Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA


PUTRI TERHADAP PERILAKU PERAWATAN ORGAN
REPRODUKSI DI PONDOK PESANTREN TASHWIRUL
AFKAR

Di susun oleh :
Kelompok 7

1. Alisa Kurrotun Nada (412320054)


2. Hikmawati (412320074)
3. Lailatus Zahroh (412320083)
4. St. Annani (412320105)
5. Diana Hamidah (412320063)
6. Homsiyeh (412320117)
7. Aulia Sabrina Safitri (412320149)

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA HUSADA SAMPANG


PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021-2022
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN

“PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP


PERILAKU PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DI PONDOK
PESANTREN TASHWIRUL AFKAR”

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


AKADEMI KEBIDANAN GRAHA HUSADA SAMPANG
TAHUN AJARAN 2021/2022

Oleh :
Kelompok 7

Mengetahui,

DOSEN PEMBIMBING KETUA KELOMPOK

ISKANDAR ZULKARNAIN,ST,.M.AP ALISA KURROTUN NADA

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji syukur senantiasa selalu kami panjatkan kepada allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan hasil penelitian ini mengenai “Pengaruh Tingkat Pengetahuan Remaja
Putri Terhadap Perilaku Perawatan Organ Reproduksi di Pondok Pesantren
Tashwirul Afkar”. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang
benderang.

Terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pembimbing kami “Iskandar


Zulkarnain,ST,M.AP” yang telah membantu dalam proses pembuatan proposal
penelitian ini sehingga kami dapat menyelesaikannya tepat pada waktunya dan juga
kami mengucapkan terimakasih kepada Pemilik Pondok Pesantren yang telah sudi
menerima kami untuk melakukan tugas penelitian kami di tempat yang penuh
barokah ini serta tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
terlibat dalam proses pembuatan proposal ini hingga selesai. Penelitian ini disusun
guna memenuhi tugas kuliah dan juga untuk khalayak ramai sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang bermanfaat.

Penelitian ini di susun dengan kemampuan kami dan semaksimal mungkin.


Namun, kami menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai
penyusun penelitian ini mohon kritik dan sarannya, sebagai pesan dari semua yang
telah membaca penelitian ini terutama dosen pengajar yang kami harapkan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sampang, 26 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum.........................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................4
2.1 Tingkat pengetahuan..................................................................................4
2.1.1 Pengertian Pengetahuan..........................................................................4
2.1.2 Tingkat Pengetahuan..............................................................................4
2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja...................................................................5
2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi..........................................................5
2.2.2 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja.............................................6
2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduki Remaja.........11
2.4 Cara Perawatan Kesehatan Reproduksi pada Remaja..............................13
2.5 Pondok Pesantren.....................................................................................14
2.5.1 Pengertian.................................................................................................14
2.5.2 Pondok Pesantren Tashwirul Afkar......................................................15
2.6 Kerangka Teori.........................................................................................15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...................................................................17
3.1 Kerangka Konsep.....................................................................................17
3.2 Desain Penelitian......................................................................................17
3.3 Lokasi penelitian......................................................................................18
3.4 Subyek dan obyek penelitian....................................................................18
3.5 Sumber data..............................................................................................20
3.6 Tekhnik Pengumpulan Data.....................................................................20
3.7 Instrument penelitian................................................................................21
3.8 Teknik analisis Data.................................................................................21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan adalah suatu hasil tahu dari manusia atas penggabungan
atau kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang
diketahui. Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu
(Suriasumantri dalam Nurroh 2017). Masa remaja merupakan salah satu
periode dari perkembangan manusia.Masa ini merupakan masa perubahan
atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Di sebagian
besar masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya di mulai pada usia
10-13 dan berakhir pada usia 18-22 tahun. (dalam Notoatdmojo, 2007).
Sedangkan reproduksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan kembali keturunan. Pengetahuan
mengenai reproduksi tentunya sangat penting untuk kita ketahui agar kita
lebih mengenal mengenai sistem reproduksi kita serta dapat menjaga
kesehatan reproduksi dengan baik dan juga hal ini dapat membuat kita lebih
mengenal diri kita pribadi. Menurut Kementrian kesehatan RI (2015)
Kesehatan Reproduksi ialah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan
sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang
berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi, namun demikian
pembahasan mengenai reproduksi ini sering kali dianggap sebagai sesuatu
yang tabu yang sekedar berkaitan dengan masalah seksual atau hubungan
intim semata, sehingga hal ini membuat para orang tua jarang membahas
mengenai masalah reproduksi kepada anak mereka.
Kesehatan reproduksi setidaknya mencakup tiga hal penting. Pertama,
Sehat Secara Fisik, artinya tidak tertular penyakit, tidak mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan, tidak menyebabkan kehamilan yang tidak
diinginkan, tidak menyakiti pasangan, tidak merusak kesehatan orang lain.
Kedua, sehat Psikis, dapat diartikan sebagai tidak adanya kelainan secara
psikis berupa kecemasan yang berhubungan dengan organ-organ seksual dan
juga fungsi reproduksi. Mempunyai nilai-nilai kuat serta tidak mudah terjebak
dalam godaan yang berkaitan dengan hawa ataupun nafsu. Menguasai
informasi tentang seksualitas. Percaya diri serta memiliki komitmen yang
kuat menuju hidup yang lebih baik. Mampu berkomunikasi dengan siapa pun.
Mampu mengambil keputusan dan bertanggungjawab. Tidak di bawah
tekanan dan kendali orang lain. Ketiga, Sehat Secara Sosial yaitu mampu
mempertimbangkan dan menyesuaikan nilai yang ada disekitarnya, berupa
ajaran agama, budaya, dan sosial dalam membina relasi yang setara dan
harmonis. Alasan kami mengambil judul ini karena kami menilai minimnya
pengetahuan para remaja putri mengenai perawatan kesehatan organ
reproduksinya, dimana jika hal tersebut dibiarkan maka akan berdampak
negatif bagi mereka, salah satunya akan menyababkan infeksi atau penyakit
menular dan juga dikhawatirkan akan terjerumus pada perilaku seks bebas.
Kesehatan reproduksi remaja sangat penting untuk diketahui remaja
dimana masa remaja organ reproduksinya berkembang dan di mana pada

1
masa remaja tingkat keingintahuannya tinggi sehingga sangat penting bagi
mereka mendapatkan sumber informasi yang tepat. Masalah-masalah yang
timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi terdiri
dari perkawinan dan pernikahan dini, aborsi, PMS (Marmi, 2013). Pada
usia remaja sangat diperlukan pemahaman yang baik terkait kesehatan
reproduksi karena ini merupakan hal penting bagi remaja Jumlah kumulatif
kasus Infeksi Menular Seksual dari tahun 2016 hingga pada Maret 2019
terhitung sebanyak 30.895 orang yang menderita IMS. Menurut pendapat
WHO, terhitung ada sekitar 490.000 perempuan di dunia yang setiap
tahunnya di diagnosa terkena kanker serviks dan terhitung pula ada 80% yang
berada di negara berkembang salah satunya termasuk Indonesia, dengan
demikian setiap 1 menit setidaknya muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit
setidaknya ada1 orang perempuan karena kanker serviks yang meninggal
dunia. Dengan demikian hak tersebut dapat diartikan bahwa Indonesia dapat
kehilangan 600-750 orang perempuan khususnya remaja yang masih
produktif setiap bulannyatentunya hal ini sangat merugikan.
Masalah kesehatan reproduksi pada remaja ini dan 75,6 % remaja
perempuan yang berusia 15-19 tahun di Indonesia yang tidak mengetahui
pengetahuan yang cukup tentang berbagai informasi kesehatan reproduksi,
Demikian pula halnya dengan kejadian IMS yang tertinggi pada remaja,
khususnya remaja perempuan, pada kelompok usia 15-29. Menurut laporan
Kementerian Kesehatan RI Maret 2019 secara kumulatif dari tahun 1987
hingga pada Maret 2019 ada sejumlah 115.601 kasus AIDS dan 338.363
kasus Positif HIV. Di Indonesia pembahasan mengenai reproduksi dengan
remaja masih dianggap suatu hal yang vulgar untuk dibicarakan. Pada usia
remaja anak perlu mendapat perhatian serius karena remaja termasuk dalam
usia sekolah dan usia kerja, sehingga remaja sangat berisiko terhadap
penyimpangan kesehatan reproduksi yang mengarah ke perilaku seksual
pranikah, pergaulan bebas dan penyakit menular seksual atau HIV/AIDS.
Berdasarkan data RPJMN 2016 Jawa Timur menemukan problematika yang
berhubungan dengan remaja antara lain Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR) di Jatim masih rendah. Hal ini ditandai dengan Indeks
Pengetahuan Remaja tentang KRR masih rendah yaitu sebesar 55,3%. Indeks
Pengetahuan Masa Subur rendah juga rendah hanya 30,8%. Lebih lanjut,
indeks umur ideal menikah dan melahirkan rendah hanya 54%. Sebaliknya,
Indeks pengetahuan HIV/AIDS Remaja di Jawa timur tinggi yaitu 82,1%.
Begitu juga Indeks pengetahuan narkoba sangat tinggi 93,4%. Lebih lanjut,
kasus narkoba kumulatif mulai tahun 2007-2011 sebesar 189.294 orang. Dari
angka tersebut 21,5% yaitu 40.690 berumur antara 16-24 tahun (BNN)
Berdasarkan data-data diatas diketahui bahwa tingkat pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi masih tergolong rendah salah satunya di daerah
Sampang yang terletak di pondok pesantren tashwirul afkar di desa batuporo
timur, kedungdung informasi mengenai kesehatan reproduksi masih sangat
minim dan juga mereka masih menganggap bahwa hal seperti ini masih tabu
untuk dibicarakan. Oleh karena itu, kami memilih judul penelitian ini untuk
kami lakukan penelitian dan juga memilih pondok pesantren tashwirul afkar
sebagai tempat penelitian kami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seperti apa gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tethadap perilaku
perawatan organ reproduksinya.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap perilaku
perawatan organ reproduksi di pondok pesantren tashwirul afkar?
2. Bagaimana perilaku remaja putri mengenai perawatan organ
reproduksinya?
3. Bagaimana pengaruh yang akan terjadi jika tingkat pengetahuan remaja
putri terhadap perawatan organ reproduksi rendah ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan remaja putri tentang perawatan organ reproduksi di pondok
pesantren tashwirul afkar.

1.3.2 Tujuan Khusus


Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri terhadap prilaku
perawatan berdasarkan usia di pondok pesantren tashwirul afkar.
2. Untuk mengetahui pengaruh yang akan terjadi jika tingkat pengetahuan
remaja putri tentang perawatan organ reproduksi rendah.
3. Untuk mengetahui perilaku perawatan organ reproduksi pada remaja
putri.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja pondok pesantren
tashwirul afkar terhadap perilaku perawatan organ reproduksi.
2. Memberikan pandangan tentang pengaruh / dampak negatif dari
kurangnya pengetahuan terhadap perilaku perawatan organ reproduksi
remaja.
3. Memberikan informasi kepada remaja khususnya mengenai perawatan
organ reproduksi dan masalah-masalah organ reproduksi.
4. Menambah wawasan bagi para remaja putri mengenai perawatan organ
reproduksi.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017), pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui
indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Jadi
pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh oleh seseorang
melalui panca indera. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indera manusia yakni
pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada
waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2013).
Pengetahuan menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2013), merupakan satu
dari tiga domain yang mempengaruhi perilaku manusia. Pengetahuan
memiliki peranan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan.
Pengetahuan adalah suatu hasil tau dari manusia atas penggabungan atau
kerjasama antara suatu subyek yang mengetahui dan objek yang diketahui.
Segenap apa yang diketahui tentang sesuatu objek tertentu (Suriasumantri
dalam Nurroh 2017). Menurut Notoatmodjo dalam Yuliana (2017),
pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Jadi pengetahuan adalah berbagai macam hal yang diperoleh
oleh seseorang melalui panca indera.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan


Menurut Sulaiman (2015) tingkatan pengetahuan terdiri dari 4
macam, yaitu pengetahuan deskriptif, pengetahuan kausal, pengetahuan
normatif dan pengetahuan esensial
1. Pengetahuan deskriptif yaitu jenis pengetahuan yang dalam cara
penyampaian atau penjelasannya berbentuk secara objektif dengan tanpa
adanya unsur subyektivitas.
2. Pengetahuan kausal yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban
tentang sebab dan akibat.
3. Pengetahuan normatif yaitu suatu pengetahuan yang senantiasa berkaitan
dengan suatu ukuran dan norma atau aturan.
4. Pengetahuan esensial adalah suatu pengetahuan yang menjawab suatu
pertanyaan tentang hakikat segala sesuatu dan hal ini sudah dikaji dalam
bidang ilmu filsafat.

4
Sedangkan menurut Daryanto dalam Yuliana (2017), pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang berbeda-beda, dan
menjelaskan bahwa ada enam tingkatan pengetahuan yaitu sebagai berikut:

1. Pengetahuan (KnowledgeTahu diartikan hanya sebagai recall (ingatan).


Seseorang dituntut untuk mengetahui fakta tanpa dapat menggunakannya.
2. Pemahaman (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu, tidak sekedar dapat
menyebutkan,tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang
objek yang diketahui.
3. Penerapan (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut
dapat menggunakan dan mengaplikasikan prinsip yang diketahui pada
situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponenkomponen
yang terdapat dalam suatu objek.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. Sintesis menunjukkan suatu
kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu
hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang
dimiliki.
6. Penilaian (evaluation)
Yaitu suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap
suatu objek tertentu didasarkan pada suatu kriteria atau norma-norma
yang berlaku di masyarakat.
Menurut Hidayangsih ( 2014) perilaku berisiko dalam permasalahan
kesehatan reproduksi remaja tampak sangat menghawatirkan dan
membutuhkan perhatian yang sangat serius, pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi masih rendah, misalnya, pengetahuan tentang PMS.
Remaja juga melakukan aktivitas yang sangat cukup berisiko dalam
menjalani hubungan dengan pasangannya sehingga membuat mereka
terjerumus kepada perilaku seks bebas. Perilaku remaja putri tentang
perawatan kesehatan organ reproduksi masih tergolong rendah dan masih ada
yang belum benar dalam membersihkan organ reproduksinya. Untuk
dipesantren ini perlu adanya pendidikan kesehatan tetang perawatan
kesehatan organ reproduksi sebagai pengetahuan para santriwati dan adanya
pelayanan kesehatan reproduksi remaja di Pondok Pesantren.

2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja

2.2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi


Menurut Depkes RI (2000) kesehatan reproduksi adalah suatu
keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan
sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi, serta proses reproduksi dan
pemikiran kesehatan reproduksi bukan hanya kondisi yang bebas dari
penyakit, melainkan juga bagaimana seseorang dapat memiliki seksual yang
aman dan memuaskan sebelum dan sesudah menikah (dalam Nugroho, 2010).

5
Pengertian kesehatan reproduksi menurut BKKBN (2008) adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan.

2.2.2 Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja


a) Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut
sistem, (fungsi, komponen dan proses) reproduksi yang dimiliki oleh
remaja. Kondisi sehat adalah sehat secara fisik, mental, dan sosial
(BKKBN, 2008).

b) Awal Mula Konsep Tentang Remaja


Remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal (usia 10-13
tahun), masa remaja tengah yaitu (usia 14-16 tahun) dan remaja akhir
(usia 17-19 tahun) (Rohan & Sayito, 2013). Masa remaja menurut
Santrock (2003). Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada
3 tahap perkembangan remaja (Sarlito Wirawan sarwono, 2004) yaitu :

a. Remaja Awal 10-13 tahun ( early adolescence )


Seorang remaja pada tahap ini masih terheran–heran akan perubahan
yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongandorongan yang
menyertai perubahan- perubahan itu. Mereka mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah
terangsang secara erotis. Dengan di pegang bahunya saja oleh lawan
jenis ,

b. Remaja madya ( middle adolescence )


Pada tahap ini emaja sangat membutuhkan kawan kawan. Ia senag
kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
“narcistic” yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman
temantang punya sifat–sifat yang sama dengan dirinya.

c. Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan di
tandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi fungsi intelek
2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orangorang
lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.
3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
5. Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri pribadinya (private
self ) dan masyarakat umum ( the public ).
c) Tumbuh Kembang Remaja
Perkembangan masa remaja antara lain meliputi 3 aspek, yang tidak
besamaan mencapai tingkat kematangannya, yakni perkembangan fisik,

6
perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian.
1. Perkembangan Fisik

Pada akhir masa anak, jelas terlihat pertumbuhan fisik yang sangat
hebat, dengan bertambah tingginya anak secaratiba-tiba dan bertambah
panjangnya extremitas, sehingga terlihat perubahan perbandingan lengan,
tungkai dan tubuh. Pertumbahan fisik ini merupakan tanda bagi
permulaan dari dimulainya proses kematangan seksual.
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai perubhan fisik, emosi, dan phsikis. Masa remaja, yaitu usia 10-
19 tahun, merupakan massa yang khusus dan penting, karena merupakan
periode pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja merupakan periode peralihan masa anak anak ke
masa dewasa. Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik)
secara cepat.
Pada wanita mulai berfungsinya sistem reproduksi, ditandai dengan
adanya menarche yang umumnya terjadi pada usia 10-14 tahun. Tanda
pertama pria terjadinya ereksi, orgasmus dan ejakulasi. Perineum adalah
daerah antara tulang kemaluan dengan anus pada perineum terletak organ
genetalia eksterna wanita terdiri dari monsveneris, klitoris, labia mayora,
labia minora, vestibula. Organ reproduksi wanita yang terletak di dalam
panggul adalah rahim atau uterus, vagina, saluran fallopi dan ovarium
2. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial pada masa ini memperlihatkan perubahan yang


tidak selalu mudah dijalani. Pada masa ini remaja sebelumnya bergaul
dengan jenis yang sama, mulai menaruh perhatian pada lawan jenisnya.
Keinginan untuk bergaul dengan teman pria dan teman wanita tetapi
terhalang oleh penampilan fisik yang kurang menguntungkan misalnya
jerawat. Sering pula kecamasan orang tua berpengaruh negatif dari
pergaulan dan akibat-akibat dari pergaulan bebas menyebabkan orang tua
merintangi pergaulan heteroseksual.
3. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian sesungguhnya sudah perlu diperhatikan
sejak masa bayi. Pendidikan aspek-aspek kepribadian sudah perlu dimulai
sebelum aspek intelektual di perkembangkan. Pengandilan keinginan
dengan cara mengajar anak belajar bersabar dan tidak selalu memenuhi
keinginan anak dengan segar,
d) Tanda-tanda seks sekunder
1) Pada Laki-laki
a) Rambut : Rambut yang mencolok tumbuh pada masa remaja
adalah rambut kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testes
dan penis mulai mebesar.
b) Kulit : Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, pori-pori
membesar.

7
c) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dibawah kulit menjadi lebih aktif. Seringkali


menyebabkan jerawat karena produksi minyak yang meningkat.

d) Otot
Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat.
Lebih-lebih bila dilakukan latihan otot,

e) Suara
Seirama dengan tumbuhnya rambut pada kemaluan, maka terjadi
perubahan suara. Mula-mula agak serak,

f) Benjolan di dada
Pada usia remaja sekitar 12-14 tahun muncul benjolan kecil-kecil
di sekitar kelanjar susu

2) Pada Wanita

a) Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja


laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul
dan payudara mulai berkembang.
b) Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal


ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan
berkembangnya lemak di bawah kulit.
c) Payudara
Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan
puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula
dengan berkembang dan makan besarnya kelenjar susu sehingga
payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

d) Kulit
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,

e) Kelejar lemak dan kelenjar keringat


Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif sumbatan
kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

f) Otot
Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat
akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

g) Suara
Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarangan terjadi pada
wanita.

8
e) Tinjauan Teori Seksual Pranikah Pada Remaja.

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan


alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan
intim antara laki-laki dan perempuan (Poltekkes Depkes, 2010).
a. Bentuk-bentuk tingkah laku seksual

Menurut Sarwono (2007) bentuk tingkah laku seks bermacammacam


mulai dari perasaan tertarik, pacaran, kissing, kemudian sampai
intercourse meliputi
1. Kissing

Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual,


seperti di bibir disertai dengan rabaan pada bagian-bagian Sensitif
yang dapat menimbulkan rangsangan seksual.

2. Necking

Berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah


yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan
pelukan yang lebih mendalam.
3. Petting

Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti


payudara dan organ kelamin. Merupakan langkah yang lebih
mendalam dari necking.Ini termasuk merasakan dan mengusap-
usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada, kaki, dan
kadang-kadang daerah kemaluan,
4. Intercrouse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh
pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang
ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan
seksual.

b. Masalah-masalah yang terjadi pada seksual remaja

Menurut Sarwono (2010), masalah seksualitas pada remaja timbul


karena faktor faktor sebagai berikut:
1. Perubahan–perubahan hormonal yang meningkatkan hastrat
seksual libido seksualitas remaja. Penyaluran itu tidak dapat
segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik
secara hukum karena adanya undang undang tentang perkawinan
yang menetapkan batas usia menikah.
2. Sementara usia kawin di tunda, norma norma agama tetap berlaku
dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks
sebelum menikah. Bahkan larangannya berkembang lebih jauh
kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan mastrubasi.
3. Kecenderungan pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya
penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalu media massa

9
yang dengan adanya teknologi canggih (video cassatte, VCD,
telepon genggam, internet, dll)
4. Orang tua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks
dengan anak.
5. Kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangannya peran
dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita makin sejajar
dengan pria.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro (2003-
2004) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual
remaja di Jawa Tengah adalah faktor internal (pengetahuan, aspek-
aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual
dan reproduksi, perilaku, keluarga, sosialbudaya, nilai dan norma
sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu), (Suryoputro, et al.
2006).
Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat
membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi.
Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai
seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru
atau orang tua (Saifuddin dan Hidayana, 1999).
Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku
reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang
melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara
berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan
banyak konflik dan perpecahan (Kinnaird, 2003).
d. Dampak dari Perilaku Seks Bebas
Nelson (2010), ada dua dampak yang ditimbulkan dari
perilaku seks pranikah di kalangan remaja yaitu kehamilan dan
penyakit menular seksual. Seperti kita ketahui bahwa banyak dampak
buruk dari seks pranikah dan cenderung bersifat negatif seperti halnya
kumpul kebo, seks pranikah dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita.
Tidak kurang dari belasan ribu remaja yang sudah terjerumus dalam
seks pranikah. Para remaja melakukan seks pranikah cenderung akibat
kurang ekonomi seseorang terhadap lingkungan tempatnya bergaul.
Berikut beberapa bahaya utama akibat seks pranikah :
1. Menciptakan kenangan buruk.

Seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah maka secara


moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut.

2. Mengakibatkan kehamilan.

Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan
spermatozoa pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh
hubungan seks. Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan

10
kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan yang
terjadi akibat seks pranikah menjadi beban mental yang luar biasa.

3. Menggugurkan kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi.

Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar


hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan kanker rahim.
4. Penyebaran penyakit.
Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan
keturunannya.

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduki Remaja


1. Kebersihan Organ-organ Genital
Kesehatan reproduksi remaja ditentukan dengan bagaimana remaja
tersebut dalam merawat dan menjaga kebersihan alat genitalnya. Alat
reproduksi yang lembab dan basah akan meningkat keasaman dan
memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah
terkena infeksi genital bila tidak menjaga kebersihan alat genitalnya
karena organ vagina yang letaknya dekat dengan anus (Donggori, 2012).

2. Akses Terhadap Pendidikan Kesehatan


Remaja perlu mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya
dilakukan dan hal-hal yang seharusnya dihindari. Remaja berhak untuk
mendapatkan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan
informasi tersebut harus berasal dari sumber yang terpercaya. Agar
remaja mendapatkan informasi yang tepat, kesehatan reproduksi remaja
hendaknya diajarkan di sekolah dan di dalam lingkungan keluarga (WHO,
2014).

3. Hubungan Seksual Pranikah


Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas
yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia
lebih dari 20 tahun. Remaja putri yang hamil pada usia kurang dari 16
tahun mempunyai risiko kematian dan mengalami komplikasi pada saat
hamil dan melahirkan yang lebih besar jika dibandingkan dengan wanita
yang lebih dewasa. Komplikasi tersebut antara lain obstruksi jalan lahir,
partus preterm, dan abortus spontan, serta masih banyak lagi komplikasi
lain. (Mbizvo, 2010).

Komplikasi dari aborsi yang tidak aman, antara lain:


1. Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
4. Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
5. Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya.

11
6. Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita).
7. Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
8. Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
9. Kanker hati (Liver Cancer).
10. Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan
menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada
saat kehamilan berikutnya.
11. Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy).
12. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
13. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).

Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan efek samping dalam


perkembangan mental. Efek samping yang berpotensial dalam hal ini,
antara lain: penyesalan, kemarahan, rasa bersalah, rasa malu, merasa
terasingkan, kehilangan kepercayaan diri, insomnia, mimpi buruk,
percobaan bunuh diri, gangguan pola makan, depresi, dan ansietas
(American Pregnancy Association, 2013).

4. Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid,
alkohol, ekstasi, ganja, morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat
tersebut masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan nyaman yang luar
biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini berisiko
terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan
berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna
NAPZA jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS,
sebab virus HIV dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara
bergantian (Joit, 2014).

5. Pengaruh Media Massa dan Internet


Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang
cukup berarti untuk memberikan informasi yang benar mengenai cara
menjaga kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Dengan
adanya artikel-artikel yang dibuat dalam media massa, remaja akan
mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari untuk menjaga
kesehatan reproduksinya. Akan tetapi penggunaan internet pengawasan
orang tua karena banyak informasi yang tidak layak bagi remaja (Azriani
et al, 2011).

6. Akses Terhadap Pelayanan Kespro


Pelayanan kesehatan juga berperan dalam memberikan tindakan
preventif dan tindakan kuratif. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan di
puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu, dan tempat-tempat lain yang
memungkinkan. Dengan akses yang mudah terhadap pelayanan
kesehatan, remaja dapat melakukan konsultasi tentang kesehatannya
khususnya kesehatan reproduksinya dan mengetahui informasi yang benar
tentang kesehatan reproduksi. Remaja juga dapat melakukan tindakan
pengobatan apabila remaja sudah terlanjur mendapatkan masalahmasalah

12
yang berhubungan dengan organ reproduksinya seperti penyakit menular
seksual (Sentosa, 2010).
7. Hubungan Harmonis dengan Keluarga
Kedekatan dengan kedua orangtua merupakan hal yang berpengaruh
dengan perilaku remaja. Remaja dapat berbagi dengan kedua orangtuanya
tentang masalah keremajaan yang dialaminya. Keluarga merupakan
tempat pendidikan yang paling dini bagi seorang anak sebelum ia
mendapatkan pendidikan di tempat lain. Remaja juga dapat memperoleh
informasi yang benar dari kedua orangtua mereka tentang perilaku yang
benar dan moral yang baik dalam menjalani kehidupan. Di dalam
keluarga juga, remaja dapat mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan dan
yang harus dihindari. Orang tua juga dapat memberikan informasi awal
tentang menjaga kesehatan reproduksi bagi seorang remaja (Blum, 2004).

8. Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksual adalah penyakit yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya tidak hanya
terbatas secara genital-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital,
atau ano-genital. Sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin
ini tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi juga pada daerah-
daerah ekstra genital. Penyakit menular seksual juga dapat terjadi dengan
cara lain yaitu penggunaan peralatan pribadi yang bersamaan, seperti
handuk, pakaian, termometer dan lain-lain. Selain itu penyakit menular
Universitas Sumatera Utara 12 seksual juga dapat ditularkan dari ibu
kepada bayinya ketika di dalam kandungan dan melalui jalan lahir apabila
kelahirannya pervaginam (Donggori, 2012). Penyakit menular seksual
yang umum terjadi di Indonesia antara lain: gonorrhea, chlamydia,
vaginosis bakterial, herpes simpleks, trikomoniasis, sifilis,
limfogranuloma venerium, ulkus mole, granuloma inguinale, dan
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) (Kurniawan, 2008).

2.4 Cara Perawatan Kesehatan Reproduksi pada Remaja


Menjaga kesehatan reproduksi sama pentingnya dengan menjaga
kesehatan tubuh secara menyeluruh. Organ reproduksi yang tidak dijaga dan
dirawat dengan baik, dapat memicu berbagai masalah kesehatan, bahkan
dapat mengakibatkan infertilitas. Anak perempuan atau laki-laki memiliki
tanggung jawab yang sama untuk memelihara kesehatan organ seksualnya.
Berikut langkah yang dapat di lakukan:

1. Membersihkan organ intim


Langkah pertama dan yang paling efektif adalah memberitahu remaja
untuk membersihkan organ intim setelah buang air kecil atau besar.
Kebiasaan sepele ini akan berdampak besar bagi kesehatan organ
reproduksinya kelak. Pada anak perempuan, ajarkan untuk membersihkan
organ intim dari depan ke belakang, bukan sebaliknya. Jelaskan bahwa
membersihkan organ intim dari belakang ke depan akan menyebabkan
terbawanya kotoran dari anus menuju vagina.

2. Sering Mengganti Celana Dalam


Sering mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari atau jika merasa
celana dalam lembab segera ganti. Jika malas untuk menggantinya, maka

13
akan memicu timbulnya gatal-gatal dan jamur yang akan menyebabkan
terjadinya infeksi.

2.5 Pondok Pesantren

2.5.1 Pengertian
Pondok pesantren adalah salah satu bentuk lembaga pendidikan Islam
tertua yang ada di Indonesia dan berkembang sejak awal masuknya Islam di
Indonesia. Pondok pesantren berasal dari kata “funduuq” merupakan bahasa
arab yang berarti asrama atau penginapan dan kata “pe-santri-an” yang
memiliki arti tempat tinggal santri atau murid. Pondok pesantren terdiri dari
kiai, murid atau santri, masjid, asrama, dan kitab- kitab. Pondok pesantren
sebagai produk budaya Indonesia berperan sebagai tempat pendidikan Islam
dengan menekankan ajaran etika dan moral. Selain itu peran pesantren telah
tumbuh dan berkembang dengan melayani berbagai kebutuhan masyarakat
(Dhofier,1982, pp.44–45).
Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan
Pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan Agama
Islam. Sebuah pondok pesantren pada dasarnya adalah sebuah Asrama
pendidikan Islam tradisional dimana siswanya tinggal bersama Dan belajar di
bawah bimbingan seorang atau lebih dari seorang guru Yang dikenal dengan
sebutan seorang Kyai. Asrama untuk para santri Berada dalam lingkungan
komplek pesantren dimana Kyai bertempat Tinggal yang juga menyediakan
sebuah masjid untuk beribadah, ruangan Untuk belajar dan kegiatan-kegiatan
keagamaan yang lain.Komplek Pesantren biasanya dikelilingi oleh tembok
untuk menjaga keluar dan Masuknya para santri dan tamu-tamu (orang tua
santri, keluarga yang Lain, dan tamu-tamu masyarakat luas) dengan peraturan
yang berlaku.Ada beberapa pendapat tentang asal muasal kata-kata
“pesantren”. Johns berpendapat bahwa, “kata pesantren berasal dari Term
santri dari bahasa Tamil yang berarti guru mengaji.” Sedangkan C.C. Berg
berpendapat bahwa,”Kata santri berasal dari term “smastri” Yang berarti
orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu, atau sarjana Ahli kitab suci
agama Hindu.”Tetapi menurut Ranson berpendapat bahwa,”kata santri
berasal Dari term sattiri yang berarti orang yang tinggal disebuah rumah
miskin Atau bangunan keagamaan secara umum.”
Sedangkan Imam Bawani dalam bukunya menyatakan,”Pesantren
Adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama islam, umumnya Dengan
cara non klasikal, dimana seorang kyai mengajarkan ilmu Agama Islam
kepada santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis Dalam Bahasa Arab
oleh ulama abad pertengahan, dan para santri Tinggal dipondok (asrama)
dalam pesantren tersebut Pada pondok pesantren yang maju terdapat garis
pemisah secara Jelas antara rumah kyai, asrama putra dan asrama putri.
Pondok
Pesantren dibangun minimal ada 4 macam alas an yakni :
1. Kemasyuran atau kedalaman ilmu kyai sebagai daya tarik para Santri
untuk menuntut ilmu kepadanya dan mengharuskan untuk Berdiam
ditempat bersama kyai,

14
2. Banyak santri yang ikut mengaji kepada beliau sehingga Memaksa untuk
membuat asrama pondok,

3. Sikap timbal balik kyai dengan santri, berupa sikapKeharmonisan, dan


keakraban, sikap ini dibutuhkan dalam jangka Waktu lama.

4. Agar kyai mudah mengawasi dan membina para santri secara Intensif dan
istiqomah.Macam-macam Pondok PesantrenMenurut M. Ridwan Nasir
ada lima klasifikasi pondok pesantren

2.5.2 Pondok Pesantren Tashwirul Afkar


Salah satu sistem pendidikan sekolah islam berasrama yang telah lama
ada di Indonesia tepatnya yang berada di kabupaten sampang adalah pondok
pesantren tashwirul afkar. Pondok pesantren tashwirul afkar ini merupakan
pondok pesantren yang berdiri pada tahun 1950 M. Dan terletak di Dusun
Langgar Desa Batuporo Timur, Kecamatan Kedungdung Kabupaten Sampang
Jawa Timur, para santri yang berasrama adalah remaja berusia antara 9 tahun
– 18 tahun.
Pondok pesantren ini di dirikan oleh KH ACH ZAMAHSYARI selaku
alumni pertama Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, selain mengurusi para
santri beliau juga sering pergi ke Belanda, Pontianak Dan Sumatera Utara,
guna untuk berperang membela negara, Sehingga semua urusan madrasah dan
santri diurus oleh KH ABD MALIK JAMIL. Pada tahun 2015 Pondok
Pesantren ini berduka atas wafatnya KH. Ach Zamahsyari selaku pendiri
pondok di akibatkan penyakit stroke yang menimpa beliau, dan digantikan
oleh putra beliau KH. Abd Malik untuk memimpin pondok hingga saat ini.
Pondok pesantren ini terdiri dari berbagai macam tingkatan yaitu
terdapat Madrasah Raudlatul Atfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah
Tsanawiyah, dan Madrasah Aliyah. Jumlah santri yang ada di pondok
pesantren Tashwirul Afkar ini yaitu sebanyak 500 santri, dari jumlah tersebut
ada santri yang muqim dan ada pula santri yang pulang ke rumah masing-
masing (Nyolok). Namun untuk santri muqim diperkirakan sekitar 150 santri.
Ada beberapa dari santri putra sekitar 300 santri putra dan 200 santri putri,
memang tidak terlau banyak untuk santri pondok putri yang muqim
dikarenakan memang baru saja di dirikan.

2.6 Kerangka Teori


Kerangka teori adalah konsep konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi
dari hasil pemikiran atau kerangka dan acuan yang pada dasarnya bertujuan
mengadakan kesimpulan terhadap dimensi dimensi.

15
KESEHATAN
REPRODUKSI

REMAJA

1. Pengertian Remaja
FAKTOR-FAKTOR YANG
2. Perubahan Fisik Pada
MEMPENGARUHI
Remaja
KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA

PERAWATAN KESEHATAN
REPRODUKSI

16
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang
hubungan atau kaitan antara konsep konsep atau variabel yang akan diamati
atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu cara yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan atau kaitan antara variabel yang akan diteliti
(Notoatmodjo, 2018).

Santriwati Pondok Pesantren Pengetahuan tentang Kesehatan


Tashwirul Afkar Reproduksi Remaja

3.2 Desain Penelitian


Desain Penelitian adalah kerangka metode dan tekhnik penelitian
yang dipilih oleh seseorang peneliti.desainnya memungkinkan para peneliti
untuk mengasah metode penelitian yang cocok untuk materi pelajaran dan
mengatur study mereka untuk sukses. Sedangkan untuk penelitian ini
membutuhkan pendekatan, pendekatan data dapat di klasifikasikan menjadi
dua, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif itu sendiri merupakan suatu prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif
memiliki karakteristik alami (Natural serfing) sebagai sumber data langsung,
deskriptif, proses lebih dipentingkan dari pada hasil. adanya, bukan data yang
sekedar terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang
terlihat dan terucap tersebut ( Sugiyono,2008: 02).
Analisis dalam penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
analisis induktif dan makna makna merupakan hal yang esensial. (Lexy
Moleong, 2006:04). Objek dalam penelitian kualitatif adalah objek yang
alamiah, atau natural setting, sehingga penelitian ini sering disebut penelitian
naturalistic. Obyek yang alami adalah objek yang apa adanya, tidak
dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat peneliti memasuki
objek, setelah berada di objek dan keluar dari objek relatif tidak berubah.
Dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi instrumen. Oleh karena itu dalam
penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument. Untuk
menjadi instrumen peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang
luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkontruksi
objek yang diteliti menjadi jelas dan bermakana. Kriteria data dalam
penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti adalah data yang
sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang sekedar terlihat,

17
terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang terlihat dan terucap
tersebut ( Sugiyono,2008: 02).

3.3 Lokasi penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Tashwirul Afkar.
Peneliti memilih lokasi di Pondok Pesantren Tashwirul afkar kecamatan
kedungdung Kabupaten Sampang, karena berdasarkan pengamatan
dilapangan dalam banyak nya gangguan pada reproduksi remaja, sebagian
guru belum terlalu faham mengenai kesehatan reproduksi satu sama lain,
sehingga sangat memerlukan arahan ataupun pencerahan agar dapat lebih
mengetahui kesehatan reproduksi pada wanita khususnya di pondok pesantren
Tashwirul Afkar
3.4 Subyek dan obyek penelitian
1. Populasi
Menurut Sugiyono (2011;18) populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas, obyek/subjek yang mempunyai kuantitas & karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya, sedangkan menurut handayani (2020) Populasi
adalah totalitas dari setiap elemen yang akan diteliti yang memiliki ciri
yang sama, bisa berupa individu dari suatu kelompok, peristiwa atau
sesuatu yang akan diteliti, Populasi penelitian ini adalah Santri muqim
Pondok Pesantren Tashwirul Afkar sebanyak 30 orang.
Jumlah bagian penelitian santri Pondok putri Tashwirul Afkar
No Usia Jumlah Lokasi

1 17 Tahun 15 Orang Pondok pesantren putri Tashwirul


afkar
2 18 Tahun 10 Orang Pondok Pesantren Putri Tashwirul
afkar
3 19 Tahun 5 Orang Pondok Pesantren Putri Tashwirul
afkar
Total 30 Orang

2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang
diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili
populasinya.Besarnya sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan
rumus Slovin Sampel minimal yang dapat diambil sebesar 22 siswa.
Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih valid, maka dalam
penelitian ini diambil 30. Besarnya sampel ini sesuai dengan yang
ditetapkan Maholtra(1996) yang menyatakan jumlah responden paling
sedikit empat atau lima kali dari jumlah indikator yang digunakan. Dalam
penelitian indikator yang digunakan sebanyak 30 indikator. Dengan
demikian sampel 22 dianggap telah mencukupi dan memenuhi syarat
yang ada. Setelah disebarkan hanya 22 kuesioner yang kembali dan bisa
dijadikan sampel dalam penelitian ini.Pembicaraan mengenai penentuan
sampel dalam suatu studi, tak terlepaskan dengan Istilah populasi dan

18
sampel. Populasi dan sampel merupakan dua hal yang tidak terlepaskan.
Dalam keseharian,
a) Menentukan Ukuran Sampel
Sebelum mengambil sampel, terlebih dahulu harus ditentukan berapa
ukuran sampel yang Akan digunakan, yakni banyaknya siswa, sekolah,
dan lain-lain yang akan digunakan dalam Suatu studi
a. keseragaman, semakin beragam data yang akan diambil
sampelnya, maka Semakin banyak pula sampel yang harus
diambil.
b. Rencana analisis, semakin detail rencana analisisnya maka
semakin banyak pula sampel yang harus diambil;
c. Biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia.

b) Menentukan Kriteria Sampel


Suatu studi dengan menggunakan sampel yang mewakili populasi
(disebut representatif) Akan memberikan hasil yang mempunyai
kemampuan untuk digeneralisasikan atau Diberlakukan secara umum
kepada populasinya. Kriteria sampel yang representativeBergantung pada
dua aspek yang saling berkaitan, yaitu akurasi dan ketelitian sampel.

c) Teknik-Teknik Pengambilan Sampel

1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang Sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.
2. Simple Random Sampling
Penyampelan acak sederhana, dimaksudkan bahwa sebanyak n
sampel diambil dari Populasi N dan tiap anggota populasi mempunyai
peluang yang sama untuk terambil.
3. Stratified Random Sampling
Pada penyampelan jenis ini, anggota populasi dikelompokkan
berdasarkan stratanya, misal Tinggi, sedang, dan rendah. Kemudian
dipilih sampel yang mewakili masing-masing strata.Langkah-langkah
dalam menentukan Stratified Random sampling:
a. Mengklasifikasikan populasi ke dalam grup atau strata yang saling
lepas
b. Menentukan ukuran sample untuk tiap stratum
c. Memilih secara acak setiap stratum dengan menggunakan
simplerandom sampling

4. Sistematic Sampling

19
Penyampelan dengan cara ini dilakukan dengan mengurutkan
terlebih dahulu semua Anggota, kemudian dipili urutan tertentu untuk
dijadikan anggota sampel.

3. Sampling
Teknik Sampling yaitu merupakan teknik pengambilan
sampel.Terdapat berbagai macam teknik sampling untuk menentukan
sampel yang akan dipakai dalam penelitian. Dalam penelitian ini
memakai tehnik purposive sampling. Pada tehnik ini, ditentukan sampel
dengan pertimbangan tertentu yaitu santri Pondok putri muqim yang
menurut pertimbangan peneliti masih mengingat lebih jelas alasan terlalu
banyak nya kesehatan reproduksi tang memang sangat terganggu.
3.5 Sumber data
Dalam penelitian ini, data yang diperoleh berasal dari sumber data
primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan sumber
data yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Sumber data primer
penelitian ini meliputi wawancara dan observasi. Sedangkan sumber data
sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung dari
informan di lapangan.Sumber data sekunder ini berupa dokumen, meliputi
arsip-arsip yang ada di pondok putri seperti RPP dan foto.
Kami mengambil data penelitian ini dari sumber data primer, yang
mana data tentang pondok pesantren ini kami dapatkan secara langsung dari
narasumber melalui wawancara.

3.6 Tekhnik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu tektnik atau cara
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung pada suatu
kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan
mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Dari
pengamatan, akan mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pamahaman atau sebagai alatre-checkingatau pembuktian
terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. (Nana
Syaodih, 2013: 220)

2. Wawancara interview
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.Percakapan
dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atau pertanyaan tersebut (Lexy Moloeng,
2019:186).Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan cara

20
mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka
dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap
tentang topik yang diteliti.
3. Dokumemtasi
Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik tertulis, gambar, maupun
elektronik. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari
observasi atau wawancara, akan lebih kredibel dan dapat dipercaya kalau
didukung oleh dokumen-dokumen dari narasumber (Nana Syaodih,
2013:221). Dokumen yang akan dikumpulkan adalah berupa dokumen-
dokumen terkait aktivitas Pondok putri. Dokumen tersebut berupa
dokumen perangkat perencanaan aktivitas Pondok putri, yakni rencana
pelaksanaan pembelajaran RPP.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya kami menggunakan
teknik wawancara. Yang mana wawancara dalam penelitian ini dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi secara lansung mengenai pengaruh
tingkat pengetahuan remaja putri terhadap perilaku perawatan organ
reproduksi.
3.7 Instrument penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman dan pedoman
dokumentasi.
3.8 Teknik analisis Data
Menurut Moleong (2002: 103), analisis data adalah proses mengatur
urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan
uraian dasar dengan demikian maka data-data yang lebih mudah dibaca dan
disimpulkan.
Sedangkan menurut Taylor, (1975: 79), data adalah sebagai proses
yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan dan tema pada hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama
lebih menitikberatkan pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih
menekankan maksud dan tujuan analisis data.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif,
yaitu dengan cara menghimpun data-data faktual dan mendiskripsikan. Data
berasal dari seluruh informasi yang diperoleh dari hasil wawancara serta
dokumen-dokumen melalui beberapa tahap. Setelah pengumpulan
data,pencatatan data, peneliti melakukan analisis interaksi yang terdiri dari
reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Analisis dari penelitian ini
berlangsung bersama dengan proses pengumpulan data,maupun dilakukan
setelah data data terkumpul.
1. Pengumpulan Data

21
Menggali informasi dan data dari berbagai sumber atau responden.yaitu
dengan wawancara,observasi,analisis dokumen dan foto-foto kegiatan
yang ada.
2. Reduksi Data
Dalam reduksi data, data yang diperoleh disortir karena data dari hasil
wawancara merupakan data yangmemiliki sifat sangat luas informasinya
bahkan masih mentah (Lexy J. Moleong 2002: 114). Dengan ini kita akan
bisa memilih laporan hasil wawancara yang lebih penting, jadi bila ada
hasil laporan yang dirasa kurang penting bisa dibuang.
Langkah reduksi data melibatkan beberapa tahap. Tahap
pertama,melakukan editing, pengelompokkan, dan meringkas data. Tahap
kedua,menyusun kode-kode dan catatan-catatan mengenai berbagai hal
berkaitan .dengan data yang sedang diteliti sehingga peneliti dapat
menentukan tema-tema, kelompok-kelompok, dan pola-pola data.Pada
tahap terakhir dari reduksi data adalah menyusun rancangan konsep-
konsep serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola, atau
kelompok yang bersangkutan.
3. Penyajian Data
Hasil dari pengorganisasian data yang di sajikan secara sistematis dapat
dibentuk dalam sebuah laporan. Bentuk penyajian laporan berupa
diskriptif analitik dan logis yang mengarah pada kesimpulan. Dalam
tahapini peneliti dituntut untuk melakukan penefsiran terhadap data dalam
wawancara.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan menyangkut intepretasi peneliti, yaitu
pengembangan makna dari data yang ditampilkan. Kesimpulan yang
masih kaku senantiasa di verifikasi selama penelitian berlangsung,
sehingga diperoleh kesimpulan yang krediibilitas dan objektifnya
terjamin.Verifikasi bisa berupa pemikiran kembali yang melintas dalam
pikiran peneliti saat mengadakan pencatatan atau bisa berupa suatu
tinjauan ulang terhadap catatan-catatan di lapangan.

22
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Jenis Penelitian

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1.Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di lingkungan pondok pesantren taswirul afkar di batu
poro timur kec. Kedungdung kab sampang
2.Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2022

3.Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi penelitian
Populas penelitian merupakan wilayah di pondok pesantren yang terdiri atas subjek
yang.,mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari.kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai subjek adalah beberapa santri
putri di pondok pesantren taswirul afkar di batuporo timur kec kedundung kab
sampang yang berjumlah 50 orang santri putri
Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian populasi yang diteliti. Pengambilan sampel harus


dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh contoh yang benar- benar berfungsi
sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya
(Arikunto, 2010). Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling. Teknik Purposive Sampling adalah salah satu teknik
sampling non random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel
dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian (Sugiyono, 2014).
Simple kriteria inklusi,simple yang digunakan dalam penelitian ini,yaitu :
a.remaja yang berumur >17-19 tahun
D.jenis dan metode pengumpulan data
1.jenis data yang di kumpulkan
Jenis data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah :
a.data primer
data primer yaitu data nama,atau insial subjek,umur,jenis kelamin,frekuensi
menstruas,aktivitas fisikn personal hygien,sewaktu menstruasi.
b.data sekunder
data sukender yang di kumpulkan yaitu data absensi pengetahuan reproduksi pada
remaja di pondok pesantren taswirul afkar di batu poro timur kec kedungdung kab

23
sampang,pada bulan juni 2022dan data kepustaan yang di ambil dari buku,artikel,e-
book dan jurnal terkat baik secara langsung maupun melalui media electronik,
2.metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data di gunakan untuk mengumpulkan data primer dalam
penelitiannya dengan metode observasi,kuesioner.
3.instrumen pengumpulan data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dan kegiatannya,mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis (arikunto,2010),
Adapun instrumen dalam penelitian ini adlah alat,bahan,lembar kuesiner,adapun alat
dan bahan,yang digunakan pada penelitian ini,yaitu :
1.proyekor
2.camera
E.pengolahan dan analisi data
1.teknik pengolahan dilakukan dengan tujun agar data menjadi informasi yang
nantinya dapat digunakan untuk proses pengambilan kesimpulan dari penelitian.
Sistem pengelolaan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut
a.pemeriksaan data(editing)
data yang telah di kumpulkan di periksa segera mungkin berkenaan dengan ketepatan
dan kelengkapan data atau jawaban yang kumpulkan.
b.pemberian kode (coding)
coding merupakn tahap mengklafikasikan data dan memberikan kode untuk masing
masing kelompok sesuai dengan tujuan di kumpulksannya data.
c.tabulasi (tabulating )
tabulating adalah kegiatan memasukkan data yang telah di kumpulkan ke poster tabel
atau data base computer.
2.analisis data
Pada penelitian ini setela data hasil wawancara terhadap santri putri di pondok
pesantren taswirul afkar diketahui,selanjutnya data yang di peroleh di deskripsikan
berdasarkan persentase masing masing wawancara.adapun wawancara yang
digunakan berdasarkan observasi yang dilakukan di pondok pesantren taswirul afkar
batu poro timur kec.kedudung kab.sampang
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian tentang tingkat pengetahuan remaja putri dipondok pesantren tashwirul
afkar tentang perawatan kesehatan repoduksi,” musholla ulul albab” pondok
pesantren tashwirul afkar, Dsn langgar, desa batuporo timur, kecamatan kedungdung,
kabupaten sampang.
Objek penelitian

24
Objek penelitian merupakan sebuah bangunan pesantren yang terdapat dilokasi
penelitian. Lokasi penelitian berlokasi di batuporo timur, kedungdung, khususnya di
musholla ulul albab puteri pondok pesantren tashwirul afkar

25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Keadaan Geografis
Pondok Pesantren Tashwirul Afkar didirikan pada tahun 1950 M. yang
terletak dijalan Langgar Batuporo Timur Kedungdung Sampang. Tujuan
didirikan Pondok Pesantren Putri Tashwirul Afkar adalah :
a. Santri putri agar menjadi para perempuan yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlah mulia
b. Santri putri sehat jasmani dan rohani
c. Santri putri yang memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan
dalam beragama serta mengedepankan al quran dan keterampilan
untuk melanjutkan pedidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
d. Mengenal dan mencintai bangsa, masyarakat dan kebudayaannya
e. Siswa kreatif, trampil dan bekerja untuk dapat mengembangkan diri
secara terus menerus.

2. Jumlah Santri Putri


Jumlah santri putri setiap tahunnya di pondok pesantren tashwirul afkar
untuk tahun pelajaran 2021/2022 sebanyak 500 orang. Keadaan sarana
dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar di Pondok Pesantren
Tashwirul Afkar terdiri dari :
a. Ruang teori (Ruang belajar)
b. Lapangan
c. Perpustakaan
d. Ruang OSIS
e. Ruang BP/BK
f. Ruang Tata Usaha
g. Ruang Bendahara
h. Gudang/WC siswa
i. Ruang kantor dan Ruang Guru
j. Musholla

4.2 Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai
“PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TERHADAP PERILAKU PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DI
PONDOK PESANTREN TASHWIRUL AFKAR” dengan sampel 30
orang remaja putri dan telah didapatkan hasil responden yang diuraikan
dalam tabel berikut:
1. data umum dan data khusus
tabel 1 distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di pondok
pesantren putri tashwirul afkar
N Umur Frekuensi Presentase (%)
o
1 14 11 36,7
2 15 17 56,7
3 17 2 6,7
TOTAL 30 100
Dari tabel 1 didapatkan karakteristik responden menunjukkan bahwa sebagian besar
umur remaja putri adalah 14 tahun yaitu sebanyak 17 responden (56,3%)

26
Tabel 2 distribusi frekuensi responden pengetahuan tentang perawatan organ
reproduksi di pondok pesantren putri tashwirul afkar
Tingkat pengetahuan Frekuensi Presentase ( %)
Baik 0 0
Cukup 14 46,7
Kurang 16 53,3
TOTAL 30 100

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar remaja putri di pondok pesantren putri
tashwirul afkar memiliki pengetahuan yang masih minim atau kurang dari cukup
terhadap perawatan organ reproduksi sebanyak 16 remaja putri (53,3%)

Tabel.3 distribusi frekuensi responden terhadap prilaku perawatan kesehatan


reproduksi pada remaja putri pondok pesantren tashwirul afkar
Tingkat pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
Baik 0 0
Cukup 15 40
Kurang 15 50
TOTAL 30 100

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui remaja putri mengalami krkurangan


pengetahuan dalam prilaku tindakan kesehatan organ reproduksi dan kurang
sebanyak 15 orang

C. Pembahasan
1. Pengetahuan Remaja Putri Terhadap perawatan kesehatan organ reproduksi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
pengetahuan dalam kategori cukup sebanyak 14 responden (46,7%), dan pengetahuan
dalam kategori kurang sebanyak 16 responden (53,3). Sesuai dengan hasil
pengamatan peneliti dilokasi penelitian bahwa pengetahuan remaja putri tentang
personal hygiene yang pengetahuannya cukup disebabkankarena sebagian besar
responden memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi yaitu kelas XI sehingga
kemampuan responden untuk menerima informasi tentang kesehatan reproduksi dan
juga disebabkan karena sebelumnya responden sudah memperoleh pengetahuan
melalui proses belajar mengajar di sekolah.Sedangkan tingkat pengetahuan remaja
kategori kurang disebabkan karena sebagian besar responden yang memiliki
pengetahuan kategori kurang masih duduk di kelas X sehingga informasi yang
diperoleh tentang kesehatan reproduksi masih kurang. hal ini dapat dilihat dalam
adanya sesi wawancara sebagia besar masih salah dalam membasuh organ genetalia,
sebaiknya membasuh genetalia dari arah depan kebelakang untuk menghindari
bakteri dan kotoran yang ada disekitar anus terbawa kevagina.sebaiknya sebelum
memakai pakaian dalam daerah genetalia dikeringkan dengan menggunakan tissue
atau handuk. Sebab jika tidak dikeringkan akan menyebabkan pakaian dalam yang
dipakai menjadi basah dan lembab.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu sosial ekonomi, budaya,


pendidikan dan pengalaman. Apabila status ekonomi baik, tingkat pendidikan akan
tinggi, diiringi oleh peningkatan pengetahuan. Budaya berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan karena informasi yang baru akan disaring dan disesuaikan dengan
budaya yang ada serta agama yang dianut, pendidikan yang tinggi akan berpengaruh
pada penerimaan hal-hal baru dan dapat menyesuaikan diri dengan hal baru
tersebut.pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Pendidikan
yang tinggi maka pengalaman akan luas dan semakin tua umur seseorang maka
pengalaman akan bertambah. Notoadmodjo (2017) dilakukan peneliti memperoleh

27
hasil bahwa yang memiliki pengetahuan lebih baik berjumlah 14 orang (46,7%) dan
kategori pengetahuan kurang berjumlah 13 orang (53,3%). Untuk mengatasi tingkat
pengetahuan yang masih kurang tersebut perlu pendidikan.Pendidikan pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kepada kelompok
atau individu dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan kelompok atau individu
dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang baik.Pengetahuan tersebut
akhirnya diharapkan dapat berpengaruh terhadap prilaku. Dengan kata lain adanya
pendidikan tersebut diharapkan dapat membawa akibat terhadap perubahan
prilaku sasaran. (Notoatmodjo,2017)

Pendidikan kesehatan reproduksi perlu diberikan mulai dari sejak saat bangku
sekolah dengan memasukkan kurikulum mengenai kesehatan reproduksi.Informasi
dari media cetak dan elektronik yang lebih edukatif dan informatif diperlukan
remaja. Sehingga remaja mendapatkan pengetahuan memadai mengingat peran
media massa yang sangat kuat pada penggambilan informasi. Hal ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Nasution bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor salah satunya adalah tingkat pendidikan.bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin baik pengetahuannya. Maksudnya adalah
semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal baru
tersebut.

28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Remaja putri yang pengetahuan cukup berdasarkan tingkatan kelas adalah yang
duduk dikelas XI sedangkan remaja putri yang duduk dikelas X yang
pengetahuannya sangat kurang.
2. Remaja putri yang memiliki pengetahuan cukup berdasarkan sumber informasi
yang terbanyak didapat dari orang tua/teman sebaya, dibandingkan dengan informasi
yang kurang didapatkan melalui media/elektronik.

3. Saran
1. Diharapkan kepada para guru (tenaga pengajar) dan orang tua dapat turut
bertanggung jawab untuk memperkenalkan dan memberikan informasi-informasi
tentang kesehatan khususnya tentang kesehatan reproduksi kepada remaja tentang
pentingnya menjaga kebersihan diri (personal hygiene) terutama pada organ
reproduksi eksterna sejak dari usia dini melalui pelajaran tambahan mengenai
personal hygiene.
2. Bagi remaja agar lebih menambah wawasan mengenai kesehatan reproduksi
sehingga dapat hidup sehat baik fisik, psikis, dan sosial.
3. Bagi institusi pendidikan agar meningkatkan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi melalui program-program yang sudah ada di dalam sekolah.
4. Bagi penulis agar mengembangkan dan memperdalam pengetahuan tentang
penelitian di bidang kesehatan dan memperluas wawasan tentang kesehatan
reproduksi.

29

Anda mungkin juga menyukai