Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN

KASUS HIPOTERMI DI PMB PATIMA OHORELLA

KOTA AMBON

Oleh :

SUMILA TEHUAYO
NIM. 202208144

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2023
PERSETUJUAN

Laporan praktik dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA

PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN KASUS HIPOTERMI”di PMB

Patima Ohorella Kota Ambon telah disetujui oleh pembimbing penyusunan

Asuhan pada :

Hari/tanggal :

Mahasiswa

Sumila Tehuayo

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Dewi Taurisiawati Rahayu, SST,.M.Kes Patima Ohorella Amd.Keb

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah kepada penulis sehingga dapat

menyusun laporan ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Holistik Pada BBL

Komplikasi” di PMB Patima Ohorella Kota Ambo”.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis mendapatkan banyak masukan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak yang turut serta membantu dalam

penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih

terdapat banyak kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis

mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan

laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak, tak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada

berbagai pihak yang telah membantu sehingga terselesaikannya laporan praktik

ini.

Ambon, 20 Febuari 2023

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vi
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan...................................................................................................3
1.3 Manfaat.................................................................................................4
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian dari Sumber Pustaka..................................................................5
2.1.1. Pengertian Bayi Baru Lahir.........................................................5
2.1.2. Pengertian Ikterus
5
2.1.3. Klasifikasi ikterus
5
2.1.4. Etiologi
6
2.1.5. Patofisiologi
9
2.1.6. Manifestasi klinis
12
2.1.7. Penatalaksanaan
13
2.2. Kajian dari Jurnal Penelitian.................................................................17
2.3. Tinjauan Managemen 5 Langkah Askeb..............................................23
BAB 3 :TINJAUAN KASUS
3.1 Data Subjektif.........................................................................................26
3.2 Data Objektif..........................................................................................28
3.3 Analisa/Diagnosa....................................................................................30
3.4 Intervensi................................................................................................30
3.5 Implementasi..........................................................................................32
3.6 Evaluasi..................................................................................................33
BAB 4 : PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan................................................................................................3
BAB 5 : KESIMPULAN & SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................40
5.2 Saran.......................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN

Dkk : Dan Kawan Kawan


Fe : Ferrum
gr : gram
Hb : Hemoglobin
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
Kg : Kilogram
Mg : Miligram
RI : Republik Indonesia
WHO : World Health Organization
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Leaflet KIE


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Neonatus adalah bayi baru lahir dengan berat lahir antara 2500-4000

gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

congenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan Kukuh 2012). Bayi baru

lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala

melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu

sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar

>7 dan tanpa cacat bawaan (Johariyah, 2016).

Hipotermi adalah suhu tubuh di bawah 36,5ºC dan rentan terjadi pada

bayi baru lahir, dan bisa berakibat fatal misalnya hipoglikemia dan berlanjut

menjadi kejang dan bahkan kematian. Hipotermi adalah suhu tubuh di

bawah 36,5oC. Bayi baru lahir rentan berisiko mengalami penurunan suhu

tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawatan

di ruang bersalin. Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan

aliran udara yang dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC), atau petugas

tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah

dilahirkan (Rohsiswatmo, 2014).

Kematian usia neonatal masih lebih tinggi dibandingkan anak usia

lainnya. Sebagian besar kematian anak di Indonesia saat ini terjadi pada

masa baru lahir (neonatal), bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak

meninggal pada usia yang berbeda adalah 19 per 1000 selama masa

neonatal, 15 per 1000 dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per 1000 dari usia
1 sampai 5 tahun. Kematian bayi baru lahir kini merupakan hambatan utama

dalam menurunkan kematian anak lebih lanjut (Unicef Indonesia, 2012:1).

Berdasarkan World Health Organization (WHO) AKI secara global

yang yaitu Angka Kematian Bayi 19 per 1000 KH. Angka ini masih cukup

jauh dari target SDGs (Sustainable Development Goals) yang menargetkan

pada tahun 2030 yatu AKB 12 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2016).

Selanjutnya untuk menurunkan AKB pemerintah juga mengupayakan

agar setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan (SpOG), dokter umum dan

bidan serta diupayakan agar proses pelayanan dilakukan difasilitas

pelayanan kesehatan (Kemenkes RI ,2015). Berbagai upaya telah dilakukan

untuk menurunka angka kematian neonatal antara lain juga melalui

penempatan bidan di desa, strategi Making Pregnancy Safer, pelayanan

kontrasepsi, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) (Kemenkes, 2015).

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi AKB antara lain

seperti ; 1) Meningkatkan Pelayanan kesehatan Neonatal, yaitu dengan

mengharuskan agar setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan

Kunjungan Neonatal minimal 3 kali (KN1, KN2 dan KN3) sesuai standar.

2). Penanganan neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan

sesuai standar tenaga kesehatan yang mana pelayanannya antar lain seperti

Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Manajemen Asfiksia Bayi Baru

Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah (Kemenkes, 2015).


Pada laporan ini penulis menguraikan hal – hal yang terjadi dalam

Neonatus patologis untuk lebih memahami tentang bayi baru lahir sehingga

dapat mendeteksi secara dini jika terjadi penyimpangan.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan umum

Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu memberikan pelayanan

asuhan kebidanan pada neonatus dengan kasus hipotermi.

1.2.2. Tujuan khusus

Diharapkan mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengkajian pada klien bayi baru lahir

2. Mengidentifikasi diagnosa yang dihadapi klien

3. Menentukan rencana asuhan

4. Mengimplementasi asuhan

5. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi mahasiswa

Meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan asuhan

kebidanan serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan pada

neonatus dengan kasus hipotermi.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian dalam meningkatkan ilmu pengetahuan bagi

peserta didik. Untuk menambah literatur atau bacaan di perpustakaan

yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada neonatus dengan

kasus hipotermi.
1.4.1 Bagi Lahan Praktik

Sebagai bahan masukan/ informasi dalam asuhan neonatus dengan

kasus hipotermi.

1.4.2 Bagi Ibu bersalin/nifas

Untuk menambah informasi dan pengetahuan kepada ibu tentang

asuhan neonatus dengan kasus hipotermi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian dari Sumber Pustaka

2.1.1. Pengertian Bayi Baru Lahir

Neonatus adalah bayi baru lahir dengan berat lahir antara 2500-4000

gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

congenital (cacat bawaan) yang berat (Marmi dan Kukuh 2012).

Bayi baru lahir (Neonatus) adalah bayiyang baru lahir mengalami

proses kelahiran, berusia 0 - 28 hari, BBL memerlukan penyesuaian

fisiologis berupa maturase, adaptasi (menyesuaikan diri dari kehidupan intra

uterin ke kehidupan (ekstrauterain) dan toleransi bagi BBL utuk dapat hidup

dengan baik (Marmi dkk, 2015).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia

kehamilan genap 37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau

letak sungsang yang melewati vagina tanpa memakai alat. (Tando, Naomy

Marie, 2016).

2.1.2. Pengertian Hipotermi

Hipotermi adalah suhu tubuh di bawah 36,5 oC. Bayi baru lahir rentan

berisiko mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-35,5ºC dalam 15-30

menit karena kecerobohan perawatan di ruang bersalin. Ruang bersalin

seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di dekat bayi

(yang berasal dari AC), atau petugas tidak mengeringkan dan menyelimuti

bayi dengan baik segera setelah dilahirkan (Rohsiswatmo, 2014).


Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh,

sehingga mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak mampu

memproduksi panas untuk menggantikan panas tubuh yang hilang dengan

cepat. Kehilangan panas karena pengaruh dari luar seperti air, angin, dan

pengaruh dari dalam seperti kondisi fisik (Lestari, 2010).

Hipotermia yaitu dimana suhu tubuh berada dibawah rentang normal

tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipotermia adalah suatu

keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35o C, bayi hipotermia adalah

bayi dengan duhu badan dibawah normal. Suhu normal pada neonates

berkisar antara 360C–37,5 0C pada suhu ketiak. Adapun suhu normal bayi

adalah 36, 50 –37, 5 0 C (suhu ketiak) (Maryanti, Sujianti, & Budiarti,

2011).

2.1.3. Klasifikasi Hipotermi

Menurut (Sudarti & Fauziah, 2012) klasifikasi suhu tubuh abnormal

yaitu :

Anamnesis Pemeriksaan Klasifikasi

a. Bayi terpapar suhu a. Suhu tubuh 32oC Hipotermia sedang

lingkungan yang (-36,4oC)

rendah b. Gangguan nafas

b. Waktu timbulnya c. Denyut jantung

kurang dari 2 hari kurang dari

100x/menit

d. Malas minum
e. Latergi

a. Bayi terpapar suhu a. Suhu tubuh 32oC Hipotermia berat

(lingkungan yang b. Tanda lain

rendah) hipotermia sedang

b. Waktu timbulnya c. Kulit teraba keras

kurang dari 2 hari d. Nafas pelan dan

dalam

a. Tidak terpapar a. Suhu tubuh Suhu tubuh tidak stabil

dengan dingin dan berfluktuasi antara (lihat dugaan sepsis)

panas berlebihan 36oC – 39oC

meskipun berada di

suhu lingkungan

yang stabil

b. Fluktuasi terjadi

sesudah periode

suhu stabil

a. Bayi berada di a. Suhu tubuh 37, 3oC Hipotermia

lingkungan yang b. Tanda dehidrasi

sangat panas, (elastisitas kulit

terpapar sinar turun, ubun–ubun

matahari, berada di besar dan cekung,

incubator, atau di lidah dan membrane

bawah pemancar
panas. mukosa kering )

c. Malas minum

d. Frekuensi nafas >

60 kali / menit

e. Denyut jantung >

160 kali / menit

f. Latergi.

(Sumber 1 Buku Ajar : Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita
2012).
1. Hipotermia Sedang

Merupakan hipotermi akibat bayi terpapar suhu lingkungan yang


rendah, waktu timbulnya hipotermi sedang adalah kurang dari 2 hari
dengan ditandai suhu 320C-360C, bayi mengalami gangguan pernapasan,
denyut jantung kurang dari 100x/menit, malas minum dan mengalami
letargi selain itu kulit bayi akan berwarna tidak merata atau disebut cutis
marmorata, kemampuan menghisap yang dimiliki bayi lemah serta kaki
akan teraba dingin.
2. Hipotermi Berat

Hipotermi ini terjadi karena bayi terpapar suhu lingkungan yang


rendah cukup lama akan timbul selama kurang dari 2 hari dengan tanda
suhu tubuh bayi mencapai 320C atau kurang, tanda lain seperti hipotermi
sedang, kulit bayi teraba 10 keras, napas bayi tampak pelan dan dalam ,
bibir dan kuku bayi akan berwarna kebiruan, pernapasan bayi melambat,
pola pernapasan tidak teratur dan bunyi jantung melambat.
3. Hipotermi dengan Suhu tidak stabil

Merupakan gejala yang timbul tanpa terpapar dengan suhu


dingin atau panas yang berlebihan dengan gejala suhu bisa berada pada
rentang 360C -390C meskipun dengan suhu ruangan yang stabil.
(Dwienda et al., 2014).
2.1.4. Etiologi

Penyebab hipotermi menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) :

1). Berat badan ekstrem


2). Terpapar suhu lingkungan rendah

3). Malnutrisi

4). Kekurangan lemak subkutan.

5). Keruskan hipotalamus

6). Konsumsi alkohol

7). Pemakaian pakaian tipis

8). Penurunan laju metabolism

9). Tidak beraktifitas

10). Transfer panas (misalnya Konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)

11). Trauma

12). Proses penuaan.

13). Efek agen farmakologis.

14). Kurang terpapar informasi tentang pencegahan hipotermia.

Menurut (Dewi, 2014) Empat penyebab kemungkinan yang dapat

mengakibatkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya, yaitu :

1). Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak

langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek

lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi biasa terjadi

ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan

dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

2). Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu
udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau

menempatkan BBL dekat dengan jendela, atau memberikan BBL di

ruangan yang terpasang kipas angin.

3). Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang

lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu

berbeda) sebagai contoh, memberikan BBL dalam ruangan AC tanpa

diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam kedaan

telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin

(dekat tembok).

4). Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada

kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara

mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah

panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara melewati.

Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 250C, maka bayi akan

kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya

200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja. Agar

dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukakn hal

berikut.

a. Keringkan bayi secara seksama

b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain yang kering dan hangat

c. Tutup bagian kepala bayi

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya


e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

f. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

2.1.5. Patofisiologi

Bayi dengan BBLR cenderung memiliki suhu yang abnormal

disebabkan oleh reproduksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan

panas. Kegagalan untuk mengahasilkan panas yang adekuat disebabkan

tidak adanya jaringan adipose cokelat (yang mempunyai aktivitas metabolik

yang tinggi), pernafasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang

buruk, dan masukan makanan yang rendah. Kehilangan panas yang

meningkat karena adanya permukaaan tubuh yang relative besar dan tidak

adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagai

disebabkan oleh panas 13 immature dari pusat pengaturan panas dan

sebagian akibat kegagalan untuk memberikan repson terhadap stimulus dari

luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat,

demikian juga tidak adanya lemak subkutan (Maryunani, 2013).

2.1.6. Manajemen Hipotermia

2.1.6.1 Hipotermia sedang

1). Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang

hangat, memakai topi dan selimut dengan selimut hangat.

2). Lakukan metode kangguru bila ada ibu atau pengganti ibu, kalua

tidak gunakan inkubator dan ruangan hangat, periksa suhu dan

hindari paparan panas yang berlebihan.


3). Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering.

4). Mintalah ibu mengamati tanda bahaya dan segera mencari

pertolongan bila terjadi hal tersebut.

5). Periksa kadar glukosa, nilai tanda bahaya dan tanda-tanda

sepsis.

6). Lakukan perawatan lanjutan dan pantau bayi selama 12 jam

periksa suhu setiap 3 jam.

2.1.6.2 Hipotermia Berat

1). Segera hangatkan bayi dibwah pancaran panas yang telah

dinyalakan sebelumnya, bila mungkin gunakan inkubator dan

ruangan hangat.

2). Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu, beri pakaian

hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.

3). Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering

berubah.

4). Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi lebih dari 60 kali

permenit atau kurang dari 30 kali permenit, ada tarikan dinding

dada, dan merintih saat ekspirasi) lakukan terapi pada distres

pernafasan.

5). Pasang jalur intra vena dan beri cairan intra vena sesuai dengan

dosis rumatan. Perikasa kadar glukosa darah kalua hipoglikemia

atau tangani hipolglikemia.

6). Nilai tanda bahanya setiap jam.

7). Ambil sampel darah dan beri antibiotic sesuai indikasi


8). Anjurkan ibu menyusui segera setalh bayi siap atau pasang naso

gastric tube (NGT)

9). Periksa suhu tubuh bayi, alat yang digunakjan untuk

menghangatkan atau suhu ruangan setiap jam.

10). Monitor bayi selama 24 jam.

2.2. Kajian dari Jurnal Penelitian

2.2.1 Sarnah, dkk (2020) Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi

Ny “H” dengan Hipotermi di Puskesmas Jumpandang Baru

Makassar

Hipotermi adalah suhu tubuh di bawah 36,5oC. Bayi baru

lahir rentan berisiko mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35-

35,5ºC dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawatan di ruang

bersalin. Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran

udara yang dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC), atau petugas

tidak mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah

dilahirkan (Rohsiswatmo, 2014).

Hasil Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa presentasi

balita (0-59 bulan) dengan BBLR sebesar 10,2 %. Presentasi BBLR

di Sulawesi Selatan 12 %. Masalah BBLR terjadi karena

ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir

rendah mempunyai kecenderungan kearah peningkatan terjadinya

infeksi dan mudah terserang komplikasi. Masalah pada BBLR yang

sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf


pusat, kardiovaskuler, gastrointestinal, ginjal, dan kegagalan

termoregulasi (hipotermi). (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).

Penelitian menunjukkan bahwa 50% kematian bayi terjadi

dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan.

Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir yang sehat akan

menyebabkan kelainan-kelainan yang mengakibatkan cacat seumur

hidup, bahkan kematian. Sebagai contoh bayi yang mengalami

hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya dapat

terjadi kerusakan otak (Vivian, 2013).

2.2.2 Nuli Nuryanti Zulala (2017) Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini

terhadap Hipotermi pada Bayi Baru Lahir

Hipotermi merupakan 6,3% penyebab kematian neonatal.

Kejadian hipotermi pada bayi baru lahir cukup tinggi, secara global

berkisar 8,5% - 52%, diperkirakan 17 juta bayi baru lahir mengalami

hipotermia di negara terbelakang . Kejadian hipotermi terjadi pada

92,3% bayi batu lahir, lebih dari 50% mengalami moderat hipotermi,

risiko ini meningkat pada 24 -72 jam pertama kehidupannya.

Prevalensi hipotermi di Indonesia belum diketahui, namun penelitian

Pratiwi et al., (2009) di Sanglah Bali menunjukkan 47% kejadian

hipotermi pada bayi yang tidak dilakukan IMD dan 27% pada bayi

yang dilakukan IMD.

Berdasarkan penelitian menunjukkan karakteristik responden

kelompok IMD tidak tepat pada bayi mayoritas memiliki berat badan
≥ 2500 gram dan berjenis kelamin lakilaki. Pada karakteristik ibu

mayoritas umur kehamilan ≥ 37 minggu, cara persalinan dengan

sectio caesaria, berusia 20 – 35 tahun dengan status obstetrik

multipara, pendidikan SLTA serta pekerjaan IRT. Karakteristik

responden kelompok IMD tepat pada bayi mayoritas memiliki berat

lahir ≥ 2500 gram dan berjenis kelamin perempuan. Pada

karakteristik ibu mayoritas umur kehamilan ≥ 37 minggu, cara

persalinan pervaginam, berusia 20 – 35 tahun dengan status obstetrik

multipara, pendidikan SLTA serta pekerjaan IRT.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Boutilier, (2001)

yang menyatakan tanpa penanganan yang tepat, bayi baru lahir akan

kehilangan suhu tubuhnya 0,1°C – 0,3°C setiap menitnya. WHO

Concultative Group on Thermal Control menyatakan bayi baru lahir

tanpa penanganan yang tepat akan mengalami penurunan suhu tubuh

antara 2 – 4°C dalam 10 - 30 menit setelah kelahiran.

Penelitian menunjukkan bahwa kejadian hipotermi lebih

banyak terjadi pada kelompok IMD tidak tepat. Terdapat pengaruh

antara pelaksanaan IMD dengan kejadian hipotermi dengan p value

0,000 dengan (CI 95% 2,358 – 15,270). Nilai RR 6,000 bermakna,

bayi yang dilakukan IMD tidak tepat akan meningkatkan risiko

terhadap kejadian hipotermi sebanyak 6 kali dibandingkan dengan

bayi yang dilakukan IMD tepat. Hasil penelitian ini selaras dengan

penelitian Pratiwi et al., (2009) yang menyatakan ada pengaruh efek

kontak kulit ke kulit antara ibu dan bayi dengan kejadian hipotermi
pada bayi baru lahir, kejadian hipotermia lebih sering terjadi pada

kelompok konfensional (47%) dari pada kelompok IMD (27%), IMD

membantu menurunkan angka kejadian hipotermi, menurunkan

kejadian hiperbilirubenimia dan mempercepat kenaikan berat badan

bayi.

2.2.3 Miranti Arti, dkk (2020) Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi

Baru Lahir pada Bayi Ny “A” dengan Hipotermi di RSUD

Syekh Yusuf Gowa Tanggal 12 Oktober-01 Desember 2018

Berdasarkan data yang diproleh dan pencatatan dan pelaporan

RSUD Syekh Yusuf Gowa pada tahun 2014 sebanyak 11 bayi , pada

tahun 2015 sebanyak 37 bayi, pada tahun 2016 sebanyak 23 bayi dan

sampai pada tahun 2017 jumlah keseluruhan sebanyak 13 bayi

mengalami hipotermi.(rekan medik rumah sakit Syekh Yusuf Gowa).

Angka kematian bayi tergolong masih cukup tinggi yaitu per

1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi (infant mortality rate) di

negara-negara maju telah turun dengan cepat dan sekarang mencapai

angka dibawah 20 per 1.000 kelahiran hidup. bayi baru lahir

kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang dewasa,

sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu. Pada 30 menit

pertama bayi dapat mengalami penurunan suhu 3- 4ºC pada

penurunan dengan suhu 20-25ºC suhu kulit bayi turun sekitar 0,3ºC

permenit. penurunan suhu diakibatkan oleh kehilangan panas secara

konduksi,konvensi,evaporasidan radiasi. kemampuan bayi yang


belum sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan

untuk mengalami hipotermi(Hotma dan Eryati 2014).

Angka kematian neonatal di kota Makassar mengalami

fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 sebesar 1,19 per 1.000

kelahiran hidup (AKN:1,19/1.000 kelahiran hidup) meningkat dari

tahun 2014 sebesar 0,98 per 1.000 kelahiran hidup (AKN:0,98/1000

kelahiran hidup ).Tahun 2013 sebesar 2,44 per 1.000 kelahiran

(AKN:2.44/1.000 kelahiram hidup) (Profil Kesehatan Kota

Makassar,2015).

Penelitian ini dilakukan di RSUD Syekh Yusuf Gowa tepat

dengan pembahasan tentang asuhan kebidanan bayi baru lahir pada

bayi Ny”A” dengan hipotermi pada tanggal 12 oktober -01 desember

tahun 2018. Pembahasan ini dibuat berdasarkan landasan teoritis dan

studi kasus yang dapat dianalisa secara teoritis untuk memudahkan

memahami kesenjangan dan kesesuaian yang terjadi pada kasus ini

dengan berdasarkan pada pendekatan asuhan kebidanan dengan tujuh

langkah varney yakni: pengumpulan data dasar, merumuskan

diagnosis atau masalah potensial, melaksanakan tindakan segera atau

kolaborasi, merencanakan tindakan asuhan kebidanan.

Pengkajian dan analisa data yang diberikan dengan asuhan

kebidanan sangat penting dilakukan karena merupakan langkah awal

yang kiranya perlu penanganan cermat sehingga masalah - masalah

dapat terdeteksi secara dini dan tidak tidak berlanjut kemasalah

kematian. Dari data subjektif yang didapatkan Bayi Ny “A” dengan


usia kehamilan 38 minggu 2 hari dengan berat badan lahir 2500 gram

lahir secara spontan, maka ditegakkan diagnosa/masalah aktual

BCB/SMK/lahir normal. Diagnosa/masalah potensil yang ditegakkan

pada Bayi Ny “A” dengan hipotermi yaitu rentan terjadi hipoglikemia

.Tindakan segera/kolaborasi pada Bayi Ny “A” tidak ada data yang

mendukung perlunya tindakan segera.

2.3. Tinjauan Managemen 5 Langkah Asuhan Kebidanan

Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan dan tanggung

jawab Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada klien

(Varney, 2007).Manajemen Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan

masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran

dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan,

dan rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang

berfokus pada klien (Varney, 2007).

Tinjauan Managemen 5 Langkah Askeb

Dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada klien, Bidan

menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Managemen 5

Langkah :

1. Pengkajian Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap yaitu :

a. Anamnesa yang lengkap.

b. Pemeriksaan umum.

c. Pemeriksaan fisik.

Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data

dasar awal yang lengkap.

2. Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau

masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-

data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.

3. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Langkah-langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi.

4. Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

bisa dilakukan oleh Bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau anggota
tim kesehatan lainnya, tetapi Bidan tetap memikul tanggungjawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya.

5. Evaluasi

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-

benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi didalam masalah atau diagnosa.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


1. PENGKAJIAN

1.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh: Sumila T Di : PMB

Tanggal : 10 Febuari 2023 Pukul : 02.00 wit

1.1.1 Identitas

Nama bayi : By. Ny. Y

Umur : 2 Jam

Tanggal/jam lahir : 10 Febuari 2023 jam 12.00 WIT

Jenis kelamin : laki-laki

Nama Ibu : Ny. Y Nama Suami : Tn. A

Umur : 33 tahun Umur : 30 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Sriwangi

1.1.2 Keluhan

Bayi tidak menangis sesaat setelah lahir dan tampak kedinginan.

(setelah lahir bayi langsung dimandikan di rumah ibu)

1.1.3 Riwayat kehamilan

Selama kehamilan ini ibu tidak pernah menggunakan obat-oabat

terlarang atau minum jamu-jamuan. Ibu hanya minum obat/vitamin


yang diberikan oleh dokter atau bidan. Selama hamil ini ibu tidak

pernah sakit berat atau dirawat di rumah sakit. Ibu tidak memiliki

sakit Diabetes mellitus, hipotiroid maupun infeksi selama

kehamilan.

1.1.4 Riwayat persalinan

G2P1A0 umur kehamilan 38-39 minggu tunggal hidup intrauterine.

Lahir spontan dirumah, langsung dimandikan dan dibawa ke

puskesmas pukul 02.00 wit.

1.1.5 Riwayat Pascasalin

Hipotermia sedang, tidak ada demam, tidak ada kejang, belum

dikasi ASI

1.2 DATA OBYEKTIF

1.2.1 Keadaan Umum

Baik, warna kulit masih agak kuning, tonus otot baik

gerakan aktif; BB 2800 gr..

1.2.2 Pemeriksaan Umum

- Suhu :35,2 ºC

- Nadi :120x/mnt

- Pernafasan :40x/mnt

- Berat badan sekarang :2800gr

1.2.3 Pemeriksaan Fisik

- Kepala: tidak ada caput succedaneum, tidak ada cephal

hematoma, ubun-ubun besar datar, tidak ada luka di kepala


- Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera agak ikterik,

tidak ada perdarahan subkonjungtiva.

- Hidung: Bentuk simetris, mukosa hidung lembab warna merah

muda, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak ada sekret.

- Telinga:bentuk simetris, daun telinga simetris tidak ada kelainan,

tidak ada serumen.

- Mulut: tidak ada moniliasis, tidak ada labioschizis &

palatoschizis.

- Leher:Tidak ada pembesaran tyroid, limfe dan vena jugularis

- Dada :bentuk simetris, tidak ada pernapasan ronchii dan

wheezing, tidak ada retraksi intercosta, denyut jantung normal,

aerola payudara penuh.

- Perut : terdengar bising usus, tidak ada kelainan.terdengar bising

usus, tidak ada kelainan.

- Tali Pusat:terdapat satu pembuluh darah dan dua arteri, tidak ada

perdarahan, tidak ada tanda infeksi.

- Punggung:tidak ada spina bifida

- Ekstremitas :gerakan aktif, tidak ada odema kanan kiri.

- Genetalia:skrotum turun, testis besarnya sama, penis berlubang,

BAK (+).

- Anus : anus berlubang, mekonium (+).

1.2.4 Refleks

- Refleks Moro :baik

- Refleks graphs :baik


- Refleks babinski :baik

1.2.5 Antropometri

- Lingkar kepala : 34 cm

- Lingkar dada : 33cm

- Lingkar lengan atas : 12 cm

2. Analisa/Diagnosa

Bayi baru lahir 2 jam aterm sesuai masa kehamilan dengan hipotermia sedang.

3. INTERVENSI

Diagnosa : Bayi baru lahir 2 jam aterm sesuai masa kehamilan

dengan hipotermia sedang.

Masalah : bayi tidak menangis sesaat setelah lahir dan tampak

kedinginan.

Kebutuhan :evaluasi nafas bayi dan keadaannya setelah dilakukan

penanganan, suhu tubuh, asupan nutrisi yang adekuat,

prosedur pencegahan infeksi.

Masalah Potensial : hipotermia sedang.

Kebutuhan segera : kolaborasi dokter untuk kondisi bayi juga ada tanda

bahaya lainnya.

Intervensi:

a. Jelaskan keadaan bayi pada ibu dan keluarga, ibu mengerti kondisi bayi.

b. Lakukan prosedur pencegahan infeksi sebelum menyentuh bayi.


c. Tempatkan bayi pada ruangan yang aseptik dan hangat untuk mencegah

kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.

d. Jelaskan cara menjaga kehangatan suhu tubuh bayi dengan IMD

e. Lakukan monitoring tanda vital, memeriksa suhu tubuh bayi setiap 4-6

jam, mengawasi kemungkinan dehidrasi.

f. Tetap mensupport ibu untuk memberikan ASI setiap 2 jam / PASI (12 x 45

cc). Jika tidak memungkinkan bagi ibu terus menyusukan bayinya, ibu

tetap disupport untuk memeras ASI agar tetap bisa diberikan pada bayi.

Kebutuhan minum bayi harus ditambah untuk mengganti peningkatan

kehilangan cairan.

g. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,

memakai topi dan selimut dengan selimut hangat.

h. Lakukan metode kangguru bila ada ibu atau pengganti ibu, kalua tidak

gunakan inkubator dan ruangan hangat, periksa suhu dan hindari paparan

panas yang berlebihan.

i. Mintalah ibu mengamati tanda bahaya dan segera mencari pertolongan bila

terjadi hal tersebut.

j. Lakukan perawatan lanjutan dan pantau bayi selama 12 jam periksa suhu

setiap 3 jam.

k. Pantau eliminasi bayi (BAK/BAB), konsistensi, jumlah, warna.

l. Kolaborasi dokter untuk evaluasi kondisi bayi.

4. IMPLEMENTASI
a. Menjelaskan keadaan bayi pada ibu dan keluarga, ibu mengerti kondisi

bayi.

b. Melakukan prosedur pencegahan infeksi sebelum menyentuh bayi.

c. Menempatkan bayi pada ruangan yang aseptik dan hangat untuk mencegah

kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.

d. Menjelaskan cara menjaga kehangatan suhu tubuh bayi dengan IMD

e. Melakukan monitoring tanda vital, memeriksa suhu tubuh bayi setiap 4-6

jam, mengawasi kemungkinan dehidrasi.

f. Tetap mensupport ibu untuk memberikan ASI setiap 2 jam / PASI (12 x 45

cc). Jika tidak memungkinkan bagi ibu terus menyusukan bayinya, ibu

tetap disupport untuk memeras ASI agar tetap bisa diberikan pada bayi.

Kebutuhan minum bayi harus ditambah untuk mengganti peningkatan

kehilangan cairan.

g. Mengganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,

memakai topi dan selimut dengan selimut hangat.

h. Menggunakan inkubator untuk menghangatkan bayi, suhu di periksa dan

menghindari paparan panas yang berlebihan.

i. Mintalah ibu mengamati tanda bahaya dan segera mencari pertolongan bila

terjadi hal tersebut.

j. Melakukan perawatan lanjutan dan pantau bayi selama 12 jam periksa

suhu setiap 3 jam.

k. Memantau eliminasi bayi (BAK/BAB), konsistensi, jumlah, warna.

l. Kolaborasi dokter untuk evaluasi kondisi bayinya.


5. EVALUASI

a. Ibu sudah mengerti kondisi bayinya.

b. Tangan sudah dicuci.

c. Bayi sudah berada pada ruangan yang aseptik dan hangat

d. Ibu sudahmengerti cara menjaga kehangatan suhu tubuh bayi

e. Monitoring tanda vital, Pukul 14.00 suhu bayi 35,2oc dievaluasi pukul

17.00 Wita suhu bayi 36,6oc

f. Bayi telah digendong ibu untuk diberi ASI.

g. Bayi sudah menggunakan topi dan selimut.

h. Bayi berada dalam inkubator selama 1 jam, menggunakan lampu sorot

selama 1 jam dan 1 jam bayi digendong ibu untuk diberikan ASI.

i. Ibu mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir.

j. Suhu kembali normal pukul 17.00 wita.

k. Bayi belum BAB/BAK

l. Sudah melakukan kolaborasi dengan dokter (Dokter menyerankan

menjaga kehangatan bayi dan perhatinkan pengeluaran panas).


BAB 4

PEMBAHASAN

Hipotermia adalah gangguan medis yang terjadi di dalam tubuh, sehingga

mengakibatkan penurunan suhu karena tubuh tidak mampu memproduksi panas

untuk menggantikan panas tubuh yang hilang dengan cepat. Kehilangan panas

karena pengaruh dari luar seperti air, angin, dan pengaruh dari dalam seperti

kondisi fisik (Lestari, 2010).

Hipotermia yaitu dimana suhu tubuh berada dibawah rentang normal

tubuh (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipotermia adalah suatu keadaan

dimana suhu tubuh berada dibawah 35o C, bayi hipotermia adalah bayi dengan

duhu badan dibawah normal. Suhu normal pada neonates berkisar antara 360C–

37,5 0C pada suhu ketiak. Adapun suhu normal bayi adalah 36, 50 –37, 5 0 C

(suhu ketiak) (Maryanti, Sujianti, & Budiarti, 2011).

Menurut (Dewi, 2014) Empat penyebab kemungkinan yang dapat

mengakibatkan bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya, yaitu :

1) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak

langsung dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek

lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi biasa terjadi

ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi saat tangan

dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

2) Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang

bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu

udara). Sebagai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau

menempatkan BBL dekat dengan jendela, atau memberikan BBL di

ruangan yang terpasang kipas angin.

3) Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang

lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu

berbeda) sebagai contoh, memberikan BBL dalam ruangan AC tanpa

diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam kedaan

telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin

(dekat tembok).

4) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada

kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara

mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah

panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara melewati.

Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 250C, maka bayi akan

kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang besarnya

200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya sepersepuluhnya saja. Agar

dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi, maka lakukakn hal

berikut.

g. Keringkan bayi secara seksama

h. Selimuti bayi dengan selimut atau kain yang kering dan hangat
i. Tutup bagian kepala bayi

j. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya

k. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

l. Tempatkan bayi dilingkungan yang hangat.

Bayi dengan BBLR cenderung memiliki suhu yang abnormal disebabkan

oleh reproduksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan

untuk mengahasilkan panas yang adekuat disebabkan tidak adanya jaringan

adipose cokelat (yang mempunyai aktivitas metabolik yang tinggi), pernafasan

yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang

rendah. Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaaan tubuh yang

relative besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas

bayi sebagai disebabkan oleh panas 13 immature dari pusat pengaturan panas dan

sebagian akibat kegagalan untuk memberikan repson terhadap stimulus dari luar.

Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat, demikian

juga tidak adanya lemak subkutan (Maryunani, 2013).

Penelitian menunjukkan bahwa kejadian hipotermi lebih banyak terjadi

pada kelompok IMD tidak tepat. Terdapat pengaruh antara pelaksanaan IMD

dengan kejadian hipotermi dengan p value 0,000 dengan (CI 95% 2,358 –

15,270). Nilai RR 6,000 bermakna, bayi yang dilakukan IMD tidak tepat akan

meningkatkan risiko terhadap kejadian hipotermi sebanyak 6 kali dibandingkan

dengan bayi yang dilakukan IMD tepat. Hasil penelitian ini selaras dengan

penelitian Pratiwi et al., (2009) yang menyatakan ada pengaruh efek kontak kulit

ke kulit antara ibu dan bayi dengan kejadian hipotermi pada bayi baru lahir,

kejadian hipotermia lebih sering terjadi pada kelompok konfensional (47%) dari
pada kelompok IMD (27%), IMD membantu menurunkan angka kejadian

hipotermi, menurunkan kejadian hiperbilirubenimia dan mempercepat kenaikan

berat badan bayi.

Peran bidan dalam kasus hipotermi sedang adalah harus mampu

mendeteksi tanda dan gejalanya (manifestasi klinis) melalui anamnesa dan

pemeriksaan sehingga bayi dengan hiperbilirubinemia dapat terdeteksi secara dini

dan segera melakukan rujukan untuk mendapatkan penanganan dengan segera

mengingat komplikasi yang mungkin timbul jika tidak ditangani dengan baik.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada kasus ini pengelolaan bayi baru lahir dengan hipotermia sedang

sudah dilakukan dengan prosedur penatalaksanaan hipotermia sedanga pada

bayi baru lahir mulai dari pengkajian subjektif, objektif, assessment dan

pelaksanaan sehingga bayi dapat tertangani dengan baik, tidak sampai

muncul komplikasi yang berhubungan dengan hiperbilirubinemia dan pulang

ke rumah dengan sehat.

5.2 Saran

1. Pelayanan yang sudah dilakukan dengan baik hendaknya dapat tetap

dipertahankan bahkan jika perlu ditinggkatkan sebagai perwujudan

pelayanan sepenuh hati dalam rangka meningkatkan kepuasan masyarakat,

terutama keluarga yang anaknya dirawat.

2. Promosi kesehatan diharapkan terus dilakukan terutama tentang

hipotermia untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sehingga

masyarakat (khususnya ibu nifas dan keluarganya) memiliki kepedulian

dan kewaspadaan baik terhadap dirinya maupun orang-orang disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Marmi, dan Kukuh Rahardjo. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Jakarta
Timur : CV. Trans Info Media.

Miranti Arti, dkk. 2020. Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada
Bayi Ny “A” dengan Hipotermi di RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 12
Oktober-01 Desember 2018. Diakses pada tanggal 16 Mei 2021 pukul
20.30 WITA

Nuli Nuryanti Zulala. 2017. Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini terhadap Hipotermi
pada Bayi Baru Lahir. Diakses pada tanggal 16 Mei 2021 pukul 20.30
WITA

Rohsiswatmo, Rina. 2013. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta : PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2014.

Sarnah, dkk. 2020. Manajemen Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny “H” dengan
Hipotermi di Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Diakses pada
tanggal 16 Mei 2021 pukul 20.30 WITA

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai