Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

BILAS LAMBUNG dan NGT

Disusun oleh :
Nama : Anjaly Iskandar
Prodi : Keperawatan
Semester : IV

SEKOLAH TNGGI ILMU KESEHATAN{STIkes}MALUKU HUSADA


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN [SI] SEMESTER III
TAHUN AJARAN 2019-2020
KAIRATU
BILAS LAMBUNG

A. Definisi
Bilas lambung (gastric lavage) adalah membersihkan lambung dengan
cara memasukan  dan mengeluarkan air ke/dari lambung dengan
menggunakan NGT (Naso Gastric Tube). Menurut Smelltzer dan Bare
(2001:2487), lavase lambung adalah aspirasi isi lambung dan pencucian
lambung dengan menggunakan selang lambung.
Bilas lambung, atau disebut juga pompa perut dan irigasi lambung
merupakan suatu prosedur yang dilakukan untuk membersihkan isi perut
dengan cara mengurasnya.
Lavase lambung dikontraindikasikan setelah mencerna asam atau
alkali, pada adanya kejang, atau setelah mencerna hidrokarbon atau
petroleum disuling. Hal ini terutama berbahaya setelah mencerna agen
korosif kuat. Kumbah lambung merupakan metode alternatif yang umum
pengosongan  lambung, dimana cairan dimasukkan kedalam lambung melalui
orogastrik atau nasogastrik dengan diameter besar dan kemudian dibuang
dalam upaya untuk membuang bagian agen yang mengandung toksik. Selama
lavage, isi lambung dapat  dikumpulkan untuk mengidentifikasi toksin atau
obat. Selama dilakukan bilas lambung, cairan yang dikeluarkan akan
ditampung untuk selanjutnya diteliti racun apa yang terkandung.

B. Tujuan :
Menurut Smelltzer dan Bare (2001:2487), tujuan lavase lambung yaitu
sebagai berikut:

1. Untuk mengeliminasi racun yang masuk kedalam lambung.

2. Untuk mengambil sample cairan dan bahan-bahan yang ada dalam


lambung untuk menentukan diagnosa medis.  

3. Untuk pembuangan urgen substansi dalam upaya menurunkan


absorpsi sistemik;
4. untuk mengosongkan lambung sebelum prosedur endoskopik.
5. untuk mendiagnosis hemoragi lambung dan menghentikan hemoragi.
C. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap
zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang
tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian


dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.
b. Gigi
Gigi manusia terdiri dari gigi seri, taring, dan geraham. Gigi seri
terletak di depan berbentuk seperti kapak yang mempunyai fungsi
memotong makanan. Di samping gigi seri terdapat gigi taring. Gigi taring
berbentuk runcing yang berguna untuk merobek makanan. Di belakang
gigi taring terdapat gigi geraham yang mempunyai fungsi menghaluskan
makanan.

c. Lidah

Lidah berguna untuk membantu mengatur letak makanan di


dalam mulut mendorong makanan masuk ke kerongkongan. Selain itu
lidah lidah juga berfungsi untuk mengecap atau merasakan makanan.
Pada lidah terdapat daerah-daerah yang lebih peka terhadap rasa-rasa
tertentu, seperti asin, masam, manis, dan pahit.

d. Kelenjar ludah

Ludah dihasilkan oleh 3 pasang kelenjar ludah. Kelenjar ludah


tersebut adalah kelenjar ludah parotis, kelenjar ludah rahang bawah,
kelenjar ludah bawah lidah. Ludah mengandung air, lendir, garam, dan
enzim ptialin.enzim ptialin berfungsi mengubah amilum menjadi gula,
yaitu maltosa dan glukosa. Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang
mempunyai duktus yang duktus wartoni dan duktus stensoni.
Kelenjar ludah ada 2, yakni :
1. Kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris), yang
terdapat dibawah tulang rahang atas pada bagian tengah.
2. Kelenjar ludah bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat
disebelah depan bawah lidah. Di sekitar rongga mulut terdapat 3
buah kelenjar luda :
- Kelenjar Parotis
Letaknya di bawah depan dari telinga diantara prosesus  mastoid
kiri dan kanan os mandibular, duktusnya duktus stensoni. Duktus
ini keluar dari glandula parotis menuju rongga mulut melalui pipi (
muskulus buksinator )
- Kelenjar Submaksilaris
Terletak di bawah rongga mulut bagian belakang, duktusnya
bernama duktus wartoni, bermuara di rongga mulut dekat dengan
frenulum lingua.
- Kelenjar Sublingualis
Letaknya di bawah selaput lendir dasar rongga mulut bermuara di
dasar rongga mulut. Kelenjar ludah di sarafi oleh saraf-saraf tak
sadar.

e. Tenggorokan ( Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan


kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi.

f. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot
pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari
bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.

g. Lambung

Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk


seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu: Kardia, fundus,
antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan
enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat
penting :
 Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

 Asam klorida (HCl)Asam klorida menciptakan suasana yang


sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai
bakteri.

 Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

Selain sel-sel penyekresi mucus yang mengelilingi seluruh


permukaan lambung, mukosa lambung mempunyai dua tipe
kelenjar tubula yang penting : kelenjar oksintik (Kelenjar
gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi asam
hidroklorida, pepsinogen, dan mucus. Kelenjar pilorik terutama
menyekresi mucus untuk melindungi mukosa pylorus dari asam
lambung. Kelenjar tersebut juga menyekresi hormon gastrin.

h. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran


pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui
sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus
halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal
kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)


Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua
belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara
hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan,
yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.

3.  Usus Penyerapan (illeum)


. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau
sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan
garam-garam empedu.
i. Usus Besar (Kolon)

Usus besar atau kolon adalah bagian antara usus buntu dan
rektum. Ungsi utama rgan ini adalah menyerap air dari feses

Usus besar terdiri dari :

 Kolon asendens (kanan)


 Kolon transversum
 Kolon desendens (kiri)
 Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus


besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi
membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk
fungsi normal dari usus.

j. Usus Buntu (sekum)

Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam


istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar.

k. Umbai Cacing (Appendix)


Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah
dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis
(infeksi rongga abdomen).

l. Rektum dan anus

Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan


sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon
desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar (BAB).

m. Pankreas

Adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua


fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta
beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada
bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
 Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
 Pulau pankreas, menghasilkan hormon

D. Indikasi :
1. Pasien yang keracunan makanan atau obat tertentu.
2. Persiapan operasi lambung.
3. Persiapan tindakan pemeriksaan lambung.
4. Tidak ada refleks muntah.
5. Gagal dengan terapi emesis.
6. Pasien dalam keadaan sadar.
7. Persiapan untuk pembedahan.
8. Perdarahan gastrointestinal.
9. Kelebihan dosis obat-obatan(Krisanty,
Paula.2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat .hlm :
89)

E. Kontraindikasi :

1. Kumbah lambung tidak dilakukan secara rutin dalam


penatalaksanaan pasien dengan keracunan. Kumbah
lambung dilakuakan ketika pasienmenelan substansi toksik
yang dapat mengancam nyawa, dan prosedurdilakukan
dalak 60 menit setelah tertelan.
2. Kumbang lambung dapat mendorong tablet ke dalam
duodenum selainmengeluarkan tablet tersebut.
3. Kumbah lambung dikontraindikasikan untuk bahan-bahan
toksik yangtajam dan terasa membakar (risiko perforasi
esophageal). Kumbahlakukan tidak dilakukan untuk bahan
toksik hidrokarbon (risikorespirasi), misalnya: camphor,
hidrokarbon, halogen, hidrokarbonaromatik, pestisida.
4. Kumbah lambung dikontrindikasikan untuk pasien yang
menelan benda tajam dan besar.
5. Pasien tanpa gerak refleks atau pasien dengan pingsan
(tidak sadar)membutuhkan intubasi sebelum kumbah
lambung untuk mecegahinspirasi.
6. Pasien kejang
7. Tumor paru-paru
8. Menginsersi tube melalui nasal bila ada fraktur 
9. Menelan alkali kat (rosyadi, khlid.2015.Buku Saku
Keperaatan Medikal Bedah. Hal 348)

F. Persiapan Alat & Bahan


Persiapan Alat :
Alat dan bahan yang digunakan dalam prosedur bilas lambung
yaitu sebagai berikut:
1. selang nasogastrik/ diameter besar atau selang Ewald diameter
besar;
2. spuit pengirigasi besar dengan adapter;
3. saluran plastic besar dengan adapter;
4. pelumas larut air;
5. air biasa atau antidote yang tepat (susu, larutan salin, larutan
bikarbonat natrium, jus jeruk, karbon teraktivasi);
6. wadah untuk aspirat;
7. gag mulut, selang nasotrakea atau endotrakea dengan cuv yang
dapat dikembungkan;
8. wadah untuk spesimen.

G. Persiapan pasien
Pada keadaan darurat, misalnya pada pasien yang
keracunan, tidak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh
perawat dalam melaksanakan Bilas lambung (gastric lavage), akan
tetapi pada waktu tindakan dilakukan untuk mengambil specimen
lambung sebagai persiapan operasi, biasanya dokter akan
menyarankan akan pasien puasa terlebih dahulu atau berhenti
dalam meminum obat sementara.

H. Prosedurkerja Prosedur bilas lambung pada kasus keracunan
1. Bisa dilakukan pada klien yang tidak sadar / stupor atau
jika induksi muntah dengan sirup ipekak tidak berhasil.
2. Bila klien setengah sadar dan masih ada refleks muntah,
maka posisikan klien miring pada satu sisi untuk
memudahkan irigasi dan mencegah aspirasi.
3. Bila klien tidak sadar dan refleks muntah tidak ada, maka
klien harus dilakukan intubasi trachea sebelum
dilakukan bilas lambung.
4. Gunakan pipa nasogastrik berdiameter besar (>28Fr)
untuk memudahkan aliranirigasi cairan.
5. Gunakan larutan garam fisiologis untuk pembilasan,
suhu cairan yang digunakansebaiknya sesuai suhu tubuh.
6. Lakukan irigasi dan aspirasi cairan garam faal sebanyak
+/- 200 ml beberapa kalisampai terpakai 2-4 liter.
7. Lakukan pencatatan setelah tindakan yang meliputi
jumlah, karakteristik,
bau cairan yang dilakukan irigasi serta reaksi klien.

I. Prosedur Bilas lambung (gastric lavage) pada kasus


perdarahan lambung
1. Sebelumnya pasang NGT berukuran besar, jenis yang
biasanya digunakan adalah selang Ewald. Selang dengan
diameter kecil tidak cukup efektif untuk mengeluarkan
bekuan darah dan dapat menyebabkan kesalahan
penegakan diagnosa karena bila ada bekuan darah yang
menyumbat selang, akan sulit mendeteksi masih
terjadinya perdarahan.
2. Lakukan irigasi dengan menggunakan cairan garam faal
dengan cara memasukkan sejumlah cairan secara
bertahap dan kemudian mengeluarkannya dengan cara
mengalirkan atau diaspirasi
menggunakan tekanan rendah.
3. Alirkan cairan yang dikeluarkan ke dalam kantong
(collection bag) yang diletakkan dengan posisi lebih
rendah dari tubuh klien atau tempat tidur klien.
4. Cairan irigasi yang digunakan bisa berjumlah +/- 500-
700 ml.
5. Pastikan bahwa aliran cairan lancar, begitu juga dengan
system drainasenya.
6. Waspada terhadap potensial terjadinya sumbatan
bekuan darah pada selangatau perubahan posisi selang.
7. Gunakan cairan dengan suhu ruangan, karena akan lebih
efektif dalam tindakan gastric lavage. Penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan cairan
dengan suhu rendah (dingin) akan menggeser kurva
disosiasi hemoglobin kearah kiri dan dapat berakibat
langsung seperti : penurunan aliran oksigen ke organ-
organ vital serta memperpanjang waktu perdarahan
dan protrombin time.
J. Komplikasi
1. Perforasi esophagus
Perforasi esophagus adalah sebuah lubang melalui mana isi
kerongkongan dapat masuk ke mediastinum, daerah
sekitarnya payudara. Hal ini dapat menyebabkan infeksi
mediastinum.
2. Aspirasi pulmonal
Pneumonia Aspirasi merupakan infeksi paru-paru yang
diakibatkan oleh terhirupnya seseuatu ke dalam saluran
pernapasan.
3. Ketidakseimbangan elektrolit (Hiponatremi, Hipokloremi)
Ketidak seimbangan elektrolit adalah ketika jumlah natrium
dan kalium dalam tubuh terlalu banyak atau terlalu sedikit.
4. Hipotermia
Hiptermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh
untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu
dingin.
5. Laringospasme
Laringpasme adalah kejang singkat dari pita suara yang
sementara membuat sulit untuk berbicara dan bernafas.
Seringkali penyebabnya tidak dapat diketahui. Tapi
laringopasme dapat dikaitkan dengan penyakit reluks
gastroesofagus.
6. Hipoksia
Hipoksia adalah suatu kondisi di mana jaringan tubuh
kekurangan oksigen.kondisi ini disebabkan oleh hipoksemia,
yaitu tingkat oksigen dalam darah lebih rendah dari normal.
7. Bradikardi
Bradikardi adalah kondisi dimana jantung penderita berdetak
lebih lambat dari kondisi normal. Umumnya detak jantung
normal pada orang dewasa saat beristirahat adalah 60-100
kali/menit. Sedangkan jantung penderita bradikardi berdetak
dibawah 60 kali/menit.
8. Epistaksi
Epistasi atau mimisan adalah suatu keadaan pendarahan dari
hidung. Sering ditemukan sehari-hari hampir sebagian besar
dapat berhenti sendiri.
NGT

A. Definisi

NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat
yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic
yang dipasang melalui hidung sampailambung. Ukuran NGT diantaranya
di bagi menjadi 3 kategori yaitu:
a) Dewasa ukurannya 16-18 Fr
b) Anak-anak ukurannya 12-14 Fr
c) Bayi ukuran 6 Fr

B. Tujuan
1. Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang
dicairkan
2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam
lambung
3. Mengirigasi karena perdarahan/keracunan dalam lambung
4. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan
atau trauma
5. Mengambil specimen pada lambung untuk studi laboratorium.

C. Indikasi

Ada 3 indikasi utama pemasangan NGT :


a) Dekompresi isi lambung Mengeluarkan cairan lambung pada
pasien ileus obstruktif/ileus paralitik peritonitis dan pankreatitis
akut. Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung
(mengeluarkan cairan lambung)
b) Memasukkan Cairan/Makanan ( Feeding, Lavage Lambung) Pasien
tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab Lavage lambung
pada kasus keracunan
c) Diagnostik Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi
lambung.

D. Kontraindikasi

Kontraindikasi pemasangan NGT meliputi:


a) Pasien dengan maxillofacial injury atau fraktur basis cranii
fossa anterior. Pemasangan NGT melalui nasal berpotensi
untuk misplacement NGT melalui fossa cribiformis,
menyebabkan penetrasi ke intrakranial
b) Pasien dengan riwayat striktur esofagus dan varises esofagus.
c) Pasien dengan tumor esofagus

E. Peralatan
a) NGT No.14 atau 16 (untuk lebih kecil)
b) Jeli
c) Klem
d) Stetoskop
e) Pinset
f) Handuk, tissue, dan bengkok
g) Segelas air putih dan sedotan
h) Plester
i) Spuit 20 cc atau 50 cc
j) Stetoscope
k) Spatel lidah
l) Senter
m) Sepasang sarung tangan

F. Prosedur Pelaksanaan
1. Dekatkan alat disamping klien
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Cuci tangan
4. Bantu klien pada posisi high fowler, meningkatkan klien untuk
menelan
5. Pasang handuk pada dada klien, dekatkan tisu wajah. Agar tidak
mengotori pakaian klien. Pemasangan selang dapat menyebabkan
keluarga air mata.
6. Memakai sarung tangan
7. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan
bernafas normal dengan menutup satu hidung kemudiann
mengulanginya dengan menutup hidung yang lain ( bila klien
sadar), selang mudah masuk melalui selang hidung yang lebih
paten
8. Mengukur panjang selang yang akan masuk dengan
menggunakan :
 Metode tradisional
Ukur jarak dari puncak hidung kedaun telinga bawah dan
ke prosesus xifoideus disternum
 Metode Hanson
Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan
pengukuran dengan metoode tradisional. Selang yang akan
dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan tanda
tradisional
9. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan
menggunakan plester
10. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm. Pelumasan
menurunkan friksi anatar membrane mukosa dan selang.
11. Ingatkan klien bahwa selang akan segera dimasukkan dan
instruksikan klien untuk mengatur posisi kepala ekstensi,
masukkan selang melalui hidung dan memelihara agar jalan nafas
tetap terbuka
12. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika
terasa agak tertahan, putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk
dimasukkan selang dengan cara memutar dan sedikit menaruk
ujung selang akan mudah masuk kefaring.
13. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring. Setelah
melewati nasofaring (3-4 cm) anjurkan klien untuk menekuk leher
dan menelan
14. Dorong klien untuk menelan dengan memberikan sedikit air
minum (jika perlu tekankan pentingnya bernnafas lewat mulut)
menelan memudahakn lewatnya selang melalui orofaring
15. Jangan memasakkan selang untuk masak. Jika ada hambatan atau
klien tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa
posisi selang dibelakang tenggorok dengan menggunakan sudip
lidah/spatel dan senter. Selang mungkin terlipat, menggulung
diofaring atau masuk ke trakea
16. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah di
tentukan, anjurkan klien rileks dan bernafas normal. Memberi
kenyamanan dan mengurangi kesemasan.
17. Periksa letak selang dengan :
 Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian
diafragma stetoskop pada perut di kuadran kiri atas klien
(lambung) kemudian suntikkan 10-20 cc udara bersamaan
auskultasi abdomen.
 Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung
 Memasukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam
mangkuk yang berisi air
Jika terdapat gelembung udara. Selang masuk ke dalam
paru-paru. Jika tidak ada gelembung udara selang masuk
kedalam lambung
18. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai
kering. Membantu merekatkan plester lebih baik
19. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekankan pada
hidung :
 Potong plester 10 cm, belah menjadi dua sepanjang 5 cm
pada salah satu ujungnya. Pasang ujung yang tidak dibelah
pada batang hidung klien dan silangkan pada selang yang
keluar dari hidung
 Tempelkan ujung NGT pada klien dengan memasang
plester pada ujungnya dan peniti pada baju
20. Evaluasi klien setelah terpasang NGT
21. Rapikan alat-alat
22. Cuci tangan
23. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan keperawatan

G. Komplikasi / bahaya yang mungkin terjadi dari prosedur


Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama
proses pemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat
antara lain:
1. Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat penempatan
posisi pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini dapat
dicegah dengan memposisikan pasien pada posisi fowler atau sniffing
serta melakukan setiap tahapan prosedur pemasangan NGT dengan
berurutan, serta yang paling penting adalah konfirmasi letak pipa.
Penangan awal bila muncul tanda-tanda distres nafas adalah dengan
segera menarik keluar NGT.
2. Malposisi NGT Jangan melakukan pemasangan NGT misalnya
malposisi NGT misalnya pada pasien trauma maksilofasial yang
dicurigai mengalami fraktur pada cribiformis plate.
3. Pasien merasa tidak nyaman dapat diatasi dengan pemberian nasal
dekongestan dan anastesi topikal dengan menggunakan lidokain 4
persen ke dalam mukosa hidung serta sprai lidokain 4 persen atau
benzocaine langsung ke posterior orofaring. Alternatif lain dengan
menggunakan nebulizer yang mengandung lidocain 4 persen,
sehingga baik mukosa hidung dan mulut teranastesi baik.
4. Epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan pada jalan nafas,
sehingga memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini
dapat dikurangi dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang
tepat yaitu dengan menelusuri dasar hidung menuju ke arah telinga
saat mendorong masuk NGT untuk mengurangi terjadinya turbinasi
dan nyeri serta epistaksis. Memberikan nasal dekongestan seperti
oxymethazoline atau phenylephrine untuk vasokonstriksi pembuluh
darah mukosa hidung juga dapat dilakukan sebelum pemasangan
NGT.
5. Trauma pada mukosa terjadi akibat terlalu memaksakan mendorong
pipa saat terdapat tahanan. Risiko ini meningkat pada pasien dengan
perforasi saluran cerna atas.
6. Pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien
muntah ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik,
bila perlu lakukan intubasi bila saluran napas tidak lapang terutama
pada pasien yang tidak sadar. Menelan yang gentle dan cepat saat
pemasangan NGT juga akan mengurangi sensasi ingin muntah.
7. Pneumonitis dapat terjadi akibat pemberian makanan atau obat
melalui pipa yang posisi atau letaknya setinggi trakea.2 Selain itu cara
mencegah terjadinya pneumonitis yaitu dengan pemakaian lubrikan
yang larut dalam air, karena akan diserap dengan baik bila saat
pemasangan NGT, pipa masuk ke dalam saluran pernapasan
dibandingkan dengan menggunakan lubrikan yang larut dalam
minyak.
8. Hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran napas karena
penempatan NGT yang kurang tepat.
9. Pneumothorak dapat terjadi akibat injuri pulmoner setelah
pemasangan NGT. Pada pasien yang sebelumnya memiliki riwayat
menelan bahan-bahan kimia kuat yang bersifat iritatif curigai adanya
abnormalitas pada esofagus, karena bila dipaksakan melakukan
pemasangan NGT akan beresiko penempatan NGT yang salah berupa
perforasi hipofaring atau perforasi esofagus. Sedangkan komplikasi
pemasangan pipa nasogastik jangka panjang dapat terjadi berupa
erosi mukosa hidung, sinusitis, esofagitis, esofagotrakeal fistula, ulkus
lambung, infeksi paru dan infeksi mulut.
Contoh kasus NGT

Ibu O berusia 23th, dengan pemeriksaan TD: 100/60 mmhg, suhu


o
39 C. Dirawat dirumah sakit karena mengalami pembengkakan pada
tenggorokannya yang mengakibatkan tidak bisa makan dan minum melalui
oral,dengan pemeriksaan Turgor kulit menurun, mulut kering, susah
makan,keluarganya tampak bingung dan cemas dikarenakan ibu 0 tidak bisa
menelan. sehingga ia perlu dilakukan pemasangan NGT yang memerlukan
persetujuan keluarga.

ANALISA DATA.

Data Masalah keperawatan Etiologi


DS : keluarga klien sering Kurangnya informasi Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
bertanya kenapa ibu O
dan pengobatan
tidak bisa menelan dan
 Stresor untuk sering
susah untuk
bertanya
makan,keluarga klien  
mengatakan kalau mereka
Merasa bingung dan
cemas atas kondisi ibu O

DO : Keluarga Klien
tampak cemas terutama
saat ibu O tidak bisa
makan dan minum

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobaan


berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit dan
pengobatan.

INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o keperawatan
4 Kurangnya Setelah 1. Kaji
1.     Untuk
dilakukan tinngkat mengetahui
pengetahuan
perawatan pengetahuan tingkat
pada Ibu tentang selama 2 x 24 klien pengetahuan
proses penyakit jam klien
dan pengobaan pengetahuan 2. Berikan
klien informasi
berhubungan meningkat tentang 2.     Meningkatkan
dengan dengan penyakit dan pengetahuan
kurangnya criteria perawatan  klien tentang
-Klien dengan penyakit dan
informasi
mengetahui penkesh pengobatan
tentang penyakit pengertian
dan pengobatAN  -Penyebab
ditandai dengan : -Klien tidak
DS : bertanya lagi
       keluarga klien tentang
sering bertanya -Klien
kenapa ibu O tampak
tidak bisa makan tenang
dan minum
       

DO : Keluarga
Klien tampak
cemas terutama
saat ibu O tidak
bisa makan dan
minum

 Implemensi
N Tanggal Jam DP Implementasi dan Evaluasi Formatif
o
1 21 – 02 - 08.00 di ganjal oleh selimut
2020
Melanjutkan pemberian therapy
08.05 Membantu ibu memberikanmakan
melalui NGT
10.00 Hasil : Sebelumnya diaspirasi
Makanan Masuk 100 cc
Ampicillin 1 x 350 mg dan
cefotaxim 1 x 350 mg secara IV
Hasil : obat ampicillin dan cefotaxim
telah diberikan dengan cara IV
11.00 melalui selang infuse
Mengkaji TTV dan Mengauskultasi
bunyi paru, observasi batuk
 Hasil :
Nadi   :148 X/ menit
Respirasi:68 x / menit
Suhu: 37,1 C
Ronchi (+), batuk (+)
09.00
Melakukan personal hygiene
memandikan dan gunting kuku
Hasil : Kulit bersih dan kuku pendek
13.00
Berikan informasi tentang penyakit,
pengobatan dan perawatan
Hasil :keluarga Klien mengerti
kenapa klien tidak bisa makan dan
13.30 minum

Kolaborasi untuk dilakukan


nebulizer
Hasil : konsultasi dengan dokter
Evaluasi

N Tanggal DP Implementasi dan Evaluasi Formatif TTD


o

1 23 – 02 – S;4 mengertti tentang penyebab sesak dan


2020 banyak dahak
O : ibu klien tampak tenang
A: masalah teratasi
DAFTAR PUSTAKA

a) Kozier Barbara, Erb Glenora, Berman Audrey and Snyder SJ.


Fundamental of Nursing : Concepts, Process and Practice
Seventh ed. Pearson Prentice Hall New Jersey 2015;45:1204-13
b) Blok Barbara and Nelson Bret. Nasogastric Tube.
http://www.npinstitute.com
c) Lippincott Williams & Wilkins. Nasogastric Tube Insertion and
Removal. Nursing Prosedures Fourth ed. A Wolters Kluwer
Company 2016;10:544-64.
d) Wong Donna L and Hockenberry Marilyn J. Nursing Care of
Infant and Children. Wong’s Seventh ed. Mosby Elsevier
2017;27:1162-64.
e) Moore Mary Cortney. Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi Kedua.
Hipokrates 1994;5:112-21.
f) Thomsen Todd W, Shaffer Robert W and Setnik Gary S.
Nasogastric Intubation. The New England Journal of Medicine
2018;354:e16.
g) Hockenberry Marilyn J and Wilson David. Essentials of
Pediatric Nursing. Wong’s Eighth ed. Mosby Elsevier
2015;22:745-53.
h) Perry Anne Griffin, Peterson Veronica dan Potter Patricia A.
Buku Saku Ketrampilan & Prosedur Dasar. Edisi 5. EGC
2015;8:277-97.
i) Sweeney Judy. How Do I Verify NG Tube Placement?. Source
Nursing 2015;35:25.
j) Rushing Jill. Inserting A Nasogastric Tube. Nursing 2016;35:22.
Baum Eric D, Elden Lisa M, Handler Steven D, Tom Lawrence
WC. Management of Hypopharyngeal and Esophageal
Perforations in Children:Three case reports and a review of the
literature. ENT-Ear, Nose & Throat Journal 2018;87:44-7.

Anda mungkin juga menyukai