Anda di halaman 1dari 6

RESUME TINDAKAN ECT

(ELEKTRO CONVULSIF THERAPIE)


DI RUANG HUDOWO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO
PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh:
M. Yusuf Ainul R. (1503056)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2018
TINDAKAN ECT (ELEKTRO CONVULSIF THERAPIE)

Masalah Utama : Halusinasi Pendengaran

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Tn. S
2. Umur : 60 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Alamat : Semarang, Jawa Tengah
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMP
7. Pekerjaan : Sopir
8. Status Perkawinan : Duda
9. Tgl. Dirawat : 15 November 2018
10. Tgl. Pengkajian : 28 November 2018
11. Ruang Rawat : Ruang VII Hudowo
12. No. RM : 00064920
13. Dx. Medis : Skizoafektif Tak terinci
14. Penanggung Jawab : Ny. F

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien
 Klien sering mendengar suara-suara serta tidak bisa tidur saat malam hari
 Klien mengatakan merasa harus menjaga suatu rahasia orang lain tidak boleh
tahu.
 Frekuensisering muncul suara-suara tersebut ketika malam hari
 Klien mengatakan merasa gelisah, mondar-mandir dan mendengar suara-suara
sehingga tidak bisa tidur ketika malam hari.
 Klien tampak kooperatif saat diajak perawat mengobrol, klien menjawab
pertanyaan dengan baik.
2. Diagnosa keperawatan : Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
C. TINDAKAN ECT
1. Definisi
Terapi elektrokonvulsif (ECT) merupakan suatu jenis pengobatan somatik dimana
arus listrik digunakan pada otak melalui elektroda yang ditempatkan pada pelipis. Arus
tersebut cukup menimbulkan kejang grand mal, yang darinya diharapkan efek yang
terapeutik tercapai.
Mekanisme kerja ECT sebenarnya tidak diketahui, tetapi diperkirakan bahwa ECT
menghasilkan perubahan-perubahan biokimia didalam otak (Peningkatan kadar
norepinefrin dan serotinin) mirip dengan obat anti depresan.
2. Jenis-jenis ECT
a) ECT konvensional: menimbulkan kejang, tanpa menggunakan obat anastesi
b) ECT pre-medikasi: diberikan obat anastesi untuk menurunkan kejadian kejang

3. Mekanisme kerja
Aliran listrik kejang (fase 10 dtk: tonik,30-40dtk: fase klonik) peningkatan
aliran darah ke otak (perubahan permaebilitas BBB) terjadi keseimbangan nor
adrenalin, adrenalin, serotinin transmisi cholinergic sehigga pasien lebih tenang
proses pikir dan kondisi afek membaik.
4. Indikasi
a) Depresi mayor
b) Mania: keadaan kenaikan mood atau iritabilitas dan aktivitas fisik berlebih
c) Schizophrenia gangguan jiwa psikotik (hilangnya perasaan afektif atau respons
emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi norma)
d) Gangguan Postpartum
e) ECT rumatan: pasien rawat jalan
5. Kontra indikasi
a) Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak, infeksi SSP).
b) Keguguran pada kehamilan, gangguan sistem muskuloskeletal (osteoartritis berat,
osteoporosis, fraktur karena kejang grandmal).
c) Gangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina, hipertensi, aritmia dan
aneurisma.
d) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
e) Keadaan lemah.

6. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin akan terjadi pada klien yang di lakukan ECT antara lain
sebagai berikut :
a) Fraktur veterbra
b) Apnoe
c) Robekan otot rahang
d) Luksasio dan dislokasi sendi
e) Amnesia, bingung, agresif dan distruktif
f) Demensia
g) Sakit kepala mual dan nyeri otot

7. Pelaksanaan (prosedur)
a) Persiapan Alat
Adapun alat – alat yang perlu disiapkan sebelum melakukan tindakan ECT antara lain
adalah sebagai berikut :
1) Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
2) Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kalin
3) Kain kasa
4) Cairan NaCl secukupnya
5) Spuit injeksi 1 ampul
6) Tensimeter
7) Stestoskop
8) Slim sugire
9) Mesin ECT
10) Alcohod dan oksigen lengkap
11) Tempat tidur
12) Handuk

b) Persiapan perawat
1) Persiapan pengetahuan dan prosedur terapi ECT
2) Cek kembali catatan medis klien dengan catatan perawat
3) Cek infrom konsen

c) Persiapan Pasien
1) Anjurkan klien untuk tenang dan beritahu tindakan yang akan dilakukan
2) Lakukan pemeriksaan fisik dan leboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelaina yang merupakan kontraindikasi ECT
3) Siapkan surat persetujuan
4) Klien berpuasa selama 4-6 jam sebelm ECT
5) Lepas gigi palsu,lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin
dipakai klien
6) Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defeksi
7) Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 2-2 jam sebelum ECT
8) Jika klien menggunakan antidepresan, antipsikotik, sedatifhipnotik, dan
antikonvulsan beberapa hari sebelumnya karena beresiko organik
9) Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa Antropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum
ECT. Pemberian antikoliegrik ini megembalikan aritmia vegal dan menurunkan
sekresi gastrointestinal
d) Prosedure Tindakan ECT
1. Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat tidur dengan permukaan
rata. Pasang handuk dibawah kepala klien dan posisikan klien hiperektensi tanpa
bantal. Pakaian klien dikendorkan seluruh badan ditutup dengan selimut, kecuali
bagian kepala.
2. Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai
untuk menghasilkan koma ringan.
3. Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kemungkinan kejang umum.
4. Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
5. Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasai
dengan Nacl.
6. Penderita diminta untuk membuka mulut dan pasang spatel atau karet yang
dibungkus kalin dimasukan ke dalam mulut klien dan klien diminta untuk
menggigit.
7. Rahang bawah atau dagu, ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang dengan
dilapisi kain
8. Persendian (bahu, siku, pinggang, dan lutut) ditahan selama kejang dengan
mengikuti gerakan kejang.
9. Pasang elektroda di prlipis kain kasa basah kemudian tekan tombol sampai timer
berhenti dan dilepas
10. Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan kejang
(menahan tidak boleh dengan kuat).
11. Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan diafragma.
12. Bila banyak lendir dibersihkan dengan slim siger

Anda mungkin juga menyukai