Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN KONSEP ECT

DISUSUN OLEH :

1. Bayu Aji Nugroho


2. Endang Sriwati
3. Lukmanul Hakim
4. Nety Ayuningtyas M
5. Nosi Andriyani
6. Nurul Apriyani
7. Uswatun Afifah

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AN NUUR PURWODADI
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN ECT

A. Pengertian
1. ECT
a. Pengertian
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik
dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun
klonik.Tindakan ini adalah bentuk terapi pada klien dengan mengalirkan
arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis klien untuk
membangkitkan kejang grandmall.
b. Indikasi
Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa
manik depresi, klien schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah
katatonik.ECT lebih efektif dari antidepresan untuk klien depresi dengan
gejala psikotik (waham, paranoid, dan gejala vegetatif), berikan
antidepresan saja (imipramin 200-300 mg/hari selama 4 minggu) namun
jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT.Mania
(gangguan bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika
litium karbonat tidak berhasil.Pada klien depresi memerlukan waktu 6-
12x terapi untuk mencapai perbaikan, sedangkan pada mania dan
katatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu 10-20x terapi secara
rutin.Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 hari sekali.Jika efektif,
perubahan perilaku mulai kelihatan setelah 2-6 terapi.
c. Kontra indikasi
ECT merupakan prosedur yang hanya digunakan pada keadaan yang
direkomendasikan. Sedangkan kontraindikasi dan komplikasi dari
tindakan ECT, adalah sebagai berikut:
1) Kontraindikasi
a) Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak, infeksi
SSP).
b) Keguguran pada kehamilan, gangguan sistem muskuloskeletal
(osteoartritis berat, osteoporosis, fraktur karena kejang
grandmal).
c) Gangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina,
hipertensi, aritmia dan aneurisma.
d) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
e) Keadaan lemah.

2) Komplikasi
a) Luksasio dan dislokasi sendi
b) Fraktur vetebra
c) Robekan otot rahang
d) Apnoe
e) Sakit kepala, mual dan nyeri otot
f) Amnesia
g) Bingung, agresif, distruktif
h) Demensia
d. Peram perawat
Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan
alat dan mengantisipasi kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan
yang akan dilakukan.
e. Persiapan alat
Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT,
adalah sebagai berikut:
1) Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)
2) Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
3) Kain kasa
4) Cairan Nacl secukupnya
5) Spuit disposibel
6) Obat SA injeksi 1 ampul
7) Tensimeter
8) Stetoskop
9) Slim suiger
10) Set konvulsator
f. Persiapan klien
1) Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur
tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi
adanya kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
3) Siapkan surat persetujuan
4) Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
5) Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang
mungkin dipakai klien
6) Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
7) Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam
sebelum ECT
8) Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-
hipnotik, dan antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya.
Litium biasanya dihentikan beberapa hari sebelumnya karena
berisiko organik.
9) Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah
jam sebelum ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan
aritmia vagal dan menurunkan sekresi gastrointestinal.
g. Pelaksanaan
1) Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan
permukaan rata dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung
tanpa bantal. Pakaian dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan
selimut, kecuali bagian kepala.
2) Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat
ini dipakai untuk menghasilkan koma ringan.
3) Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV)
untuk menghindari kemungkinan kejang umum.
4) Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk
tempat elektrode menempel.
5) Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang
dibasahi caira Nacl.
6) Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet
yang dibungkus kain dimasukkan dan klien diminta menggigit
7) Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat
kejang dengan dilapisi kain
8) Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang
dengan mengikuti gerak kejang
9) Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol
sampai timer berhenti dan dilepas
10) Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti
gerakan kejang (menahan tidak boleh dengan kuat).
11) Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan
menekan diafragma
12) Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
13) Kepala dimiringkan
14) Observasi sampai klien sadar
15) Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan
h. Setelah ETC
1) Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil
2) Jaga keamanan
3) Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai
kebutuhan, biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.
DAFTAR PUSTAKA

Direja A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi I, Yogyakarta


:Nuha Medika
Fitria, N. (2009), Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika
Kelliat, B. A, (2009), Proses Kesehatan Jiwa. Edisi, Jakarta:EGC
Kusumawati, F& Hartono Y (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta:NuhaMedika.

Anda mungkin juga menyukai