Di susun oleh :
Kelompok 7
Oleh :
Kelompok 7
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1 Tingkat pengetahuan..................................................................................4
2.1.1 Pengertian Pengetahuan..........................................................................4
2.1.2 Tingkat Pengetahuan..............................................................................4
2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja...................................................................5
2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi..........................................................5
2.2.2 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja.............................................6
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduki Remaja.........11
2.4 Cara Perawatan Kesehatan Reproduksi pada Remaja..............................13
2.5 Pondok Pesantren.....................................................................................14
2.5.1 Pengertian.................................................................................................14
2.5.2 Pondok Pesantren Tashwirul Afkar......................................................15
2.6 Kerangka Teori.........................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................17
3.1 Kerangka Konsep.....................................................................................17
3.2 Desain Penelitian......................................................................................17
3.3 Lokasi penelitian......................................................................................18
3.4 Subyek dan obyek penelitian....................................................................18
3.5 Sumber data..............................................................................................20
3.6 Tekhnik Pengumpulan Data.....................................................................20
3.7 Instrument penelitian................................................................................21
3.8 Teknik analisis Data.................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masa remaja tingkat keingintahuannya tinggi sehingga sangat penting bagi
mereka mendapatkan sumber informasi yang tepat. Masalah-masalah yang
timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi terdiri
dari perkawinan dan pernikahan dini, aborsi, PMS (Marmi, 2013). Pada
usia remaja sangat diperlukan pemahaman yang baik terkait kesehatan
reproduksi karena ini merupakan hal penting bagi remaja Jumlah kumulatif
kasus Infeksi Menular Seksual dari tahun 2016 hingga pada Maret 2019
terhitung sebanyak 30.895 orang yang menderita IMS. Menurut pendapat
WHO, terhitung ada sekitar 490.000 perempuan di dunia yang setiap
tahunnya di diagnosa terkena kanker serviks dan terhitung pula ada 80% yang
berada di negara berkembang salah satunya termasuk Indonesia, dengan
demikian setiap 1 menit setidaknya muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit
setidaknya ada1 orang perempuan karena kanker serviks yang meninggal
dunia. Dengan demikian hak tersebut dapat diartikan bahwa Indonesia dapat
kehilangan 600-750 orang perempuan khususnya remaja yang masih
produktif setiap bulannyatentunya hal ini sangat merugikan.
Masalah kesehatan reproduksi pada remaja ini dan 75,6 % remaja
perempuan yang berusia 15-19 tahun di Indonesia yang tidak mengetahui
pengetahuan yang cukup tentang berbagai informasi kesehatan reproduksi,
Demikian pula halnya dengan kejadian IMS yang tertinggi pada remaja,
khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-29. Menurut laporan
Kementerian Kesehatan RI Maret 2019 secara kumulatif dari tahun 1987
hingga pada Maret 2019 ada sejumlah 115.601 kasus AIDS dan 338.363
kasus Positif HIV. Di Indonesia pembahasan mengenai reproduksi dengan
remaja masih dianggap suatu hal yang vulgar untuk dibicarakan. Pada usia
remaja anak perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk dalam
usia sekolah dan usia kerja, sehingga remaja sangat berisiko terhadap
penyimpangan kesehatan reproduksi yang mengarah ke perilaku seksual
pranikah, pergaulan bebas dan penyakit menular seksual atau HIV/AIDS.
Berdasarkan data RPJMN 2016 Jawa Timur menemukan problematika yang
berhubungan dengan remaja antara lain Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) di Jatim masih rendah. Hal ini ditandai dengan Indeks
Pengetahuan Remaja tentang KRR masih rendah yaitu sebesar 55,3%. Indeks
Pengetahuan Masa Subur rendah juga rendah hanya 30,8%. Lebih lanjut,
indeks umur ideal menikah dan melahirkan rendah hanya 54%. Sebaliknya,
Indeks pengetahuan HIV/AIDS Remaja di Jawa timur tinggi yaitu 82,1%.
Begitu juga Indeks pengetahuan narkoba sangat tinggi 93,4%. Lebih lanjut,
kasus narkoba kumulatif mulai tahun 2007-2011 sebesar 189.294 orang. Dari
angka tersebut 21,5% yaitu 40.690 berumur antara 16-24 tahun (BNN)
Berdasarkan data-data diatas diketahui bahwa tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi masih tergolong rendah salah satunya di daerah
Sampang yang terletak di pondok pesantren tashwirul afkar di desa batuporo
timur, kedungdung informasi mengenai kesehatan reproduksi masih sangat
minim dan juga mereka masih menganggap bahwa hal seperti ini masih tabu
untuk dibicarakan. Oleh karena itu, kami memilih judul penelitian ini untuk
kami lakukan penelitian dan juga memilih pondok pesantren tashwirul afkar
sebagai tempat penelitian kami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seperti apa gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tethadap perilaku
perawatan organ reproduksinya.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap perilaku
perawatan organ reproduksi di pondok pesantren tashwirul afkar?
2. Bagaimana perilaku remaja putri mengenai perawatan organ
reproduksinya?
3. Bagaimana pengaruh yang akan terjadi jika tingkat pengetahuan remaja
putri terhadap perawatan organ reproduksi rendah ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Sedangkan menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan
menjelaskan bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:
5
Pengertian kesehatan reproduksi menurut BKKBN (2008) adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.
c. Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan di
tandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi fungsi intelek
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang
lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5. Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri pribadinya (private
self ) dan masyarakat umum ( the public ).
c) Tumbuh Kembang Remaja
Perkembangan masa remaja antara lain meliputi 3 aspek, yang tidak
besamaan mencapai tingkat kematangannya, yakni perkembangan fisik,
6
perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian.
1. Perkembangan Fisik
Pada akhir masa anak, jelas terlihat pertumbuhan fisik yang sangat
hebat, dengan bertambah tingginya anak secaratiba-tiba dan bertambah
panjangnya extremitas, sehingga terlihat perubahan perbandingan lengan,
tungkai dan tubuh. Pertumbahan fisik ini merupakan tanda bagi
permulaan dari dimulainya proses kematangan seksual.
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai perubhan fisik, emosi, dan phsikis. Masa remaja, yaitu usia 10-
19 tahun, merupakan massa yang khusus dan penting, karena merupakan
periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan masa anak anak ke
masa dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik)
secara cepat.
Pada wanita mulai berfungsinya sistem reproduksi, ditandai dengan
adanya menarche yang umumnya terjadi pada usia 10-14 tahun. Tanda
pertama pria terjadinya ereksi, orgasmus dan ejakulasi. Perineum adalah
daerah antara tulang kemaluan dengan anus pada perineum terletak organ
genetalia eksterna wanita terdiri dari monsveneris, klitoris, labia mayora,
labia minora, vestibula. Organ reproduksi wanita yang terletak di dalam
panggul adalah rahim atau uterus, vagina, saluran fallopi dan ovarium
2. Perkembangan Sosial
7
c) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
d) Otot
Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat.
Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot,
e) Suara
Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi
perubahan suara. Mula-mula agak serak,
f) Benjolan di dada
Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil
di sekitar kelanjar susu
2) Pada Wanita
a) Rambut
d) Kulit
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
f) Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat
akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g) Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarangan terjadi pada
wanita.
8
e) Tinjauan Teori Seksual Pranikah Pada Remaja.
2. Necking
9
yang dengan adanya teknologi canggih (video cassatte, VCD,
telepon genggam, internet, dll)
4. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks
dengan anak.
5. Kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangannya peran
dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar
dengan pria.
2. Mengakibatkan kehamilan.
Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan
spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh
hubungan seks. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan
10
kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang
terjadi akibat seks pranikah menjadi beban mental yang luar biasa.
11
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita).
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
9. Kanker hati (Liver Cancer).
10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy).
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).
4. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid,
alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat
tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar
biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko
terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan
berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna
NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS,
sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara
bergantian (Joit, 2014).
12
yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular
seksual (Sentosa, 2010).
7. Hubungan Harmonis dengan Keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh
dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya
tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan
tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia
mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh
informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang
benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam
keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan
yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal
tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja (Blum, 2004).
13
akan memicu timbulnya gatal-gatal dan jamur yang akan menyebabkan
terjadinya infeksi.
2.5.1 Pengertian
Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam
tertua yang ada di Indonesia dan berkembang sejak awal masuknya Islam di
Indonesia. Pondok pesantren berasal dari kata “funduuq” merupakan bahasa
arab yang berarti asrama atau penginapan dan kata “pe-santri-an” yang
memiliki arti tempat tinggal santri atau murid. Pondok pesantren terdiri dari
kiai, murid atau santri, masjid, asrama, dan kitab- kitab. Pondok pesantren
sebagai produk budaya Indonesia berperan sebagai tempat pendidikan Islam
dengan menekankan ajaran etika dan moral. Selain itu peran pesantren telah
tumbuh dan berkembang dengan melayani berbagai kebutuhan masyarakat
(Dhofier,1982, pp.44–45).
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan
Pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan Agama
Islam. Sebuah pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah Asrama
pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama Dan belajar di
bawah bimbingan seorang atau lebih dari seorang guru Yang dikenal dengan
sebutan seorang Kyai. Asrama untuk para santri Berada dalam lingkungan
komplek pesantren dimana Kyai bertempat Tinggal yang juga menyediakan
sebuah masjid untuk beribadah, ruangan Untuk belajar dan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang lain.Komplek Pesantren biasanya dikelilingi oleh tembok
untuk menjaga keluar dan Masuknya para santri dan tamu-tamu (orang tua
santri, keluarga yang Lain, dan tamu-tamu masyarakat luas) dengan peraturan
yang berlaku.Ada beberapa pendapat tentang asal muasal kata-kata
“pesantren”. Johns berpendapat bahwa, “kata pesantren berasal dari Term
santri dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.” Sedangkan C.C. Berg
berpendapat bahwa,”Kata santri berasal dari term “smastri” Yang berarti
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau sarjana Ahli kitab suci
agama Hindu.”Tetapi menurut Ranson berpendapat bahwa,”kata santri
berasal Dari term sattiri yang berarti orang yang tinggal disebuah rumah
miskin Atau bangunan keagamaan secara umum.”
Sedangkan Imam Bawani dalam bukunya menyatakan,”Pesantren
Adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam, umumnya Dengan
cara non klasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu Agama Islam
kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis Dalam Bahasa Arab
oleh ulama abad pertengahan, dan para santri Tinggal dipondok (asrama)
dalam pesantren tersebut Pada pondok pesantren yang maju terdapat garis
pemisah secara Jelas antara rumah kyai, asrama putra dan asrama putri.
Pondok
Pesantren dibangun minimal ada 4 macam alas an yakni :
1. Kemasyuran atau kedalaman ilmu kyai sebagai daya tarik para Santri
untuk menuntut ilmu kepadanya dan mengharuskan untuk Berdiam
ditempat bersama kyai,
14
2. Banyak santri yang ikut mengaji kepada beliau sehingga Memaksa untuk
membuat asrama pondok,
4. Agar kyai mudah mengawasi dan membina para santri secara Intensif dan
istiqomah.Macam-macam Pondok PesantrenMenurut M. Ridwan Nasir
ada lima klasifikasi pondok pesantren
15
KESEHATAN
REPRODUKSI
REMAJA
1. Pengertian Remaja
FAKTOR-FAKTOR YANG
2. Perubahan Fisik Pada
MEMPENGARUHI
Remaja
KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
PERAWATAN KESEHATAN
REPRODUKSI
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
17
terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap
tersebut ( Sugiyono,2008: 02).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya.Besarnya sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan
rumus Slovin Sampel minimal yang dapat diambil sebesar 22 siswa.
Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih valid, maka dalam
penelitian ini diambil 30. Besarnya sampel ini sesuai dengan yang
ditetapkan Maholtra(1996) yang menyatakan jumlah responden paling
sedikit empat atau lima kali dari jumlah indikator yang digunakan. Dalam
penelitian indikator yang digunakan sebanyak 30 indikator. Dengan
demikian sampel 22 dianggap telah mencukupi dan memenuhi syarat
yang ada. Setelah disebarkan hanya 22 kuesioner yang kembali dan bisa
dijadikan sampel dalam penelitian ini.Pembicaraan mengenai penentuan
sampel dalam suatu studi, tak terlepaskan dengan Istilah populasi dan
18
sampel. Populasi dan sampel merupakan dua hal yang tidak terlepaskan.
Dalam keseharian,
a) Menentukan Ukuran Sampel
Sebelum mengambil sampel, terlebih dahulu harus ditentukan berapa
ukuran sampel yang Akan digunakan, yakni banyaknya siswa, sekolah,
dan lain-lain yang akan digunakan dalam Suatu studi
a. keseragaman, semakin beragam data yang akan diambil
sampelnya, maka Semakin banyak pula sampel yang harus
diambil.
b. Rencana analisis, semakin detail rencana analisisnya maka
semakin banyak pula sampel yang harus diambil;
c. Biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang Sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.
2. Simple Random Sampling
Penyampelan acak sederhana, dimaksudkan bahwa sebanyak n
sampel diambil dari Populasi N dan tiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk terambil.
3. Stratified Random Sampling
Pada penyampelan jenis ini, anggota populasi dikelompokkan
berdasarkan stratanya, misal Tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian
dipilih sampel yang mewakili masing-masing strata.Langkah-langkah
dalam menentukan Stratified Random sampling:
a. Mengklasifikasikan populasi ke dalam grup atau strata yang saling
lepas
b. Menentukan ukuran sample untuk tiap stratum
c. Memilih secara acak setiap stratum dengan menggunakan
simplerandom sampling
4. Sistematic Sampling
19
Penyampelan dengan cara ini dilakukan dengan mengurutkan
terlebih dahulu semua Anggota, kemudian dipili urutan tertentu untuk
dijadikan anggota sampel.
3. Sampling
Teknik Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan
sampel.Terdapat berbagai macam teknik sampling untuk menentukan
sampel yang akan dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian ini
memakai tehnik purposive sampling. Pada tehnik ini, ditentukan sampel
dengan pertimbangan tertentu yaitu santri Pondok putri muqim yang
menurut pertimbangan peneliti masih mengingat lebih jelas alasan terlalu
banyak nya kesehatan reproduksi tang memang sangat terganggu.
3.5 Sumber data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber
data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Sumber data primer
penelitian ini meliputi wawancara dan observasi. Sedangkan sumber data
sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari
informan di lapangan.Sumber data sekunder ini berupa dokumen, meliputi
arsip-arsip yang ada di pondok putri seperti RPP dan foto.
Kami mengambil data penelitian ini dari sumber data primer, yang
mana data tentang pondok pesantren ini kami dapatkan secara langsung dari
narasumber melalui wawancara.
2. Wawancara interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan
dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atau pertanyaan tersebut (Lexy Moloeng,
2019:186).Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan cara
20
mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka
dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap
tentang topik yang diteliti.
3. Dokumemtasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar, maupun
elektronik. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan dapat dipercaya kalau
didukung oleh dokumen-dokumen dari narasumber (Nana Syaodih,
2013:221). Dokumen yang akan dikumpulkan adalah berupa dokumen-
dokumen terkait aktivitas Pondok putri. Dokumen tersebut berupa
dokumen perangkat perencanaan aktivitas Pondok putri, yakni rencana
pelaksanaan pembelajaran RPP.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya kami menggunakan
teknik wawancara. Yang mana wawancara dalam penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi secara lansung mengenai pengaruh
tingkat pengetahuan remaja putri terhadap perilaku perawatan organ
reproduksi.
3.7 Instrument penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dan pedoman
dokumentasi.
3.8 Teknik analisis Data
Menurut Moleong (2002: 103), analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar dengan demikian maka data-data yang lebih mudah dibaca dan
disimpulkan.
Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79), data adalah sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama
lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih
menekankan maksud dan tujuan analisis data.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif,
yaitu dengan cara menghimpun data-data faktual dan mendiskripsikan. Data
berasal dari seluruh informasi yang diperoleh dari hasil wawancara serta
dokumen-dokumen melalui beberapa tahap. Setelah pengumpulan
data,pencatatan data, peneliti melakukan analisis interaksi yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Analisis dari penelitian ini
berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data,maupun dilakukan
setelah data data terkumpul.
1. Pengumpulan Data
21
Menggali informasi dan data dari berbagai sumber atau responden.yaitu
dengan wawancara,observasi,analisis dokumen dan foto-foto kegiatan
yang ada.
2. Reduksi Data
Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena data dari hasil
wawancara merupakan data yangmemiliki sifat sangat luas informasinya
bahkan masih mentah (Lexy J. Moleong 2002: 114). Dengan ini kita akan
bisa memilih laporan hasil wawancara yang lebih penting, jadi bila ada
hasil laporan yang dirasa kurang penting bisa dibuang.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap
pertama,melakukan editing, pengelompokkan, dan meringkas data. Tahap
kedua,menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal
berkaitan .dengan data yang sedang diteliti sehingga peneliti dapat
menentukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.Pada
tahap terakhir dari reduksi data adalah menyusun rancangan konsep-
konsep serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau
kelompok yang bersangkutan.
3. Penyajian Data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan secara sistematis dapat
dibentuk dalam sebuah laporan. Bentuk penyajian laporan berupa
diskriptif analitik dan logis yang mengarah pada kesimpulan. Dalam
tahapini peneliti dituntut untuk melakukan penefsiran terhadap data dalam
wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti, yaitu
pengembangan makna dari data yang ditampilkan. Kesimpulan yang
masih kaku senantiasa di verifikasi selama penelitian berlangsung,
sehingga diperoleh kesimpulan yang krediibilitas dan objektifnya
terjamin.Verifikasi bisa berupa pemikiran kembali yang melintas dalam
pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan atau bisa berupa suatu
tinjauan ulang terhadap catatan-catatan di lapangan.
22
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Penelitian
23
sampang,pada bulan juni 2022dan data kepustaan yang di ambil dari buku,artikel,e-
book dan jurnal terkat baik secara langsung maupun melalui media electronik,
2.metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data di gunakan untuk mengumpulkan data primer dalam
penelitiannya dengan metode observasi,kuesioner.
3.instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dan kegiatannya,mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis (arikunto,2010),
Adapun instrumen dalam penelitian ini adlah alat,bahan,lembar kuesiner,adapun alat
dan bahan,yang digunakan pada penelitian ini,yaitu :
1.proyekor
2.camera
E.pengolahan dan analisi data
1.teknik pengolahan dilakukan dengan tujun agar data menjadi informasi yang
nantinya dapat digunakan untuk proses pengambilan kesimpulan dari penelitian.
Sistem pengelolaan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut
a.pemeriksaan data(editing)
data yang telah di kumpulkan di periksa segera mungkin berkenaan dengan ketepatan
dan kelengkapan data atau jawaban yang kumpulkan.
b.pemberian kode (coding)
coding merupakn tahap mengklafikasikan data dan memberikan kode untuk masing
masing kelompok sesuai dengan tujuan di kumpulksannya data.
c.tabulasi (tabulating )
tabulating adalah kegiatan memasukkan data yang telah di kumpulkan ke poster tabel
atau data base computer.
2.analisis data
Pada penelitian ini setela data hasil wawancara terhadap santri putri di pondok
pesantren taswirul afkar diketahui,selanjutnya data yang di peroleh di deskripsikan
berdasarkan persentase masing masing wawancara.adapun wawancara yang
digunakan berdasarkan observasi yang dilakukan di pondok pesantren taswirul afkar
batu poro timur kec.kedudung kab.sampang
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dipondok pesantren tashwirul
afkar tentang perawatan kesehatan repoduksi,” musholla ulul albab” pondok
pesantren tashwirul afkar, Dsn langgar, desa batuporo timur, kecamatan kedungdung,
kabupaten sampang.
Objek penelitian
24
Objek penelitian merupakan sebuah bangunan pesantren yang terdapat dilokasi
penelitian. Lokasi penelitian berlokasi di batuporo timur, kedungdung, khususnya di
musholla ulul albab puteri pondok pesantren tashwirul afkar
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
26
Tabel 2 distribusi frekuensi responden pengetahuan tentang perawatan organ
reproduksi di pondok pesantren putri tashwirul afkar
Tingkat pengetahuan Frekuensi Presentase ( %)
Baik 0 0
Cukup 14 46,7
Kurang 16 53,3
TOTAL 30 100
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar remaja putri di pondok pesantren putri
tashwirul afkar memiliki pengetahuan yang masih minim atau kurang dari cukup
terhadap perawatan organ reproduksi sebanyak 16 remaja putri (53,3%)
C. Pembahasan
1. Pengetahuan Remaja Putri Terhadap perawatan kesehatan organ reproduksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 14 responden (46,7%), dan pengetahuan
dalam kategori kurang sebanyak 16 responden (53,3). Sesuai dengan hasil
pengamatan peneliti dilokasi penelitian bahwa pengetahuan remaja putri tentang
personal hygiene yang pengetahuannya cukup disebabkankarena sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi yaitu kelas XI sehingga
kemampuan responden untuk menerima informasi tentang kesehatan reproduksi dan
juga disebabkan karena sebelumnya responden sudah memperoleh pengetahuan
melalui proses belajar mengajar di sekolah.Sedangkan tingkat pengetahuan remaja
kategori kurang disebabkan karena sebagian besar responden yang memiliki
pengetahuan kategori kurang masih duduk di kelas X sehingga informasi yang
diperoleh tentang kesehatan reproduksi masih kurang. hal ini dapat dilihat dalam
adanya sesi wawancara sebagia besar masih salah dalam membasuh organ genetalia,
sebaiknya membasuh genetalia dari arah depan kebelakang untuk menghindari
bakteri dan kotoran yang ada disekitar anus terbawa kevagina.sebaiknya sebelum
memakai pakaian dalam daerah genetalia dikeringkan dengan menggunakan tissue
atau handuk. Sebab jika tidak dikeringkan akan menyebabkan pakaian dalam yang
dipakai menjadi basah dan lembab.
27
hasil bahwa yang memiliki pengetahuan lebih baik berjumlah 14 orang (46,7%) dan
kategori pengetahuan kurang berjumlah 13 orang (53,3%). Untuk mengatasi tingkat
pengetahuan yang masih kurang tersebut perlu pendidikan.Pendidikan pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada kelompok
atau individu dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang baik.Pengetahuan tersebut
akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap prilaku. Dengan kata lain adanya
pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
prilaku sasaran. (Notoatmodjo,2017)
Pendidikan kesehatan reproduksi perlu diberikan mulai dari sejak saat bangku
sekolah dengan memasukkan kurikulum mengenai kesehatan reproduksi.Informasi
dari media cetak dan elektronik yang lebih edukatif dan informatif diperlukan
remaja. Sehingga remaja mendapatkan pengetahuan memadai mengingat peran
media massa yang sangat kuat pada penggambilan informasi. Hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Nasution bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya adalah tingkat pendidikan.bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Maksudnya adalah
semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal baru
tersebut.
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Remaja putri yang pengetahuan cukup berdasarkan tingkatan kelas adalah yang
duduk dikelas XI sedangkan remaja putri yang duduk dikelas X yang
pengetahuannya sangat kurang.
2. Remaja putri yang memiliki pengetahuan cukup berdasarkan sumber informasi
yang terbanyak didapat dari orang tua/teman sebaya, dibandingkan dengan informasi
yang kurang didapatkan melalui media/elektronik.
3. Saran
1. Diharapkan kepada para guru (tenaga pengajar) dan orang tua dapat turut
bertanggung jawab untuk memperkenalkan dan memberikan informasi-informasi
tentang kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi kepada remaja tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri (personal hygiene) terutama pada organ
reproduksi eksterna sejak dari usia dini melalui pelajaran tambahan mengenai
personal hygiene.
2. Bagi remaja agar lebih menambah wawasan mengenai kesehatan reproduksi
sehingga dapat hidup sehat baik fisik, psikis, dan sosial.
3. Bagi institusi pendidikan agar meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi melalui program-program yang sudah ada di dalam sekolah.
4. Bagi penulis agar mengembangkan dan memperdalam pengetahuan tentang
penelitian di bidang kesehatan dan memperluas wawasan tentang kesehatan
reproduksi.
29