Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SC

Disusun oleh :
Nama : Anjaly Iskandar
NPM :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2023
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Sectio Caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding
perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerostomi untuk melahirkan janin dari dalam
rahim (Padila, 2015).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding depan perut dan dinding rahim (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat b ad an di at as 500 gram
melalui sayatan pad a dinding ut erus yang utuh (Gulardi &Wiknjosastro, 2010).

2. Klasifikasi
a.  Abdomen (SC Abdominalis)

1) Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada corpus uteri.
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10cm.
Kelebihan :
a) Mengeluarkan janin lebih memanjang
b) Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada reperitonial yang
baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
c) Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda. Ruptur uteri karena luka bekas SC
klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka bekas
SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
d) Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu yang
telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang- kurangnya
dapat istirahat selama 2 tahun. Rasionalnya adalah memberikan kesempatan
luka sembuh dengan baik. Untuk tujuan ini maka dipasang akor sebelum
menutup luka rahim.
2) Sectio caesarea profunda (Ismika Profunda) : dengan insisi pada segmen bawah
uterus. Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim kira-kira 10cm.

Kelebihan :

a) Penjahitan luka lebih mudah

b) Penutupan luka dengan reperitonialisasi yang baik

c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan isi uterus ke
rongga perineum
d) Perdarahan kurang

e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptur uteri spontan lebih kecil
Kekurangan :
a) Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan
arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang banyak.
b) Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
3) Vagina (section caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
a) Sayatan memanjang (longitudinal)
b) Sayatan melintang (tranversal)
c) Sayatan huruf T atau T Insisian (Padila, 2015).

3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas


a. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses involusi, disamping itu juga
terjadi perubahan-perubahan penting lain yaitu terjadinya hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi.
Uterus Adalah organ yang banyak mengalami perubahan besar karena telah mengalami
perubahan besar selama masa kehamilan dan persalinan. Pembesaran uterus tidak akan terjadi secara
terus menerus, sehingga adanya janin dalam uterus tidak akan terlalu lama. Bila adanya janin tersebut
melebihi waktu yang seharusnya, maka akan terjadi kerusakan serabut otot jika tidak dikehendaki.
Proses katabolisme akan bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah tersebut. (Asih Yusari,
Risneni,2016).
b. Perubahan involusi uterus
Fundus uteri kira-kira sepusat dalam hari pertama bersalin. Penyusutan antara 1-1,5 cm atau
sekitar 1 jari perhari. Dalam 10-12 hari uterus tidak teraba lagi di abdomen karena sudah masuk di
bawah simfisis. Pada buku keperawatan maternitas pada hari ke-9 uterus sudah tidak teraba. Involusi
ligament uterus berangsur-angsur, pada awalnya cenderung miring ke belakang. Kembali normal
antefleksi dan posisi anteverted pada akhir minggu keenam. (Asih Yusari, Risneni,2016)
Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat
implantasi plasenta disebut lokia. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya
seperti berikut :
a) Lochea rubra (cruenta)
Muncul pada hari pertama sampai hari kedua post partum, warnanya merah mengandung darah
dari luka pada plasenta dan serabut dari decidua dan chorion.
b) Lochea sanguilenta
Berwarna merah kuning, berisi darah lendir, hari ke 3-7 paska persalinan.
c) Lochea serosa
Muncul pada hari ke 7-14, berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah juga leukosit dan laserasi plasenta.
d) Lochea alba
Sejak 2-6 minggu setelah persalinan, warnanya putih kekuningan mengandung leukosit,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati. (Asih Yusari,Risneni 2016).
c. Perubahan pada vagina dan perineum
Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luas berdinding licin
yang berangsur-angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai
tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan-kepingan kecil jaringan, yang
setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi caruncule mirtiformis. Estrogen pascapartum yang
menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. (Asih Yusari, Risneni, 2016)

d. Tempat tertanamnya plasenta


Saat plasenta keluar normalnya uterus berkontraksi dan relaksasi/retraksi sehingga
volume/ruang tempat plasenta berkurang atau berubah cepat dan 1 hari setelah persalinan berkerut
sampai diameter 7,5 cm. (Asih Yusari, Risneni, 2016:69)

e. Perubahan sistem muskuloskeletal


Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat membantu
relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus.
Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.
Striae pada abdomen tidak dapat menghilang sempurna tapi berubah menjadi halus/samar,
garis putih keperakan. Dinding abdomen menjadi lembek setelah persalinan karena teregang
selama kehamilan. Semua ibu puerperium mempunyai tingkatan diastasis yang mana terjadi
pemisahan muskulus rektus abdominus. (Asih Yusari, Risneni,2016)

4. Perubahan psikologis masa nifas


a. Perubahan Peran

Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak. Sebenarnya suami
dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan. Perubahan peran ini semakin
meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si
ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya
selama masih hamil, memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan
sebagainya. Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan tanggung jawab
baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang
dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu arah
yang bisa diramalkan.

Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang
tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan
bayinya akan kasih sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan. Periode berikutnya adalah
proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini
menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
b. Peran menjadi Orangtua setelah Melahirkan

Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu
diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali hubungan mereka
dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi. Periode ini ditandai oleh masa
pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh. Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya
berlangsung selama kira-kira empat minggu. Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk
bersama-sama membangun kesatuan keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-
ayah, saudara-saudara) orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam
menjalankan aktivitas merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode
berlangsung kira-kira selama 2 bulan.

c. Tugas dan Tanggung Jawab Orangtua

Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat mempengaruhi proses
pengasuhan anak. Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi kekecewaan tersebut akan menyebabkan
orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera
diatasi, akan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai
dengan harapan tersebut.

Orang tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-
kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk memenuhi
kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
5. Pathway

CPD, PEB, KPD, Kelianan Letak Janin

Adaptasi post Anestesi Puasa Insisi


 partum

Penurunan Pembatasan cairan Luka pembedahan


Fisiologis saraf  peroral
simpatis

Laktasi Involusi Pelepasan Resiko


Resiko
histamine dan Infeksi
Kondisi diri kekurangan  prostaglandin
volume
Prolaktin Pelepasan menurun cairan
meningkat desi dua
Trauma jaringan
Resiko cedera
Produksi Kontraksi
oksitosin uterus  N eri akut
menurun

Lokhea
Pengeluaran ASI
menurun

Ketidakefektifan
emberian ASI
6. Penatalaksanaan

a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan intavena
harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau
komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam
fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb
rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus lalu
dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah
yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 – 10  jam pasca operasi, berupa air putih dan air
teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi : 
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang sedini mungkin
setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit dan diminta untuk
bernafas dalam lalu menghembuskannya
4)  Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah duduk
(semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan belajar duduk selama
sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan sendiri
 pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24-48
jam atau lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik, cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan 3) Obat-obatan lain
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah harus
dibuka dan diganti .
g. Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak
menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompresi, biasanya mengurangi rasa nyeri (Padila, 2015).
B. KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a) Identitas Pasien (meliputi: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
agama, suku, alamat, no cm, tanggal masuk, tanggal pengkajian, dan sumber informasi).
b) Keluhan Utama dan Alasan Dirawat Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut
bergerak, dan perawatan masa nifas.
c) Riwayat Kehamilan

HPHT :................................... Taksiran Partus :...........................

BB sebelum hamil :................ TD sebelum hamil :......................

Riwayat ANC :....................... Obat yang di dapat :.......................

Keluhan saat hamil :..............


d) Riwayat Nifas Yang Lalu dan Persalinan

 NoTahun Jenis PenolongJK Keadaan Bayi Masalah


Persalinan Waktu Lahir Kehamilan
1

Pengalaman menyusui: ya/tidak Berapa lama : brapa lama menyusu?

Riwayat Ginekologi

a.  Masalah Ginekologi : Pernah mengalami masalah atau tidak

 b.  Riwayat KB : Ibu menggunakan KB ssejak kapan

c.  Jenis Kontrasepsi : kontrasepsi yang digunakan jenis suntik atau pil

d.  Lama pemakaian : brapa lama menggunakan KB tersebut


e) Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
c. Psikologis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
b. Suhu
c. Nadi
d. Pernafasan
3. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala dan wajah : kulit rambut dan wajah tampak bersih atau tidak terdapat benjolan,
alis mata, kelopak mata normal, konjungtiva anemis (-), pupil isokor, sklera tidak
ikterus (-), reflek cahaya positif.
b. Telinga : tidak ada sekret, serumen, dan benda asing, membran timpani, pendengaran
dalam batas normal.
c. Hidung : simetris, deformitas, mukosa, sekret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan
cuping hidung tidak ada.
d. Mulut dan gigi : tidak terdapat kotoran, tidak terdapat kelainan pada  bagian mulut,
tidak ada caries, bibir lembab.
e. Leher : kaku kuduk tidak ada, tidak terdapat pembesaran kelenjar dan vena.
f. Payudara : adanya pembesaran putting susu (menonjol atau mendatar, ada nyeri atau
lecet pada putting), ASI atau kolostrom sudah keluar, ada pembengkakan, radang atau
benjolan, kebersihan.
g. Abdomen : teraba, tekstur, striae. Tinggi fundus uterus, kontraksi uterus, nyeri (Debora,
2017).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake cairan inadekuat
Hari /
tanggal Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
/jam Keperawatan (NOC) (NIC)

Nyeri akut Setelah dilakukan 1.   Kaji nyeri


1.  Untuk mengetahui
 berhubungan asuhan keperawatan
secara komprehen sif
selama …x24 jam nyeri secara
dengan agen
2.   Kontrol lingkungan
diharapkan nyeri mengkusus
cedera fisik
 berkurang atau hilang. yang dapat
meliputi lokasi,
 NOC : mempengar uhi
karakteristik,
1.   Pain level 2.  nyeri seperti suhu,
durasi, frekuensi,
Pain Control  pencahayaa n dan
kualitas dan factor
Kriteria Hasil : 1. 
kebisingan
Mampu  presipitasi nyeri
3.   Ajarkan
mengontrol nyeri 2.  Agar pasien
(tahu penyebab teknik nonfarmako
tetap merasa
nyeri, mampu logi untuk nyaman
menggunakan
mengurangi nyeri 3.   Agar pasien
teknik
nonfarmakologi 4.   Kolaborasi dengan mampu
untuk mengurangi dokter mengontrol dan
nyeri)
mengurangi rasa
2.   Melaporkan
nyeri yang
 bahwa nyeri
dirasakan secara
 berkurang 3.  mandiri tanpa
Menyatakan
menggunakan obat
merasa nyaman
setelah nyeri 4.   Agar pasien
 berkurang mendapatkan
terapi farmakologi

Nyeri akut Setelah dilakukan 1.   Kaji tanda-


1.  Untuk
 berhubungan asuhan keperawatan tanda vital
2.   Monitor intake
mengetahui nyeri
dengan agen selama …x24 jam
secara mengkusus
dan output cairan
cedera fisik diharapkan tidak terjadi
meliputi lokasi,
kekurangan volume 3.   Monitor status
karakteristik,
cairan. hidrasi
durasi, frekuensi,
 NOC : 4.   Anjurkan
meningkatk an
1.   Fluid balance kualitas dan factor
masukan cairan
2.  Nutrotional  presipitasi nyeri
 peroral
status : food and fluid 2.  Agar pasien
intake tetap merasa

Kriteria Hasil : 1.  nyaman

Tanda-tanda 3. Agar pasien

vital dalam batas mampu

normal mengontrol dan

2.   Tidak ada tanda- mengurangi rasa

tanda dehidrasi, nyeri yang

elastisitas turgor kulit dirasakan secara

baik, membran mandiri tanpa


menggunakan
mukosa lembab dan
obat
tidak ada rasa haus
4. Agar pasien
yang
mendapatkan
 berlebihan
terapi farmakologi

C. DAFTAR PUSTAKA

Debora, O. (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik, edisi 2. Jakarta : Salemba


Medika.

Gulardi &Wiknjosastro. (2010).  Asuhan Kebidanan pada Pasien Nifas. Jakarta : Media Nugraha

Kusuma, H. (2016).  Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


 Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam berbagai kasus, jilid 1.  Jogjakarta : Medi Action.

Kusuma, H. (2016).  Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan


 Diagnosa Nanda, Nic, Noc dalam berbagai kasus, jilid 2.  Jogjakarta : Medi Action.

Anda mungkin juga menyukai