autonomic yang terjadi
secara berkala yang dihasilkan dari impuls elektrik saraf serebral secara berlebihan
(Rinehart, 2011).
Kejang adalah pelepasan muatan neuron otak yang mendadak dan tidak
terkontrol, yang menyebabkan perubahan fungsi otak. Kejang terjadi ketika neuron
serebral tertentu berada dalam keadaan dapat mengalami hipereksitasi atau mudah
mengalami depolarisasi (Corwin, 2009).

2. Etiologi
Etiologi dari kejang yang harus diketahui Rinehart (2011) dan Corwin (2009):
a. Kejang terjadi secara mendadak biasanya dikarenakan overdosis obat atau
morfin atau alkohol
b. Tumor otak
c. Infeksi sistem saraf pusat contohnya ensefalitis, meningitis
d. Head injuries
e. Demam tinggi
f. Hipertensi
g. Hipoglikemi
h. Gangguan elektrolit
i. Penyakit serebrovaskuler contohnya stroke, atrofi otak, tumor, hidrosefalus
j. Hipoksia
k. Gangguan asam dan basa
l. Status epilepticus
m. Serebral palsy
n. Dehidrasi
o. PEB pre partum/Eklamsia post partum
p. Parkinson.’s disease
q. Toksemia pada kehamilan

3. Klasifikasi
Klasifikasinya (Tao & Kendall, 2014):
a. Kejang umum
a) Kejang petit mal (absen)
Usia 2 tahun sampai pubertas dengan tatapan kosong. tidak ada konfusi
postictal.
b) Kejang mioklonik
Sentakan cepat dan berulang
c) Kejang tonik-klonik (grandmal)
Fase tonik ditandai oleh kekakuan anggota badan diikuti oleh fase klonik
ditandai oleh sentakan ritmik. fase postiktal ditandai oleh slatergi dan
disorientasi.
d) Kejang tonik
Kekakuan (biasanya pada anak-anak).
e) Kejang atonik
Kejang jatuh, sering dikacaukan dengan pingsan
b. Kejang fokal atau parsial (satu area otak)
a) Kejang parsial (tipe motoric Jaksonian)
Dimulai dengan kekakuan motoric yang terlokalisasi yang mana
karakteristiknya adalah aktivitas abnormal yang menyebar pada area yang
berdekatan dengan otak.
b) Kejang parsial simpleks
Kesadaran masih baik dengan komponen motorik, sensorik, otonom, dan
psikis.
c) Kejang parsial kompleks
Komponen simpleks tetapi dengan gangguan kesadaran.
d) Kejang umum parsial sekunder
Bisa terjadi kejang parsial simpleks atau kompleks dan bisa menjadi
kejang umum.
c. Sindrom May-White
Epilepsi mioklonik progresif familial disertai lipoma, ataksia, dan ketulian.

4. Manifestasi Klinis
Tiap orang yang mengalami gejala kejang yang berbeda. Perbedaan tergantung
pada bagian otak yang mengalami gangguan. Beberapa gejala yang muncul
meliputi :
a. Kehilangan kesadaran untuk sesaat dan merasa bingung ketika sadar, ingat
apa yang terjadi
b. Perilaku yang tidak biasa
c. Gerakan yang tak terkendali
d. Perubahan gerakan bola mata
e. Mengeluarkan air liur atau mulut berbusa
f. Tiba-tiba jatuh
g. Gemeteran seluruh tubuh
h. Kejang otot yang disertai gerakan-gerakan ritmis pada lengan dan kaki.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien kejang antara lain (Corwin,
2009):
a. Anamnesa
b. Riwayat penyakit dahulu dan keluarga
c. Pemeriksaan fisik
d. Evaluasi laboratorium dasar (meliputi cek darah lengkap, elektrolit asam-basa,
BGA, RFT, GDA) harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab metabolik
atau kejang yang disebabkan oleh obat
e. Pemeriksaan penunjang
f. Pungsi lumbal dilakukan untuk menyingkirkan meningitis atau ensefalitis jika
dicurigai terjadi
g. MRI untuk mengidentifikasi lesi otak seperti tumor, abses, atau malformasi
vaskular sebagai penyebab kejang
h. CT scan dapat digunakan pada pasien yang mengalami gejala neurologis yang
memerlukan informasi diagnostiks segera
i. EEG dapat memungkinkan diagnosis jenis dan lokasi kejang yang terjadi.
Rekaman EEG multiple meingkatkan potensial diagnostic
j. Cek kelainan genetik

6. Diagnosis Keperawatan (PPNI, 2017)


a. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran, penurunan
reflek menelan
b. Risiko cidera berhubungan dengan ketidakefektifan orientasi (kesadaran
umum), kejang
c. Risiko jatuh berhubungan dengan aktivitas kejang, serangan mendadak dari
perubahan aliran darah ke otak
d. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan mukus daalm
jumlah berlebih

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Pre Hospital (William & Wilkins, 2012)
a) Selama kejang
- Jauhkan pasien dari benda-benda yang berbahaya, tetapi jangan
menahan selama kejang berlangsung karena dapat menyebabkan
fraktur tulang, longgarkan pakaian pasien
- Catat lama waktu kejang
- Lindungi kepala dengan memberikan bantal pada kedua sisi
- Jangan memberi atau menaruh apapun pada mulut korban
b) Setelah kejang berhenti
- Buka jalan napas
- Cek pernapasan
- Posisikan pasien recovery
b. Penatalaksanaan Intra Hospital yaitu (Vincent, 2017):
A. Airway
Pertahankan jalan napas agar paten pasang OPA atau NPA, jika keadaan
gawat darurat pasang intubasi dan ventilasi mekanik, lakukan suction jika
perlu
B. Breathing
Berikan oksigen 10-12 Lpm, NRM sampai dengan SpO2 > 96%
C. Circulation
Monitor tanda-tanda vital, pasang IV line, pasang kateter
D. Drugs
- Berikan Diazepam dosisnya 0,15 mg/kg sampai 10 mg/kg diulangi setelah
5 menit melalui IV
- Bila belum ada IV line berikan obat per rectal
- Terapi simptomatis
 Bila panas berikan paracetamol
 Bila PEB berikan MgSO4 2 unit
 Bila muntah karena hipernatremi berikan elektrolit
 Bila diare berikan obat antidiare (molagit)
- Cari penyebab kejang

Penatalaksanaan yang dilakukan lainnya antara lain:


1) Penatalaksanaan Keperawatan (William & Wilkins, 2012)
a. Ambil tindakan pencegahan kejang selama berada di rumah sakit untuk
mencegah injury
b. Lindungi pasien selama kejang
- Menjauhkan pasien dari benda-benda yang berbahaya, tetapi jangan
menahan selama kejang berlangsung karena dapat menyebabkan fraktur
tulang, longgarkan pakaian pasien
- Miringkan pasien untuk mempertahankan jalan nafas, mencegah
aspirasi
c. Setelah kejang berhenti, lakukan observasi
- Catat tanda prodromal dan waktu serangan
- Catat jenis-jenis gerakan dan urutan dimana serangan terjadi, termasuk
bagian-bagian tubuh yang terlibat
- Catat perubahan pola respirasi pasien
- Catat deviasi mata dan respon pupil
- Catat waktu kejang berhenti dan beberapa respon postictal
d. Ajarkan pasien dan keluarga terapi dan efek yang merugikan dari obat anti
kejang, yang paling penting mengkonsumsi obat secara tepat untuk
mempertahankan tingkat pengobatan, dan harus kembali untuk cek laborat
untuk memantau kadar obat dan mendeteksi reaksi yang berlawanan
e. Sarankan pasien untuk menghindari thermometer oral, yang mana bisa
tertelan jika kejang terjadi
f. Perintahkan untuk menghindari alkohol dan nikotin, karena bisa
menstimulasi mempercepat timbulnya kejang
g. Katakan pada pasien untuk selalu membawa identitas bahwa dia
mempunyai kejang dan mendaftarkan nama dan nomor telpon kepada
dokter
2) Penatalaksaan medis (Rinehart, 2011)
a. Treatment yang lain yaitu pasang VNS (Vagal Nerve Stimulator) atau
SSV (Stimulasi Saraf Vagus) merupakan tindakan yang menghasilkan
sinyal lsitrik untuk mencegah kejang, lebih sering digunakan pada tipe
kejang parsial simple dan complete.

8. Evaluasi
1) Observasi ABC
a. Target airway: jalan napas paten, observasi obstruksi jalan nafas karena
sekret atau pangkal lidah tidak jatuh ke belakang
b. Target breathing: RR kembali normal (16-20x/menit), SpO2 > 96%, tidak
ada sianosis.
c. Target circulation TD normal 100-120/70-90 mmHg, nadi normal 60-100
x/menit, akral hangat, CRT < 2 detik, target urine normal adalah 0,5cc/kg
BB/jam
2) Evaluasi keluhan, tanda-tanda kejang
3) Evaluasi penyebab kejang
- Jika hipoksia, BGA ulang
- Jika elektrolit, cek elektrolit ulang
- Jika panas, cek suhu ulang
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2009). Patofisiolofi: buku saku. Jakarta: EGC.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP PPNI.

Rinehart, W. (2011). NCLEX-RN Exam Prep. USA: Que Publishing.

Tao, L., & Kendall, K. (2014). Sinopsis Organ System Neurologi. Pamulang:
KARISMA Publishing Group.

Vincent, J.-L. (2017). Textbook Of Critical Care, 7th Edition. Philadelphia, United
States: Elsevier-Health Sciences Division.

William, L., & Wilkins. (2012). Medical Surgical Nursing Certification. U.S.A:
Wolters Kluwer Health.

Anda mungkin juga menyukai