Anda di halaman 1dari 36

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP

REMAJA AWAL TENTANG MASA PUBERTAS DI SMP 1


MALUKU TENGAH

Oleh :
Nama : Sun Tatisina
NPM : 1420119004

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha Rahman dan
Rahim atas segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Proposal yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja
Awal Tentang Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah”. Proposal ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.
Peneliti menyadari bahwa Proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hamdan Tunny S.Kep., M.Kes selaku Pembina Yayasan STIKes Maluku Husada.

2. Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan STKes Maluku Husada, yang telah

menyediakan fasilitas-fasilitas kepada peneliti selama menempuh pendidikan di

STIKes Maluku Husada.

3. Dr. Sahrir Sillehu, S.KM., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Maluku Husada yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

4. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

5. selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam

penyusunan Proposal ini.

6. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada peneliti dalam

penyusunan Proposal ini.

ii
7. Ibu dan Keluarga yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan mendoakan

peneliti tanpa henti selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Maluku Husada.

8. Teman-teman sejawat Angkatan ke IX Mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan, dan seluruh Civitas Akademika STIKes Maluku Husada, yang telah

mengisi hari-hariku dengan penuh cinta dan rasa persaudaraan.

Kairatu,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................x
DAFTAR ISI ..................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................5
1.3.1 Tujuan umum........................................................................5
1.3.2 Tujuan khusus.......................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................6
1.4.1 Manfaat teoritis.....................................................................6
1.4.2 Manfaat praktis.....................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pubertas .............................................................................17
2.1.1 Definisi Pubertas...................................................................17
2.1.2 Remaja awal..........................................................................18
2.1.3 Patofisiologi..........................................................................19
2.2 Konsep Dasar Pegetahuan .............................................................23
2.2.1 Definisi Pegetahuan..............................................................23
2.2.2 Pembentukan Perilaku..........................................................24
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.................27
2.3 Konsep Sikap..................................................................................28
2.3.1 Definisi Sikap.......................................................................28
2.3.2 Komponen Sikap...................................................................29
2.3.3 Ciri-ciri Sikap........................................................................29

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL


3.1 Kerangka Konsep............................................................................38
3.2 Hipotesis penelitian.........................................................................39
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian..................................................................................40
4.2 Tempat dan waktu penelitian................................................................40
4.3 Populasi, Sampel & Teknik Pengambilan Sampel...............................40
4.4 Variabel Penelitian ...............................................................................41
4.5 Definisi Operasional ......................................................................42
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................42
4.7 Prosedur Pengumpulan Data...........................................................44
4.8 Analisa Data....................................................................................44

iv
4.9 Etika Penelitian...............................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan reproduksi pada remaja perlu mendapat perhatian, karena melalui remaja
sebagai generasi penerus untuk membangun bangsa. Remaja adalah masa transisi antara
masa kanak-kanak dan dewasa. Pada masa itu terjadi tumbuh kembang yang optimal,
timbul ciri-ciri seks primer dan sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan-
perubahan psikologi serta kognitif.Sebelum masa remaja, terdapat suatu masa transisi
atau peralihan, yang disebut masa pubertas. Masa pubertas adalah terjadinya perubahan
biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi. Hal ini terjadi dengan pesat dari masa
anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari
tahap anak ke dewasa (Soetjiningsih, 2015).
Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh
pada kehidupan kejiwaan remaja. Selain itu perhatian remaja sangat besar terhadap
penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang
proporsional tersebut. Apabila remaja telah dipersiapkan dan mendapatkan informasi
tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi
negatif lainnya. Remaja yang kurang memperoleh informasi, akan merasakan
pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2015).
Untuk mengurangi kecemasan pada remaja saat menghadapi masa pubertas
diperlukan peran orang tua maupun guru di sekolah untuk memberikan informasi yang
benar tentang kondisi perubahan pada masa- masa remaja (Dariyo, 2013). Selain itu,
diperlukan pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja (KRR) khususnya tentang
pengertian dan perubahan fisik masa puber.
Berdasarkan Global Report Work Healty Organisasion pada tahun 2022
menyatakan jumlah kelompok usia di dunia sebanyak 1,2Milyar atau 18% dari jumlah
penduduk di dunia .
Di Indonesia, menurut Biro Pusat Statistik (2018) kelompok remaja umur 10 - 19
tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja
perempuan (Nancy P, 2019).Arintha Pratamasari (2020) melakukan penelitian mengenai
remaja dengan judul “Hubungan Pengetahuan Menstruasi Dengan Kesiapan Remaja
Putri Usia Pubertas Menghadapi Menarche di SMPN 4 Pakem Sleman Yogyakarta“.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional. Teknik

6
pengambilan sampel yang dipilih adalah Teknik Random Sampling. Analisa data
menggunakan program SPSS versi 12 dengan rumus Chi Square dengan α = 0,01. Dari
hasil perhitungan dan analisis data didapat nilai X2 hitung : 43,767 (p:0,001) yang berati
terdapat hubungan signifikan antara pengetahuan remaja usia pubertas dengan kesiapan
dalam menghadapi menarche.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP 1 Maluku Tengah dengan salah satu alasan
karena SMP ini terakreditasi B dan merupakan institusi yang berstatus negeri sehingga
sistem pembelajaran dan lingkungan belajar siswa termasuk sarana dan prasarana di
dalamnya sudah cukup lengkap. Dari paparan di atas maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja Awal
Tentang Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan permasalahan dalam penelitian
ini adalah apakah ada Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja Awal Tentang
Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Dan
Sikap Terhadap Remaja Awal Tentang Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui Pengetahuan Terhadap Remaja Awal Tentang Masa Pubertas
Di Smp 1 Maluku Tengah
2. Untuk mengetahui Sikap Terhadap Remaja Awal Tentang Masa Pubertas Di Smp
1 Maluku Tengah
3. Untuk mengetahui Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja Awal
Tentang Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dalam menambah
khasanah ilmu pengetahuan dalam dunia keperawatan tentang hal-hal yang

7
berhubungan dengan Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja Awal
Tentang Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat tmemberikan tambahan
pengetahuan khususnya tentang Masa Pubertas sehingga mampu meningkatkan
kepedulian anggota keluarga terhadap Remaja Awal .
2. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan Remaja Awal
Di Smp 1 Maluku Tengah..
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti tentang
metode pendidikan kesehatan yang lebih baik kepada Remaja Awal.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pubertas


2.1.1 Definisi Pubertas
Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi
morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa
dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari
tahap anak kedewasa (Soetjiningsih, 2018).Pubertas adalah tanda yang
paling penting dimulainya masa remaja, yang merupakan perubahan cepat
pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan hormonal yang
terutama terjadi pada masa remaja awal (Suntrock, 2019).Penyebab
munculnya pubertas adalah hormon yang dipengaruhi oleh hipofisis (pusat
dari seluruh sistem kelenjar penghasil hormon tubuh). Pubertas terjadi
karena tubuh mulai memproduksi hormon- hormon seks sehingga alat
reproduksi telah berfungsi serta tubuh mengalami perubahan (Norman,
2018).
a. Pembagian masa remaja
Menurut Soetjiningsih, 2019, dalam tumbuh kembangnya menuju
dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua
remaja akan melewati tahapan berikut :
1) Masa remaja awal, 10 – 13 tahun.

2) Masa remaja tengah, 14 – 16 tahun.

3) Masa remaja akhir, 17 – 19 tahun

2.1.2 Remaja Awal

Remaja awal menurut Soetjiningsih, 2014,


adalah remaja yang berumur 10-13 tahun. Masa
ini merupakan masa transisi dari masa anak ke
dewasa. Pada masa remaja ini terjadi pertumbuhan
yang pesat baik berat badan maupun tinggi badan
yang disebut pacu tumbuh adolesen, terjadi

9
pertumbuhan yang pesat dari alat kelamin dan
timbulnya tanda-tanda seks sekunder.Perubahan
pada masa remaja awal

Masa remaja awal adalah masa dimulainya


berbagai perubahan baik itu biologis, psikologis
maupun psikososial. Perubahan biologis meliputi
perubahan kelamin primer dan perubahan kelamin
sekunder disebut juga perubahan fisik.
a. Perubahan kelamin primer
Perubahan kelamin primer dimulai dengan
berfungsinya organ–organ genetalia yang ada.
Perubahan ini pada laki–laki ditandai dengan
mulai keluarnya air mani (sperma) saat mimpi
basah. Sedangkan pada perempuan ditandai
dengan menarche atau haid pertama kali
(Soetjiningsih,2017).
Secara normal menarche berlangsung
kurang lebih pada usia 11–16 tahun. Cepat atau
lambatnya kematangan seksual selain
dipengaruhi oleh konstitusi fisik individual juga
dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa,
faktor iklim, cara hidup, dan millieu atau
lingkungan yang melingkupi anak (Zein,2005).
Proses kematangan seksual pada remaja pria
mulai antara 11 sampai 15 tahun (Suryobroto,
2019).

b. Perubahan kelamin sekunder (perubahan fisik)

Perubahan kelamin sekunder pada laki –


laki ditandai dengan perubahan suara menjadi
besar dan mantap, tumbuh bulu disekitar ketiak
dan alat kelamin, tumbuh kumis, tumbuh jakun,

10
pundak dan dada bertambah besar dan bidang.
penis dan buah zakar membesar, dan kelenjar
keringat lebih aktif (Sarwono,2011)
Perubahan kelamin sekunder pada
perempuan ditandai dengan payudara
membesar, pinggul mulai melebar, dada
membesar, tinggi dan berat badan bertambah
secara cukup cepat., kulit dan rambut berminyak
dan kadang – kadang tumbuh jerawat, mulai
tumbuh rambut di ketiak dan sekitar vagina,
lebih banyak berkeringat dan keringat mulai
mengeluarkan bau, suaranya menjadi halus
(BKKBN, 2015).

c. Alat Reproduksi dan Fungsinya a).


Alat Reproduksi wanita
Alat Reproduksi wanita dibagi menjadi dua,
yaitu alat reproduksi bagian luar dan alat
reproduksi bagian dalam. Fungsi alat
reproduksi wanita menurut Prawiroharjo,
2005 adalah:

(1). Genetalia eksterna


(a). Mons Veneris
Berfungsi untuk melindungi alat
genetalia dari masuknya kotoran
selain itu untuk estetika.
(b). Labia Mayora
Berfungsi untuk menutupi organ-organ
genetalia di dalamnya.
(c). Labia Minora
Berfungsi untuk menutupi organ-
organ genetalia di dalamnya serta
merupakan daerah erotik yang

11
mengandung pambuluh darah dan
syaraf.
(d).Klitoris
Merupakan daerah erotik utama pada
wanita yang akan membesar dan
mengeras apabila mendapatkan
rangsangan seksual.
(e). Vestibulum
Berfungsi untuk mengeluarkan cairan
apabila ada rangsangan seksual yang
berguna untuk melumasi vagina pada
saat bersenggama.
(f). Hymen
Merupakan lapisan tipis yang
menutupi sebagian besar dari
introitus vagina, membentuk lubang
sebesar ibu jari

sehingga darah haid maupun sekret

dan cairan dari genetalia internal

dapat mengalir keluar

(2). Genetalia interna


(a). Vagina
Berfungsi sebagai saluran keluar
untuk mengeluarkan darah waktu
haid dan sekret dari dalam uterus.
Alat untuk bersenggama. Jalan lahir
bayi waktu melahirkan
(b). Uterus
Berfungsi sebagai tempat
bersarangnya atau tumbuhnya janin
di dalam rahim pada saat hamil.
Memberi makanan pada janin melalui

12
plasenta yang melekat pada dinding
rahim.
(c).Tuba Fallopi
Berfungsi sebagai saluran yang
membawa ovum yang dilepaskan
ovarium ke dalam uterus.
(d).Ovarium
Berfungsi memproduksi ovum.
(e).Ligamentum
Berfungsi untuk mengikat atau
menahan organ-organ reproduksi
wanita agar terfiksasi dengan baik
pada tempatnya, tidak bergerak dan
berhubungan dengan organ
sekitarnya.

b). Alat reprofroduksi pria


Fungsi alat reproduksi pria menurut
BKKBN, 2005 adalah :
(1). Genetalia eksterna
(a). Penis
Berfungsi untuk menyalurkan
dan menyemprotkan sperma
saat ejakulasi.
(b). Skrotum
Berfungsi untuk melindungi testis
dari taruma atau suhu.
(2). Genetalia interna
(a). Testis
Berfungsi untuk memproduksi
sperma, tempat memproduksi
testosteron yang memegang
peranan penting untuk sifat kelamin
sekunder dan kejantanan.

13
(b). Epididimis
Berfungsi untuk menghubungkan
testis dengan saluran vas deferens
memproduksi cairan yang banyak
mengandung enzym dan gizi yang
fungsinya mematangkan /
menyempurnakan bentuk sperma.
(c). Vas deferens
Berfungsi untuk menyalurkan
sperma dari epididimis ke vesika
seminalis. Tempat menyimpan
sebagian dari sperma sebelum
dikeluarkan.

(d). Vesika seminalis

Berfungsi sebagai tempat untuk


mengeluarkan cairan yang sifatnya
alkalis atau sedikit basa yang
mengandung fruktosa dan zat gizi
yang merupakan sumber energi
bagi spermatozoa dan agar sperma
lebih segar, kuat dan mudah
bergerak dalam mencapai ovum
dan sebagai tempat penyimpanan
spermatozoa sebelum dikeluarkan
melalui kegiatan seksual.
(e). Kelenjar prostat
Berfungsi untuk mengeluarkan
cairan yang bersifat alkalis yang
encer berwarna seperti susu
mengandung asam sitrat, kalsium
dan beberapa zat lain.
(f). Kelenjar bulbo uretralis
Berfungsi mengsekresi cairan yang

14
membantu agar sperma lebih tahan
hidup dan lebih memungkinkan
untuk bergerak dan memudahkan
pembuahan.
4) Perubahan psikologis
Perubahan psikologis juga terjadi
baik pada remaja perempuan
maupun remaja laki-laki.
Mereka mengalami perubahan
emosi, pikiran, perasaan, lingkungan pergaulan
dan tanggung jawab. Perubahan Psikis menurut
Hurlock, 2013 yaitu : a). Remaja awal
cenderung cemas dengan perubahan yang
terjadi
pada fisiknya, kecemasan itu dapat berupa
kekhawatiran atau ketakutan yang
berlebihan, emosi dan kurang percaya diri.

b). Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan


kecenderungan untuk menangis karena
hasutan yang sangat kecil merupakan ciri–
ciri bagian awal masa puber.
c). Remaja awal yang dulunya sangat yakin
pada dirinya sendiri, sekarang menjadi
kurang percaya diri dan takut akan kegagalan
karena daya tahan fisik menurun dan arena
kritik dari teman atau orang tua. Banyak
anak laki- laki dan perempuan setelah masa
puber mempunyai perasaan rendah diri.
Remaja ingin menonjolkan diri atau bahkan
menutup diri.
d). Remaja kurang mempertimbangkan maupun
menjadi sangat tergantung pada
kelompoknya.

15
e). Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan
kecenderungan untuk menangis karena
hasutan yang sangat kecil merupakan ciri–
ciri bagian awal masa puber.
Berbagai perubahan tersebut terjadi karena
adanya peningkatan kadar gonatrotopin yaitu folikel
stimulating hormone (FSH) dan luteanizing hormon
(LH) yang akan mematangkan sel leidig dan
mengeluarkan hormon testosterone pada laki- laki
dan hormon estrogen pada perempuan sebelum
menstruasi. Selama pubertas pada anak laki – laki
kadar hormon testosterone meningkat melebihi
20ng/dl, yang sebelumnya selama anak-anak lebih
kecil dari 10 ng/dl (Soetjiningsih, 2007).
5) Perubahan Psikososial

Memasuki masa remaja yang diawali dengan


terjadinya kematangan seksual, maka remaja akan
dihadapkan pada keadaan yang memerlukan
penyesuaian untuk dapat menerima perubahan
yang terjadi. Kematangan seksual dan terjadinya
perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada
kehidupan kejiwaan remaja. Apabila mereka sudah
dipersiapkan dan mendapat informasi tentang
datangnya perubahan fisik maka mereka tidak akan
mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya,
tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi
maka akan merasakan pengalaman yang negatif.
(Soetjiningsih,2017).
Kematangan seksual mengakibatkan remaja
mulai tertarik terhadap anatomi fisiologi tubuhnya,
mulai muncul kecemasan- kecemasan dan
pertanyaan seputar menstruasi, mimpi basah,
masturbasi, ukuran buah dada, ukuran penis dan lain

16
sebagainya. Pada saat itu mereka mulai
memperhatikan tubuhnya dan penampilan dirinya
dan sering membandingkan dengan orang lain.
Selain tertarik pada dirinya juga tertarik pada teman
sebaya yang berlainan jenis walaupun masih
disembunyikan karena mereka menyadari masih
terlalu kecil untuk berpacaran.
Di dalam pergaulan sosial remaja akan
mengalami kerugian karena pada umumnya orang
dewasa dan teman–temannya akan
memperlakukannya sebagai anak yang lebih kecil
dan dianggap kurang cakap. Dalam keadaan seperti
ini kadang mereka akan bereaksi dengan
menunjukkan sikap dan perilaku yang kekanak–
kanakan maupun dengan bermacam–macam
kompensasi sehingga menjadi sangat agresif
(Soetjiningsih,2017).

17
2.2 Konsep Dasar Pegetahuan
2.2.1 Defenisi Pegetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2019). Sikap seseorang terhadap suatu obyek
menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap obyek yang
bersangkutan (Walgito,2019).
a. Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dalam domain
kognitif dibedakan dalam 6 tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang
sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari bahan yang dipelajari. Ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara


benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan secara benar.

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang


telah dipelajari pada situasi yang sebenarnya.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau


suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih ada
kaitannya satu sama lain.

18
5. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menyusun


formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Soekanto (2020)
adalah :
1. Tingkat pendidikan
Pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga
terjadi perilaku positif yang meningkat
2. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak
akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas.
3. Budaya
Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan
4. Pengalaman
Sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah
pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.
5. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup
akan dapat menambah tingkat pengetahuan.
6. Kepribadian
Merupakan organisasi dari pengetahuan dan sikap-sikap yang
dimiliki seseorang sebagai latar belakang terhadap perilakunya.
Cara Pengukuran Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Pubertas Dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket (kuesioner) yang menanyakan tentang isi
materi diukur dari subyek penelitian/ responden (Notoatmodjo, 2013). Pilihan
jawaban menggunakan skala Guttman yang menyatakan benar dan salah.

19
Tingkat pengetahuan remaja tentang pubertas yang dibahas pada penelitian
ini hanya pada urutan pertama dari enam tingkat domain kognitif, yaitu pada ranah
tahu (know).

2.3 Definisi Sikap


2.3.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmojo, 2003).Sikap sebagai suatu
tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya
dengan objek–objek psikologis (Azwar S,2005). Sikap juga dapat diartikan sebagai
kecenderungan yang relatif stabil, dimiliki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi
positif maupun negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain, benda, situasi atau
kondisi sekitarnya (Mappiare, 1999). Sikap tumbuh diawali dari pengetahuan yang
dipersepsikan sebagai suatu hak yang baik (positif) maupun tidak baik (negatif),
kemudian diinternalisasikan ke dalam dirinya.

2.3. 2. Komponen Sikap


A. Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling menunjang, yaitu :
a) Komponen kognitif, yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal–hal yang
berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap
objek sikap.
b) Komponen afektif merupakan komponen yang berhubungan
dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap.
Rasa senang merupakan hal positif dan rasa tidak senang
merupakan hal negatif. Komponen ini menunjukkan arah sikap
yaitu positf dan negatif.
c) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh

seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk

bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara

tertentu (Azwar.S, 2015).

20
B. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan (Notoatmojo, 2013) :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek)

mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang

diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu

indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan

sikap yang paling tinggi.

C. Sifat sikap

Sikap dapat bersikap positif dan dapat pula

bersifat negatif (Azwar S, 2015).

1) Sikap positif remaja dalam menghadapi

perubahan fisik ditunjukkan dengan menjadi

bangga atau toleran dengan tubuhnya sendiri,

mempergunakan dan melindungi tubuh sendiri

21
secara efektif disertai dengan rasa kepuasan

personal, percaya diri (Mappiare, 2015).

2) Sikap negatif remaja dalam menghadapi

perubahan fisik ditunjukkan dengan tidak

percaya diri, ragu – ragu dalam mengambil

tindakan, takut dan cemas (Suryobroto,2010).

D. Ciri-Ciri Sikap

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan

dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan hidup.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap

dapat dipelajari dan sikap dapat berubah bila

terdapat keadaan dan syarat tertentu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa

mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu

objek.

4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu

tetapi dapat juga merupakan kumpulan suatu

hal.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

6) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar (Azwar S,


2015).

22
E. Cara Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara

langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat

ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu obyek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat

responden melalui kuesioner (Notoatmojo, 2003).

Respon individu terhadap stimulus (pernyataan -

pernyataan) sikap berupa jawaban setuju dan tidak

setuju yang menjadi indikator sikap seseorang.

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain :

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek, individu mempunyai

dorongan untuk mengerti, dengan

pengalamannya memperoleh pengetahuan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek menunjukkan

pengetahuan orang tersebut terhadap obyek yang

bersangkutan (Walgito, 2003).

2) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan

sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan

kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

23
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan

faktor emosional (Azwar S, 2015).

3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk

memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh

keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut (Azwar S, 2015).

4) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah

menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai

sikap anggota masyarakatnya, karena

kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu-individu masyarakat asuhannya (Azwar

S, 2018).

5) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun

radio atu media komunikasi lainnya, berita yang

seharusnya faktual disampaikan secara obyektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya,

sehingga akan berakibat terhadap sikap

24
konsumen (Azwar S, 2015).

6) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga

pendidikan dan lembaga agama sangat

menentukan sistem kepercayaan, sehingga

konsep tersebut mempengaruhi sikap (Azwar S,

2018).

7) Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan

yang didasari emosi yang berfungsi sebagai

penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego (Azwar S, 2019).

25
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada kerangka teori yang
dibahas dalam tinjauan pustaka, variable dependent (terikat) yaitu Pengaruh Pengetahuan
dan Sikap sedangkan untuk variable independent (bebas) yaitu Remaja awal Tentang
Masa Pubertas. Kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Pengetahuan
Remaja awal Tentang
Sikap
Masa Pubertas

Gambar 3.1
Kerangka konsep
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Garis penghubung
Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja Awal Tentang Masa
Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah

26
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara yang mengandung pertanyaan-pertanyaan
ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis alternatif (Ha)
Adakah Pengaruh Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja Awal
Tentang Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah.
2. Hipotesis Nol
Tidak ada Pengaruh Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Remaja Awal
Tentang Masa Pubertas Di Smp 1 Maluku Tengah

27
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan Quasy Experimental dengan metode Two group
pretest posttest design. yaitu suatu penelitian dimana peneliti memberikan
intervensi atau pengaruh pada subjek penelitian dan mengukur serta
membandingkannya dengan kelompok intervensi yang lain kemudian diamati
hasil perlakuan dan dibandingkan antara sebelum dan sesudah perlakuan.
.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan Di Smp 1 Maluku Tengah.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal.
4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling ini
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia disuatu tempat sesuai konteks penelitian(Notoatmodjo, 2018)
4.3.1 Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2020). Populasi dalam peneitian ini
adalah Siswa-Siswi yaitu 55 orang yang terdapat di Smp 1 Maluku Tengah.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan sampel
tertentu untuk dapat mewakili seluruh objek penelitian (Nursalam 2020).
Sampel dalam peneitian ini adalah Penderita Tuberkulosis yaitu 55 orang
dengan Perempuan berjumlah 22 orang dan laki-laki berjumlah 33 orang di
Smp 1 Maluku Tengah.
4.3.3 Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Nursalam
2020).Teknik dalam pengambilan sampel ini diambil secara total sampling
yaitu seluruh populasi diteliti yang berjumlah 55 responden yakni Siswa-

28
Siswi yaitu 55 orang yang terdapat di Smp 1 Maluku Tengah.
4.4 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya
(Nursalam, 2020). Variabel harus dapat diukur tetapi variabel bukan ukuran
(parameter). Variabel yang akan diungkapkan dalam penelitian ini sebagai
berikut.
4.4.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Nursalam, 2020). Variabel
terikat dalam penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian adalah Penyuluhan
Kesehatan.
4.4.2 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variable dependen (Sugiono 2014). Variabel
bebas dalam penelitian berdasarkan tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Pengetahuan Dan Sikap

4.5 Defenisi Operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel yang akan
digunakan dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara
operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan
makna penelitian (Setiadi, 2015)
Tabel 4.1 Defenisi Operasional

29
No Variabel Defenisi Alat ukur Hasil ukur Skala
operasional
1 Penyuluhan Tindakan pemberian SAP - -
Kesehatan penyuluhan Masa
Pubertas

2 Perilaku Terdiri atas Kuesioner Skor Pengetahuan Rasio


pengetahuan, sikap 10 pertanyaan dan
pilihan jawaban.
Benar nilai 1
Salah nilai 0
Baik ≥ 80 %
Cukup 50-80 %
Kurang < 50 %

(Notoatmodjo,2014)

4.6 Instrumen Penelitian


Menurut (Sujarweni, 2014) dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
beberapa alat bantu yaitu :

1. Pendidikan Kesehatan

a. Lembar SAP

Merupakan Satuan Acara Penyuluhan adalah seperangkat acara


penyuluhan yang akan diselenggarakan termasuk topik, tempat, sasaran,
materi dan konsep acara menyangkut Identitas responden dan pertanyaan
tentang pengetahuan,sikap,dan tindakan/perilaku pencegahan tuberkulosis
b. Alat tulis

Alat tulis digunakan untuk mencatat dan melaporkan hasil


penelitian antara lain pensil atau bolpoin, kertas dan komputer.

2. Kusioner
1. Pengetahuan

30
Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan, jika jawaban
benar nilainya 1 jika salah nilanya 0 dengan total scor 10. Kategori
pengetahuan antara lain:
Baik, jika pengetahuannya (≥ 80 %)
Cukup, jika pengetahuannya (50 -<80 %)
Kurang, jika pengetahuannya (<50 %).
2. Sikap
Pernyataan sikap terdiri dari 10 pernyataan, dan terdapat pernyataan positif
dan negatife. Untuk pernyataan positif diberi nilai SS : 4, S : 3, TS : 2, STS : 1, dan
peryataan negatif diberi nilai SS : 1, S : 2, TS : 3, STS : 4. Penilaian sikap diambil
dari nilai median, dengan total scor 40 jika semua jawaban benar, sikap positif jika
scor lebih dari 20 dan sikap negatif jika scor kurang dari atau sama dengan 20.
Sikap positif : > 20
Sikap negative : ≤ 20

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer

Data primer adalah data-data yang dikumpulkan secara langsung dari subjek
penelitian. Data primer diperoleh dari jawaban-jawaban responden terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner tentang data usia, pendidikan
kesehatan, pengetahuan dan Remaja Awal Tentang Masa Pubertas.
b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitiannya, Data sekunder dari
penelitin ini diperoleh berdasarkan pengambilan data awal. (Nursalam, 2020).
4.8 Analisa Data
1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti langkah selanjutnya
yang akan dilakukan peneliti adalah menganalisa data yang telah diperoleh melalui

31
langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2017) :
a. Editing
Apabila ada kuisioner yang belum lengkap maka dapat meminta responden
untuk melengkapi kembali bila memungkinkan, dan jika tidak memungkinkan maka
akan diganti angket yang baru dengan responden yang baru.
b. Coding
Setelah kuesioner disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding,
yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data
(data entry).
c. Memasukkan Data (Data Entry)
Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software
komputer. Salah satu paket program yang paling sering digunakan untuk entry data
penelitian adalah paket program SPSS 20.0 for Window.
d. Tabulating
Data atau jawaban dari responden dilakukan penyesuaian data yang merupakan
pengoorganisasian dan sedemikian rupa agar dapat mudah dijumlah, disusun dan
ditata untuk disajikan dan dianalisis.
2. Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkn ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang penting dan
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Nursalam, 2020).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Univariat
dan Bivariat. Pengolahan data menggunakan komputer. (Nursalam 2020).
4.8.1 Analisis Univariat
Analisa Univariat adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas dan dengan cara ilmiah dalam bentuk table
atau grafik (Nursalam, 2020).
4.8.2 Analisis Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa secara simultan dari 2 variabel

32
dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen dengan menggunakan Uji sperman’s rho dengan nilai
kemaknaan 0,005 (Nursalam, 2020).
4.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi dari
pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukkan permohonan izin pengambilan data
awal kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini pihak BKPM Provinsi Maluku
tahun 2022. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:

4.9.1 Informed consent


Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti untuk
memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian. Bila
subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksanakan kehendak dan tetap
menghormati hak-hak subjek.
4.9.2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, peniliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar-lembar tersebut diberi kode
4.9.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

33
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2017. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, S . 2014. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya.

Yogyakarta : Liberty BKKBN. 2019. Proses Belajar Aktif

Kesehatan Reproduksi Remaja. Surakarta :


BKKBN Surakarta

Dariyo, A. 2014. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor :

Ghalia Indonesia. Dianawati, A. 2016. Pendidikan Seks Untuk

Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka. Halstead, JM & Reiss,M.

2014. Sex Education . Yogyakarta: Alinea Press Hidayat, AA.

2017. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.

Jakarta :
Salemba Merdeka.

Hurlock, EB. 2014. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Iskandar. 2018. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial


(Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada
Press.

Knight, JF. 2004. Jadi, Kamu Sudah Remaja?. Bandung :


Indonesia Publishing House

34
Mappiare, A. 1999 . Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional

Miqdad, AAA. 2002. Pendidikan Seks Bagi Remaja.

Yogyakarta : Mitra Pustaka Monks. FJ, dkk. 2001. Psikologi

perkembangan : Pengantar dalam Berbagai


Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University

Murti, Bhisma. 2006. Desain dan Ukuran Sampel untuk


Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang
Kesehatan. Yogyakarta. Gadjah Mada Uiversity Press

Notoatmojdo, S. 2013. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta

Nursalam, 2019. Konsep dan Penerapan Metodologi


Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Prawirohardjo,S. 2005 . Ilmu Kebidanan . Jakarta : PT. Gramedia

Santrock, JW . Adolesence Perkembangan Remaja . 2003 .

Jakarta : Erlangga. Sarwono,SW. 2001 . Psikologi Remaja .

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Soekanto, 2002. Sosial

Budaya Dasar. Jakarta: Gravindo Persaja

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan


Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto

Suryobroto, S. 2000. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Rake Press

Nancy. P. 2002. Sex atas nama cinta ( perilaku seksual remaja SMU di

35
47

36

Anda mungkin juga menyukai