Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “IUD” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini

bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KB. Makalah ini ditulis

dari hasil penyusunan data-data yang kami peroleh dari beberapa buku dan situs

blog di internet. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata

kuliah KB atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini, sehingga

dapat diselesaikan dengan semestinya.

Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah ini belum sepenuhnya

sempurna. Sehingga saya mengharapkan kritik serta saran yang membangun

guna menambah kualitas serta mutu dari makalah tersebut.kami berharap

semoga makalah ini dapat menambah ilmu dan wawasan kita semua.

Palembang, 27 Mei 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………….i

DAFTAR ISI …………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ………………………..…………………………


1
B. Rumusan Masalah ……………………………………..……….2
C. Tujuan Penulisan…………..…………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian IUD ………………….……………………..…….….5


B. Jenis-jenis IUD………………………………..…………..……..6
C. Cara kerja IUD…………………………………………………..8
D. Kelamahan dan Kelebihan IUD…………………………………9
E. Efek Samping…………………………………………………..14
F. Kontra Indikasi…………………………………………………15
G. Proedur kerja pemasangan IUD………………………………...17
H. Prosedur Pencabutan IUD……………………………………...21

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………..24
B. Saran ……………………………………………………..………..25
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

 Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah

penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju

pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga

Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar

dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan

dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang

disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni

upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga guna

mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.         

Berdasarkan data dari SDKI 2002 – 2003, angka pemakaian

kontrasepsi (contraceptive prevalence rate/CPR) mengalami peningkatan

dari 57,4% pada tahun 1997 menjadi 60,3% pada tahun 2003. Pada 2015

jumlah penduduk Indonesia hanya mencapai 255,5 juta jiwa. Namun,

jika terjadi penurunan angka satu persen saja, jumlah penduduk

mencapai 264,4 juta jiwa atau lebih. Sedangkan jika pelayanan KB bisa

ditingkatkan dengan kenaikan CPR 1%, penduduk negeri ini sekitar

1
237,8 juta jiwa (Kusumaningrum, 2009).

Pada awal tahun 70-an seorang wanita di Indonesia rata-rata

memiliki 5,6 anak selama masa reproduksinya. Hasil Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan angka TFR (Total

Fertility Rate) pada periode 2002 sebesar 2,6 artinya potensi rata–rata

kelahiran oleh wanita usia subur berjumlah 2-3 anak. Pada tahun 2007,

angka TFR stagnan pada 2,6 anak. Sekarang ini di samping keluarga

muda yang ketat membatasi anak, banyak pula yang tidak mau

menggunakan KB dengan alasan masing-masing seperti anggapan

banyak anak banyak rezeki. Artinya ada dua pandangan yang

berseberangan, yang akan berpengaruh pada keturunan atau jumlah anak

masing-masing (Kusumaningrum, 2009).     

Menurut SDKI 2002-2003 Pada tahun 2003, kontrasepsi yang

banyak digunakan adalah metode suntikan (49,1 persen), pil (23,3

persen), IUD/spiral (10,9 persen), implant (7,6 persen), MOW (6,5

persen), kondom (1,6 persen), dan MOP (0,7 persen) (Kusumaningrum,

2009).            

Alat kontrasepsi sangat berguna sekali dalam program KB namun

perlu diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan

kondisi setiap orang. Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat

kontrasepsi yang cocok untuk dirinya. Pelayanan kontrasepsi (PK)

adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia. Sebagian besar

akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode

2
kontrasepsi yang tersedia. 

Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi

antara lain faktor pasangan (umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang

diinginkan, pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu), faktor

kesehatan (status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan panggul), faktor metode kontrasepsi (efektivitas, efek

samping, biaya), tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan

keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini

nantinya juga akan mempengaruhi keberhasilan program KB. Hal ini

dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki

efektivitas yang berbeda-beda. 

Strategi peningkatan penggunaan metode kontrasepsi jangka

panjang (MKJP) seperti IUD, terlihat kurang berhasil, yang terbukti

dengan jumlah peserta KB IUD yang terus mengalami penurunan dari

tahun ke tahun. Berdasarkan data BKKBN Provinsi Jawa Tengah,

jumlah peserta KB IUD terus menurun dari tahun 2004 yakni 552.233

menjadi 529.805 pada tahun 2005, dan 498.366 pada tahun 2006. Dalam

perkembangannya pemakaian IUD memang cenderung mengalami

penurunan dari tahun ke tahun (Imbarwati, 2009). Berdasarkan data di

atas, IUD merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang menjadi

alternative pilihan bagi masyarakat yang ingin ber-KB. Oleh karena itu

penulis tertarik menyusun makalah tentang kontrasepsi IntraUterine

Device (IUD).

3
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi kontrasepsi Intrauterine Device?

2. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi IUD?

3. Apa kelebihan dan kekurangan alat kontrasepsi IUD?

4. Apa efek samping dan kontara indikasi KB IUD?

5. Bagaimana cara pemasangan IUD?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan saya membuat makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui alat kontrasepsi IUD

2. Untuk mengetahui cara kerja, kelebihan, kelemahan dan kontra

indikasi IUD

3. Untuk mengetahui cara kerja dan penggunaan ataupemasangan

IUD.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN IUD
Intra Uterine device (IUD) adalah alat kecil berbentuk-T terbuat

dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga terbuat

dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim

untuk mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan

biasanya akan tetap terus berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi.

IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan sel telur dengan cara

merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma

(Kusmarjadi, 2010)       .

Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat

kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila

dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi

dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran

tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas

dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode

kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba.

Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh

tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua

perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan

5
yang terpapar infeksi menular seksual (Imbarwati, 2009)            .

IUD yaitu alat yang terbuat dari plastik yang dimasukkan ke

dalam rahim dan mencegah kehamilan dengan cara menganggu

lingkungan rahim dan menghalangi terjadinya pembuahan maupun

implantasi (ILUNI FKUI, 2010)  .

AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) atau spiral, atau dalam

bahasa Inggrisnya Intra-Uterine Devices, disingkat IUD adalah alat yang

dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan

di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun dan bisa

dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak.

AKDR ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel telur

(Kusumaningrum, 2009).

B. JENIS-JENIS IUD

Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain adalah :

a. Copper-T 

IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada

bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga

halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup

baik (Imbarwati, 2009).

b. Copper-7     

6
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32

mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga luas permukaan 200

mm2, fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-

T (Imbarwati, 2009).

c. Multi load    

IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan

kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjang dari ujung atas

ke ujung bawah 3,6 cm. Batang diberi gulungan kawat tembaga dengan

luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektifitas.

Ada tiga jenis ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini

(Imbarwati, 2009).

d. Lippes loop 

IUD ini terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau

huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang

pada ekornya Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut

ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang

biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm

(benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih).

Lippes loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan

dari pemakaian IUD jenis ini adalah bila terjadi perforasi, jarang

menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan

7
plastic (Imbarwati, 2009).

Spiral bisa bertahan dalam rahim dan menghambat pembuahan

sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti.

Bahan spiral yang paling umum digunakan adalah plastic atau

plastic bercampur tembaga. Terdapat dua jenis IUD yaitu IUD dengan

tembaga dan IUD dengan hormon (dikenal dengan IUS = Intrauterine

System). IUD tembaga (copper) melepaskan partikel tembaga untuk

mencegah kehamilan sedangkan IUS melepaskan hormon progestin

(Kusmarjadi, 2010).    

Spiral jenis copper T (melepaskan tembaga) mencegah kehamilan

dengan cara menganggu pergerakan sperma untuk mencapai rongga

rahim dan dapat dipakai selama 10 tahun. Progestasert IUD

(melepaskan progesteron) hanya efektif untuk 1 tahun dan dapat

digunakan untuk kontrasepsi darurat (ILUNI FKUI, 2010).

C. CARA KERJA IUD

Cara kerja kontrasepasi spiral yaitu     :

a.   Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

b.   Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

c.  Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit

masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma

untuk fertilisasi.

8
d. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi

(Muhammad, 2008).

D. KELEMAHAN DAN KELEBIHAN IUD

Intra uterine device (IUD) memiliki keuntungan yaitu:

a.   Sangat efektif mencegah kehamilan.

b.   Sangat efektif. 0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun

pertama (1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan)

c.   Pencegahan kehamilan untuk jangka yang panjang sampai 5-10 tahun

d.   Tidak mempengaruhi hubungan seksual

e.   Tidak ada efek samping hormonal dengan CuT-380A

f.   Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

g.   Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)

h.   Dapat digunakan sampai menopouse

i.    Tidak ada interaksi dengan obat-obat

j.    Membantu mencegah kehamilan ektopik

k.   Relatif tidak mahal

9
l.    Nyaman (tidak perlu diingat-ingat seperti jika memakai pil)

m.  Dapat dibuka kapan saja (oleh dokter)

n.   Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi

o.   Segera berfungsi (AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan)

p.   Efek samping yang rendah

q.   Dapat menyusui dengan aman

r.    Tidak dirasakan oleh pemakai ataupun pasangannya (Kusmarjadi,

2010).

s.   Sangat efektif (0,5 – 1 kehamilan per 100 wanita setelah pemakaian

selama satu tahun)

t.    Tidak terganggu faktor lupa

u. Metode jangka panjang (perlindungan sampai 10 tahun dengan

menggunakan Tembaga T 380A)

v.    Mengurangi kunjungan ke klinik

w.  Lebih murah dari pil dalam jangka panjang (Kusumaningrum,

2009).

10
IUD baik untuk wanita yang:

 Menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi, dan

jangka panjang

a.    Tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak

b.    Memberikan ASI

c.   Berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI

d.     Berada dalam masa pasca aborsi

e.     Mempunyai resiko rendah terhadap PMS

f.      Tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari

g.   Lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau

yang memang tidak boleh menggunakannya.

h. Yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat

(Kusumaningrum, 2009).

Kelemahan kontrasepsi IUD yaitu:

a.  Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi

menular

b.   Efek samping umum terjadi perubahan siklus haid, haid lebih lama

dan banyak, perdarahan antar mensturasi, saat haid lebih sakit

11
c.   Komplikasi lain: merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari

setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid atau

diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia, perforasi dinding

uterus (sangat jarang apabila pemasangan benar)

d.   Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS

e.    Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau yang sering

berganti pasangan

f.    Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS

memakai AKDR, PRP dapat memicu infertilitas

g.   Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam

pemasangan AKDR

h.   Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah

pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1 - 2 hari

i.   Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri. Petugas terlatih

yang dapat melepas (Muhammad, 2008).

j.  Mungkin IUD keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila

IUD dipasang segera setelah melahirkan)

k.      Perempuan harus memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke

waktu (Imbarwati, 2009).

Sedangkan efeknya antara lain rasa kram dan sakit pinggang sesaat

12
sampai beberapa jam setelah pemasangan. Beberapa wanita mengalami

perdarahan ringan dan nyeri sampai beberapa minggu setelah

pemasangan. Kadang haid bisa banyak pada IUD tembaga (Kusmarjadi,

2010).

Spiral tidak melindungi dari berbagai penyakit yang menular melalui

hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. Bukan hanya itu saja, spiral

akan memperparah penyakit Anda, menyebabkan komplikasi-komplikasi

serius, seperti radang mulut rahim yang bisa membuat Anda kehilangan

kesuburan (mandul) (Zahra, 2008).

Penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :

a.  Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak

hamil.

b.    Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

c.  Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4

minggu pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode

amenorea laktasi (MAL).

d.   Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)

apabila tidak ada gejala infeksi.

e.  Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi

(Imbarwati, 2009).

13
Kelemahan dari penggunaan IUD adalah perlunya kontrol kembali untuk

memeriksa posisi benang IUD dari waktu ke waktu. Waktu kontrol IUD

yang harus diperhatikan adalah :

a.      1 bulan pasca pemasangan

b.     3 bulan kemudian

c.      Setiap 6 bulan berikutnya

d.     Bila terlambat haid 1 minggu

e.     Perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya (Imbarwati,

2009).

E. EFEK SAMPING

1.      Spotting

Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi,

spoting akan muncul jika capek dan stress. Perempuan yang aktif

sering mengalami spotting jika menggunakan kontrasepsi AKDR.

2.      Perubahan siklus menstruasi

Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih

pendek. Siklus menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal

rata-rata yaitu 28 hari dengan lama haid 3-7 hari, biasanya siklus haid

berubah menjadi 21 hari.

14
3.      Amenore

Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih.

4.      Dismenore

Munculnya rasa nyeri saat menstruasi.

5.      Menorrhagea

Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau  haid yang

lebih banyak.

6.      Fluor albus

Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial

yaitu keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan

bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan

Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal

vagina.

7.      Pendarahan Post seksual

Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang

AKDR yang menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga

menimbulkan pendarahan.

F. KONTRAINDIKASI

Wanita yang boleh menggunakan kontrasepsi IUD yaitu      :

a.    Usia reproduktif         

b.    Keadaan nulipara       

15
c.     Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang    

d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan

kontrasepsi          

e.     Setelah melahirkan dan tidak menyusui        

f.    Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi            

g.     Risiko rendah dari IMS         

h.    Tidak menghendaki metoda hormonal          

i.     Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari       

       Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 - 5 hari senggama 

k.    Perokok         

l.     Gemuk ataupun kurus (Muhammad, 2008). 

Jangan memakai spiral jika:    

a.    Sedang hamil atau kemungkinan hamil          

b.   Berisiko tinggi terkena penyakit yang menular lewat hubungan seks

(bila mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, atau bila

suami/pasangan punya pasangan lain)      

c.  Pernah mengalami infeksi saluran peranakan atau rahim, atau

infeksi sesudah persalinan/sesudah aborsi    

16
d.    Pernah hamil di luar rahim (hamil dalam saluran fallopian)

e.  Mendapat haid yang “berat” (darah yang keluar sangat banyak)

diserat rasa sakit yang hebat        

f.     Sangat kekurangan darah merah (anemia)      

g.    Belum pernah hamil (Zahra, 2008).

Kontra indikasi wanita pengguna kontrasepsi IUD yaitu:     

a.     Hamil atau diduga hamil       

b.  Infeksi leher rahim atau rongga panggul, termasuk penderita

penyakit kelamin       

c.      Pernah menderita radang rongga panggul    

d.      Penderita perdarahan pervaginam yang abnormal    

e.      Riwayat kehamilan ektopik  

f.       Penderita kanker alat kelamin (Kusumaningrum, 2009).

G. PROSEDUR KERJA PEMASANGAN IUD

Kebijaksanaan :

1.       Petugas harus siap ditempat.

2.       Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

17
3.       Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

4.       Alat-alat yang tersedia :

a. Gyn bed

b. Timbangan berat badan

c. Tensimeter dan stetoskop

d. IUD set steril

e. Bengkok

f. Lampu

g.  Kartu KB (kl, K IV)

h.  Buku-buku administrasi dan registrasi KB

i.  Meja dengan duk steril

J.  Speculum

k.  Sonde rahim

l. Lidi kipas dan kapas first aid secukupnya.

m. Busi / dilatator hegar

n.  Kogel tang

o.  Pincet dan gunting

Langkah-langkah :

1.       Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,

efek samping dan cara menanggulangi efek samping.

18
2.       Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan.

3.       Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,

mengukur tensimeter.

4.       Mempersilakan calon peserta untuk mengosongkan kandung

kemih.

5.       Siapkan alat-alat yang diperlukan.

6.       Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi

dengan posisi Lithotomi.

7.       Petugas cuci tangan

8.      Pakai sarung tangan kanan dan kiri

9.      Bersihkan vagina dengan kapas first aid

10.   Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan

posisi uterus.

11.   Pasang speculum sym.

12.  Gunakan kogel tang untuk menjepit cervix.

13.  Masukkan sonde dalam rahim untuk menentukan ukuran, posisi

dan bentuk rahim.

19
14.   Inserter yang telah berisi AKDR dimasukkan perlahan-lahan ke

dalam rongga rahim, kemudian plugger di dorong sehingga AKDR

masuk ke dalam inserter dikeluarkan.

15.   Gunting AKDR sehingga panjang benang ± 5 cm

16.  Speculum sym dilepas dan benang AKDR di dorong ke samping

mulut rahim.

17.   Peserta dirapikan dan dipersilakan berbaring ± 5 menit

18.   Alat-alat dibersihkan

19.  Petugas cuci tangan

20.   Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin

terjadi / dialami setelah pemasangan AKDR dan kapan harus kontrol

21.   Membuat nota pelayanan

22.   Menyerahkan nota pelayanan kepada peserta untuk diteruskan ke

bagian administrasi pelayanan.

23.   Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan untuk

dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

Catatan :

a.       Bila pada waktu pamasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa

(hentikan) konsultasi dengan dokter.

20
b.      Bila sonde masuk ke dalam uterus dan bila fundus uteri tidak

terasa, kemungkinan terjadi perforasi, keluarkan sonde, dan

konsultasikan ke dokter.

c.       Keluarkan sonde dan lihat batas cairan lendir atau darah, ini adalah

panjang rongga uterus. Ukuran normal 6 – 7 cm.

d.       Bila ukuran uterus kurang dari 5 cm atau lebih dari 9 cm jangan

dipasang (Imbarwati, 2009).

H. PROSEDUR PENCABUTAN IUD

• Tujuan umum :

Agar pasien yang akan melepas AKDR mendapat pelayanan yang

cepat, puas, dan sesuai dengan kebutuhan.

• Tujuan khusus :

Mempersiapkan ibu agar cepat mengenal efek samping

dilepaskan AKDR.

Kebijaksanaan :

1.      Petugas harus siap ditempat

2.       Harus ada permintaan dan persetujuan dari calon peserta.

3.      Ruang pemeriksaan yang tertutup, bersih, dan cukup ventilasi.

21
4.      Alat-alat yang harus tersedia lengkap sesuai dengan standart yang

ditentukan :

a. Meja dengan alas duk steril.

b. Sarung tangan kanan dan kiri

c. Lidi kapas, kapas first aid secukupnya.

d. Cocor bebek / speculum

e. Tampon tang.

f. Tutup duk steril

g. Bengkok

h. Lampu

i. Timbangan berat badan

j. Tensimeter dan

k. Stetoskop

Langkah-langkah :

1.      Memberi penjelasan kepada calon peserta mengenai keuntungan,

efek samping dan cara menanggulangi efek samping.

2.      Melaksanakan anamnese umum, keluarga, media dan kebidanan

3. Melaksanakan pemeriksaan umum meliputi timbang badan,

mengukur tensimeter.

4.       Siapkan alat-alat yang diperlukan.

22
5.     Mempersilakan calon peserta untuk berbaring di bed gynaecologi

dengan posisi Lithomi.

6.      Bersihkan vagina dengan lysol

7.      Melaksanakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan

posisi uterus.

8.      Pasang speculum sym.

9.       Mencari benang IUD kemudian dilepas dengan tampon tang

10.   Setelah IUD berhasil dilepas, alat-alat dibereskan.

11.   Pasien dirapikan kembali

12.   Memberi penjelasan kepada peserta gejala-gejala yang mungkin

terjadi / dialami setelah AKDR dilepas dan kapan harus kontrol

13.   Menyerahkan nota pelayanan dan menerima pembayaran sesuai

dengan nota

14.   Mencatat data pelayanan dalam kartu dan buku catatan, register

KB untuk dilaporkan ke bagian Rekam Medik (Imbarwati, 2009).

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Alat kontrasepsi dalam rahim ( AKDR / IUD ) merupakan alat

kontrasepsi yang dipasang dalam rahim yang relatif lebih efektif bila

dibandingkan dengan metode pil, suntik dan kondom. Alat kontrasepsi

dalam rahim terbuat dari plastik elastik, dililit tembaga atau campuran

tembaga dengan perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas

dengan waktu penggunaan dapat mencapai 2-10 tahun, dengan metode

kerja mencegah masuknya sprematozoa/sel mani ke dalam saluran tuba.

Pemasangan dan pencabutan alat kontrasepsi ini harus dilakukan oleh

tenaga medis (dokter atau bidan terlatih), dapat dipakai oleh semua

perempuan usia reproduksi namun tidak boleh dipakai oleh perempuan

yang terpapar infeksi menular seksual. Jenis-jenis IUD yaitu : Copper-T,

Copper-7, Multi load, lippes loap

B. SARAN

 a. Untuk Pasien : Bila Anda ingin menghentikan pemakaian

spiral, segera kunjungi pekerja kesehatan yang memasangnya, atau

yang terlatih. Jangan mencoba mencopot spiral sendiri di rumah.

24
b. Untuk Petugas Kesehatan : Diharapkan agar memberikan

Pelayanan IUD lebih Kompoten agar tidak terjadi komplikasi-

komplikasi yang merugikan bagi pasien.

25
DAFTAR PUSTAKA

Anna, Dkk. 2006. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :


Buku Kedokteran, EGC.
BKKBN. 2007. Kebijakan Keluarga Berencana Nasional. Jakarta
Hidayati, Ratna. 2009. Metode dan Teknik Penggunaan Alat Kontrasepsi.
Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka
Cipta.
Saroha, Dkk. 2009. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Trans Info Media.
Suratun, Dkk. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta : Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Humaniraya. 2009. Penduduk Indonesia, http://jurnalnet.com. Diakses oleh
fitria ulfah, 20 Mei, 14.15 wib.
Moehqadri. 2009. Repitulasi Laporan Bulanan Pengendalian
Lapangan, http://www.waspada.com. Diakses oleh Fitria Ulfah. 23 Mei,
15.20 wib
  Mochtar (1998), Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta

Stratfield . 2002. Pelaksanaan KB, http://bataviase.co.id. Diakses oleh fitria


ulfah. 20 Mei, 15.00 wib. Saifuddin (2003),Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta 

26

Anda mungkin juga menyukai