Anda di halaman 1dari 139

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY X

GxPxAx DI UPT PUSKESMAS SRAGEN

PROPOSAL
LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir


Pendidikan Diploma 3 Kebidanan

Disusun oleh :
TARDITA NUSABAKTI RAHMAWATI
B15052

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2019

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Laporan Tugas Akhir

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. X


GxPxAx DI UPT PUSKESMAS SRAGEN

Diajukan Oleh :
TARDITA NUSABAKTI RAHMAWATI
NIM B 15052

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal.......................

Pembimbing Institusi

(DHENY ROHMATIKA, S.SiT., M.Kes)


NIK. 200582015

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :


Nama : Tardita Nusabakti Rahmawati
NIM : B 15052
Program Studi : D 3 Kebidanan
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir saya yang berjudul :

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. X GxPxAx


DI UPT PUSKESMAS SRAGEN

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Tanggal, ...............................
Penulis

Tardita Nusabakti Rahmawati

NIM. B 15052

iii
CURRICULUM VITAE

Nama : Tardita Nusabakti Rahmawati


Tempat/Tanggal Lahir : Sragen 19 Februari 1997
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Mojodoyong, Kedawung, Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SDN 04 PALUR LULUSAN TAHUN 2009
2. SMPN 1 MASARAN LULUSAN TAHUN 2012
3. SMAN MOJOGEDANG LULUSAN TAHUN 2015
4. Prodi D3 Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta ANGKATAN 2015

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny. X GxPxAx Di UPT Puskesmas Sragen”
dengan baik dan tepat waktu.
Proposal Laporan Tugas Akhir ini penulis susun untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan di Prodi D3
Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Dalam penyusunan Proposal Laporan Tugas Akhir ini penulis telah
mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST.,M.Keb selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga
Proposal Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
4. Ibu Yuli Patmawati, Amd.Keb selaku Pembimbing Lahan yang telah
membantu dalam proses pengambilan kasus.
5. Pasien yang telah bersedia menjadi responden dalam penulisan Proposal
Laporan Tugas Akhir ini.
6. Serta semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan dalam
menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam Proposal Laporan Tugas Akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan Proposal Laporan
Tugas Akhir ini
Surakarta, Januari 2019

Penulis

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. No Pain No Gain
2. Kekalahan adalah kesuksesan yang tertunda
3. Cara terbaik untuk menemukan dirimu sendiri adalah dengan kehilangan
dirimu dalam melayani orang lain. (Mahatma Gandhi)
4. Ilmu pengetahuan tanpa agama lumpuh, agama tanpa ilmu buta (Albert
Einstein).

PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Laporan Tugas Akhir ini penulis persembahkan :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga
Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
2. Bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas doa, dukungan dan semangat yang
diberikan selama ini.
3. Ibu Dheny Rohmatika S.SiT.,M.Kes terima kasih karena telah memotivasi,
membimbing dan memberi arahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini sehingga dapat terselesaikan.
4. Teman-teman yang telah memberi semangat dan membantu dalam proses
pembuatan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Terima kasih almamater tercinta.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................... iii
CURICULUM VITAE .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................ vi
DAFTAR ISI .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Laporan ........................................................................... 6
D. Manfaat Laporan ......................................................................... 7
E. Keaslian Laporan ........................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Kehamilan ............................................................................. 10
2. Persalinan .............................................................................. 50
3. Bayi Baru Lahir ..................................................................... 76
4. Nifas ...................................................................................... 88
5. Keluarga Berencana Dan Gangguan Reproduksi .................. 107
B. Kerangka Pikir ............................................................................ 118
C. Landasan Hukum ........................................................................ 119
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................ 120
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 120
C. Subjek Studi Kasus ..................................................................... 120
D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 121
E. Instrumen Studi Kasus ................................................................ 121
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 121
G. Alat-Alat Yang Dibutuhkan ........................................................ 124
H. Jadwal Penelitian......................................................................... 126

vii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari

indikator Angka Kematian Ibu (AKI). Berdasarkan hasil Survei Penduduk

Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI di Indonesia pada tahun 2015

mengalami penurunan dari tahun 2012 sejumlah 359 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran

hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) juga mengalami penurunan dari

tahun 2012 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1.000

kelahiran hidup pada tahun 2017 (Kemenkes RI, 2018).

Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil Kunjungan Lengkap

(K4) di Indonesia pada tahun 2017 terjadi peningkatan dari 85,35% pada

tahun 2016 menjadi 87,30%. Presentase pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan terdapat 83,67% ibu hamil yang menjalani persalinan

dengan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan

telah memenuhi target Rencana Strategis sebesar 79%. Kunjungan masa

nifas (KF3) di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 87,36%. Presentase

peserta Keluarga Berencana (KB) aktif terhadap pasangan usia subur

(PUS) di Indonesia pada tahun 2017 sebesar 63,22% terdiri dari peserta

KB suntik sebanyak 62,77%, pil 17,24%, implan 6,99%, IUD 7,15%,

kondom 1,22%, MOW 2,78%, MOP 0,53% (Kemenkes RI, 2018).

1
2

Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017

mengalami penurunan dari tahun 2016 sebesar 109,65 per 100.000

kelahiran hidup, menjadi 88,05 per 100.000 kelahiran hidup. Angka

Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 mengalami penurunan

dari tahun 2016 sebesar 10,0 per 1.000 kelahiran hidup, menjadi 8,9 per

1.000 kelahiran hidup. Sedangkan, Angka Kematian Ibu di Kota Sragen

pada tahun 2017 sebesar 11 kasus. Angka Kematian Bayi di Kota Sragen

pada tahun 2017 sebesar 8,2 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng,

2018).

Sebagai upaya penurunan AKI, program SDGs atau Sutainable

Development Goals yaitu program berkelanjutan untuk tahun 2015-2030

secara resmi menggantikan program Millenium Development Goals atau

MDGs (Saiffudin, 2010). Target SDGs untuk tahun 2010 mengurangi

angka kematian ibu hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan

mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah sebanyak 12 per

1.000 kelahiran hidup melalui Rancangan Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) 2015-

2019, persalinan harus dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dan

Renstra 2025 dengan Indonesia Neonatal Action Plan sebagaimana

Kepmenkes No. 97 Tahun 2015 (Ditjen BGKIA, 2015).

Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan

menjamin agar setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan


3

persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,

perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan

rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan

melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana (Kemenkes RI, 2018).

Selain itu, melaksanakan asuhan komprehensif berkesinambungan atau

Continuity of care yaitu asuhan yang diberikan terhadap klien/pasien

mulai dari masa pra konsepsi, masa kehamilan, nifas, dan KB oleh bidan

yang telah terdaftar dan dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau

rujukan (Diana, 2017).

Bidan dalam menjalankan profesinya memiliki peran dan fungsi

yaitu sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti (Tajmiati dkk,

2016). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan, wewenang bidan dalam

asuhan berkelanjutan di Indonesia, antara lain: pelayanan kesehatan ibu

diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan; pelayanan

kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak

prasekolah; kemudian pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana (Permenkes RI, 2017).

Evidence-based pratice adalah proses pengambilan keputusan

klinis dengan mengintegrasikan bukti penelitian terbaik dengan keahlian

klinis dan penilaian pasien (Setyawati, A dkk, 2017). Sebagai contoh

Evidence-based dalam asuhan komprehensif pada masa kehamilan yaitu

kebiasaan diet rendah garam untuk mengurangi hipertensi. Bukti ilmiah


4

menyatakan hipertensi bukan karena retensi garam (Deshpande dkk,

2018). Pada masa persalinan, pemotongan tali pusat lebih cepat dilakukan

karena dapat menurunkan perdarahan. Bukti penelitian lain melaporkan

bahwa penundaan penjepitan tali pusat dapat menurunkan resiko anemia

pada bayi (Djami, M.E.U, 2013). Pada masa nifas terdapat pantangan

makan ikan, telur dan daging agar jahitan luka cepat sembuh. Bukti ilmiah

tidak dibenarkan karena ibu nifas sangat memerlukan asupan protein yang

lebih tinggi untuk membantu penyembuhan luka (Reiza, 2018). Pada

asuhan bayi baru lahir ditemukan hasil penelitian bahwa rata-rata

pelepasan tali pusat menggunakan ASI lebih cepat daripada menggunakan

kassa kering (Supriyanik & Handayani, 2011). Pada asuhan Keluarga

Berencana (KB) ditemukan bukti ilmiah berupa alat kontrasepsi IUS (Intra

Uterine System), yaitu kontrasepsi yang menggunakan hormon

progesteron sebagai ganti logam, tidak terlalu nyeri dan kemungkinan

menimbulkan pendarahan lebih kecil, haid lebih ringan dan waktu haid

lebih singkat (Ratna, I & Irdayanti, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis,

jumlah ibu hamil K1 yang periksa di UPT Puskesmas Sragen yaitu

sebanyak 1.169 ibu hamil, dengan jumlah ibu hamil normal sebanyak 829

ibu hamil, dan ibu hamil resiko tinggi sebanyak 340 ibu hamil. Cakupan

pelayanan kesehatan ibu hamil Kunjungan Lengkap (K4) di UPT

Puskesmas Sragen pada tahun 2018 sebanyak 96,78%. Jumlah kematian

ibu saat persalinan pada tahun 2018 sebanyak 1 kasus dikarenakan


5

perdarahan dan jumlah kematian bayi sebanyak 7 kasus dikarenakan Intra

Uterin Fetal Death (IUFD). Kunjungan masa nifas (KF3) di UPT

Puskesmas Sragen pada tahun 2018 sebanyak 850 ibu nifas. Jumlah

pasangan usia subur (PUS) di UPT Puskesmas Sragen sebanyak 10.467

pasangan. Presentase peserta Keluarga Berencana (KB) aktif terhadap PUS

di UPT Puskesmas Sragen pada tahun 2018 sebesar 74,08% (Rekam

Medis UPT Puskesmas Sragen, 2018).

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa

kematian ibu dan bayi dapat dihindari apabila ibu di intervensi sejak awal

dan dioptimalkan dengan pendampingan secara terus menerus dari ibu

hamil sampai nifas dengan pelayanan berdasarkan evidence based. Maka

dari itu penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan Kebidanan

Komprehensif pada Ny. X GxPxAx di UPT Puskesmas Sragen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat suatu rumusan

masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. X

GxPxAx di UPT Puskesmas Sragen?”

C. Tujuan Laporan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. X


6

menggunakan metode kebidanan Varney dilanjutkan dengan data

perkembangan dengan metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian pada Ny. X secara komprehensif di

UPT Puskesmas Sragen.

2) Interpretasi data dasar pada Ny. X secara komprehensif di UPT

Puskesmas Sragen.

3) Menemukan diagnosa potensial pada Ny. X secara

komprehensif di UPT Puskesmas Sragen.

4) Mengidentifikasi serta melakukan antisipasi dan tindakan

segera pada Ny. X secara komprehensif di UPT Puskesmas

Sragen.

5) Merencanakan asuhan pada Ny. X secara komprehensif di UPT

Puskesmas Sragen.

6) Melaksanakan asuhan pada Ny. X secara komprehensif di UPT

Puskesmas Sragen.

7) Melakukan evaluasi pada Ny. X secara komprehensif di UPT

Puskesmas Sragen.

b. Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan

kasus nyata di lapangan serta alternatif pemecahan masalah apabila

terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan.


7

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Penulis dapat memperoleh pengalaman nyata, menerapkan ilmu

pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan dan melaksanakan

manajemen asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,

dan nifas.

2. Bagi Profesi

Sebagai sumbangan teoritis maupun aplikatif bagi profesi bidan dalam

memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,

dan nifas dengan tepat dan cepat.

3. Bagi Institusi dan Instansi

a. Pendidikan

Sebagai referensi atau sumber bacaan yang berkualitas dalam

asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, dan nifas

sehingga dapat memberikan wawasan yang lebih luas.

b. Puskesmas Sragen

Untuk menambah informasi dan dapat mengoptimalkan mutu

pelayanan Puskesmas dalam memberikan asuhan kebidanan

komprehensif pada ibu hamil, bersalin, dan nifas.

4. Bagi Klien dan masyarakat

Agar klien maupun masyarakat bisa melakukan deteksi yang mungkin

timbul pada masa kehamilan, persalinan maupun pada masa nifas

sehingga memungkinkan segera mencari pertolongan.


8

E. Keaslian Laporan

Studi kasus ini sudah pernah dilakukan oleh :

1. Arbian Charistia Intan (2017), Akademi Kebidanan Mamba’ul Ulum

Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. R

Umur 21 Tahun G1P0A0 di BPM Widarsih, Amd.Keb Sragen Kota”.

Dengan tujuan mampu menggunkan pengetahuan dan teknologi

dengan menerapkan konsep woman centered dan berperspektif gender

berdasarkan evidence based. Metode yang digunakan adalah

wawancara, observasi, studi kasus, studi dokumen, dan studi pustaka.

Instrument yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

pendekatan dan didokumentasikan dengan manajemen 7 langkah

Varney. Hasil akhir didapatkan tidak ditemukan masalah kehamilan,

persalinan normal spontan, tanpa ada komplikasi, bayi baru lahir

normal, nifas tidak terjadi perdarahan dan infeksi.

2. Dwi Agustina (2017), Universitas Sebelas Maret Kota Surakarta

dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Ny. R umur 29 tahun

di Puskesmas Gajahan Surakarta”. Tujuan umum studi kasus

memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan secara Contiunity Of

Care pada Ny.R mulai dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir,

sampai dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.

Metode yang digunakan adalah metode Deskriptif yang dilaksanakan

melalui pendekatan studi kasus. Kesimpulannya adalah pengumpulan

data subjektif pada Ny.R telah sesuai dengan teori yang ada. Pada
9

kehamilan, persalinan dan masa nifas tidak ditemukan adanya

kesenjangan, keluhan maupun tanda bahaya. Asuhan kebidanan

komprehensif yang diberikan kepada Ny.R pada kehamilan,

persalinan, BBL, dan nifas dengan harapan penulis, karena dalam

pelaksanaan itu sangat kooperatif. Hasilnya adalah dari asuhan secara

komprehensif yang dilakukan oleh Dwi Agustina pada Ny.R adalah

pada masa kehamilan sampai dengan KB ibu tidak ada keluhan

apapun, pada persalinan juga hanya merasakan nyeri biasa sehingga

ibu dan bayi sehat kemudian ibu memilih alat kontrasepsi MAL

terlebih dahulu dan selanjutnya ibu memilih alat kontasepsi implant.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. KEHAMILAN

a. Konsep Dasar

1) Kehamilan Trimester III

Kehamilan dibagi menjadi tiga trimester, dimana

trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua

15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga

13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Saiffudin, 2010).

2) Tanda dan Gejala Kehamilan Trimester III

a) Ibu mengalami perubahan secara terstruktur dan fungsi

dalam tubuhnya (Oktaviani, 2018).

b) Perubahan pigmentasi kulit terutama pada puting susu dan

payudara, wajah (kloasma), vulva, perineum dan area

perinal yang semakin gelap, terjadi juga pada abdomen

yaitu striae (Oktaviani, 2018).

c) Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh

pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia

kehamilan sekitar 20 minggu (Walyani, 2015).

d) Denyut jantung janin dapat didengar dengan pada usia 12

minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiagraf

10
11

(misalnya doppler). Dengan stethoscope laenec, DJJ baru

dapat didengar pada usia kehamilan 18 20 minggu

(Walyani, 2015).

e) Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat

diraba dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester

akhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi

menggunakan USG (Walyani, 2015).

f) Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun

USG (Walyani, 2015).

3) Perubahan fisiologis dan psikologis pada ibu hamil trimester III

Menurut Astuti (2012), perubahan fisiologis dan psikologis

pada ibu hamil trimester III, yaitu:

a) Perubahan fisiologis ibu hamil trimester III

(1) Sistem Reproduksi dan Payudara

(a) Uterus

Pada akhir kehamilan biasanya kontraksi sangat

jarang dan meningkat pada satu dan dua minggu

sebelum persalinan yang menyebabkan otot fundus

tertarik ke atas.

(b) Serviks

Pembukaan serviks biasanya terjadi pada

primigravida selama 2 minggu terakhir kehamilan,


12

tapi biasanya tidak terjadi pada multigravida hingga

persalinan dimulai.

(c) Vagina

Perubahan yang terjadi merupakan persiapan untuk

peregangan pada waktu persalinan, dan

mengendornya jaringan ikat.

(d) Payudara

Di akhir kehamilan kolostrum dapat keluar dari

payudara, progesterone menyebabkan putting lebih

menonjol. Peningkatan prolaktin akan merangsang

sintesis laktose dan meningkatkan produksi air susu.

(2) Sistem Endokrin

(a) Kelenjar hipofisis ibu

Kelenjar ini bertambah besar kira-kira sepertiga

dikarenakan hiperplasialaktotrof sebagai respon

terhadap esterogen plasma yang tinggi.

(b) Kelenjar tiroid ibu

Disebabkan oleh meningkatnya bersihan ionida

ginjal yang menyebabkan defisiensi iodium relatif.

(c) Kelenjar paratiroid ibu

Kebutuhan kalsium untuk perkembangan kerangka

janin dapat dipenuhi melalui hiperplasia kelenjar


13

paratiroid dan peningkatan serum hormon

paratiroid.

(d) Pankreas ibu

Ukuran pulau-pulau pankreas dan sel-sel penghasil

insulin mengalami hiperplasia.

(3) Sistem Kekebalan

Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan

tetap utuh, dan kadar immunoglobulin dalam kehamilan

tidak akan berubah.

(4) Sistem Perkemihan

(a) Ginjal

Terjadi hidronefosis pada 80-90% wanita yang

disebabkan oleh respon ginjal oleh progesterone.

(b) Ureter

Dalam kehamilan ureter kanan dan kiri mengalami

pembesaran karena pengaruh progesterone. Akan

tetapi ureter kanan lebih membesar karena tekanan

pada ureter kanan lebih besar dibandingkan ureter

kiri.

(c) Vesika Urinaria

Permukaan mukosa menjadi edema sehingga terjadi

peningkatan resiko trauma pada persalinan.


14

(d) Urethra

Urethra akan lebih memanjang karena vesika

urinaria tertarik keatas ke arah abdomen.

(5) Sistem Pencernaan

(a) Mulut

Beberapa wanita tercatat mengalami hipersaliva

yang terjadi pada siang hari dan berakhir saat

persalinan.

(b) Esofagus

Tonus pada sfingter esofagus bagian bawah

melemah dikarenakan progesterone dan

menyebabkan relaksasi otot polos.

(c) Lambung

Semakin kehamilan berlanjut, tekanan pada

lambung oleh uterus yang membesar dapat

menurunkan jumlah makanan yang dikonsumsi.

(d) Usus Besar dan Kecil

Penurunan motilitas dan memanjangnya waktu

transit di kolon menyebabkan peningkatan

penyerapan air yang kemudian meningkatkan resiko

konstipasi.
15

(6) Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan hormon estrogen, progesterone, dan elastin

mengakibatkan kelemahan jaringan ikat dan

ketidakseimbangan persendian yang menyebabkan

perubahan sikap ibu dan menjadikan perasaan kurang

nyaman pada punggung.

(7) Sistem Integumen

(a) Strecth mark

Yaitu tanda parut berupa gurat-gurat putih yang

muncul pada permukaan kulit.

(b) Linea Nigra

Garis vertikal berwarna cokelat kehitaman di kulit

sepanjang bagian tengah perut.

(c) Selulit

Lapisan lemak dibawah kulit yang terletak diatas

otot.

(d) Jerawat

Disebabkan oleh faktor hormonal. Kulit muka

menjadi lebih berminyak dan menyebabkan jerawat.

(e) Varises

Aliran darah dari bagian tubuh bagian atas lebih

deras sehingga memenuhi pembuluh darah bagian


16

bawah dan membuatnya terlihat menonjol dan

berkelok.

(f) Areola mammae dan putting susu

Pada saat kehamilan, areola akan lebih hitam dan

putting susu juga menghitam serta lebih menonjol.

(g) Linea alba

Garis vertikal berwarna putih di bagian tengah

perut.

(h) Hiperpigmentasi

Lapisan kehitaman yang biasanya muncul di bagian

pipi, dahi dan hidung.

(i) Striae livide

Garis-garis biru pada kulit (pada primigravida).

(j) Striae albican

Pada multigravida biasanya terdapat pada buah

dada, perut dan paha.

(8) Sistem Metabolisme

Perubahan metabolisme ibu hamil adalah sebagai

berikut :

(a) Metabolisme basal meningkat hingga 15-20%

(b) Keseimbangan asam alkali menjadi 145 mEg/liter

(c) Kebutuhan protein mencapai 68% dari sebelum

hamil
17

(d) Kebutuhan sampai akhir kehamilan sebanyak 925

gram

(e) Kadar kolesterol meningkat hingga 350 mg per 100

cc.

(f) Metabolisme mineral kalsium 30-40 g/hari selama

trimester akhir, fosfor 2 g/hari, zat besi 30-50

mg/hari, serta air.

(g) Kebutuhan kalori meningkat terutama diperoleh dari

pembakaran zat arang.

(9) Berat Badan dan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Penambahan berat badan selama kehamilan rata-rata

adalah 12,5 kg. Penghitungan berat badan berdasarkan

indeks massa tubuh :


2
BB
IMT =
TB2

Dimana : IMT = Indeks Massa Tubuh

BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan
18

Tabel 2.1. Berat Badan yang dianjurkan pada masa kehamilan

Kategori Berat Badan (kriteria BMI Asia Rekomendasi pertambahan berat


No
Pasifik WHO) badan IOM

1 Berat badan rendah (BMI: < 18.5) 12.0 – 18.0 kg

2 Berat badan normal (BMI: 18.5-22.9) 11.5 – 16.0 kg

3 Kelebihan berat badan (BMI: 23–24.9) 7.0 – 11.5 kg

4 Obese (BMI: ≥25) 5.0 – 9.0 kg

Sumber :Indian Journal of Endocrinology and Metabolism. 2017

(10) Darah dan Pembekuan Darah

Pada kehamilan ibu dapat mengalami :

(a) Anemia

Saat hamil, keperluan suplai darah bertambah.

Terjadilah perubahan volume darah yang dihasilkan

dari peningkatan plasma darah. Namun, seringkali

tidak diimbangi peningkatan sel-sel darah sehingga

mengakibatkan anemia.

(b) Hipertensi

Terjadi karena pembuluh darah menegang sehingga

membuat tekanan darah meningkat hingga

mencapai 140/90 sementara batas normal tekanan

atas antara 100-120 dan tekanan bawah 70-85

(c) Hipotensi

Hipotensi adalah ukuran tekanan darah kurang dari

90/60.
19

Penyebab hipotensi, antara lain :

(1)) Perdarahan

(2)) Banyak cairan keluar disebabkan diare berat,

atau muntah berat.

(3)) Serangan jantung

Saat serangan jantung, nadi tak berdenyut

sehingga sulit mengobservasi tekanannya.

(4)) Stres

Yaitu kondisi tertekan secara psikis..

(d) Sistem Persyarafan

Perubahan fisiologi akibat kehamilan dapat

menimbulkan gejala, meliputi :

(1)) Kompresi saraf panggul akibat pembesaran

uterus.

(2)) Lordosis dorsolumbal yang menyebabkan

nyeri akibat tarikan pada saraf.

(3)) Edema yang menyebabkan carpal tunel

syndrom selama trimester akhir kehamilan.

(4)) Akroestesia (rasa gatal di tangan).

(5)) Nyeri kepala akibat ketegangan umum ibu saat

cemas akan kehamilannya.

(6)) Hipokalsemia yang menyebabkan kram

otot/tetani.
20

b) Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester III

(1) Rasa tidak nyaman yang kembali timbul

(2) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya

(3) Ibu khawatir bayinya lahir sewaktu-waktu dalam

keadaan tidak normal

(4) Semakin ingin menyudahi kehamilannya

(5) Tidak sabaran dan resah

(6) Bermimpi dan berkhayal tentang bayinya

(7) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya

(8) Libido menurun

4) Ketidaknyamanan dalam kehamilan pada trimester III

Menurut Astuti (2012), ketidaknyaman dalam kehamilan

trimester III, adalah :

a) Nyeri ulu hati

Disebabkan karena adanya tekanan dari uterus yang

semakin membesar kearah ulu hati.

b) Konstipasi

Disebabkan karena usus terdesak oleh rahim yang

membesar natau bisa juga karena efek dari terapi tablet Fe.

c) Haemorhoid

Disebabkan olehprogesterone dan adanya hambatan arus

balik vena.
21

d) Insomnia

Terjadi karena kekhawatiran, gerakan janin yang sering

menendang, kram dan heartburn.

e) Sering BAK

Disebabkan oleh tekanan pada kandung kemih karena

pembesaran rahim atau penurunan kepala janin.

f) Nyeri punggung

Disebabkan karena adanya progesterone serta perubahan

postur tubuh dan meningkatnya beban berat yang dibawa

dalam rahim.

g) Sesak nafas

Disebabkan oleh pembesaran rahim yang menekan dada.

h) Mudah lelah

Disebabkan karena perubahan emosional maupun fisik.

5) Kebutuhan fisiologis dan psikologis ibu hamil trimester III

Menurut Walyani (2015), kebutuhan fisiologis dan psikologis

ibu hamil trimester III adalah, sebagai berikut :

a) Kebutuhan fisiologis ibu hamil trimester III

(1) Oksigen

Kebutuhan oksigen sangat penting bagi ibu hamil.

Berbagai gangguan nafas dapat terjadi saat hamil

sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen


22

pada ibu dan berpengaruh pada bayi yang

dikandungnya.

(2) Nutrisi

(a) Kalori

Kebutuhan kalori selama kehamilan sekitar 70.000-

80.000 kkal. Untuk itu pertambahan kalori yang

diperlukan setiap hari sekitar 285-300 kkal.

(b) Vitamin B6 (Piridoksin)

Kebutuhan B6 bagi ibu hamil sekitar 2,2 mg sehari.

(c) Yodium

Kekurangan yodium dapat menghambat

perkembangan janin dan janin akan tumbuh kerdil.

Angka ideal untuk konsumsi yodium adalah 175

mikrogram sehari

(d) Tiamin (B1), Riboflavin (B2) dan Niasin (B3)

Dianjurkan mengonsumsi Tiamin sekitar 1,2 mg per

hari, Riboflavin sekitar 1,2 mg per hari dan Niasin

11 mg per hari. Ketiga vitamin ini bisa didapatkan

dari keju, susu, kacang-kacangan dan telur.

(e) Air

Air sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel baru.

Sebaiknya minum 8 gelas air putih sehari.


23

b) Kebutuhan psikologis ibu hamil

(1) Support keluarga

Dukungan selama masa kehamilan sangat dibutuhkan

bagi seseorang wanita yang sedang hamil, terutama dari

orang terdekat apalagi bagi ibu yang baru pertama kali

hamil. Seseorang wanita akan merasa tenang dan

nyaman dengan adanya dukungan dan perhatian dari

orang-orang terdekat seperti suami, keluarga, dan

lingkungan.

(2) Support tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan dapat memberikan perannya dengan

dukungan aktif yaitu melalui kelas ibu hamil, kemudian

dukungan pasif yaitu dengan memberikan kesempatan

kepada ibu hamil yang mengalami masalah untuk

berkonsultasi.

(3) Rasa aman nyaman selama kehamilan

Peran keluarga khususnya suami, sangat diperlukan

bagi seorang wanita hamil. Keterlibatan dan dukungan

yang diberikan suami pada kehamilan akan mempererat

hubungan antara ayah anak dan suami istri. Dukungan

yang diperoleh oleh ibu hamil akan membuatnya lebih

tenang dan nyaman dalam kehamilan.


24

(4) Persiapan menjadi orang tua

Kehamilan dan peran sebagai orang tua dapat dianggap

sebagai masa transisi atau peralihan. Terlihat adanya

peralihan yang sangat besar akibat kelahiran dan peran

yang baru.

6) Asuhan Antenatal

a) Pengertian

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran

maternal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin

selama kehmilan (Saiffudin, 2010).

b) Tujuan Asuhan Antenatal

Untuk menjaga agar ibu tetap sehat selama kehamilan,

persalinan dan nifas, mengusahakan bayi lahir dalam

keadaan sehat, dan memantau kemungkinan resiko-resiko

kehamilan serta merencanakan penatalaksanaan yang

optimal terhadap kehamilan resiko tinggi (Maryunani,

2016).

c) Jadwal Pemeriksaan Antenatal

Menurut Walyani (2015), jadwal pemeriksaan antenatal

adalah sebagai berikut:


25

(1) Pemeriksaan pertama

Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui

terlambat haid.

(2) Pemeriksaan ulang

(a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7

bulan.

(b) Setiap 2 minggu sampai kehamilan umur 8 bulan.

(c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan

sampai terjadi persalinan.

(3) Frekuensi Pelayanan Antenatal

Menurut Walyani (2015), frekuensi pelayanan antenatal

oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam

pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan

ketentuan sebagai berikut:

(a) 1 kali trimester pertama (K1)

(b) 1 kali trimester dua dan dua kali pada trimester

ketiga (K4)

(4) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Menurut Megasari dkk (2015), asuhan antenatal yang

baik sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik

karena sebagian kematian ibu bisa dihindarkan melalui

asuhan antenatal, intranatal dan postnatal yang


26

bermutu tinggi. Standar minimal asuhan kehamilan

adalah sebagai berikut:

(a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko

apabila hasil pengukuran < 145 cm. Berat badan

ditimbang setiap ibu berkunjung untuk mengetahui

kenaikan BB dan penurunan BB. Kenaikan BB ibu

hamil normal rata-rata 6,5 kg sampai 16 kg

(Walyani, 2015).

(b) Tekanan darah

Diukur setiap kali kunjungan. Deteksi tekanan darah

yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala

hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun di bawah

normal kita pikirkan ke arah anemia. Tekanan darah

normal bekisar 110/80-120/80 mmHg (Walyani,

2015).

(c) Tinggi fundus uteri

Menggunakan pita sentimeter, dengan meletakkan

titik 0 pada tepi atas sympisis dan rentangkan

sampai fundus uteri (fundus tidak boleh ditekan)

(Walyani, 2015).
27

(d) Pemberian imunisasi TT

Imunisasi dapat dilakukan pada trimester I atau II

pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval 4 minggu

(Walyani, 2015). Untuk program jangka panjang

yaitu 3 dosis vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT3)

diberikan pada bayi melalui imunisasi rutin, satu

dosis ulangan vaksin Tetanus dalam bentuk vaksin

Difteri Tetanus (DT) diberikan kepada siswa kelas

satu sekolah dasar dan satu dosis ulangan dalam

bentuk vaksin Td diberikan kepada siswa kelas 2

dan 3. Karena cakupan DPT3 telah ≥ 70% sejak

1996, dan cakupan anak masuk sekolah dasar telah

> 90% untuk anak perempuan dan anak laki-laki

sejak 1990, strategi ini memberikan perlindungan

tetanus untuk seluruh penduduk sampai usia dewasa

muda ( 20 tahun) (Kemenkes RI, 2012). Jika hamil

< 3 tahun setelah pernikahan, imunisasi waktu hamil

tidak diperlukan (Maryunani, 2016).

(e) Tablet tambah darah ( Tablet Fe)

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu

hamil dan nifas karena masa kehamilan kebutuhan

meningkat seiring dengan pertumbuhan janin

(Walyani, 2015).
28

(f) Tes terhadap PMS (Penyakit Menular Seksual)

(g) Temu wicara

Suatu bentuk wawancara tatap muka untuk

membantu ibu hamil memahami kehamilannya dan

sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak

diinginkan (Walyani, 2015).

7) Teori Evidence Based dalam kehamilan

Evidence based practice adalah praktik berdasarkan

penelitian yang terpilih dan terbukti bermanfaat serta

merupakan penerapan yang sistematik, ilmiah dan eksplisit dari

penelitian terbaik saat ini dalam pengambilan keputusan asuhan

kebidanan. Dengan memberikan asuhan antenatal yang baik

akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe

motherhood dalam usaha menurunkan angka kesakitan dan

kematian (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016).

Dalam kehamilan, terdapat kebiasaan diet rendah garam

untuk mengurangi hipertensi. Evidence based nya, hipertensi

bukan dikarenakan oleh retensi garam. Preeklampsia

mempersulit sebanyak 10% dari total kehamilan di seluruh

dunia dengan maternofetal yang merugikan hasil. Terlepas dari

tekanan darah, proteinuria dan perubahan sistemik yang

digunakan untuk mendiagnosis pre-eklampsia, itu akan sangat

membantu jika memiliki beberapa penanda biokimia yang


29

dapat membantu dengan diagnosis preeklampsia. Disimpulkan

dari penelitian ini bahwa kadar rendah kalsium dan magnesium

ditemukan dalam serum kasus preeklampsia dibandingkan

dengan kasus normotensif dari populasi penelitian. (Deshpande

dkk, 2018).

Mual dan muntah pada kehamilan umumnya disebut

morning sickness, dialami oleh sekitar 70-80% wanita hamil

dan merupakan fenomena yang sering terjadi pada umur

kehamilan 5-12 minggu. Lemon minyak esensial (Citrus

Lemon) adalah salah satu minyak herbal yang dianggap sebagai

obat yang aman pada kehamilan. Menurut penelitian penurunan

rata-rata skor frekuensi mual muntah pada ibu hamil dengan

penggunaan aromatherapy mampu menurunkan skor frekuensi

mual muntah pada kehamilan karena baunya yang segar dan

membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta

menenangkan jiwa, dan merangsang proses penyembuhan.

Ketika minyak essensial dihirup, molekul masuk ke rongga

hidung dan merangsang sistem limbik di otak. Sistem limbik

adalah daerah yang mempengaruhi emosi dan memori serta

secara langsung terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis,

hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut

jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormon,


30

dan pernafasan. Sehingga aromateraphy lemon baik untuk

mengurangi mual muntah (Maternity dkk, 2017).

b. Teori Manajemen Kebidanan

1) Pengertian

Manajemen Kebidanan adalah pendekatan pemecahan masalah

ibu berdasarkan teori ilmiah dan kerangka pikiran yang

digunakan oleh bidan dalam menetapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis dan analistis dimulai dari

pengumpulan data, analisis data, diagnosa kebidanan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Maryunani, 2016).

2) Proses Manajemen Kebidanan

Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada

penerapan manajemen kebidanan pada ibu hamil dengan

menurut 7 langkah Varney karena metode dan pendekatannya

sistematik sehingga memudahkan dalam pengarahan

pemecahan masalah terhadap klien. Dalam proses ketujuh

langkah tersebut dimulai dari pengumpulan data dasar dan

berakhir dengan evaluasi, yaitu:

a) Langkah I : Pengkajian

Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Pengkajian

merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua


31

informasi yang akurat dari semua sumber berkaitan dengan

kondisi pasien (Ambarwati & Wulandari, 2010).

(1) Identitas

Identitas menurut Maryunani (2016), meliputi:

(a) Nama istri

Digunakan untuk membedakan dengan pasien lain.

(b) Umur

Digunakan untuk mengantisipasi diagnosa masalah

kesehatan dan tindakan yang dilakukan.

(c) Suku bangsa

Digunakan untuk mengetahui identitas bangsa.

(d) Agama

Dapat berpengaruh pada kehidupan terutama

masalah kesehatan dalam mengetahui agama klien

akan lebih mudah mengatasi masalahnya.

(e) Pendidikan

Menurut hasil penelitian kesehatan ibu dan anak

akan lebih terjamin pada tingkat pendidikan yang

lebih tinggi.

(f) Pekerjaan

Digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pekerjaan dan permasalahan kesehatan serta biaya.


32

(g) Alamat

Dapat memberi petunjuk keadaan lingkungan

tempat tinggal.

(2) Data Subjektif

(a) Keluhan Utama

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui

apakah klien semata-mata ingin periksa hamil, atau

ada keluhan lain yang dirasakan (Walyani, 2015).

(b) Riwayat Menstruasi

Menurut Astuti (2012), antara lain :

(1)) Menarche

Usia wanita pertama haid bervariasai, antara

12-16 tahun.

(2)) Siklus

Siklus haid terhitung mulai hari pertama haid

hingga berikutnya, siklus haid perlu

ditanyakan untuk mengetahui apakah klien

mempunyai kelainan siklus haid atau tidak.

Siklus normal haid biasanya adalah 28 hari.

(3)) Lamanya

Lamanya haid yang normal adalah  7 hari.

Apabila sudah mencapai 15 hari berarti sudah


33

abnormal dan kemungkinan adanya gangguan

ataupun penyakit.

(4)) Banyaknya

Normalnya yaitu 2x ganti pembalut dalam

sehari. Apabila darah terlalu berlebih, itu

menunjukkan gejala kelainan banyaknya darah

haid.

(5)) Disminorhea (nyeri haid)

Nyeri haid perlu ditanyakan untuk mengetahui

apakah klien mengalaminya atau tidak di tiap

haidnya (Walyani,2015).

(c) Riwayat hamil sekarang

Riwayat kehamilan menurut Walyani (2015), antara

lain:

(1)) HPHT

Tanggal hari pertama dari menstruasi terakhir

klien untuk memperkiraan kapan sang bayi

akan lahir.

(2)) Gerakan janin

Mengidentifikasi apakah sudah ada gerakan

janin dalam umur kehamilan sekarang.


34

(3)) Obat-obatan yang dikonsumsi

Pengobatan penyakit saat hamil harus

memperhatikan pengaruhnya terhadap tumbuh

kembang janin (Astuti, 2012).

(4)) Keluhan-keluhan pada kehamilan

Tanyakan pada klien masalah apa yang pernah

ia rasakan pada trimester III kehamilan pada

kehamilan sebelumnya. Hal ini sebagai faktor

persiapan kalau-kalau kehamilan yang

sekarang akan terjadi hal seperti itu lagi

(Astuti, 2012).

(5)) ANC

Tanyakan pada klien asuhan apa yang pernah

ia dapat pada trimester III kehamilan

sebelumnya dan tanyakan bagaimana

pengaruhnya terhadap kehamilan, serta

tanyakan kepada klien dimana tempat asuhan

kehamilan tersebut (Astuti, 2012).

(6)) Penyuluhan yang pernah di dapat

Penyuluhan apa yang pernah didapat klien

perlu ditanyakan untuk mengetahui

pengetahuan apa saja yang telah didapat klien

(Astuti, 2012).
35

(7)) Imunisasi TT

Ditanyakan pada klien apabila belum, bidan

bisa memberikan imunisasi TT (Astuti, 2012).

Pada anak yang telah mendapat imunisasi

dasar dari booster DPT lengkap, jika hamil < 3

tahun setelah pernikahan, imunisasi waktu

hamil tidak diperlukan (Maryunani, 2016).

(d) Riwayat penyakit

(1)) Riwayat Penyakit Sekarang

Tanyakan pada klien penyakit apa yang sedang

ia derita sekarang (Astuti, 2012).

(2)) Riwayat Penyakit Sistemik

Data-data yang diperlukan untuk mengetahui

kemungkinan adanya riwayat atau penyakit

akut, kronis seperti jantung, ginjal, asma,

TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi yang

dapat mempengaruhi pada masa nifas

(Ambarwati, 2010).

(a)) Jantung

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala sakit dada sebelah kiri dan tidak

mudah lelah saat beraktivitas atau tidak.


36

(b)) Ginjal

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala nyeri pinggang sebelah kanan dan

kiri atau tidak.

(c)) Asma

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala sesak nafas atau tidak.

(d)) TBC

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala batuk berkepanjangan lebih dari 2

minggu atau tidak.

(e)) Hepatitis

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala kuning pada kuku, kulit, mata atau

tidak.

(f)) DM

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala sering haus, lapar, dan BAK pada

malam hari atau tidak.

(g)) Hipertensi

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala tensinya lebih dari 140/90 mmHg

atau tidak.
37

(h)) Epilepsi

Untuk mengetahui ibu pernah mengalami

gejala kejang sampai mengeluarkan busa

atau tidak.

(i)) Lain-lain

Untuk mengetahui ibu pernah menderita

penyakit apapun seperti HIV/AIDS.

(3)) Riwayat Kesehatan Keluarga

Untuk mengetahui apakah klien memiliki

penyakit menular dan penyakit menurun dari

genetik atau tidak (Walyani, 2015).

(4)) Riwayat Keturunan Kembar

Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan

kembar dalam keluarganya maupun keluarga

suami.

(5)) Riwayat Operasi

Untuk mengetahui riwayat operasi yang lalu.

(e) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan dan usia ibu

saat perkawinan serta lama perkawinan (Astuti,

2012).
38

(f) Riwayat keluarga berencana

Untuk mengetahui metode, lama dan masalah

selama pemakaian KB (Astuti, 2012).

(g) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, riwayat

abortus, jumlah anak, cara persalinan lalu, penolong

persalinan, dan keadaan nifas yang lalu (Astuti,

2012).

(h) Pola kebiasaan sehari hari

(1)) Nutrisi

Menggambarkan tentang jenis makanan, porsi,

frekuensi, dan makanan pantangan (Walyani,

2015).

(2)) Eliminasi

Untuk mengetahui frekuensi, warna, serta

masalah buang air besar dan buang air kecil

kemudian bau urinnya (Walyani,2015).

(3)) Aktivitas

Untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan

ibu sebelum kehamilan dan saat hamil (Astuti,

2012).
39

(4)) Istirahat dan tidur

Menggambarkan pola tidur pasien (Walyani,

2015).

(5)) Seksualitas

Beberapa yang dapat ditanyakan adalah

frekuensi dan gangguan (Walyani, 2015).

(6)) Personal hygiene

Untuk mengetahui frekuensi mandi, gosok

gigi, dan ganti pakaian ibu (Walyani,2015).

(7)) Psikososial budaya

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga

terhadap bayinya (Walyani, 2015).

(8)) Penggunaan obat-obatan atau rokok

Untuk mengetahui kebiasaan klien dalam

konsumsi obat-obatan dan rokok. Dikarenakan

kebiasaan tersebut dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan janin

(Walyani, 2015).

(3) Data Objektif

Menurut Astuti (2012), data objektif meliputi data hasil

pemeriksaan fisik, pemeriksaaan laboratorium, dan

pemeriksaan penunjang lainnya.

(a) Status Generalis


40

(1)) Keadaan Umum

Untuk mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan (Sulistyawati & Nugraheny,

2013).

(2)) Kesadaran

Pengkajian dilakukan mulai dari keadaan

composmentis (kesadaran penuh) sampai

dengan keadaan coma (pasien dalam keadaan

tidak sadar) (Sulistyawati & Nugraheny,

2013).

(3)) Vital Sign

Menurut Walyani (2015), Vital sign sebagai

berikut:

(a)) Tekanan Darah

Apabila tekanan darah cenderung naik

waspadai adanya gejala hipertensi dan

preeklamsi. Apabila turun di bawah

normal waspadai adanya anemia. Tekanan

darah normal bekisar 110/80 – 120/80

(Walyani, 2015).
41

(b)) Suhu

Untuk mengetahui suhu tubuh ibu normal

atau tidak. Suhu tubuh normal yaitu 36,5 -

370C.

(c)) Nadi

Untuk mengetahui nadi ibu normal atau

tidak. Nadi normal adalah 60-100 x/menit.

(d)) Pernafasan

Untuk mengetahui pernafasan ibu normal

atau tidak. Pernafasan normal yaitu 16-20

x/menit.

(4)) Tinggi badan

Tinggi badan dibawah 145cm potensi terjadi

Cepalo Pelvic Disporporsion (CPD) (Walyani,

2015).

(5)) Berat badan

Kenaikan berat badan pada wanita hamil

trimester I kira-kira 1-2 kg, pada trimester II

dan III 0,35-0,4 kg per minggu (Astuti, 2012).

(6)) Lingkar lengan atas

Batas LILA normal adalah 23,5 cm (Astuti,

2012).
42

(b) Pemeriksaan sistematis

Pemeriksaan sistematis menurut Astuti (2012),

yaitu:

(1)) Kepala

(a)) Rambut

Meliputi pemeriksaan kebersihan dan

warna.

(b)) Muka

Meliputi pemeriksaan oedema dan cloasma.

(c)) Mata

Meliputi pemeriksaan conjungtiva dan

sklera.

(d)) Hidung

Meliputi pemeriksaan kebersihan, secret

dan benjolan.

(e)) Telinga

Meliputi pemeriksaan tanda infeksi,

serumen dan kesimetrian.

(f)) Mulut

Pemeriksaan meliputi keadaan bibir,

stomatitis, dan karies lidah.


43

(2)) Leher

Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar

limfe, pembesaran kelenjar tiroid dan

bendungan vena jugularis atau tumor.

(3)) Dada dan Axilla

(a)) Pembesaran, simetris, areola, puting,

kolostrum dan tumor.

(b)) Benjolan dan nyeri tekan.

(4)) Ekstremitas

Untuk mengetahui oedema pada tangan dan

kaki, pucat pada kuku jari, varices dan reflek

patella.

(c) Pemeriksaan khusus obsteri

(1)) Abdomen

(a)) Inspeksi

Pemeriksaan meliputi pembesaran perut,

bentuk, linea nigra, striae gravidarum

(Astuti, 2012).

(b)) Palpasi

Meliputi pemeriksaan kontraksi, tinggi

fundus uteri, letak, presentasi, posisi dan

penurunan kepala (Astuti, 2012).


44

(c)) Auskultasi

Pemeriksaan menggunakan stetoskop

monoaural atau doppler untuk

mendengarkan DJJ setelah umur kehamilan

18 minggu, meliputi frekuensi, keteraturan,

dan kekuatan. DJJ normal adalah 120-160

kali per menit (Walyani, 2015).

(2)) Pemeriksaan panggul

Astuti (2012), menyatakan pemeriksaan

panggul meliputi :

(a)) Distansia spinarum

Yaitu antara spina iliaka anterior superior

kanan dan kiri, dengan ukuran normal 23

cm – 26 cm.

(b)) Distansia kristarum

Yaitu antara krista iliaka terjauh kanan

dan kiri dengan ukuran sekitar 26 cm - 29

cm.

(c)) Konjungata eksterna (boudeloqe)

Yaitu antara tepi atas simfisis dan

prosesus spinosus lumbal V dengan

ukuran normal sekitar 18 cm - 20 cm.


45

(d)) Lingkar panggul

Yaitu dari tepi atas simfisis pubis,

mengelilingi ke belakang melalui

pertengahan SIAS ke ruas lumbal V dan

kembali lagi ke simfisis melalui

pertengahan spina iliaka anterior superior

(SIAS) berakhir di tepi atas simfisis.

Ukuran sekitar 80 cm - 90 cm.

(d) Pemeriksaan penunjang

Melakukan tes laboratorium yang diperlukan yakni

protein urine, glukosa urine, dan haemoglobin

(Walyani, 2015).

b) Langkah II : Interpretasi data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosis,

kebutuhan dan masalah klien berdasarkan interpretasi yang

benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan

(Walyani, 2015).

(1) Diagnosa kebidanan

Prediksi yang mencakup masalah potensial dan

prognosis hasil dari perumusan masalah yang

merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan

(Wildan & Hidayat, 2013).


46

Diagnosa pada ibu hamil normal adalah sebagai berikut:

Ny...G...P...A...umur ... tahun hamil ... minggu, janin

tunggal atau ganda, letak lintang atau memanjang,

punggung kanan atau kiri, presentase kepala atau

bokong, sudah atau belum masuk panggul, normal.

Data Dasar:

(a) Data Subjektif

Data subjektif didapatkan dari pengumpulan data

klien melalui anamnesa (Walyani, 2015).

(b) Data Objektif

Menurut Astuti (2012), data objektif meliputi data

hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaaan laboratorium,

dan pemeriksaan penunjang lainnya.

(2) Masalah

Masalah sering berhubungan dengan bagaimana wanita

itu mengalami kenyataan terhadap diagnosisnya

(Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

(3) Kebutuhan

Kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya

(Sulistyawati & Nugraheny, 2013).


47

c) Langkah III : Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi diagnosa potensial berdasarkan rangkaian

masalah yang ada. Membutuhkan antisipasi, bila mungkin

dilakukan pencegahan (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

d) Langkah IV : Tindakan Segera

Dalam pelaksanaannya bidan kadang dihadapkan pada

situasi darurat dan harus segera menyelamatkan pasien.

Oleh karena itu bidan dituntut mampu melakukan evaluasi

keadaan pasien agar asuhan yang diberikan tepat dan aman

(Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

e) Langkah V : Rencana Tindakan

Direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan

langkah sebelumnya (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

Menurut Maryunani (2016), dalam pembuatan rencana

tindakan ditujukan untuk mencapai taraf kesehatan tertinggi

dalam kehamilan dan menjelang persalinan. Adapun

rencana yang dapat dilakukan, sebagai berikut :

(1) Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.

(2) Anjurkan konsumsi makanan dengan diet tinggi zat

besi.

(3) Berikan terapi zat besi.

(4) Berikan vitamin C (3x100mg).


48

(5) Berikan nasihat kepada ibu mengenai nutrisi, olahraga

ringan, istirahat, kebersihan diri, tanda-tanda bahaya,

kegiatan sehari-hari, obat-obatan, dan persiapan

kelahiran.

(6) Jadwalkan kunjungan berikutnya

f) Langkah VI : Pelaksanaan

Langkah ini rencana asuhan menyeluruh dilakukan secara

efisien dan aman (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Pada

langkah ini bidan melakukan apa yang sudah direncanakan

pada tahap sebelumnya, yaitu :

(1) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.

(2) Menganjurkan konsumsi makanan tinggi zat besi.

(3) Memberikan terapi zat besi

(4) Memberikan vitamin C (3x100mg)

(5) Memberikan nasihat kepada ibu mengenai nutrisi,

olahraga ringan, istirahat, kebersihan diri, tanda-tanda

bahaya, kegiatan sehari-hari, obat-obatan, dan persiapan

kelahiran.

(6) Menjadwalkan kunjungan berikutnya

g) Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah asuhan yang

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan


49

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan

diagnosa/masalah (Walyani, 2015).

Evaluasi pada kasus ini sesuai dengan pelaksanaan, yaitu :

(1) Ibu merasa nyaman dan tidak cemas dengan

keadaannya.

(2) Ibu paham akan penjelasan bidan.

(3) Ibu bersedia mengonsumsi tablet zat besi sesuai

petunjuk bidan.

3) Dokumentasi kehamilan kunjungan II dan III

Dokumentasi menggunakan metode SOAP, yaitu :

a) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesa diperoleh dari hasil bertanya

pada klien dan keluarga. Pada kunjungan ulang data

subjektif atau anamnesa mengenai riwayat kehamilan

sekarang meliputi gerakan janin dalam 24 jam, perasaan

klien sejak kunjungan terakhirnya, masalah atau tanda-

tanda bahaya yang mungkin dialami klien sejak kunjungan

terakhir, keluhan-keluhan yang lazim dalam kehamilan, dan

kekhawatiran-kekhawatiran lainnya (Walyani, 2015).

b) O (Objektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang


50

dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung

assessment. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan, meliputi

berat badan, vital sign, pengukuran tinggi fundus uteri,

palpasi abdomen, dan DJJ, serta pemeriksaan penunjang

(Walyani, 2015).

c) A (Asessment)

Asessment atau analisa merupakan kesimpulan yang didapat

dari hal anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan

kebidanan, pemeriksaan dalam, dan pemeriksaan penunjang

(Walyani, 2015). Pada kasus ini asessment ditulis, sebagai

berikut: Ny... G..P..A..umur ... tahun hamil ... minggu, janin

tunggal atau ganda, letak lintang atau memanjang,

punggung kanan atau kiri, presentase kepala atau bokong,

sudah atau belum masuk panggul.

d) P (Plan)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi berdasakan assesment. Pada

kasus ini plan menjelaskan dan memberi nasihat kepada ibu

mengenai ketidaknyamanan yang dialami ibu, nutrisi dan

pertumbuhan janin, persiapan kelahiran / kegawatdaruratan,

tanda - tanda bahaya, dan menjadwalkan kunjungan

berikutnya (Walyani, 2015).


51

2. PERSALINAN

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

a) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di

luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain

(Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

b) Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput

ketuban keluar dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal

jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit (Marmi,

2012).

c) Persalinan adalah proses alamiah yang dialami seorang

wanita pada akhir proses kehamilannya. Fisiologi ibu dalam

persalinan akan terjadi perubahan dan dipengaruhi oleh

banyak faktor. (Suhartika, 2018).

2) Tanda-tanda persalinan

Tanda-tanda persalinan menurut Marmi, (2012) adalah :

a) Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat:

(1) Terjadinya Lightening

Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi

penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk

pintu atas panggul yang disebabkan : kontraksi Broxton


52

Hiks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum

rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala ke arah

bawah.

(2) Terjadinya His Permulaan

Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan

progesteron makin berkurang sehingga produksi

oksitosin meningkat, dengan demikian dapat

menimbulkan kontraksi yang lebih sering, his

permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his

palsu.

b) Tanda-tanda timbulnya persalinan

(1) Terjadinya His Persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba

menimbulkan rasa nyeri diperut serta dapat

menimbulkan pembukaan serviks kontraksi rahim

dimulai pada 2 face maker yang letaknya didekat cornu

uteri.

(2) Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan

lepasnya lendir berasal dari kanalis servikalis.

Sedangkan pengeluaran darah disebabkan robeknya

pembuluh darah waktu serviks membuka.

(3) Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya


53

Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat

pecahnya selaput ketuban. Jika ketuban sudah pecah,

maka ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam

24 jam.

(4) Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara

berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement

adalah pendataran atau pemendekan kanalis servikalis

yang semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama

sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti

kertas.

c) Penyebab mulainya persalinan

Menurut Johariah & Ningrum (20) Teori tentang penyebab

persalinan, antara lain:

(1) Teori peregangan

(a) Otot rahim mempunyai kemampuan meregangkan

dalam batas tertentu.

(b) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

(c) Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi

kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga

menimbulkan proses persalinan.


54

(2) Teori penurunan progesterone

(a) Proses penuaan plasenta mulai umur kahamilan 28

minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,

pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu

(b) Produksi progesterone mengalami penurunan,

sehingga otot rahim menjadi lebih sensitif terhadap

oksitosin.

(c) Akibat otot rahim mulai berkontraksi setelah

tercapai tingkat penurunan progesterone tertentu.

(3) Teori oksitosin internal

(a) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis

posterior.

(b) Perubahan keseimbangan esterogen dan

progesterone dapat mengubah sensitivitas otot

rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton

Hicks.

(c) Menurutnya konsentrasi akibat tuanya kehamilan,

maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas,

sehingga persalinan dapat dimulai.

(4) Teori postagladin

(a) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur 15

minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.


55

(b) Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat

menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil

konsepsi dikeluarkan.

(c) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu

persalinan.

(5) Teori hipothalamus-pitutiari dan glandula suprarenalis

(a) Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan

anencephalus sering terjadi kelambatan persalinan

karena tidak terbentuk hipotalamus.

(b) Malpraktek pada tahun 1933 mengangkat otak

kelinci percobaan, hasilnya kehamilan kelinci

berlangsung lebih lama.

(c) Dan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan

terdapat hubungan antara hipothalamus dengan

mulanya persalinan.

(d) Gladula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya

persalinan.

Bagaimana bisa terjadinya persalinan, tetap belum

dapat diketahui dengan jelas pasti, besar

kemungkinan semua faktor bekerjasama, sehingga

pemicu persalinan menjadi multifaktor.


56

d) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan

Menurut Sondakh (2013), faktor yang mempengaruhi

persalinan, meliputi :

(1) Power (Kekuatan)

Terdiri dari kekuatan primer (dari segmen atas uterus

dan dihantarkan ke uterus bawah) dan kekuatan

sekunder (dari otot-otot diafragma dan abdomen yang

berkontraksi dan mendorong ke luar jalan lahir).

(2) Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terbagi menjadi dua, yaitu jalan lahir keras

dan lunak.

(3) Passenger (Penumpang)

Penumpang atau passenger dalam persalinan terdiri dari

janin dan plasenta.

(4) Psychology (Psikologi)

Respon psikologi ibu dapat dipengaruhi :

(a) Dukungan ayah bayi/suami selama proses

persalinan.

(b) Dukungan keluarga dekat selama proses persalinan.

(c) Saudara kandung bayi selama persalinan.


57

(5) Position (Posisi)

Perubahan posisi yang diberikan pada ibu bertujuan

menghilangkan rasa letih, memberi rasa nyaman, dan

memperbaiki sirkulasi.

e) Mekanisme persalinan

Mekanisme persalinan menurut Sulistyawati & Nugraheny

(2013), yaitu :

(1) Penurunan kepala

Terjadi karena daya dorong dari kontraksi uterus yang

efektif, posisi, serta kekuatan meneran dari pasien.

(2) Penguncian (engagement)

Tahap penurunan pada waktu diameter biparental dari

kepala janin telah melalui lubang masuk panggul

pasien.

(3) Fleksi

Dengan fleksi diameter kepala janin terkecil dapat

bergerak melalui panggul dan terus menuju dasar

panggul.

(4) Putaran paksi dalam

Putaran internal ini akan membuat diameter

anteroposterior (yang lebih panjang) dari kepala

menyesuaikan diri dengan diameter anteroposterior


58

dari panggul pasien. Pada umumnya putaran penuh ini

akan terjadi ketika kepala sampai di dasar panggul.

(5) Lahirnya kepala dengan cara ekstensi

Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar

panggul, dimana gaya tersebut membentuk lengkungan

yang mengarahkan kepala ke atas menuju lorong vulva.

(6) Restitusi

Yaitu perputaran kepala sebesar 45 derajat baik ke

kanan atau ke kiri, mengikuti perputaran menuju posisi

oksiput anterior.

(7) Putaran paksi luar

Putaran ini terjadi bersamaan putaran internal dari bahu.

Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul, bahu

akan mengalami perputaran dalam arah yang sama

dengan kepala janin agar terletak dalam diameter yang

besar dari rongga panggul. Bahu anterior akan terlihat

pada lubang vulva-vaginal, dimana ia akan bergeser di

bawah simfisis pubis.

(8) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi

Bahu posterior akan menggembungkan perineum dan

kemudian dilahirkan dengan cara fleksi lateral. Setelah

bahu lahir, seluruh tubuh bayi lainnya juga akan lahir.


59

f) Partograf

(1) Pengertian

Partograf adalah alat bantu untuk membantu

mengobservasi kemajuan kala I persalinan dan

memberikan informasi dalam membuat keputusan

klinik (Sondakh, 2013).

(2) Tujuan utama pembuatan partograf

Menurut Sondakh (2013), yaitu :

(a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan

dengan menilai pembukaan serviks dengan

pemeriksaan dalam.

(b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan

normal

(c) Data lengkap yang terkait dengan pemantauan

kondisi ibu, kondisi bayi, dan grafik kemajuan

persalinan.

(3) Pencatatan partograf

Menurut Hidayat & Sujiyatini (2010), pencatatan

partograf yaitu :

(a) Serviks

Pembukaan serviks dinilai saat melakukan

pemeriksaan vagina dan ditandai dengan huruf (X).

Garis waspada : yaitu garis yang dimulai saat


60

pembukaan 4cm hingga pembukaan penuh yang

diperkirakan 1cm per jam. Garis tindakan : 4 jam ke

sebelah kanan dari garis waspada.

(b) Penurunan kepala janin

Dinilai melalui palpasi abdomen dengan membagi

bagian kepala menjadi 5 bagian yang bisa di palpasi

siatas simfisis pubis, diberi tanda (O) pada setiap

pemeriksaan vagina. Turunnya kepala janin diukur

dengan pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan ini

harus dilakukan sebelum pemeriksaan vagina.

(c) Kontraksi uterus

Periksa frekuensi dan lama kontraksi setiap jam fase

laten dan tiap 30 menit selama fase aktif. Catat lama

kontraksi dalam hitungan detik dan gunakan

lambang yang sesuai.

(1)) Kurang dari 20 detik : titik-titik

(2)) Antara 20-40 detik : diarsir

(3)) Lebih dari 40 detik : diblok

(d) Keadaan janin : periksa DJJ setiap 30 menit pada

fase aktif

(e) Warna/jumlah cairan/air ketuban

(1)) U : ketuban utuh

(2)) J : air ketuban jernih


61

(3)) M : air ketuban bercampur mekonium

(4)) D : air ketuban bercampur darah

(5)) K : air ketuban tidak ada (kering)

(f) Molase tulang kepala janin

Kode molase :

(1)) 0 : Tulang-tulang kepala janin terpisah dan

sutura dapat teraba dengan mudah

(2)) 1 : Tulang-tulang kepala janin saling

bersentuhan

(3)) 2 : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang

tindih tapi masih dapat dipisahkan

(4)) 3 : Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih

dan tidak bisa dipisahkan

(g) Keadaan ibu

(1)) Nadi setiap 30 menit, TD tiap 4 jam, suhu tiap

2 jam

(2)) Urine : Volume, protein tiap 2-4 jam

(3)) Obat-obatan/cairan IV

(4)) Catat oxytocyn per volume cairan IV dalam

hitungan tetes permenit setiap 30 menit bila

dipakai

(5)) Catat semua obat tambahan yang diberikan


62

(h) Informasi tentang ibu

(1)) Nama, umur

(2)) G, P, A

(3)) Nomor register

(4)) Tanggal dan waktu mulai dirawat

(5)) Waktu pecahnya ketuban

Lembar balik partograf disebut sebagai catatan

persalinan karena mencakup catatan dari kala I-IV

persalinan (Hidayat & Sujiyatini, 2010).

g) Tahapan persalinan

Menurut Sondakh (2013), tahapan persalinan dibagi

menjadi empat tahap antara lain sebagai berikut :

(1) Kala I

Kala I dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan

lengkap. Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu :

(a) Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks

membuka sampai 3 cm.

(b) Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, serviks

membuka dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih

kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase :

(1)) Fase akselerasi: Dalam waktu 2 jam

pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.


63

(2)) Fase dilatasi maksimal: Dalam waktu 2 jam

pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4

cm menjadi 9 cm.

(3)) Fase deselerasi: Pembukaan menjadi lambat.

Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi

lengkap.

Pada primigravida, kala I berlangsung 12 jam,

sedangkan pada multigravida 8 jam.

(2) Kala II

Menurut Sulistyawati & Nugraheny (2013), gejala

utama Kala II adalah sebagai berikut :

(a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,

dengan durasi 50 sampai 100 detik.

(b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai

dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

(c) Ketuban pecah mendekati pembukaan lengkap

diikuti keinginan ingin mengejan.

(d) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong

kepala bayi sehingga terjadi:

(1)) Kepala membuka pintu

Subocciput bertindak sebagai hipomoglion

kemudian secara berturut-turut lahir ubun-


64

ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta

kepala seutuhnya.

(2)) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar

paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada

punggung.

(3)) Setelah putaran paksi, maka persalinan bayi

ditolong dengan cara:

(a)) Kepala dipegang pada os ociput dan di

bawah dagu, kemudian ditarik kebawah

untuk melahirkan bahu depan dan keatas

untuk melahirkan bahu belakang.

(b)) Setelah kedua bahu lahir. Ketiak dikait

untuk melahirkan sisa badan bayi.

(c)) Bayi lahir diikuti sisa air ketuban

Begitu pembukaan serviks mencapai dilatasi penuh,

jangka waktu sampai terjadinya kelahiran tidak boleh

melampaui 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

multipara (Hakimi, 2010).

(3) Kala III

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30

menit (Sondakh, 2013). Menurut Sulistyawati &


65

Nugraheny (2013), tanda-tanda lepasnya plasenta

adalah :

(a) Uterus menjadi bundar.

(b) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke

segmen bawah rahim.

(c) Tali pusat bertambah panjang.

(d) Terjadi perdarahan

Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan

ringan secara crede pada fundus uterus.

(4) Kala IV

Menurut Sondakh (2013), kala IV dimulai dari saat

lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. Pada Kala

IV bertujuan untuk melakukan observasi karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam

pertama. Observasi yang dilakukan adalah :

(a) Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui

dengan pemeriksaan palpasi.

(b) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa.

(c) Kandung kemih : harus kosong, jika penuh anjurkan

berkemih atau kateterisasi.

(d) Luka-luka : jahitannya baik atau tidak, ada

perdarahan atau tidak.

(e) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.


66

(f) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan masalah lain.

(g) Bayi dalam keadaan baik.

h) Perubahan fisiologis pada masa persalinan

Menurut Sondakh (2013), perubahan fisiologis pada masa

persalinan, antara lain:

(1) Sifat kontraksi otot rahim

Setelah kontraksi otot rahim tidak berelaksasi kembali,

tetapi menjadi lebih pendek walaupun tonus kembali

seperti sebelum kontraksi, yang disebut retraksi.

Retraksi ini mengakibatkan segmen atas rahim makin

tebal terutama setelah bayi lahir. Kontraksi tidak sama

kuatnya, tetapi paling kuat di daerah fundus.

(2) Perubahan bentuk rahim

Kontraksi mengakibatkan sumbu panjang rahim

bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang

maupun ukuran muka berkurang. Pengaruh perubahan

bentuk rahim merupakan salah satu sebab dari

pembukaan serviks.

(3) Ligamentum rotundum

Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos.

Jika uterus berkontraksi otot-otot ini ikut berkontraksi

sehingga Ligamentum rotundum menjadi pendek.


67

(4) Perubahan pada serviks

Agar janin dapat keluar maka perlu terjadi pembukaan

dari serviks. Faktor-faktor yang menyebabkan

pembukaan serviks antara lain: otot serviks menarik

pada pinggir ostium, saat kontraksi segmen bawah

rahim dan serviks teregang dan menyebakan tarikan

pada serviks.

(5) Perubahan vagina dan dasar panggul

Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada

dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan anak.

Oleh bagian tersebut, dasar panggul teregang mejadi

saluran dengan dinding yang tipis.

i) Kebutuhan dasar ibu bersalin

Menurut Sulistyawati & Nugraheny (2013), kebutuhan

dasar ibu bersalin, yaitu:

(1) Makan dan minum per oral

Pada proses persalinan, motilitas lambung, absorpsi

lambung, dan sekresi asam lambung menurun.

Sedangkan, cairan tidak terpengaruh dan akan

meninggalkan lambung dengan durasi waktu yang

biasa, oleh karena itu pasien sangat dianjurkan minum

cairan yang manis dan berenergi sehingga kebutuhan

kalori tetap terpenuhi.


68

(2) Akses intravena

Tindakan pemasangan infus dengan pertimbangan

sebagai jalur obat, cairan atau darah untuk

mempertahankan keselamatan jika terjadi keadaan

darurat dan untuk mempertahankan suplai cairan.

(3) Posisi dan ambulasi

Posisi yang nyaman selama persalinan sangat

diperlukan bagi pasien. Selain mengurangi ketegangan

dan rasa nyeri posisi juga membantu penurunan kepala

janin.

(4) Eliminasi selama persalinan

(a) Buang Air Kecil (BAK)

Selama proses persalinan, pasien akan mengalami

poliuri sehingga penting untuk difasilitasi. Apabila

masih pada awal kala I, ambulasi dengan berjalan

kaki ke toilet karena dapat membantu penurunan

kepala janin. Sedangkan, jika pasien tidak

memungkinkan untuk BAK sendiri maka tugas

bidan untuk memfasilitasi menggunakan pispot

dengan tetap memperhatikan privasi dan keinginan

ibu.
69

(b) Buang Air Besar (BAB)

Jika pasien dapat berjalan sendiri ke toilet, maka

cukup untuk menemaninya sampai ia selesai.

Namun, jika kondisi sudah tidak memungkinkan

untuk turun dari tempat tidur, tanyakan terlebih

dahulu posisi yang diinginkan dan siapa yang akan

dimintai bantuan membersihkannya.

(5) Istirahat

Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup sebagai

persiapan menghadapi persalinan yang panjang,

terutama pada primipara.

(6) Kebersihan tubuh

Sebagian ibu akan merasa tidak nyaman jika kondisi

tubuhya kotor dan bau akibat keringat berlebih selama

persalinan. Maka bidan sebaiknya tetap memperhatikan

kebersihan tubuh pasien.

(7) Kehadiran pendamping

Kehadiran seseorang yang penting dan dapat dipercaya

sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani

proses persalinan.

(8) Bebas dari nyeri

Setiap pasien selalu menginginkan terbebas dari nyeri.

Maka perlu ditekankan pada pasien bahwa proses


70

persalinan membutuhkan rasa nyeri dari his untuk

kemajuan persalinan.

j) Teori evidence based dalam persalinan

Infeksi pada bayi baru lahir merupakan salah satu

penyebab kematian bayi terutama di negara sedang

berkembang. Kematian akibat infeksi tali pusat yang

menyebabkan tetanus neonatorum juga masih ditemukan di

berbagai negara. World Health Organization (WHO)

melaporkan bahwa sekitar 500.000 bayi baru lahir

meninggal setiap tahunnya karena infeksi bakteri. Hal ini

disebabkan karena praktik pemotongan tali pusat yang tidak

steril. Pemotongan tali pusat yang lebih cepat dilakukan

banyak dilakukan akibat kebijakan penerapan MAK III

karena dapat menurunkan kejadian perdarahan. Namun,

WHO juga melaporkan bahwa asuhan yang fisiologis yakni

tidak memberikan oksitosin, Peregangan Tali Pusat

Terkendali (PTT) juga tidak menambah risiko terjadinya

perdarahan. Praktik penundaan penjepitan/ pemotongan tali

pusat terbukti dapat memproteksi bayi dari anemia

defisiensi besi. Menunda penjepitan tali pusat pada bayi

cukup bulan dapat memberikan tambahan 30 persen darah

ekstra hingga 60 persen lebih banyak sel darah merah. Dari

fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa penundaan


71

pemotongan tali pusat perlu diadopsi dalam praktik

kebidanan. Lotus birth merupakan salah satu metode yang

dapat memungkinkan penundaan pemotongan tali pusat

dilakukan meskipun masih kontroversi (Djami, 2013).

Nyeri saat persalinan merupakan proses yang

fisiologis. Sebanyak 12% - 67% wanita merasa khawatir

dengan nyeri yang akan dialami saat persalinan. Salah satu

upaya untuk mengurangi nyeri persalinan adalah dengan

masase. Pada penelitian ini memberikan hasil bahwa

masase pada punggung yang dimulai pada servikal 7 kearah

luar menuju sisi tulang rusuk selama 30 menit dapat

mengaktivasi serabut saraf berdiameter besar untuk

menutup pintu gerbang hantaran nyeri yang dibawa oleh

serabut saraf berdiamater kecil sehingga tertutupnya

hantaran nyeri ke kortek serebral dan mengakibatkan nyeri

berkurang. Mekanisme pemijatan menggunakan teori

pengendalian gerbang informasi nyeri yang bergantung

pada keseimbangan aktifitas diserat saraf berdiamater besar

dan kecil disepanjang spina columna yang dapat

menghambat hantaran nyeri ke otak (Aryani dkk, 2015).

b. Dokumentasi asuhan kebidanan pada persalinan

Dokumentasi menggunakan metode SOAP, yaitu:

Kala I:
72

1) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

Pada kasus kala I lama anamnesa terdiri dari: keluhan utama

ibu, usia kehamilan dan paritas.

2) O (Objektif)

Mengumpulkan data guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Pada kasus kala I

lama data terdiri dari:keadaan umum, kesadaran, vital sign,

pemeriksaan leopold, DJJ, pengeluaran pervaginam : keluar air

ketuban jernih dan tidak berbau, dan pemeriksaan laboratorium.

3) A (Asessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

diagnosa atau masalah potensial (Walyani, 2015). Pada kasus

normal asessment ditulis, sebagai berikut: Ny... G..P..A.. umur

...tahun.. hamil... minggu, janin tunggal/kembar, hidup/mati,

intrauteri/ekstrauteri, letak memanjang/melintang, punggung

kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, UUK jam ....,inpartu kala

I fase aktif/laten.
73

4) P (Plan)

Melaksanakan asuhan menyeluruh yang telah direncanakan

secara efektif dan aman (Marmi, 2012). Plan pada kasus

normal menurut Suhartika (2018), yaitu:

a) Informasikan hasil yang didapat dari pengkajian

b) Jelaskan semua asuhan yang diberikan

c) Mengobservasi kandung kemih

d) Menyiapkan perlengkapan persalinan

Kala II:

1) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

Pada kasus kala II normal hasil anamnesis yaitu ketika ibu

mengeluh mulesnya semakin sering dan sakit, pengeluaran

lendir darah semakin banyak dan atau disertai cairan ketuban

serta ada dorongan untuk meneran seperti ingin BAB (Wildan

& Hidayat, 2008).

2) O (Objektif)

Mengumpulkan data guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis (Sulistyawati & Nugraheny, 2013). Pada kasus kala

II data objektif diperoleh hasil vulva dan anus membuka,

perineum menonjol, kontraksi 40 detik, frekuensi 3 kali dalam


74

10 menit, intensitas kuat, pembukaan lengkap (Sulistyawati &

Esti, 2013).

3) A (Asessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

diagnosa atau masalah potensial (Walyani, 2015). Pada kasus

kala II asessment ditulis, sebagai berikut: Ny... G..P..A.. umur

...tahun.. hamil... minggu, janin tunggal/kembar, hidup/mati,

intrauteri/ekstrauteri, letak memanjang/melintang, punggung

kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, UUK jam ....,inpartu kala

II.

4) P (Plan)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi berdasakan Assesment (Walyani,

2015). Plan pada kasus kala II menurut Sulistyawati &

Nugraheny (2013), yaitu: menjaga kebersihan pasien, mengatur

posisi, memenuhi kebutuhan hidrasi, melibatkan suami dalam

proses persalinan,memberi dukungan mental, dan melakukan

pertolongan persalinan sesuai 60 langkah APN

Kala III :

1) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).


75

Pada kasus kala III anamnesa merupakan hasil dari evaluasi

kala II, sebagai berikut: ibu mengatakan bayinya telah lahir, ibu

mengatakan plasentanya belum lahir, dan ibu merasa masih

mules.

2) O (Objektif)

Mengumpulkan data guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis. Pada kasus kala III data terdiri dari: kelahiran bayi,

plasenta belum lahir, tidak teraba janin kedua, dan teraba

kontraksi uterus (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

3) A (Asessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

diagnosa atau masalah potensial (Walyani, 2015). Pada kasus

kala III asessment ditulis, sebagai berikut: Ny.. P..A.. inpartu

kala III.

4) P (Plan)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi berdasakan Assesment (Walyani,

2015). Plan pada kasus kala III menurut Sulistyawati &

Nugraheny (2013), yaitu: melakukan palpasi ada tidaknya janin

kedua, memberikan suntikan oksitosin 0,5 cc secara IM,

melibatkan keluarga dalam pemenuhan hidrasi, melakukan


76

pemotongan tali pusat, melakukan PTT, dan melahirkan

plasenta.

Kala IV :

1) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa. Pada kasus kala IV anamnesa yang

didapatkan biasanya sebagai berikut: ibu mengatakan

plasentanya telah lahir, ibu merasa masih mules, ibu merasa

lelah tapi bahagia (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

2) O (Objektif)

Mengumpulkan data guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis. Pada kasus kala IV data terdiri dari:waktu

kelahiranplasenta, tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus

baik/tidak (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

3) A (Asessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

diagnosa atau masalah potensial (Walyani, 2015). Pada kasus

kala IV asessmentditulis, sebagai berikut: Ny.. P..A.. inpartu

kala IV.

4) P (Plan)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi berdasakan assesment (Walyani,


77

2015). Plan pada kasus kala IV menurut Sulistyawati &

Nugraheny (2013), yaitu: melakukan pemantauan intensif pada

pasien, melakukan penjahitan luka perineum apabila terjadi

robekan, memantau jumlah perdarahan, dan memenuhi

kebutuhan pasien pada kala IV.

3. BAYI BARU LAHIR

a. Konsep Dasar

1) Pengertian Bayi Baru Lahir

a) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan,

38-42 minggu dengan berat badan 2500-3000 gram dan

panjang panjang badan sekitar 50-55 cm (Sondakh, 2013).

b) Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan

individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami

trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37 sampai 42 minggu dan berat badannya 2.500

sampai 4.000 gram (Dewi, 2013).

c) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang dilahirkan pada

usia 37-42 minggu dengan berat lahir 2500-4000 gram

(Runjati, 2018).

2) Perubahan Fisiologis Bayi segera setelah lahir


78

a) Perubahan Sistem Termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh

mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya

perubahan perubahan lingkungan. Pada saat bayi

meningalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi

tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang

bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini

menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga

mendinginkan darah bayi (Johariyah & Ningrum, 2012).

Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena

penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:

(1) Radiasi : yaitu panas tubuh bayi memancar ke

lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal : BBL

diletakan di tempat yang dingin (Johariyah & Ningrum,

2012). Kehilangan panas yang terjadi karena bayi

ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai

suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena

benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh

bayi (Ekayanthi, 2018).

(2) Evaporasi : yaitu cairan/air ketuban yang membasahi

kulit bayi menguap, misal : BBL tidak langsung di

keringkan dari air ketuban (Johariyah & Ningrum,

2012). Penguapan cairan ketuban pada permukaan


79

tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir,

tubuh bayi tidak segera dikeringkan (Ekayanthi, 2018).

(3) Konduksi : yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena

kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang

lebih dingin, misal : popok/celana basah (Johariyah &

Ningrum, 2012). Kehilangan panas tubuh melalui

kontak langsung antara tubuh bayi permukaan yang

dingin, contoh meja, tempat tidur, timbangan yang

temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi (Ekayanthi,

2018).

(4) Konveksi : yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena

aliran udara sekeliling bayi, misal: BBL diletakkan

dekap pintu/jendela terbuka (Johariyah & Ningrum,

2012). Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi

terpapar udara sekitar yang lebih dingin, contoh :

ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas

angin (Ekayanthi, 2018).

b) Perubahan Sistem Pernafasan

Pada saat lahir, bayi berpindah tempat dari suasana

hangat dilingkungan rahim ke dunia luar. Pemeliharaan

fungsi pernapasan sangat penting dilakukan. Keadaan

hipoksia akan diperparah oleh kegagalan pemeliharaan

pernapasan (Ekayanthi, 2018).


80

(1) Perkembangan Paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul

dari pharynx, yang bercabang dan kemudian bercabang

kembali membentuk struktur percabangan bronkus.

Proses ini berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia

8 tahun samapai jumlah bronkiolus dan alveolus akan

sepenuhnya berkembang, walaupun janin

memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang

trimester 2-3. Ketidakmatangan paru-paru terutama

akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi

baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu,

ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak

mencukupinya jumlah surfaktan (Johariyah & Ningrum,

2012).

(2) Awal adanya nafas

Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas

pertama bayi:

(a) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik

lingkungan luar rahim merangsang pusat pernafasan

di otak.

(b) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena

kompresi paru paru secara mekanis (Johariyah dan

Ningrum, 2012).
81

(3) Dari cairan menuju udara

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-

parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama

persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar

dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui

sectio caesaria kehilangan keuntungan dari kompresi

rongga dada ini dapat menderita paru paru basah dalam

jangka waktu lama. Dengan beberapa kali tarikan napas

pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus

bayi baru lahir. Dengan sisa cairan did alam paru paru

dikeluarkan dari paru dan diserap olh pembuluh limfe

dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang

terisi udara sesuai perjalanan waktu (Johariyah &

Ningrum, 2012).

c) Sistem Pencernaan

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai

menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk

yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir.

Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan

dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas.

Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih

belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi

baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat


82

terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir

cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara

lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.

Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting

contohnya memberi ASI on demand (Johariyah &

Ningrum, 2012).

d) Sistem Kardiovaskular dan Darah

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati

paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi

melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan

(Johariyah & Ningrum, 2012).

Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah

lahir. Denyut nadi bekisar 120-160 kali/menit saat bangun

dan 100 kali/menit saat tidur. Rata-rata tekanan darah 80/46

mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat

aktivitas bayi (Sondakh, 2013).

3) Asuhan Bayi Baru Lahir dalam 2 jam pertama

a) Penilaian Awal pada Bayi segera setelah lahir

Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan

kering yang diperut bawah ibu. Segera lakukan

penilaian awal untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan

berikut :

(1) Apakah bayi cukup bulan ?


83

(2) Apakah air ketuban jernih dan tidak bercampur

mekonium ?

(3) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas spontan ?

(4) Apakah kulit bayi berwarna kemerahan ?

(5) Apakah tonus atau kekuatan otot cukup, apakah bayi

bergerak dengan aktif ? (Marmi, 2012).

b) Pemotongan Tali Pusat

Pemotongan tali pusat dilakukan dengan menjepit tali pusat

di dua tempat dengan klem. Klem pertama diletakkan 3 cm

dari pusat bayi, klem kedua diletakkan 2 cm dari klem

pertama, kemudian tali pusat dipotong di tengah-tengah

klem (Ekayanthi, 2018).

Ketika bayi masih berada dalam kandungan ibu, ia

mendapat makanan dan udara melalui pembuluh-pembuluh

darah yang mengalir di dalam tali pusat. Segera setelah bayi

lahir dan ibu telah mendapatkan suntikan Oxytocin 10 Unit

secara IM (Marmi, 2012).

c) Resusitasi

Resusitasi BBL bertujuan untuk memulihkan fungsi

pernafasan bayi baru lahir yang mengalami asfiksia dan

terselamatkan hidupnya tanpa gejala sisa di kemudian hari.

Kondisi ini merupakan dilema bagi penolong tunggal

persalinan karena disamping menangani ibu bersalin, ia


84

juga harus menyelamatkan bayi yang mengalami asfiksia.

Resusitasi BBL pada APN ini dibatasi pada langkah-

langkah penilaian, langkah awal dan ventilasi untuk inisiasi

dan pemulihan pernafasan (Marmi, 2012).

Resusitasi bayi baru lahir merupakan suatu prosedur

yang dilakukan untuk menangani bayi yang gagal bernapas

secara spontan. Tindakan resusitasi dilakukan tidak

menunggu nilai Apgar, karena semakin lambat memulai,

maka kegagalan resusitasi akan semakin besar (Ekayanthi,

2018).

d) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi menyusu dini (IMD) merupakan program menyusu

dan bukan menyusui, sehingga merupakan gambaran

bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi

yang harus aktif menemukan sendiri puting susu (Marmi,

2012).

Prinsip pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin

melalui Inisiasi Menyusui Dini (IMD), eksklusif selama 6

bulan diteruskan sampai 2 tahun dengan makanan

pendamping ASI sejak 6 bulan (Ekayanthi, 2018).

Langkah – langkah Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

(1) Program ini dilakukan dengan cara langsung

meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan


85

memberikan bayi ini merayap untuk menemukan puting

susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung

saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan

menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh

dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya.

Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan

ibu.

(2) Tahapannya adalah setelah bayi diletakkan, dia akan

menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, maka

kemungkinan saat pertama kali diletakkan di dada ibu,

bayi belum bereaksi. Kemudian berdasarkan bau yang

dicium dari tangannya, ini membantu dia menemukan

puting susu ibu. Dia akan merangkak naik dengan

menekankan kakinya pada perut ibu. Bayi akan

menjilati kulit ibunya yang mengandung bakteri baik

sehingga kekebalan tubuh bayi dapat bertambah. Ingat,

bahwa dalam IMD, Anda tidak boleh memberikan

bantuan apapun pada bayi tapi biarkan bayi menyusu

sendiri. Biasanya, bayi dapat menemukan puting susu

ibu dalam jangka waktu 1 jam pertama.

(3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan

kepada BBL hingga IMD selesai dilakukan. Prosedur

tersebut misalnya: menimbang, pemberian antibiotik


86

salep mata, vitamin K1, imunisasi dan lain-lain (Marmi,

2012).

e) Teori evidence based dalam asuhan bayi baru lahir

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah

terjadinya penyakit infeksi seperti tetanus neonatorum pada

bayi baru lahir. Perawatan tali pusat secara umum bertujuan

untuk mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat

putusnya tali pusat. Bila tali pusat basah, berbau dan

menunjukkan tanda-tanda infeksi, harus waspada terhadap

infeksi tali pusat. Perempuan di KwaZulu-Natal, Kenya

telah menggunakan ASI (kolostrum) untuk merawat tali

pusat bayi baru lahir. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa waktu pelepasan yang diberi

perawatan ASI 2 hari 1 jam lebih cepat daripada dengan

perawatan kassa kering selama 6 hari 4 jam. Kandungan

gizi yang baik di dalam ASI berupa laktosa, protein, lemak,

mineral, dan vitamin di dalam ASI memiliki efek secara

langsung ke dalam sel. ASI mempunyai kandungan protein

cukup tinggi. Protein berfungsi sebagai pembentuk ikatan

isensial tubuh, bereaksi terhadap asam basa agar pH tubuh

seimbang, membentuk antibodi, serta memegang peran

penting dalam mengangkut zat gizi ke dalam jaringan

(Supriyanik & Handayani, 2011).


87

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan

salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di

negara maju maupun di negara berkembang termasuk

Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka

kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya

pneumonia atau bronkopneumonia, terutama pada bayi dan

anak balita. Menurut penelitian ini, pemberian ASI secara

eksklusif berhubungan dengan kejadian ISPA, apabila bayi

yang tidak mendapat ASI eksklusif mempunyai risiko 4,79

kali lebih besar terkena ISPA dibandingkan dengan bayi

yang mendapat ASI Eksklusif (Widarini & Sumasari,

2010).

b. Dokumentasi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

Dokumentasi menggunakan metode SOAP, yaitu :

1) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa (Walyani, 2015). Pada kasus ini

anamnesa dilakukan pada ibu, sebagai berikut: status bayi

adalah anak keberapa dan hasil pemeriksaan fisik bayi baru

lahir pada kala IV (Sondakh, 2013).

2) O (Objektif)

Mengumpulkan data guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis. Pada kasus ini data terdiri dari: keadaan bayi,


88

pemeriksaan fisik, pemeriksaan reflek, pemeriksaan

antropometri, eliminasi dan pemeriksaan penunjang (Sondakh,

2013).

3) A (Asessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

diagnosa atau masalah potensial (Walyani, 2015). Pada kasus

ini asessment ditulis, sebagai berikut: Bayi Ny.. usia ...jam,

normal.

4) P (Plan)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi berdasakan Asessment (Walyani,

2015). Plan pada kasus ini, yaitu: mencuci tangan, memberi

identitas bayi, membungkus bayi dengan kain kering, merawat

tali pusat, menimbang berat badan setiap dimandikan,

mengukur suhu, denyut jantung dan respirasi setiap jam,

menganjurkan ibu mengganti popok setelah BAK/BAB,

menganjurkan ibu ASI Eksklusif, mengajari ibu cara menyusui

yang benar (Sondakh, 2013).


89

4. NIFAS

a. Konsep Dasar

1) Pengertian Masa Nifas

Nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan

selesai sampai 6 minggu atau 24 hari. Selama masa nifas,

organ reproduksi secara perlahan akan mengalami perubahan

seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan reproduksi ini di

sebut invoulsi (Martalia, 2017).

Nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali

seperti keadaan semula sebelum hamil. Nifas merupakan masa

pulihnya alat-alat kandungan dimana masa nifass ini yaitu 6-8

minggu (Maryunani, 2016).

Masa nifas disebut juga masa puerperium, yang artinya

masa setelah melahirkan bayi (Pitriani & Andriyani, 2014).

2) Perubahan Fisiologis Masa Nifas

a) Perubahan Sistem Reproduksi

Perubahan pada sistem reproduksi masa nifas meliputi

perubahan pada vagina, perineum, serviks, uterus, dan

endometrium (Sumiaty, 2018). Pada masa ini terjadi juga

perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang

terjadi antara lain menurut Marliandiani & Ningrum (2015),

adalah sebagai berikut :


90

(1) Uterus

Perubahan pada uterus dikenal dengan sebutan involusi

uteri yaitu suatu proses terjadinya pengerutan pada

uterus sebagai tanda kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil (Sumiaty, 2018).

(2) Iskemia miometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi uterus

yang terus menerus setelah pengeluaran plasenta

sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan

menyebabkan serat otot atrofi.

(3) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormon estrogen saat pelepasan plasenta.

(4) Autolisis

Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterus. Hal ini disebabkan

karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

(5) Efek oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi

perdarahan.
91

(6) Genitalia Eksterna, Vagina, dan Perineum

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada

saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir

dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan

episiotomi atas indikasi tertentu. Robekan perineum

umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi

luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Apabila ada

laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi lakukan

penjahitan dan perawatan dengan baik (Marliandiani

dan Ningrum, 2015).

(7) Serviks uteri

Perubahan yang terjadi pada serviks segera setelah

proses persalinan yaitu menjadi sangat lunak, kendur

dan terbuka seperti corong. Hal ini karena korpus uteri

berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi

sehingga seolah-olah berbentuk seperti cincin di antara

perbatasan korpus dan serviks (Sumiaty, 2018).

(8) Endometrium

Proliferasi sisa-sisa kelenjar endometrium dan stroma

jaringan ikat antar kelenjar akan membentuk

endometrium. Pada 2 atau 3 hari postpartum, lapisan

desidua akan berdiferensiasi menjadi dua lapisan

dengan lapisan basal akan tetap utuh menjadi lapisan


92

endometrium baru, sedangkan lapisan superfisial

desidua akan nekrotik (Sumiaty, 2018).

b) Perubahan Sistem Pencernaan

Setelah proses persalinan, ibu nifas normal akan mengalami

rasa lapar dan haus karena pengaruh banyaknya energi

tubuh yang terkuras pada saat melahirkan (Sumiaty, 2018).

Hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem

pencernaan :

(1) Nafsu Makan

Rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan

dapat memengaruhi nafsu makan ibu. Sebagian ibu

tidak merasakan lapar sampai rasa lelah itu hilang. Ada

juga yang merasakan lapar segera setelah persalinan.

Sebaiknya setelah persalinan segera mungkin berikan

ibu minuman hangat dan manis untuk mengembalikan

tenaga yang hilang. Secara bertahap berikan makanan

yang sifatnya ringan karena alat pencernaan juga perlu

waktu untuk memulihkan keadaannya.

(2) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi

lahir.

(3) Pengosongan Usus


93

Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan awal masa nifas, diare sebelum

persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,

dehidrasi, hemoroid, ataupun laserasi jalan lahir. Sistem

pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk

kembali normal (Marliandiani dan Ningrum, 2015).

c) Perubahan Sistem Perkemihan

Pada saat persalinan, bagian terdepan janin akan menekan

otot-otot pada kandung kemih dan uretra yang

mengakibatkan timbulnya gangguan pada sistem

perkemihan (Sumiaty, 2018). Saluran kemih kembali

normal dalam waktu dua sampai delapan minggu. Hal

tersebut dipengaruhi oleh keadaan/status sebelum

persalinan, lamanya partus kala II dilalui, besarnya tekanan

kepala yang menekan pada saat persalinan (Marliandiani

dan Ningrum, 2015).

d) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Perubahan yang terjadi pada sistem muskuloskeletal yaitu

perubahan pada ligamen, diafragma panggul, fasia dan

dinding abdomen (Sumiaty, 2018).


94

e) Perubahan Tanda-Tanda Vital

(1) Suhu tubuh

Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan

mengalami sedikit peningkatan suhu tubuh (38°C)

sebagai respon tubuh terhadap proses persalinan,

terutama dehidrasi akibat pengeluaran darah dan cairan

saat persalinan. Peningkatan suhu ini umumnya terjadi

hanya sesaat. Jika peningkatan suhu tubuh menetap

mungkin menandakan infeksi.

(2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit.

Pada saat proses persalinan denyut nadi akan

mengalami peningkatan. Denyut nadi yang melebihi

100 x/ menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau

perdarahan postpartum.

(3) Tekanan darah

Tekanan darah normal untuk sistole berkisar 110-140

mmHg dan untuk diastole 60-80 mmHg. Setelah

persalinan, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah

dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya

perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah

mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada

sistole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu


95

dicurigai timbulnya hipertensi atau preeklampsia

postpartum.

(4) Pernapasan

Pada ibu postpartum pada umumnya pernapasan

menjadi lambat atau kembali normal seperti saat

sebelum hamil pada bulan keenam setelah persalinan.

Hal ini karena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam

kondisi istirahat. Bila nadi, suhu tidak normal,

pernapasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran pernapasan. Bila pada

masa nifas pernapasan menjadi lebih cepat,

kemungkinan ada tanda-tanda syok (Marliandiani dan

Ningrum, 2015).

3) Kebutuhan Pada Masa Nifas

a) Kebutuhan gizi

Perubahan pola hidup semsa hamil yang wajib

dipertahankan di masa postpartum adalah pola makan yang

baik dan benar. Makanan yang dikonsumsi ibu harus

mengandung karbohidrat, tinggi protein, zat besi, vitamin,

dan mineral untuk mengatasi anemia, cairan dan serat untuk

memperlancar sekresi. Ibu nifas dan menyusi

membutuhkan tambahan kalori ± 700 kalori pada enam

bulan pertama untuk memberikan ASI Eksklusif dan bulan


96

selanjutnya kebutuhan kalori menurun ± 500 kalori, karena

bayi telah mendapatkan makanan pendamping ASI.

Kelebihan kalori pada ibu nifas akan berakibat pada

kelebihan berat badan (Marliandiani dan Ningrum 2015).

b) Ambulasi Dini (Early Ambulation)

Ibu nifas normal dianjurkan untuk melakukan gerakan

meski di tempat tidur dengan miring ke kiri atau kekanan

pada posisi tidur dan lebih banyak berjalan (Sumiaty,

2018).

c) Eliminasi (Buang Air Kecil dan Besar)

Segera setelah persalinan, ibu nifas dianjurkan untuk buang

air kecil karena kandung kemih yang penuh dapat

mengganggu kontraksi uterus, dan menimbulkan

komplikasi yang lain, misalnya infeksi (Sumiaty, 2018).

Dalam 24 jam pertama, paisen juga sudah harus dapat

buang air besar karena semkin lama feses tertahan dalam

usus maka akan semakin sulit baginya untuk buang air

besar secara lancar. Feses yang tertahan dalam usus

semakin lama akan mengeras karena cairan yang

terkandung dalam feses akan selalu terserap oleh usus.

Bidan harus dapat menyakinkan pasien untuk tidak takut

buang air besar karena buang air besar tidak akan

menambah parah luka jalan lahir. Untuk meningkatkan


97

volume feses, anjurkan pasien mengonsumsi makanan

tinggi serat dan banyak minum air putih (Marliandiani dan

Ningrum 2015).

d) Kebersihan Diri

Ibu nifas dianjurkan untuk menjaga kebersihan dirinya

dengan membiasakan mencuci tangan dengan sabun pada

air yang mengalir sebelum dan sesudah membersihkan

bagian genetalianya, mengganti pembalut minimal 2

kali/hari atau saat pembalut mulai tampak kotor dan basah

serta menggunakan celana dalam yang bersih (Sumiaty,

2018).

e) Istirahat

Pada umumnya ibu nifas akan mengalami kelelahan setelah

proses persalinan. Bidan dapat menganjurkan ibu untuk

istirahat yang cukup atau tidur saat bayi sedang tidur. Ibu

dianjurkan untuk dapat beristirahat pada siang hari sekitar 2

jam dan di malam hari sekitar 7-8 jam (Sumiaty, 2018).

f) Seksual

Masa nifas yang berlangsung Selama enam minggu atau 40

hari merupakan masa pembersihan rahim. Setelah enam

minggu diperkirakan pengeluaran lokia telah bersih, semua

luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomy dan luka

SC biasanya telah sembuh dengan baik, sehingga ibu dapat


98

memulai kembali hubungan seksual. Pada prinsipnya tidak

ada masalah untuk memulai melakukan hubungan seksual

apabila ibu siap secara fisik maupun psikis. Keputusan

bergantung pada pasangan yang bersangkutan

(Marliandiani dan Ningrum 2015).

g) Latihan/Senam Nifas

Bidan menjelaskan pada ibu pentingnya otot-otot perut dan

panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini

menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga

mengurangi rasa sakit pada punggung (Ikatan Bidan

Indonesia, 2016).

h) Keluarga Berencana

Ibu nifas dianjurkan untuk menunda kehamilannya minimal

2 tahun agar bayi memperoleh ASI selama 2 tahun.

Penjarangan kehamilan juga bermanfaat untuk kesehatan

ibu. Perencanaan keluarga berencana dapat ditentukan oleh

pasangan suami istri seperti pemilihan metode kontrasepsi

yang akan digunakan (Sumiaty, 2018).

i) Perawatan Payudara

Tujuan perawatan payudara adalah untuk menjaga

kebersihan daerah sekitar payudara sehingga tidak

mengganggu proses pemberian ASI pada bayi. Selama

masa nifas, ibu dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan


99

payudaranya, terutama pada bagian puting susu karena pada

bagian ini biasanya bertumpuk sisa ASI yang kemudian

akan mengering dan dapat menyebabkan iritasi atau lecet

pada puting susu (Sumiaty, 2018).

4) Tahapan Masa Nifas

Menurut Pitriani & Andriyani (2014), tahapan masa nifas

sesuai teori Reva Rubin, yaitu:

a) Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

(1) Ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain.

(2) Perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan

tubuhnya.

(3) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu

melahirkan.

(4) Memerlukan ketenangan dalam tidur untuk

mengembalikan keadaan tubuh ke kondisi normal.

(5) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga

membutuhkan peningkatan nutrisi.

b) Periode Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

(1) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

(2) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi

tubuh, BAK, BAB dan daya tahan tubuh.


100

(3) Ibu berusaha menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggendong, menyusui, memandikan dan

mengganti popok.

(4) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan.

(5) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum

karena merasa tidak mampu merawat bayinya.

c) Periode Letting Go (lebih dari 4 hari setelah melahirkan)

(1) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi

oleh dukungan serta perhatian keluarga.

(2) Ibu sudah mengambil tanggung jawab dalam merawat

bayi dan memahami kebutuhan bayi sehingga akan

mengurangi hak ibu dalam kebebasan dan hubungan

sosial.

(3) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini.

5) Macam-macam Lokia

Menurut Pusdiklatnakes (2014), lochea terbagi 4 tahapan, yaitu:

a) Lochea Rubra : Muncul pada hari ke-1 sampai hari ke-3

postpartum. Berwarna merah karena berisi darah segar,

jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi,

lanugo dan mekonium.

b) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kecoklatan dan

berlendir. Muncul hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.


101

c) Lochea Serosa : Berwarna kuning kecoklatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan/laserasi plasenta.

Muncul pada hari ke-8 sampai hari ke-14 postpartum.

d) Lochea Alba : Mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,

selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Muncul selama 2 sampai 6 minggu postpartum.

6) Kunjungan Masa Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan dokter

dilaksanakan minimal 3 kali (Kemenkes RI, 2017) yaitu :

a) Pertama : 6 jam – 3 hari setelah melahirkan.

Asuhan yang diberikan :

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk jika perdarahan berlanjut.

(3) Memberikan konseling tentang pencegahan perdarahan

masa nifas yang disebabkan atonia uteri.

(4) Pemberian ASI awal.

(5) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan

bayi baru lahir.

(6) Menjaga bayi tetap sehat agar terhindar hipotermia.

(7) Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka

bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama


102

setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru

lahir dalam keadaan baik (Heryani, 2012).

b) Kedua : hari ke 4 – 28 hari setelah melahirkan

Asuhan yang diberikan :

(1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal,

uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus

uteri dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan

abnormal.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu dapat cukup makan, cairan dan

istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta

tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

(5) Memberikan konseling pada ibu, mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

perawatan bayi (Heryani, 2012).

c) Ketiga : hari ke 29 – 42 hari setelah melahirkan

Asuhan yang diberikan :

(1) Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu

selama nifas.

(2) Memberikan konseling KB secara dini (Heryani, 2012).

7) Tujuan Asuhan Pada Ibu Nifas


103

Tujuan kunjungan asuhan pada masa nifas

a) Pertama : 6 jam – 3 hari setelah melahirkan

(1) Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia

uteri.

(2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan,

rujuk jika perdarahan berlanjut.

(3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga, bagaimana mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri.

(4) Pemberian ASI awal.

(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi

hipotermi.

(7) Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu diberitahu

bahaya membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi.

(8) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi

dalam keadaan stabil (Heryani, 2012).

b) Kedua : hari ke 4 – 28 hari setelah melahirkan.

(1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal,

uterus berkontraksi dengan baik, fundus dibawah


104

umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak ada

bau.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan

dan istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

(5) Memberikan konseling pada ibu, mengenai asuhan pada

bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan

perawatan bayi sehari-hari (Heryani, 2012).

c) Ketiga : hari ke 29 – 42 hari setelah melahirkan.

(1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang dialami ibu

atau bayi.

(2) Memberikan konseling KB secara dini.

(3) Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke

posyandu atau Puskesmas untuk ditimbang dan

imunisasi (Heryani, 2012).

8) Teori evidence based masa nifas

Bagi ibu nifas, terdapat pantangan atau mitos yang sulit

diubah walaupun tidak rasional. Ibu nifas dilarang makan ikan,

telur, dan daging supaya jahitan lukanya cepat sembuh. Hal

tersebut tidak benar, justru sebaliknya, ibu nifas sangat


105

memerlukan asupan protein yang lebih tinggi untuk membantu

penyembuhan luka Bila asupan protein tidak cukup,

penyembuhan luka akan lambat dan berpotensi terinfeksi

(Reiza, 2018).

Episiotomi merupakan tindakan yang umum dilakukan

pada proses persalinan di dunia. Rasa sakit pada bekas

episiotomi dapat mempengaruhi kondisi ibu pada masa nifas,

antara lain saat laktasi, perawatan bayinya, dan aktivitas

kesehariannya. Ada beberapa metode yang bisa dipakai untuk

mengurangi rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka

episiotomi, salah satunya dengan pengobatan herbal, yaitu

dengan kayu manis. Kayu manis mempunyai efek anti

inflamasi dan analgesik. Senyawa aktif yang terkandung dalam

kayu manis antara lain cinnamaldehyde, eugenol,

cinnzeylanine, cinzeylanol, arabinoxylan, 2-

hydroxycinnamaldehide, dan 2-benzoloxycinnamaldehyde. Pada

penelitian ini, menunjukan bahwa kayu manis dapat digunakan

untuk mengurangi nyeri perineum dan mempercepat proses

kesembuhan dari luka episiotomi (Wulandari & Kumalasari,

2017).
106

b. Dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu nifas

Dokumentasi menggunakan metode SOAP, yaitu :

1) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa (Walyani, 2015). Pada kasus ini

anamnesa dilakukan, sebagai berikut: tanggal/jam, keluhan, dan

riwayat persalinan (Marmi, 2017).

2) O (Objektif)

Mengumpulkan data guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis. Pada kasus ini data terdiri dari: keadaan umum,

tanda vital, dan pemeriksaan fisik (Marmi, 2017).

3) A (Asessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

diagnosa atau masalah potensial (Walyani, 2015). Pada kasus

ini asessment ditulis, sebagai berikut: Ny.. P..A.. umur ...tahun

...jam/hari post partum, normal.

4) P (Plan)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi berdasakan assesment (Walyani,

2015). Plan pada kasus ini, yaitu :

a) Beritahu ibu hasil pemeriksaan


107

b) Beritahu ibu tentang istirahat, memeritahu ibu untuk

istirahat yang cukup seperti tidur siang untuk memulihkan

tenaga ibu.

c) Beritahu ibu tentang menyusui bayi, dan menyusui tiap 2

jam sekali atau apabila bayi lapar.

d) Tanyakan pada ibu tentang kebersihan diri.

e) Tanyakan tentang pemberian ASI (Rukiyah & Yulianti,

2018).

5. KELUARGA BERENCANA DAN GANGGUAN REPRODUKSI

a. Konsep Dasar

1) Pengertian

Keluarga berencana adalah upaya peningkatan

kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan

usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia

dan sejahtera serta membantu individu dan pasangan suami istri

mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan (Marmi,

2016).

Keluarga berencana adalah tindakan untuk

merencanakan jumlah anak dengan mencegah kehamilan atau

menjarangkan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi

(Tando, 2018).
108

2) Macam-Macam KB

a) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

MAL adalah kontasepsi yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif, artinya hanya diberikan

ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun

lainnya (Saifudin, 2010). Angka keberhasilan sangat tinggi

sekitar 98% apabila digunakan secara benar dan memenuhi

persyaratan yaitu : menyusui segera setelah melahirkan

dengan menyusui tiap 2-3 jam sekali, digunakan selama

enam bulan pertama setelah melahirkan, belum

mendapatkan haid, dan sangat bergantung pada frekuensi

(Tando, 2018).

b) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Metode lendir serviks atau lebih dikenal sebagai Metode

Ovulasi Billings (MOB) atau metode dua hari mukosa

serviks dan metode simtotermal adalah yang paling efektif.

Cara yang kurang efektif misalnya Sistem Kalender atau

pantang berkala dan Metode Suhu Basal (MSB) (Saifudin,

2010). Keefektifan MOB mencapai 97% atau lebih

sedangkan uji coba yang terbaru menunjukkan tingkat

keefektifan lebih daripada 99% melampaui keefektifan alat

kontrasepsi modren. Sedangkan tingkat keefektifan MSB


109

sekitar 80% atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun

(Tando, 2018).

c) Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana

tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya

(penis) dari vagina sebelum peria mencapai ejakulasi

(Saifudin, 2010). Angka kegagalan hanya 18%, dari 5 kali

hubungan seksual terjadi hamil 1 kali (Tando, 2018).

d) Metode Barier

(1) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet),

plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang

dipasang pada penis saat hubungan seksual.

(2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat

dari lateks (karet) yang diinsersikan ke dalam vagina

sebelum berhubungan seksual.

(3) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol –

9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh

sperma. Dikemas dalam bentuk Aerosol (busa), tablet

vagina, dan krim.


110

e) Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan

Progesteron)

(1) Pil Kombinasi

Efektif dan reversibel, harus diminum setiap hari,

pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual

dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya, dapat

dipakai oleh semua ibu usia reproduksi. Jenisnya ada

tiga yaitu : Monofasik, Bifasik, dan Trifasik

(2) Suntik Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo

Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol

Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali

(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg

Ekstradinol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan

sekali.

f) Kontrasepsi Progestin

(1) Kontrasepsi Suntikan

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya

mengandung progestin yaitu: Depo

Medroksiprogesteron Asetat, mengandung 150 mg

DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik IM didaerah bokong. Dan Depo Noretisteron

Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg


111

Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan

cara disuntik IM.

(2) Kontrasepsi Pil

Jenis minipil dalam kemasan dengan isi 35 pil berisi

300 mg levonorgestrel atau 350 mg noretindron. Dan

kemasan dengan isi 28 pil berisi 75 mg desogestrel.

g) Kontrasepsi Implant

Terdiri dari 3 jenis yaitu : Norplant, terdiri dari 6 batang

silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan

diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel,

lama kerjanya 5 tahun. Implanon, terdiri dari 1 batang putih

lentur dengan panjang kira – kira 40 mm, diameter 2 mm,

yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel, lama kerjanya

3 tahun. Kemudian Jadena dan Indoplant, terdiri dari 2

batang yang diisi dengan 75 mg Levonorgestrel dengan

lama kerja 3 tahun.

h) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan

yang efektif, aman dan reversible yang terbuat dari plastik

atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus melalui

kanalis servikalis (Tando, 2018).

i) Kontrasepsi Mantap

Menurut Marmi (2016), kontrasepsi mantap, antara lain:


112

(1) Tubektomi

Merupakan kontrasepsi mantap pada wanita dengan

melakukan tindakan medis berupa menutup tuba fallopi

sehingga mengakibatkan seseorang tidak dapat hamil

lagi.

(2) Vasektomi (MOP)

Yaitu metode kontrasepsi minor pada pria yang sangat

aman, sederhana dan efektif, waktu operasi yang singkat

dan tidak memerlukan anestesi umum.

3) Gangguan Reproduksi

a) Pengertian gangguan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejaktera fisik,

mental dan social secara utuh, tidak semata-mata bebas dari

penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan

dengan sistem reproduksi (Maryunani, 2016). Gangguan

reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen

kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008).

b) Macam-macam gangguan reproduksi

Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus

haid normal yang terjadi secara periodik. Masalah gangguan

pada gangguan reproduksi, yaitu:

(1) Infertilitas

Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang


113

wanita tidak mempunyai kemampuan untuk

mengandung sampai melahirkan bayi setelah setahun

melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak

menggunakan alat kontrasepsi apapun (Noviana &

Wilujeng, 2014).

(2) Infeksi Menular Seksual (IMS)

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu

masalah kesehatan, sosial dan ekonomi yang terjadi di

banyak negara dan merupakan salah satu jalan

masuknya HIV. Infeksi Menular Seksual (IMS)

memberikan pengaruh besar dalam pengendalian HIV

AIDS (Noviana & Wilujeng, 2014).

(3) Gangguan menstruasi

Menurut Sinaga dkk (2017), gangguan menstruasi

terdiri dari :

(a) Amenorea

Amenorea adalah keadaan dimana menstruasi

berhenti atau tidak terjadi pada masa subur atau

pada saat yang seharusnya menstruasi terjadi secara

teratur. Hal ini tentu saja tidak termasuk berhenti

menstruasi pada wanita yang sedang hamil,

menyusui atau menopause.


114

(b) Dismenorea

Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri

menstruasi. Dalam bahasa Inggris, dismenorea

sering disebut sebagai painful period atau

menstruasi yang menyakitkan. Nyeri menstruasi

terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat

menyebar hingga ke punggung bagian bawah,

pinggang, panggul, paha atas, hingga betis. Nyeri

juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram

tersebut berasal dari kontraksi otot rahim yang

sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi

dari dalam rahim.

(c) Menoragia

Menoragia adalah istilah medis untuk perdarahan

menstruasi yang berlebihan. Dalam satu siklus

menstruasi normal, perempuan rata-rata kehilangan

sekitar 30-40 ml darah selama sekitar 5-7 hari haid.

Bila perdarahan melampaui 7 hari atau terlalu deras

(melebihi 80 ml), maka dikategorikan menoragia

atau menstruasi berat

(d) Metroragia

Metroragia adalah kondisi dimana menstruasi

terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika


115

terdapat insiden bercak darah atau kelainan siklus

menstruasi yang menyebabkan wanita berkali-kali

mengalami menstruasi dalam sebulan, bisa dua atau

tiga kali atau bahkan lebih.

(e) Oligomenore

Kelainan siklus menstruasi yang menyebabkan

wanita mengalami menstruasi yang tidak sering atau

hanya sedikit.

(f) Sindrom pra menstruasi

Sindrom pra menstruasi atau lebih populer dengan

istilah PMS (Pre-menstrual syndrome). PMS yang

berlangsung ringan merupakan gejala yang tidak

perlu terlalu dikhawatirkan karena bukan merupakan

gangguan kesehatan yang serius, dan dengan

penanganan yang ringan akan dapat diatasi dan

bahkan dapat pulih dengan sendirinya. Namun, bila

gejala-gejala yang dialami cukup parah, misalnya

sampai menyebabkan sakit kepala yang

berkepanjangan, demam tinggi, atau bahkan

pingsan, maka sebaiknya diwaspadai ada gangguan

kesehatan yang lebih serius dan perlu pertolongan

dokter.
116

4) Teori evidence based pada asuhan keluarga berencana

IUS atau Intra Uterine System adalah bentuk temuan

kontrasepsi terbaru yang menggunakan hormon progesteron

sebagai ganti logam. Cara kerjanya sama dengan IUD

tembaga, dengan beberapa nilai plus seperti lebih tidak nyeri,

kemungkinan menimbulkan pendarahan lebih kecil, haid lebih

ringan serta waktu haid lebih singkat (Ratna & Irdayanti, 2012).

Menurut hasil penelitian, menyebutkan kontrasespsi

suntik depomedroxyprogesteron asetat, menyebabkan

penambahan berat badan. Hasil penelitian lain, mengatakan

kontrasepsi suntik 3 bulan lebih mempengaruhi pada

peningkatan berat badan karena rangsangan di hipotalamus

yang menyebabkan nafsu makan meningkat. Asumsi peneliti,

banyaknya responden yang menggunakan kontrasepsi suntik 3

bulan mengalami peningkatan berat badan berlebihan

dikarenakan responden tidak mampu menjaga pola makannya

(Moloku dkk, 2016).

b. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Dokumentasi menggunakan format asuhan ibu nifas kunjungan II

dengan metode SOAP, sebagai berikut:

1) S (Subjektif)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data

klien melalui anamnesa (Walyani, 2015). Pada kasus ini


117

anamnesa dilakukan, sebagai berikut: tanggal/jam, keadaan ibu,

keluhan, kelancaran ASI, kelancaran menyusui dan rencana KB

(Marmi, 2017).

2) O (Objektif)

Mengumpulkan data guna melengkapi data untuk menegakkan

diagnosis. Pada kasus ini data terdiri dari: keadaan umum,

kedaan emosional, tanda vital, perineum, laktasi, lochea,

kandung kemih, dan TFU (Marmi, 2017).

3) A (Asessment)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi

diagnosa atau masalah potensial (Walyani, 2015). Pada kasus

ini asessment ditulis, sebagai berikut: Ny... P...A... umur

...tahun ...jam/hari post partum, normal.

4) P (Plan)

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan

pelaksanaan dan evaluasi berdasakan Assesment (Walyani,

2015). Pada kasus ini asuhan yang dapat diberikan menurut

Marmi (2017), yaitu:

a) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama

masa nifas.

b) Memberikan konseling KB secara dini.


118

B. KERANGKA PIKIR

Berdasarkan tinjauan teori tentang masa hamil, bersalin, dan nifas

maka penulis dapat menyusun kerangka pikir sebagai berikut :


Ibu hamil UK 28-40 minggu

Fisiologi Patologis

Penerapan asuhan kebidanan pada Rujuk


kehamilan fisiologis
Kunjungan I (UK 28-32 minggu)
Kunjungan II ( UK 33-36 minggu)
Kunjungan III (UK 37-40 minggu)

Bersalin

Bayi Baru Lahir Nifas

Fisiologi Patologis Fisiologis Patologis

Rujuk
Penerapan asuhan kebidanan Rujuk
pada ibu nifas fisiologis
Penerapan asuhan kebidanan pada BBL- KF I (6 jam-3 hari)
neonatus fisiologis : KF II (4-28 hari)
KB
KN I (umur 6 jam-48 jam) KF III (28-42 hari)
KN II (umur 3 hari-7 hari)
KN III (umur 8-28 hari)

Kunjungan I (4-9 hari PP) = Konseling KB


Kunjungan II (8-14 hari PP) = Evaluasi
Konseling KB
:

E
v
a
l
u
118 a
s
i

K
119

C. Landasan Hukum

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan yang Bidan miliki meliputi :

1. Pasal 18

Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki

kewenangan untuk memberikan:

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan anak

c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana.

2. Pasal 19

1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil,

masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara

dua kehamilan.

3. Pasal 20

1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan

anak prasekolah.

4. Pasal 21

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,

Bidan berwenang memberikan:


120

a. Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana; dan

b. Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

Sedangkan, menurut Kepmenkes No.369/Menkes/SK/III/2007 tentang

Standar Profesi Bidan, meliputi:

a. Pra Konsepsi, KB dan Ginekologi

Kompetensi ke-2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan

pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk

meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan

kehamilan dan kesiapan menjadi orangtua.

b. Asuhan dan Konseling Selama Kehamilan

Kompetensi ke-3: Bidan memberi asuhan antenatal bermutu

tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang

meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi

tertentu.

c. Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran

Kompetensi ke-4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan,

memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani

situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan

wanita dan bayinya yang baru lahir.


121

d. Asuhan pada Ibu Nifas dan Menyusui

Kompetensi ke-5: Bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi pada ibu nifas dan menyusui dan tanggap terhadap budaya

setempat.

e. Asuhan pada Bayi Baru Lahir

Kompetensi ke-6: Bidan memberikan asuhan yang bermutu

tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1

bulan.
122

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi

Studi kasus ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

studi kasus. Metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan untuk

mendeskripsikan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat tanpa

mencari hubungan antar variabel (Ariani, 2014). Studi kasus adalah suatu

penelitian deskriptif yang melakukan penyelidikan intensif tentang

individu atau unit sosial yang dilakukan secara mendalam dengan

menemukan semua variabel penting tentang perkembangan individu atau

unit sosial yang diteliti (Budiman, 2011). Proposal laporan tugas akhir ini

diajukan dengan judul asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. X di UPT

Puskesmas Sragen.

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus yang akan

dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Studi kasus ini akan dilaksanakan di

rumah Ny. X dan di UPT Puskesmas Sragen.

122
123

C. Subyek Studi Kasus

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Teknik ini

digunakan dalam studi kasus ini adalah ibu hamil normal mulai usia

kehamilan 28-32 minggu diikuti sampai ibu bersalin dan nifas.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus merupakan perkiraan waktu untuk

menyelesaikan suatu penelitian (Nursalam, 2015). Studi kasus ini akan

dilakukan pada bulan November sampai Desember 2018.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini instrumen yang

digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada

ibu hamil dengan 7 langkah Varney dan data perkembangan dengan

SOAP, serta format asuhan kebidanan pada ibu bersalin, nifas, bayi baru

lahir dan keluarga berencana menggunakan metode SOAP.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan pada subjek

yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2017). Dengan cara

mengambil data primer dan data sekunder:

1. Data Primer
124

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dengan

melakukan sendiri pengumpulan (wawancara, observasi) terhadap

objek (Ariani, 2014). Studi kasus ini menggunakan data primer yang

diperoleh dengan cara:

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan empat teknik, yaitu:

1) Inspeksi

Inspeksi adalah pengumpulan data melalui melihat,

mengobservasi, mendengar, atau mencium (Tarwoto &

Wartonah, 2015). Inspeksi pada kasus ini dilakukan secara

sistematis.

2) Palpasi

Palpasi adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan

data misalnya untuk menentukan adanya kelembutan,

tenderness, sensasi, suhu tubuh, masa tumor, edema, dan nyeri

tekan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Palpasi pada kasus ibu

hamil, bersalin dan nifas dilakukan untuk menentukan tinggi

fundus uteri dan kontraksi.

3) Perkusi

Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan cara mengetok

bagian tubuh yang diperiksa (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Perkusi pada ibu hamil, bersalin dan nifas menggunakan

pemeriksaan reflek patella.


125

4) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dengan menggunakan alat

untuk mendengar seperti stetoskop (Tarwoto & Wartonah,

2015). Auskultasi pada kasus ibu hamil, bersalin dan nifas

yaitu mengukur tekanan darah dan denyut jantung janin.

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data melalui wawancara,

dengan teknik ini dapat digali data-data penting yang sangat

mendukung dalam menentukan diagnosis (Tarwoto & Wartonah,

2015). Pada studi kasus ini wawancara dilakukan pada pasien,

keluarga dan tenaga kesehatan.

1) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang menggunakan

penglihatan, sensasi, rasa, sentuhan dan pendengaran (Tarwoto

& Wartonah, 2015). Pada ibu hamil, bersalin, dan nifas normal

yang diobservasi adalah vital sign, PPV, lochea, kontraksi dan

TFU.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari olahan data primer.

Biasanya didapatkan dari instansi pengumpul data seperti Badan Pusat

Statistik, Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas (Ariani, 2014).

Adapun data sekunder meliputi:


126

a. Studi Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli. Dokumen tersebut

dapat berupa gambar, tabel atau daftar periksa, dan film

documenter (Hidayat, 2014). Dalam kasus ini dokumen dilakukan

dengan mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medis

klien di UPT Puskesmas Sragen.

b. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan oleh

peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan

masalah yang akan diteliti dengan kepustakaan sebagai sumber

utama (Budiman, 2011). Pada kasus ini mengambil studi

kepustakaan dari buku, jurnal dan sumber terbaru yang

berhubungan dengan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir,

keluarga berencana dan gangguan reproduksi yaitu dari tahun

2008-2019.

G. Alat dan bahan yang dibutuhkan

Alat yang digunakan dalam melaksanakan studi kasus adalah, sebagai

berikut:

1. Alat yang dibutuhkan dalam wawancara adalah format asuhan

kebidanan, buku tulis, dan alat tulis.

2. Alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan fisik dan observasi adalah:


127

a) Hamil

Lembar panduan observasi, Sphygmomanometer, Stetoskop,

Thermometer, Jam tangan, Handscoon, Doppler dan leanec, Tali

meter, Timbangan, Kom dan kapas, Kassa steril, Klorin.

b) Bersalin

Lembar panduan observasi, Sphygmomanometer, Stetoskop,

Thermometer, Jam tangan, Handscoon, Doppler dan leanec,

Lampu Sorot.

c) Nifas

Lembar panduan observasi, Sphygmomanometer, Stetoskop,

Thermometer, Jam tangan, Handscoon, Timbangan, Kom dan

kapas, Kassa steril, Klorin, Senter.

d) Bayi Baru Lahir

Lembar panduan observasi, Sphygmomanometer, Stetoskop,

Thermometer, Jam tangan, Handscoon, Timbangan berat badan,

Kassa steril, Senter.

e) Keluarga Berencana dan Gangguan reproduksi

Lembar panduan observasi, Sphygmomanometer, Stetoskop,

Thermometer, Jam tangan, Handscoon, Timbangan berat badan,

Kassa steril, Senter.


128

3. Alat dan bahan dalam melakukan dokumentasi

Buku Kesehatan Ibu dan Anak untuk mengetahui riwayat kehamilan,

alat tulis dan lembar observasi.

H. Jadwal Penelitian

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan mulai dari

penyusunan proposal penelitian, sampai dengan penulisan laporan

penelitian, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan

tersebut (Notoatmodjo, 2010). Jadwal studi kasus ini terlampir.


129

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta:


Mitra Cendekia.
Arbian Charistia Intan. 2017. Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny. R Umur
21 Tahun G1P0A0 di BPM Widarsih, Amd.Keb Sragen Kota. Laporan
Tugas Akhir. Surakarta: Akademi Kebidanan Mamba’ul Ulum Surakarta.
Ariani, A.P. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan Dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Aryani, Y dkk. 2015. Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri
Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar
Endorfin. Jurnal Kesehatan Andalas, 2015. Available :
http://jurnal.fk.unand.ac.id (on February 28th, 2019).
Astuti, H.P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press.
Bhavadharini, B., et al. 2017. Gestational Weight Gain and Pregnancy Outcomes
in Relation to Body Mass Index in Asian Indian Woman. Indian Journal
of Endocrinology and Metabolism, Volume 21, Issue 4, July-August 2017.
Available : http://www.ijem.in (on February 4th, 2018).
Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.
Deshpande, H.G dkk, 2018. Comparative study of serum calcium and serum
magnesium levels in patients of preeclampsia and normotensive patients.
Indian Journal of Obstetrics and Gynecology Research, October-
December, 2018. Department of Obstetrics and Gynecology, Dr. DY Patil
Medical College Hospital and Research Center. India.
Dewi, V.N.L. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.
Diana, S. 2017. Model Asuhan Kebidanan Continuity Of Care. Surakarta: CV
Kekata Group.
Dinkes Jateng. 2018. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017.
Jateng: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Ditjen BGKIA. 2015. Kesehatan Dalam Kerangka Sustainable Development
Goals (Sdgs). Jakarta: Dirjen Bina Gizi KIA.
Djami, M.E.U. 2013. Lotus Birth Isu Terkini Dan Evidence Based Dalam Praktek
Kebidanan. Jurnal Ilmiah Permata Medika, Volume 2, No 2, Desember

129
130

2013. Available : http://moudyamo.wordpress.com (on February 10th,


2019).
Dwi Agustina. 2017. Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Ny. R umur 29 tahun di
Puskesmas Gajahan Surakarta. Laporan Tugas Akhir. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ekayanthi, P. 2018. Pengaruh Senam Hamil terhadap Durasi Persalinan pada
Primigravida di Klinik Ibunda Denpasar. Jurnal Dunia Kesehatan. Vol. 3.
No. 2.
Heryani, R. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Menyusui.
Jakarta : Trans Info Media.
Hidayat, A.A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Johariyah, dan Ningrum E.W. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan &
Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media.
Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.
Maternity, D dkk. 2017. Inhalasi Lemon Mengurangi Mual Muntah Pada Ibu
Hamil Trimester Satu. Jurnal Ilmiah Bidan, Vol. II, No.3, 2017.
Universitas Malahayati Fakultas Kedokteran. Lampung.
Marliandiani, Y & Ningrum, N.P. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika.
Marmi. 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Marmi, 2016. Buku Ajar Pelayanan KB. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marmi, 2017. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “puerperium care”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Martalia.
Maryunani, A. 2016. Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: TIM.
Moloku, M dkk. 2016. Hubungan Lama Pemakaian Lama Kontrasepsi Suntik 3
Bulan Dengan Perubahan Berat Badan Di Puskesmas Ranomuut Manado.
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016, Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.
Manado.
131

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.
Noviana, N & Wilujeng, R.D. 2014. Kesehatan Reproduksi Untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: TIM.
Nursalam. 2017. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Oktaviani. 2018. Faktor Asupan Zat Besi Dan Sosio Ekonomi Dengan Kejadian
Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Kesehatan Politeknik Kesehatan
Banjarmasin, Vol. 9, No. 1, Januari 2018. Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes Palangka Raya. Banjarmasin.
Permenkes RI. 2017. Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Indonesia: Peraturan Menteri Kesehatan RI.
Pitriani, R & Andriyani, R. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Normal (Askeb III). Yogyakarta: Deepublish.
Ratna, I & Irdayanti, 2012. Perbedaan Pengaruh Penggunaan Alat Kontrasepsi
Iud Dan Suntik Terhadap Siklus Haid Perempuan Di Kecamatan
Marpoyan Damai Pekanbaru. Riau: Fakultas Ekonomi UIN Suska.
Runjati, 2018. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Reiza, Y. 2018. EDITORIAL Budaya Nifas Masyarakat Indonesia: Perlukah
Dipertahankan?. Budaya Nifas Masyarakat Indonesia, eJKI Vol. 6, No. 1
April 2018. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rukiyah, A.Y & Yulianti, L. 2018. Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas.
Jakarta: TIM.
Setiyawan, A & Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta: Nuha
Medika.
Setyawati, A dkk. 2017. Peningkatan Pengetahuan Perawat Dan Bidan Tentang
Evidence-Based Practice Melalui Pelatihan Penerapan Evidence-Based
Practice. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, Vol. 6, No. 1, Maret
2017. Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran. Sumedang.
Saifuddin, A.B. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Saifuddin, dkk. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sinaga, E dkk. 2017.Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas
Nasional IWWASH Global One.
132

Sondakh, J.J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga.
Sulistyawati, A & Nugraheny, E. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta: Salemba Medika.
Supriyanik, F & Handayani, S. 2011. Perbedaan Perawatan Tali Pusat Dengan
Menggunakan ASI Dan Dengan Kassa Kering Terhadap Lama Pelepasan
Tali Pusat Bayi Baru Lahirr Di BPS Endang Purwati Yogyakarta. Jurnal
Kesehatan “Samodra Ilmu”, Juli 2011. Yogyakarta.
Suhartika. 2018. Karakteristik Kader Posyandu Terkait Keterampilan Dalam
Menginterpretasikan Hasil Penimbangan Pada KMS Di Kota Bogor.
Jurnal Bidan “Midwifery Journal”, Vol. 2 No. 02 Juli 2018. Poltekkes
Bandung. Bandung.
Sumiaty. 2018. Konsep Kebidanan : Disertai Pendokumentasian Manajemen
Kebidanan dalam SOAP. Jakarta: TIM.
Tando, N.M. 2018. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi Dan Anak Balita. Jakarta:
EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Tyastuti, S &Wahyuningsih, H.P. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Walyani, E.S. 2015. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Widarini, N.P & Sumasari, N.L. 2010. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif
Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi, JIG Vol. I No. 1 Agustus 2010. IKM
Universitas Udayana.
Wildan, M & Hidayat, A.A.A. 2013. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Wulandari, E.T & Kumalasari, D. 2017. Herbal untuk Perawatan Masa Nifas;
Penggunaan Kayu Manis untuk Nyeri Perineum dan Luka Episiotomi.
Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2, (2) 2017, 93 – 98. Program Studi
Kebidanan STIKes AISYAH Pringsewu. Lampung.

Anda mungkin juga menyukai