Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT

An.”S” Usia 6 Bulan dengan DA dan DRS


Di Ruang Cempaka RSUD Mohammad. ZYN Sampang

Oleh:
ATHIRATUS SA’DIYAH
NIM: 412319004

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA HUSADA SAMPANG


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
Tahun 2021-2022

1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan studi kasus ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan oleh pembimbing saya
selama praktek di ruang mawar RSUD Mohammad. ZYN , yang dilaksanakan pada tanggal
01 Desember 2021 s/d 29 Desember 2021.

Laporan studi kasus ini disusun oleh:


Nama : ATHIRATUS SA’DIYAH
NIM : 412319004
Disahkan dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Mengetahui:
Pembimbing Akademik Pembimbing Praktek

(IMROATUS S ,S.Keb.bd., M.keb) ( FARIDATUL KRISTINA, S.Kep,Ners.)

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadiran Allah swt yang melimpahkan rahmat,
taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan kebidanan.
Penulis menyadari bahwa bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini tidak
lepas dari bimbingan dan petunjuk serta bantuan dari beberapa pihak, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Direktur Akademi Kebidanan Graha Husada Sampang.
2. Pembimbing Akademi Kebidanan Graha Husada Sampang.
3. FARIDATUL KRISTINA, S.Kep, Ners. selaku pembimbing praktek.
4. Kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril maupun material.
5. Kepada teman-teman Akademi Kebidanan Graha Husada Sampang.

Saya menyadari bahwa penulis laporan asuhan kebidanan ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran saya harapkan demi
kesempurnaan laporan asuhan kebidanan ini dan kemajuan profesi kebidanan untuk sekarang
dan di masa yang akan datang.

3
DAFTAR ISI

Cover
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
1.3 Ruang Lingkup 2
1.4 Metode Penulisan 2
1.5 Sistematika Penulisan 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Masa Kehamilan 4
2.2 Asuhan Antenatal Care 5
2.3 Perubahan Fisiologis Kehamilan 10
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian...................................................................................10
3.2 interprentasi data........................................................................10
3.3 identifikasi diagnosa dan masalah potensial..............................10
3.4 identifikasi kebutuhan segera.....................................................10
3.5 pengembangan rencana (intervensi)............................................10
3.6 pelaksanaan (inplementansi)........................................................11
3.7 evaluasi........................................................................................11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan 19
4.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada
dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu
golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5
tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita adalah 0-60 bulan (Adriani dan Bambang,
2014).

Diare disebebkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (makanan
basi, beracun, mentah (sayuran)) dan kurang matang) dan faktor psikologis (rasa takut dan
cemas, walaupun jarang jika terjadi pada anak bisa menyebabkan diare kronis). Penyebab
utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai aikibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. (Ngastiyah,2012). Diare merupakan keluhan
yang sering ditemukan pada balita atau anak-anak.

Dehidrasi ringan ditandai dengan rasa haus dan tenggorokan terasa perih. Selain itu,
juga merasakan kulit menjadi kering atau bibir pecah-pecah, untuk yang Dehidrasi sedang
yang sudah cukup parah ketika detak jantung menigkat dan terasa berdebar, selain itu tubuh
akan terasa lemas dan air kencing berwarna pekat dan dalam jumlah sedikit.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan DA dan
DRS melalui penerapan konsep manajemen asuhan kebidanan secara sistematis.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada balita sakit diharapkan meliputi:
1. Melakukan pengkajian data.
2. Mengidentifikasi masalah dan diagnosa.
3. Berikan kebutuhan segera.
4. Merumuskan dan mengembangkan rencana asuhan kebidanan.
5. Melaksanakan asuhan kebidanan.
6. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan.

5
1.3 Ruang Lingkup
Asuhan kebidanan pada balita sakit dengan DA dan DRS
1.4 Metode Penulisan
1.4.1 Wawancara/ Anamnesa
Mengumpulkan data dengan cara tanya jawab secara langsung antara petugas dengan
keluarga.
1.4.2 Observasi
Melakukan pengamat langsung terhadap perubahan yang terjadi pada klien.
1.4.3 Praktek
Dapat memberikan suatu masukan dalam upaya peningkatan mutu dan pelayanan
pada balita sakit.
1.4.4 Study Pustaka
Mempelajari buku-buku makalah tentang DA dan DRS .

6
1.5 Sistematika Penulisan
Judul
Kata pengantar
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II: TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Balita
2.2 Konsep Dasar DA dan DRS
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan
BAB III: TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian

3.2 Interpretasi Data

3.3 Identifikasi diagnos dan masalah potensial

3.4 Identifikasi kebutuhan segera

3.5 Pengembangan rencana (Intervensi)

3.6 Pelaksanaan (Implementasi)

3.7 Evaluasi

BAB IV: PENUTUP


4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Balita


2.1.1 Pengertian
Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang berada
dalam rentan usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan yaitu
golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita (2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5
tahun). Adapun menurut WHO, kelompok balita adalah 0-60 bulan

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular.
Berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagain atau keseluruhan, sehingga
dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisai dan
kemandirian

2.1.2 Tahap Tumbuh Kembang pada Anak


- Perkembangan
1. Motorik Kasar
Motorik kasar meliputi Merangkak, Duduk, Menahan kepala tegak selama 1/2 detik,
dan Berjalan
2. Motorik Halus
Motorik halus meliputi Memegang, Persepsi Adalah Memandang gerakan kliningan
hingga bola mata sampai kesudut mata, bila kita menggerakkan kliningan perlahan pada bayi
dari samping kesamping, maka mata anak akan mengikuti dengan pandangan matanya hingga
bola mata sampai kesudut mata, sering kali kepala ikut tetapi yang penting gerakan bola
matanya.
3. Personal Sosial
Pada waktu senyuman jadi sebagian dari perilaku bayi. Sampai usia kira - kira 6
bulan, bila melihat raut muka orang lain bergerak maka ia akan menjawab dengan senyuman,
ia akan tersenyum bila melihat orang asing baginya.

8
4. Bahasa
Mengungkapkan perasaan dengan bersuara. Rangkain bunyi " Rrrr " suara
tenggorokan biasanya pada akhir triwulan anak mengeluarkan bunyi " r " yang berurutan,
terdengar seperti orang berkumur selain itu ia juga mengeluarkan bunyi tenggorokan yang
terdengar " e – khe " " e – khe " bila dibaringkan
2.2 Konsep Dasar DA dan DRS
2.2.1 Pengertian
Diare disebebkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan (makanan
basi, beracun, mentah (sayuran)) dan kurang matang) dan faktor psikologis (rasa takut dan
cemas, walaupun jarang jika terjadi pada anak bisa menyebabkan diare kronis). Penyebab
utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai aikibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. (Ngastiyah,2012). Diare merupakan keluhan
yang sering ditemukan pada balita atau anak-anak. Diperkirakan pada anak setiap tahunnya
mengalami diare akut atau gastroenteritis akut sebanyak 99.000.000 kasus. Kematian yang
terjadi, kebanyakan berhubungan dengan kejadian diare pada anak-anak atau usia lanjut,
diamana kesehatan pada usia pasien tersebut rentan terhadap dehidrasi sedang sampai berat.
Frekuensi kejadian diare pada negara-negara berkembang termasuk indonesia lebih banyak 2-
3 kali dibandingkan negara maju. Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut
gastroenteritis, masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama dari masyarakat di
indonesia.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah
cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni
100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto,1999).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam atau hari.
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
bercampur lendir atau darah (Ngastiyah.1997)
Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya
nampak sehat dan frekuensi 3 kali atau lebih perhari, disertai perubahan tinja menjadi cair
dengan atau tanpa lendir atau darah (markm, 1996 : 448)

9
DRS (dehidrasi ringan sedang) adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak
cairan dari pada yang didapatkan, dan dehidrasi sedang disebabkan kurangnya kebersihan dan
pola makan yang tidak benar, sehingga keseimbangan zat gula dan garam menjadi terganggu,
akibatnya tubuh tidak dapat berfungsi secara normal. Beberapa tanda awal seseorang
mengalami dehidrasi adalah haus, mulut dan kulit kering, jarang buang air kecil, serta urine
yang berwarna lebih gelap dan berbau lebih kuat. Sedangkan gejala awal dehidrasi pada bayi
antara lain sedikit atau tidak keluarnya air mata ketika menangis, mulut keing, dan popok
tetap kering setelah beberapa jam. Salah satu kondisi yang berisiko menyebabkan dehidrasi
adalah diare. Selain itu, dihidrasi juga dapat terjadi saat seseorang muntah, berkemih secara
berlebihan akibat menderita penyakit, atau berkeringat berlebihan.dehidrasi dapat dicegah
dengan menjaga asupan cairan, terutama bila mengalami muntah, diare, atau berkeringat
berlebihan. Kandungan air di dalam tubuh manusia yang sehat adalah lebih dari 60% total
BB, kandungan air yang ideal di dalam tubuh berfungsi untuk membantuk kerja sistem
pencernaan, mengeluarkan kotoran dan racun dari dalm tubuh, sebagai pelumas dan bantalan
untk persendian, melembabkan jaringan-jaringan pada telinga, tenggorokan, dan juga hidung,
serta sebagai media transportasi nutrisi untuk sel-sel tubuh dan menjaga kulit tetap sehat.
Dehidrasi yang parah atau berkepanjangan dan tidak diobati sering kali dapat menyebabkan
kondisi yang disebut Hipovolemia. Dehidrasi terkadang dianggap sebagai permasalahan
kondisi tubuh yang tidak prlu ditangani secara serius, dan kebanyakan anak-anak dan remaja
menganggapnya sebagai haus biasa. Namun, jika gejela awal dehidrasi ditangani dengan
baik, dapat menggangu fungsi tubuh.
Cara mengatasi dehidrasi pada anak
 Berikan asupan cairan yang cukup seperti air putih, larutan oralit, pemberian cairan
ini bergna untuk menggantikan cairan dan garam (elektrolit) yang hilang dari tubuh.
 Berikan anak buah dan sayur yang mengandung banyak air seperti semangka, melon,
jeruk, pir, timun dan stawberry
 Pastiakn anak mendapat istirahat yang cukup, hal ini bertujuan mempercepat proses
pemuluihan
 Hindari memberi anak minuman berkafein seperti teh, minuman bersoda dan coklat.
Gejala-Gejala dehidrasi pada anak

 Mulut anak tampak kering dan bibir pecah-pecah


 Frekuensi buang air kecil (BAK) menjadi jarang, bahkan tidak BAK selama lebih dari
6-8 jam

10
 Anak lebih sering mengantuk dan terlihat lebih lemas
 Mata anak yang terlihat lebih cekung
 Kulit aak lebih kering dan agak dingin
 Anak terlihat tidak aktif
 Frekuensi nafas anak terlihat lebih cepat dan dalam
 Ubun-ubun tampak cekung
 Air mata tidk keluar saat menangis
 Urine berwana gelap atau popok tetap kering selama 12 jam
 Kaki dan tangan teraba dingin
 Tampak mengantuk
Jenis-Jenis diare ada dua, yaitu:

 Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari


 Diare persisten atau diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Derajat Dehidrasi dalam diare ada tiga derajat, yaitu :

 Diare tanpa dehidrasi


 Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
 Diare dengan dehidrasi berat

2.2.2 Etiologi
Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi (bakteri, parait, virus)
malabsorbsi, alergi. Berikut dibawah ini adalah penjelasan lebih lnjut :
1. Faktor infeksi
Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak, ini meliputi infeksi bakteri (E.coli, salmonella, vibro cholera),
virus (enterovirus, adenovirus, rotavirus) parasit (cacing, protozoa). Infeksi parenteral
yaitu infeksi yang berasal dari bagian tubuh yang lain diluar alat pencernaan, seperti
otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia. Keadaan ini terutama
pada bayi berumur dibawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi
Gangguan penyerapan makanan yang akibat malabsorbsi karbohidrat, pada
bayi dan anak terserang karena intoleransi laktosa, malabsorbsi lemak dan protein.

11
3. Faktor alergi makanan
Fakto makanan misalnya makanan basi, beracun, atau alergi pada makanan. Penularan
melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
 Makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari
oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
 Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan
benar
 Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar

2.2.4 Patofisiologi
 Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi
 Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan,
keseimbangan asam basa (asidosisi metabolit, hipokalemia, dan sebagainya)
 Ganguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah)
 Hypoglikemia
 Sirkulasi darah mengalami gangguan
(staf FKUI,1985)
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektroit kedalam
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

12
Patogenesis diare akut yaitu masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus
halus setelah melewati rintangan asam lambung. Jasad renik itu berkembang baik di
dalam usus halus. Kemudian jasad renik mengeluarkan toksin. Akibat toksin tersebut
terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

Defisit cairan dapat disertai gangguan kesinambungan kadar elektrolit, berdasatkan


proses patofisiologiny, dehidrasi dapat diklarifikasikan menjadi 3 yaitu:

1. dehidrasi isotonik
merupakan keadaan dimana defisit cairan yang dialami oleh tubuh sebanding dengan
defisit natrium, sehingga volume cairan ekstraseluler akan berkurang, dan perfusi ke
jaringan akan menurun.
2. dehidrasi hipotonik
merupakan keadaan dimana defisit natrium lebih besar dibandingkan defisit cairan,
penyebab utamanya dehidrasi hipotonik adalah muntah, diare, berkeringat,
hiperpentilasi, perdarahan, olahraga, dan kelainan, pada ginjal yang menyebabkan
ekskresi elektrolit berlebihan.
3. dehidrasi hipertonik
merupakan keadaan dimana defisit air lebih besar dibandingkan defisit natrium,
dehidrasi tipe ini dapat terjadi ketika rasio BUN terhadap kreatinin kurang lebih 20
atau kadar natrium kurang lebih 150 mmol/L.

13
PATHWAY
Infeki Malabsorbsi Makanan

Kuman masuk & Tekanan Toksin tdk dapat


berkembang osmotik diabsorbsi
dalam usus meningkat

Toksin dlm Pergeseran air & hiperperistaltik


dinding usus elektrolit ke
halus rongga usus

Hipersekresi air Kemampuan


Isi rongga usus
& elektrolit usus absorbsi
meningkat
meningkat menurun

Diare

BAB sering dengan Inflamasi saluran


konsistensi encer pencernaan

Kulit disekitar Cairan yang Frekuensi Agen Mual dan


anus lecet dan keluar banyak defekasi pirogenic muntah
iritasi

Suhu tubuh Anoreksia


Kemerahan Dehidrasi BAB encer meningkat
dan gatal dgn atau tanpa
darah

Hipertermia Ketidakseimba
Resiko Kekurangan Diare ngan nutrisi
kerusakan volume cairan kurang dari
integritas kulit kebutuhan
tubuh

14
Gejala Klinik : mula-mula bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja makin cair,
mungkin mengandung darah atau lendir, warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena
tercampur empedu, karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya lecet karena tinja makin
lama menjadi asam akibat banyaknya asam laktat, yang terjadi dari pemecahan laktosa yang
tidak dapat diabsorbsi oleh usus. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sessudah diare.
Bila penderita telah banyak kehilangan airdan elektriolit teradilah gejala dehidrasi. Berat
badan turun, pada bayi ubun-ubun cekung, tonus dan turgor kulit berkurang selaput lendir
mulut dan bibir terlihat kering. Cara menilai anaka mengalami dehidrasi yaitu dengan cara
bertanya dan melihat tanda-tanda dehidrasi pada anak.

2.2.5 Klasifikasi

diare dan derajat Diare dehidrasi


Diare tanpa dehidrasi Diare dehidrasi berat
dehidrasi ringan/sedang
Tanda dehidrasi pada Bila terdapat da Bila terdapat dua Bila terdapat dua
anak (Tanya) tanda atau lebih tanda atau lebih tanda atau lebih
Lesu, lunglai/tidak
Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel
sadar
Mata Tidak cekung Cekung Cekung
Keinginan untuk Normal, tidak ada Ingin minum terus,
Malas minum
minum rasa haus ada rasa haus
Kembali sangat
Turgor Kembali segar Kembali lambat
lambat

TERAPI

1. Pemberian cairan secara oral sedini mungkin pada awal diare untuk

- Mencegah dehidrasi

- Mengobati dehidrasi

2. Pemberian makanan, ASI, diteruskan selama diare dan masa penyembuhan

Sesuai dengan penyebab diare

15
Intoleransi karbohidrat susu rendah sampai bebas laktosa

Alergi protein susu sapi susu kedelai

Malabsorbsi lemak susu yang mengandung medium chain


trigliseride (MCT) apabila dengan terapi dietetic diatas tidak ada
respon, gunakan susu protein hidrosilat

3. Kausal

Antibiotik hanya untuk :

Diare invasif : kotrimoksazol 50mg/kg BB/hari, dibagi 2 dosis


selama 5 hari

Kolera : tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari, dibagi dalam 4 dosis selama 2-


3 hari

Amoeba, Giardia, Kriptosporidium : Metronidazol 30-50


mg/kgBB/hari, sibagi 3 dosis selama 5 hari (10hari untuk kasus
berat)

4. Zine (selama 10-14 hri)

Dibawah umur 6 bulan : 10 mg per hari. Diatas umur 6 bulan :20 mg


perhari. Fungsi : mengrangi lama dan beratnya diare dengan
meningkatkan imun tubuh dan mempercepat reepitelisas usus

5. Probiotik

Adalah migroorganisme dalam makanan seperti lactobacillus dan


bifidobacterium. Diduga berfungsi mencegah adhesi kuma patogen
ke enterosit.
2.2.7 Komplikasi
 Dehidrasi
 Gangguan keseimbangan asam basa
 Gangguan keseimbangan elektrolit
 Gagal ginjal akut
 Gangguan gizi

16
2.2.8 Pencegahan
Upaya pencegahan diare yang sudah terbukti, efektif, yang berupa :
 Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang
 Pengolahan makanan yang dimasak dengan baik, untuk menghindari
kontaminasi
 Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum
makan dan kebersihan dari maknan yang kita makan
 Gunakan jamban untuk anak kecil atau yang sakit, buang cepat tinja dengan
cara memasukkkannya ke dalam jamban atau menguburkan
 Berikan ASI selama 4-6 bulan pertama, teruskan pemberian ASI paling sedikit
untuk 1 tahun pertama
 Berikan makanan sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan
 Imunisasi campak

2.2.9 Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam


mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral
rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan pemberian segera
apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri dirumah.
Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala
dehidrasi nampak. Pada penderita diare yang disertai muntah pemberian larutan
elektrolit secara intervena merupakan pilihan itama untuk mengganti cairan tubuh, atau
dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat
yang enngan untuk merawat inapkan penderita, dengan berbagai alasan mulai dari
biaya, kesulitan dalam menjaga, takut tambah parah setelah masuk rumah sakit.
Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang
fatal. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare
dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). Diare karena infeksi bakteri dan
parasit seperti salmonella sp, Giardia lamblia, entamoeba coli perlu mendapatkan
antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk
menentukan penyebab pasti pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif

17
didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemerikaan lebih lanjut kalau kondisi
sudah membaik.

2.3 Konsep Asuhan Kebidanan


Menurut Helent Varney
2.3.1 PENGKAJIAN DATA

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua


data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu
Riwayat kesehatan, Pemeriksaan fisik pada kesehatan, Meninjau catatan terbaru atau
catatan sebelumnya, Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi. Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

2.3.2 INTERPRETASI DATA DASAR

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

2.3.3 IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan rangkaian


diagnosa dan masalah yang sudah teridentifikasi

2.3.4 IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Langkah ini digunakan untuk mengidentifikasi perlunya tindakan segera atas


masalah yang dihadapi dengan cara dikonsulkan maupun kolaborasi dengan tim medis
lainnya.( Manajement Kebidanan : 4 )

2.3.5 INTERVENSI

Langkah ini ditentukan oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya dan juga
mencerminkan rasional yang benar.

18
2.3.6 IMPLEMENTASI

Merupakan tahap – tahap pemberian tindakan sesuai dengan intervensi dan


kondisi pasien.

2.3.7 EVALUASI

Merupakan langkah terakhir dalam manejemen dalam manajemen kebidanan


yang merupakan tindakan pengukuran dari keberhasilan rencana. Tujuan evaluasi
adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan yang dilakukan. Hasil
evaluasi dapat diginakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan atau
sebagai bahan peninjauan terhadap langkah – langkah dalam proses manajemen
kebidanan sebelumnya yang disebabkan pleh tindakan yang kurang berhasil dengan
menggunakan SOAP.

19
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BALITA SAKIT

Tanggal mrs : 06 Desember 2021

Tanggal pengkajian : 07 Desember 2021

Jam : 17:40 WIB

Tempat : Ruang Cempaka / RSUD MOHAMMAD ZAYN

1. PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
a. Anak
Anak : An. S
Umur : 6 bulan

Tanggal lahir : 06 Juni 2021


Jenis Kelamin : laki-laki

b. Orang Tua
Nama : Ny “J” Nama : Tn. “M”
Umur : 26 th Umur : 30 th
Agama : Islam Agama : Islam
Bangsa/suku : Indonesia/Madura Bangsa/suku : Indonesia/Madura
Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani


Alamat : Banjar tabulu Alamat : Banjar tabulu
2. Keluhan Utama/alasan kunjungan
Ibu mengatakan anaknya mencret + 4 hari berampas dan panas
3. Riwayat Penyakit sekarang
Obat-obatan terakhir didapat : cairan infus KAEN 3B (500cc/24 jam) dan
injeksi obat Ondacentron 3x0.5mg, Ranitidine 2x 5mg, Ampicilin 4x250mg,
L.Bio 1x1, 2 inc 1x5 ml
a. Penanganan penyakit dari awal sampai dibawa ke pelayanan kesehatan
Rawat inap Di RSUD mohammad zyn sudah 3hari

20
4. Riwayat penyakit dahulu
a. Riwayat penyakit yang diderita : tidak pernah menderita penyakit menurun seperti
DM,Hipertensi & penyakit menular seperti Asma,TBC,Hepatitis,HIV/AIDS
5. Riwayat penyakit keluarga
tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM,Hipertensi & penyakit menular
seperti Asma,TBC,Hepatitis,HIV/AIDS
6. Riwayat antenatal
a. Kesehatan selama dalam kandungan : baik
b. Penyakit yang diderita selama Hamil : tidak ada
c. Obat/jamu yang pernah diminum Ibu : tidak ada
d. ANC 4 kali tempat Puskesmas
e. Imunisasi TT2
7. Riwayat natal
a. Umur kehamilan : 39 mgg
b. Tempat Kelahiran :Polindes
c. Lama Persalinan : tidak terkaji
d. Cara Persalinan : spontan
e. Penolong Persalinan : Bidan
f. Komplikasi : tidak ada
g. Obat-obatan : tidak ada
8. Riwayat Neonatal
a. APGAR SCORE : 7-8
b. Pernah kejang : tidak ada
c. Perdarahan : tidak ada
d. PB/BB lahir : 3000 gr/50 cm
e. Gangguan saat lahir : tidak ada
9. Riwayat Postnatal
a. Lama perawatan : tidak ada
b. Penyakit setelah lahir : tidak ada
10. Riwayat imunisasi
BCG,DPT,HEPATITIS,CAMPAK,POLIO

21
11. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan
- Pendengaran : 3 bulan
- Mengangkat kepala : 3 bulan
- Telungkup : 5 bulan
- Merangkak : 6 bulan
- Duduk sendiri : 5 bulan
- Berdiri :-
- Berjalan dengan dibantu : -
- Berjalan sendiri :-
- Berbicara : -
- Keadaan gizi : baik
- Gangguan tumbuh kembang : tidak ada
- Pebandingan tumbuh kembang dengan saudaranya : baik
b. Perkembangan
1) Motorik kasar : bisa bergerak
2) Motorik halus : bisa memegang mainan
3) Refleks
- Moro : positif
- Rooting : positif
- Suckling : positif
- Reflek grasping: positif
- Babinski : positif
- Blinking : positif
- Toonick neck : positif
12. Riwayat psikososial
a. Hubungan dengan saudara : baik
b. Hubungan dengan keluarga : baik
c. Hubungan dengan teman : baik
d. Hoby : tidak terkaji
e. Sosial budaya : tidak terkaji
f. Pengasuh/orang terdekat : ibu dan ayah

22
g. Jumlah anggota keluarga : 4 orang
13. kebutuhan
a. Nutrisi
Sebelum sakit :Anak masih diberi ASI, anak diberi makanan pendamping
ASI, yaitu bubur, roti, jus buah. Nafsu makan anak baik

Selama sakit :Nafsu anak menurun, tetapi anak masih makan walaupun
Cuma sedikit. Sehari sebelum sakit, anak minum susu

b. Eliminasi
Sebelum sakit :Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna
kuning. BAK 4-5 kali sehari, wana kuning jernih

Selama sakit : BAB 4x sehari, konsistensi encer, berbusa, berwarna kuning.


BAK 4-5 x sehari, warna kuning jernih

c. Aktifitas
Sebelum sakit : Ibu mengatakan anaknya bermain aktif

Selama sakit : Ibu mengatakan aktivitas bermain berkurang

d. Istirahat
Sebelum sakit :Ibu mengatakan anak tidur malam pukul 20.00-05.00 WIB,
siang hari selama 1 jam, biasanya jam 15.00-16.00 WIB. Anak
tidur dengan nyenyak

Selama sakit :Ibu mengatakan selama sakit, tidur anak mengalami gangguan,
karena anak rewel sepanjang hari

e. Personal hygiene
Sebelum sakit : Anak dimandikan 2x sehari dan keramas 3x seminggu
Selama sakit : Anak mandi hanya 1x sehari dan belum keramas

23
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda Vital :
Nadi : 128 x/ mnt
Suhu : 36,8 °C
Saturasi : 97%
d. Pemeriksaan Anthopometri
BB/ : 5kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Bentuk kepala mesoshepal. Tidak ada odem, kulit
kepalabersih
b. Muka : Simetris, tidak ada odem, kulit muka terlihat kemerahan
c. Mata : Simetris, konjungtiva sedikt pucat, sklera sedikit keruh.
d. Hidung : Ada lubang hidung, tidak ada sekret dan polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung
e. Telinga : Simetris, bersih , tidak ada serumen/pengeluaran cairan
f. Mulut : Mukosa bibir agak kering, gigi tidak caries, lidah agak
keputihan
g. Leher : Tidak ada pembersaran dan pembengkakak kelenjar tiroid
maupun vena jugularis
h. Dada : Simetris, normal, jantung berirama regular, pernafasan teratur,
tidak terdengar wheezing maupun ronchea, tidak ada retraksi
dinding dada
i. Abdomen : Tidak buncit, tugor kulit kembali cepat
j. Genetalia : Tidak ada kelainan
k. Anus : Tidak ada hemoroid, tidak ada lecet atau kemerahan
l. Ekstremitas : Jari jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada polidaktil dan
sidaktil .
m. Palpasi : panas (+)
3. Pemeriksaan penunjang
Hb: 10,3 grm%, leokosit:6,28 [10^3/uL] , hematokrit: 28,3 % trombosit: 66 [10^3/uL]

24
II. INTERPRESTASI DATA DASAR (07 desember 2021/17:40)
1. Data Subyektif : Ibu mengatakan anaknya mencret + 4 hari dan panas
2. Data Obyektif : k/u : Lemah , Kesadaran:Composmentis
Tanda-tanda Vital : Nadi=138x/ mnt Suhu=36,8 °C Saturasi = 97%
Inspeksi : perut tidak kembung (+)
Palpasi : panas (+) akral (hangat)
Pemeriksaan Anthopometri
BB : 5 kg
Pemeriksaan penunjang
Hb: 10,3 grm%, leokosit: 6,28 [10^3/uL] , hematokrit: 28,3 % trombosit: 66[10^3/uL]
3. Diagnosa : An “S” Usia 6 bulan dengan diagnosa DA dan DRS
4. Masalah : - Hipotermi
- Gangguan pola BAB
- Pengurangan cairan tubuh
5. Kebutuhan : - kompres di kepala, ketiak, dan inguinal
- Mengatur tetesan infus (cairan infus KAEN 3B
500cc / 24 jam)
- Injeksi obat ampicilin 4x250mg
- Injeksi obat ondacentron 3x0.5mg
- injeksi obat ranitidine 2x5mg
- injeksi L.bio 1x1
- 2 inc 1x5ml

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL (07 Desember


2021/17:40)
Resiko terjadinya asidosis

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


Tidak ada

25
V. PENGEMBANGAN RENCANAN (INTERVENSI)
N Tanggal Diagn Tujuan & Intervensi Rasional
o & waktu osa criteria
10-12-21 An Tujuan 1. Jelaskan hasil 1. Agar dilakukan
17:40 wib “S” Setelah pemeriksaan pada tindakan
Usia 6 dilakukan ibu observasi lebih
bulan asuhan 2. Jelaskan pada ibu lanjut
denga kebidanan mengenai akibat mengenai
n DA pada balita diare pada bayi keluhan pasien
dan sakit 3. Jelaskan pada ibu yang
DRS diharapkan mengurangi diare, disebutkan
DAdan yaitu menghentikan 2. Ibu mengerti
DRS makanan padat dan 3. Makanan yang
meneruskan mudah dicerna
pemberian Asi tidak
Kriteria sesering mungkin mempercepat
hasil 4. Jelaskan pada ibu kerja usus,
K/U: Baik untuk menghindari sehingga tidak
Kesadaran : produk susu, lemak, terjadi mal
composmen tepung beras absorbs
tis 5. Memberitahu ibu 4. Mengganggu
N:80- bahwa pasien akan proses
120x/mnt dilakukan injeksi penyerapan zat
S :36,5-37,5 obat makanan lain
oC (ampicilin4x250mg, 5. Agar ibu
RR:22- ondacentron mengetahui
34x/mnt 3x0.5mg,ranitidin bahwa pasien
2x5mg, l. Bio 1x1, 2 akan di injeksi
inc 1x5ml) dan agar
6. Mengatur tetesan gangguan rasa
infus (cairan infus aman dan
KAEN 3B 500 cc / nyaman pasien

26
24 jam) dapat teratasi
dengan baik
6. Agar
kebutuhan
keseimbangan
cairan dan
lektrolit pasien
terpenuhi
dengan baik

VI. PELAKSANAAN (IMPLEMENTASI)


No Tanggal & waktu Implementasi
1 07Desember 1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2021/17:40 WIB 2. Jelaskan pada ibu mengenai akibat diare pada bayi
Jelaskan pada ibu mengurangi diare, yaitu
menghentikan makanan padat dan meneruskan
pemberian Asi sesering mungkin
4. Jelaskan pada ibu untuk menghindari produk susu,
lemak, tepung beras
5. Memberitahu ibu bahwa pasien akan dilakukan
injeksi obat (ampicilin4x250mg,ondacentron
3x0.5mg,ranitidin 2x5mg, l. Bio 1x1, 2 inc 1x5ml)
6 Mengatur tetesan infus (cairan infus KAEN 3B 500
cc / 24 jam)

27
VII. EVALUASI
Tanggal : 07-12-2021 Waktu : 17:40 WIB
Diagnosa :An. “S” usia 6 bulan dengan DA dan DRS

S : Ibu mengatakan anaknya mencret + sudah 4 hari, dan panas. Kejang (-)
hematemesis (-) diare (-) melena (-) epistaxis (-)
O : k/u : lemah, Kesadaran:Composmentis

Tanda-tanda Vital : Nadi=128x/ mnt Suhu=36,8 °C Saturasi = 97%


Inspeksi : perut tidak kembung (+)
Palpasi : panas (+)
Pemeriksaan Anthopometri
BB : 5 kg
Pemeriksaan penunjang
Hb: 10,3 grm%, leokosit: 6,28 [10^3/uL] , hematokrit: 28,3 % trombosit: 66
[10^3/uL]
A : An. “S” usia 6 bulan dengan DA dan DRS
P : Lanjutkan tindakan Intervensi
1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
2. Jelaskan pada ibu mengenai akibat diare pada bayi
3. Jelaskan pada ibu mengurangi diare, yaitu menghentikan makanan padat
dan meneruskan pemberian Asi sesering mungkin
4. Jelaskan pada ibu untuk menghindari produk susu, lemak, tepung beras
5. Memberitahu ibu bahwa pasien akan dilakukan injeksi obat
(ampicilin4x250mg,ondacentron 3x0.5mg,ranitidin 2x5mg, l. Bio 1x1, 2 inc
1x5ml)
6. Mengatur tetesan infus (cairan infus KAEN 3B 500 cc / 24 jam)
7. Kolaborasi dengan dokter spesialis anak

28
BAB IV
PENUTUP

4. 1 Kesimpulan
Diare disebebkan oleh faktor infeksi, faktor malabsorbsi, faktor makanan
(makanan basi, beracun, mentah (sayuran)) dan kurang matang) dan faktor psikologis
(rasa takut dan cemas, walaupun jarang jika terjadi pada anak bisa menyebabkan diare
kronis). Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena
dehidrasi sebagai aikibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses.
(Ngastiyah,2012). Diare merupakan keluhan yang sering ditemukan pada balita atau
anak-anak.. DRS(dehidrasi ringan sedang) adalah kondisi ketika tubuh kehilangan
lebih banyak cairan dari pada yang didapatkan, sehingga keseimbangan zat gula dan
garam menjadi terganggu, akibatnya tubuh tidak dapat berfungsi secara normal
Adapun gejala sering kali mutah, kembung,buang angin bunyinya
keras,seriang ngeden,dan sering rewel,gelisah terutama malam hari, bab tiap hari,bab
>3kali perhari, lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering, kepala, telapak tangan
atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat, keringat berlebihan, gejala muntah
cairan regurgitasi(aliran dengan arah yang berlawanan dari normal, aliran kembali isi
lambung dan kedalaman eshophagus) tabung yang berlubang/berrongga yang
mengakut makanan dan cairan dari teggorokan kelambung. (Dorland,2002). Gejala
yang terdapat pada dehidrasi ringan sedang pada anak-anak dan bayi adalah: Saat
menangis tidak mengeluarkan air mata ,Mata terlihat cekung kedalam, Menyusutnya
ubun-ubun, Popok tetap kering selama 12 jam, Kulit terasa dingin dan kering, Mudah
marah dan lesu, Mulut kering dan lengket, Kelelahan dan pusing.

4. 2 Saran
1. Bagi Pasien : Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan
tentang asuhan pada balita sakit dengan DA dan DRS.
2. Bagi Bidan/Profesi :Diharapkan mampu memberikan pelayanan asuhan kebidanan
sesuai dengan kondisi pasien serta memberi motivasi,
HE(healt education), maupun KIE (Komunikasi,Informasi dan
Edukasi) sehingga dapat mengatasi kecemasan dan
kekhawatiran ibu dan masalah yang sedang di hadapi ibu
dapat teratasi.
3. Bagi Institusi/Lembaga : Diharapkan mampu menambah referensi yang berguna untuk
mahasiswa khususnya dan pendidikan pada umumnya

29
DAFTAR PUSTAKA
Departemen kesehatan P.I 1982. Serbi Perawatan Kesehatan Anak, Jakarta
http://astaqauliyah.com/2010/06/artikel-kedokteran-patofisiologi-gejala-klinik-dan-
penatalaksanaan-diare
stace, Jhon-Jhon Biddulph, 1999, Kesehatan Anak, Yogyakarta : Gajah Mada University
Press (Anggota IKAPI)
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta
FKUI, 1998. Ilmu Kesehatan Anak Sakit. Jakarta : EGC
Depkes RI. Pedoman pencegahan dan pengendalian DRSdi indonesia. Jakarta: kementerian
kesehatan RI
Suraatmaja, sudaryat. 2005. Muntah pada bayi dan anak dalam kapita selekta dehidrasi anak.
CV. Sagung seto. jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai