Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PRAKTIK

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn.F DENGAN GANGGUAN


REPRODUKSI DISMINOREA PRIMER
DI PUSKESMAS PAGELARAN

Oleh :

Faridatul Ampera

NIM. 2082B0065

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


IIK STRADA INDONESIA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Nn.F Dengan Gangguan Reproduksi
Disminorea Primer Di Puskesmas Pagelaran” Penulis menyadari dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini kami selaku mahasiswa program studi profesi
kebidanan mohon motivasi dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung di Program Studi Pendidikan Profesi Bidan F2K IIK
STRADA INDONESIA Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :

1. Dr.Byba Melda Suhita, S.Kep.Ns., M.Kes, selaku Dekan IIK STRADA


INDONESIA
2. Yenny Puspitasari, S.Kep.Ns., M.Kes, Selaku Program Studi Pendidikan
Profesi Bidan IIK STRADA INDONESIA
3. Drg. Herawati, selaku kepala Puskesmas Pagelaran
4. Norma Fajaria, S.Tr.Keb, selaku pembimbing lahan
5. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penyusunan asuhan
kebidanan ini.

Penulis menyadari penyusunan pada Asuhan Kebidanan Pada Nn.F Dengan


Kasus Gangguan Reproduksi Disminorea Primer Di Puskesmas Pagelaran masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pembaca sangat penulis harapkan dalam rangka perbaikan.

Pagelaran, Oktober 2020

Faridatul Ampera

i
PERSETUJUAN
Laporan praktik dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Nn.F Dengan

Gangguan Reproduksi Disminorea Primer Di Puskesmas Pagelaran” di

Puskesmas Pagelaran telah disetujui oleh pembimbing :

Hari/tanggal : 2020

Mengetahui

Dosen Pembimbing Pembimbing Lahan

Yenny Puspitasari, S.Kep.Ns., M.Kes Norma Fajaria, S.Tr.Keb

KepPagelaran Oktober 2020

Mahasiswa

TTD

Faridatul Ampera

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................1

1.2 Tujuan Studi Kasus.................................................................2

13 Manfaat Studi Kasus...............................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Disminorea................................................................................4

2.2 Remaja........................................................................................11

2.3 Tinjauan Manajemen................................................................22

BAB III TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian ................................................................................32

3.2 Analisa Data..............................................................................38

3.3 Intervensi...................................................................................38

3.4 Penatalaksanaan.......................................................................38

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan....................................................................................44

5.2 Saran ......................................................................................45

DAFTAR PESTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

yang sering ditakuti oleh remaja putri pertama kali adalah

menstruasi pertama, atau dalam bahasa medis disebut dengan menarche.

Kejadian ini menandakan awal dimulainya kehidupan baru sebagai remaja

dalam masa pubertas. Masa pubertas ditandai dengan pertumbuhan badan

yang cepat, menstruasi pertama (menarche), perubahan psikis dan

timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder seperti tumbuhnya rambut pada

daerah kemaluan, dan pembesaran payudara (Atikah dan Siti, 2009).

Seorang remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami

siklus menstruasi tiap bulannya. Siklus menstruasi ini akan menimbulkan

rasa tidak nyaman seperti sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan di pinggang

untuk beberapa jam, kram perut dan sakit perut. Kondisi ini dikenal

sebagai nyeri menstruasi atau dismenorea. Dismenorea yang sering terjadi

pada remaja adalah dismenorea primer. Dismenorea primer adalah nyeri

menstruasi tanpa kelainan ginekologik. Dismenorea primer ini ciri

khasnya nyeri menstruasi tidak berkurang pada hari-hari menstruasi

selanjutnya (Atikah dan Siti, 2009). Sementara itu, hasil survei terhadap

113 pasien di family practice setting di Amerika Serikat menunjukkan

prevalensi dismenorea 29 – 44 persen dari jumlah pasien tersebut. Masih

di Amerika Serikat, puncak insiden. dismenorea primer terjadi pada akhir

masa remaja dan diawal usia 20-an. Insiden dismenorea pada remaja putri

1
2

dilaporkan sekitar 92 persen. Insiden ini menurun seiring dengan

bertambahnya usia

2
2

dan meningkatnya kelahiran (Dito dan Ari, 2011). Tidak ada angka pasti

mengenai jumlah penderita nyeri haid di Indonesia. Ini dikarenakan lebih

banyak perempuan yang mengalami dismenorea tidak melaporkan atau

berkunjung ke dokter. Rasa malu ke dokter dan kecenderungan untuk

meremehkan penyakit tertentu di Indonesia tidak dapat di pastikan secara

mutlak. Boleh dikatakan 90 persen perempuan Indonesia pernah

mengalami dismenorea (Dito dan Ari, 2011).

Peran bidan pada kasus ini adalah konseling tentang kesehatan

reproduksi dan anamnesa yang benar serta pemeriksaan yang tepat agar

dapat mengatasi keluhan yang terjadi pada klien dengan dismenorea

primer, contohnya rasa nyeri, pegal pada punggung dan paha, mual dan

pusing. Tanpa memandang sebabnya, untuk sementara waktu dapat

diberikan analgesik (antalgin, novalgin, ibu profen, asam mefenamat dan

lain sebagainya). Bila pada pemeriksaan bidan dijumpai kelainan

anatomis yang kemungkinan adanya endometriosis, maka rujukan makin

besar indikasinya (Manuaba, 2008).

1.2 Tujuan
1.2.1  Tujuan Umum

Dapat memberikan Asuhan Kebidanan Pada Asuhan Kebidanan


Pada Nn.F Dengan Gangguan Reproduksi Disminorea Primer Di
Puskesmas Pagelaran secara komprehensif dengan menggunakan 5
langkah

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Dapat melakukan pengkajian dan interprestasikan data dengan baik pada
Nn.F Dengan Gangguan Reproduksi Disminorea Primer
b. Dapat menentukan diagnosa potensial dan merencanakan tindakan segera
untuk mengatasi masalah yang terjadi.
3

c. Dapat melaksanakan perencanaan tindakan serta mengevaluasi hasil


d. Dapat mengetahui adanya kesenjangan antara teori dengan praktek
e. Dapat melakukan dokumentasi asuhan kebidanan dengan lima langkah .
1.3 Manfaat
1. Bagi diri sendiri Penulis memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan
asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Nn. A dengan dismenorea primer
sesuai dengan teori yang telah diberikan.
2. Bagi profesi Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan untuk
meningkatkan mutu layanan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi
dengan dismenorea primer.
3. Institusi Pendidikan
Dapat menambah referensi bacaan untuk institusi pendidikan, terutama
pengetahuan tentang asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dengan
dismenorea primer.
BAB 2

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Dismenorea

2.1.1 Pengertian Dismenorea

Dismenorea atau nyeri haid merupakan salah satu keluhan

ginekologi yang paling umum pada perempuan muda yang datang ke

klinik atau dokter. Hampir semua perempuan mengalami rasa tidak

nyaman selama haid, seperti rasa tidak enak di perut bagian bawah dan

biasanya juga disertai mual, pusing, bahkan pingsan (Dito dan Ari,

2011). Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung

beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari),

sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa

sakit, tetapi masih dapat meneruskan 13 pekerjaannya), dan berat (rasa

nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan istirahat dan

pengobatan untuk menghilangkan nyerinya) (Manuaba, 2008).

2.1.2 Klasifikasi Dismenorea

Dismenore dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada

tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati (Judha, 2012).

Dismenore berdasarkan jenis nyeri adalah :

2.1.2.1 Dismenore spasmodik

Dismenore spasmodik adalah nyeri yang dirasakan dibagian

bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah haid dimulai.

Dismenore spasmodik dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita

4
5

berusia 40 tahun keatas. Sebagian wanita yang mengalami dismenore

spasmodik, tidak dapat melakukan aktivitas.

Tanda dismenore spasmodik, antara lain:

1) Pingsan

2) Mual

3) Muntah

4) Dismenore spasmodik dapat diobati atau berkurang dengan

melahirkan, walaupun tidak semua wanita mengalami hal tersebut

2.1.2.2 Dismenore kongestif

Dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang

ditimbulkan berlangsung 2 sampai 3 hari sampai kurang dari 2 minggu.

Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah

hari pertama haid, penderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik.

Gejala yang ditimbulkan pada dismenore kongestif, antara lain:

1) Pegal pada bagian paha

2) Sakit pada daerah payudara

3) Lelah

4) Merasa tersinggung

5) Kehilangan keseimbangan

6) Ceroboh

7) Gangguan tidur

Menurut Judha (2012) dismenore berdasarkan ada tidaknya

kelainan atau sebab yang dapat diamati adalah:


6

(1) Dismenore primer

Dismenore primer terjadi sesudah 12 bulan atau lebih pasca

menarke (menstruasi yang pertama kali). Hal itu terjadi karena

siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarke

biasanya bersifat anovulatoir yang tidak disertai nyeri. Rasa nyeri

timbul sebelum atau bersama-sama dengan menstruasi dan

berlangsung untuk beberapa jam, walaupun beberapa kasus dapat

berlangsung sampai beberapa hari. Sifat nyeri adalah kejang yang

berjangkit, biasanya terbatas di perut bawah, tetapi dapat merambat

kedaerah pinggang dan paha. Nyeri dapat disertai mual, muntah,

sakit kepala, dan diare. Menstruasi yang menimbulkan rasa nyeri

pada remaja sebagian besar disebabkan oleh dismenore primer.

Menurut Judha (2012) Faktor-faktor yang menyebabkan

dismenore, antara lain:

a) Faktor kejiwaan Gadis remaja yang secara emosional tidak stabil,

apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang

proses menstruasi, mudah mengalami dismenore primer.

b) Faktor konstitusi

Faktor konstitusi berhubungan erat dengan faktor kejiwaan

yang dapat menurunkan ketahanan terhadap nyeri. Faktor-faktor ini

adalah anemia, kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan

atau hambatan pada pertumbuhan sel otak dan sel tubuh yang dapat
7

menurunkan daya tahan tubuh, termasuk daya tahan tubuh terhadap

nyeri (Lestari, 2011).

c) Faktor obstruksi kanalis

servikalis (leher rahim)

Salah satu teori yang menjelaskan dismenore primer adalah

stenosis kanalis servikalis. Sekarang hal tersebut tidak lagi

dianggap sebagai faktor penyebab terjadi dismenore primer

karena banyak perempuan menderita dismenore primer tanpa

stenaosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi, begitu

juga sebaliknya, mioma submukosum bertangkai atau polip

endometrium dapat menyebabkan dismenore primer karena uterus

berkontraksi kuat dan menyebabkan nyeri.

d) Faktor endokrin

Umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada

dismenore primer disebakan oleh kontraksi uterus yang berlebihan.

Hal itu disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi (fase

pramenstruasi) memproduksi prostagladin F2 alfa yang

menyebabkan kontraksi otot polos. Jika jumlah prostagladin F2

alfa berlebih dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain

dismenore, dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea (mual),

dan muntah.

(2) Dismenore sekunder

Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan

kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada masa


8

remaja. Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan

pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri (tumor jinak

kandungan), stenosis serviks, dan malposisi uetrus. Dismenore

yang tidak dapat dikaitkan dengan suatu gangguan tertentu

biasanya dimulai sebelum usia 20 tahun, tetapi jarang terjadi pada

tahun-tahun pertama setelah menarke. Dismenoee merupakan nyeri

yang bersifat kolik dan dianggap disebabkan oleh kontraksi uterus

oleh progesteron yang dilepaskan saat pelepasan endometrium.

Nyeri yang hebat dapat menyebar dari panggul ke punggung dan

paha, seringkali disertai mual pada sebagian perempuan.

2.1.3 Derajat Dismenorea

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang

seberapa parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas

nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam

intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang

berbeda (Septiani, 2011).

2.1.4 Diagnosis

Diagnosis Dismenorea primer sering terjadi pada usia

muda/remaja dengan keluhan nyeri seperti kram dan lokasinya

ditengah bawah rahim. Dismenorea primer sering diikuti dengan

keluhan mual, muntah,diare, nyeri kepala, dan pada pemeriksaan

ginekologi tidak ditemukan kelainan. Biasanya nyeri muncul

sebelum keluarnya haid dan meningkat pada hari pertama dan

kedua. (Anwar, baziad, prabowo, 2011) Dismenorea sekunder


9

lebih sering ditemukan pada usia tua dan nyeri haid muncul setelah

2 tahun mengalami siklus haid teratur. Nyeri diimulai saat haid dan

meningkatkan bersamaan dengan keluarnya darah haid. Sering

ditemukan kelainan ginekologik. Pengobatannya sering sekali

memerlukan tindakan operatif (Baziad A, 2008).

2.1.5 Faktor Resiko Dismenorea

Ada beberapa banyak hal yang menjadi factor risiko

terjadinya Dismenorea primer dan sekunder. Faktor faktor tersebut

antara lain (Anurogo&Wulandari,2011)

a. Faktor risiko Dismenorea primer Berikut adalah beberapa

faktor risiko Dismenorea primer : 1. Usia saat mentruasi

pertama kurang dari 12 tahun 2. Belum pernah melahirkan anak

3. Haid memanjang atau dalam waktu yang lama 4. Merokok 5.

Riwayat keluarga positif terkenan penyakit 6. Kegemukan b.

Faktor risiko Dismenorea sekunder Berikut adalah beberapa

faktor risiko Dismenorea sekunder : 1. Endometriosis 2.

Penyakit radang panggul 3. Kista ovarium

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat dilaksanakan untuk pasien

Dismenorea adalah:

1) Penjelasan dan nasihat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa Dismenorea

adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Penjelasan

dapat dilakukan dengan diskusi mengenai pola hidup, pekerjaan,


10

kegiatan, dan lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi

mengenai haid atau adanya hal-hal tabu atau tahayul mengenai haid

dapat dibicarakan. Nasihat mengenai makanan sehat, istirahat yang

cukup, dan olahraga dapat membantu. Kadang-kadang diperlukan

psikoterapi.

2) Pemberian obat analgetik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesic yang dapat

diberikan se bagai terapi simptomatik. Jika rasa nyeri berat,

diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut

bawah untuk mengurangi keluhan. Obat analgesic yang sering

diberikan adalah kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-

obat paten yang beredar di pasaran antara lain novalgin, ponstan,

acet-aminophen.

3) Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan

ini bersifat sementara dengan maksud membuktikan bahwa

gangguan yang terjadi benar-benar dismenorea primer, atau jika

diperlukan untuk membantu penderita untuk melaksanakan

pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.

4) Terapi alternative

Terapi alternative dapat dilakukan dengan kompres handuk

panas atau botol air panas pada perut atau punggung bawah. Mandi

air hangat juga bias membantu. Beberapa wanita mencapai

keringanan melalui olahraga, yang tidak hanya mengurangi strees


11

dan orgasme juga dapat membantu dengan mengurangi tegangan

pada otot-otot pelvis sehingga membawa kekenduran dan rasa

nyaman. Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan

kram menstruasi. Salah satunya adalah peregangan kucing, yang

meliputi berada pada posisi merangkak kemudian secara perlahan

menaikkan punggung anda keatas setinggi-tingginya.

(Sarwono,2008)

5) Terapi non farmakologi

(1) Mengkonsumsi makanan berserat

(2) Mengurangi makanan yang mengandung garam dan kafein

(3) Mengkomsumsi minuman herbal (kayu manis, kedelai,

cengkeh, jahe, madu, kunyit asam, oso dresie, herbal cina.

(Anurogo dan Wulandari 2011).

2.2 Remaja

2.2.1 Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa

anak-anak ke masa dewasa, yang telah meliputi semua

perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa

dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik,

psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu

periode dari perkembangan manusia. Remaja ialah masa

perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan

perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2013).


12

Menurut King (2012). Masa dimulai sekitar pada usia 12

tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun, masa ini

merupakan perkembangan masa transisisi dari anak-anak

menuju dewasa.). Remaja merupakan masa transisi dari anak-

anak hingga dewasa, Fase remaja tersebut mencerminkan cara

berfikir remaja masih dalam koridor berpikir konkret (Monks,

2008). Disebabkan pada masa ini terjadi suatu proses

pendewasaan pada diri remaja. Masa tersebut berlangsung dari

usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut:

a. Masa remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun.

b. Masa remaja pertengahan (middle adolescent)umur 15-18

tahun c. Remaja terakhir umur (late adolescent 18-21 tahun.

2.2.2 Tahapan Perkembangan Remaja

Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan,

ada 3 tahap perkembangan remaja yaitu: Soetjiningsih (2010):

a. Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun

Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi

perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri sala

satunya yaitu, mereka pengembangkan pikiran-pikiran baru

sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis, mudah terangsang

secara erotis, dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis

ia sudah akan berfantasi erotik.

b. Remaja madya (middle adolescent) berumur 15-18 tahun

Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan, remaja senang


13

jika banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan

mencintai pada diri sendiri, dengan menyukai teman-teman

yang sama dengan dirinya, selain itu ia berada dalam kondisi

kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau

tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau

pesimistis, idealitas atau materialis, dan sebagainya.

c. Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun Tahap

ini merupakan dimana masa konsulidasi menuju periode

dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal yaitu:

a) Minat makin yang akan mantap terhadap fungsi intelek.

b) Egonya akan mencari kesempatan untuk bersatu dengan

orang lain dan dalam pengalaman-penglaman baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu mencari perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan dan kepentingan diri

sendiri dengan orang lain.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya

(privateself) 6) masyarakat umum (Sarwono, 2010)

2.2.3 Tahap Pertumbuhan Remaja

Pertumbuhan adalah perubahan pertama kali yang

jelas terlihat, tinggi badan yang mendadak yang disebut

pacuh tumbuh (Haight Spurt) ( atikah dan Siti, 2009).

Tumbuh kembang adalah peristiwa yang terjadi sejak masa

pembuahan sampai masa dewasa. Pertumbuhan merupakan


14

suatu proses biologis yang menyebabkan perkembangan fisik

yang dapat diukur. Perkembangan merupakan suatu proses

seorang individu dalam aspek ketrampilan dan fungsi yang

kompleks. Individu berkembang dalam pengaturan

neuromuskuler, ketrampilan menggunakan anggota tubuh,

serta perkembangan kepribadian, mental, serta emosi.

2.2.4 Karakteristik Perkembangan Remaja

Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan

remaja dapat dibedakan menjadi :

a. Perkembangan Psikososial Teori perkembangan psikososial

menurut Erikson dalam Wong (2009), menganggap bahwa

krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan

terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan

awitan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional

dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari

SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas

kelompok versus pengasingan diri. Pada periode

selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi

dari keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai 10

lawan terhadap difusi peran.

a) Identitas kelompok

Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki

suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap

bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting


15

karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok

dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika

remaja mulai mencocokkan cara dan minat

berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti

penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman

sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang

dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga

mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka

sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang

tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan

remaja tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.

b) Identitas Individual

Pada tahap pencarian ini, remaja

mempertimbangkan hubungan yang mereka kembangkan

antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu,

seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu

dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan

identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu

dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan

keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia

merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan

bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap

digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai,

identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari


16

kebingungan. Difusi peran terjadi jika individu tidak 11

mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai

aspirasi, peran dan identifikasi.

c) Identitas peran seksual Masa remaja merupakan waktu

untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama masa

remaja awal, kelompok teman sebaya mulai

mengomunikasikan beberapa pengharapan terhadap

hubungan heterokseksual dan bersamaan dengan

kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada

pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang

matang yang baik dari teman sebaya maupun orang

dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap

budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok

sosioekonomis.

d) Emosionalitas Remaja

lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa

remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah

dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih

mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat

dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada

masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi

cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan

emosinya sampai waktu dan tempat untuk

mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat


17

untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima

masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan

emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka

menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan

kebimbangan.

b. Perkembangan Kognitif

kognitif menurut Piaget a remaja dibandingkan masa

kanak-kanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja

perasaan kekuatan dan kekuasaan.

2.2.5 Reproduksi Remaja

2.2.5.1 Ruang lingkup kesehatan reproduksi remaja

Menurut Marmi ruang lingkup pengetahuan

kesehatan reproduksi remaja meliputi:

1) Pertumbuhan dan perkembangan seksual

a) Perempuan Munculnya tanda-tanda seks primer pada

remaja perempuan yaitu terjadi haid yang pertama

(menarche). Tanda-tanda seks sekunder, yaitu seperti

pinggul melebar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara

membesar, tumbuh rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

Tugas utama dari sistem reproduksi perempuan adalah

untuk menghasilkan ovum, menerima sperma dan

memberikan nutrisi ke embrio berkembang (janin),

melahirkan, dan menghasilkan air 13 susu untuk bayi.

Ovum diproduksi di ovarium, organ berbentuk oval


18

dipangkal paha yang juga memproduksi hormon seks.

Selama pubertas, hormon menyebabkan beberapa folikel

berkembang setiap bulan. Biasanya, hanya satu folikel

matang sepenuhnya, pecah dan melepaskan sebuah sel telur

melalui dinding ovarium dalm proses yang disebut ovulasi.

Telur yang matang memasuki salah satu tuba falopi, dan

mungkin dibuahi oleh sperma, kemudian bergerak ke rahim

untuk berkembang menjadi janin. Lapisan rahim

(endometrium) mempersiapkan untuk kehamilan setiap

bulan dengan menjadi lebih tebal. Lapisan tersebut akan

menjadi darah menstruasi jika tidak terjadi pembuahan.

Rahim adalah organ dimana janin berkembang dan

menerima nutrisi dan oksigen. Pada dasar rahim terletak

leher rahim, yang melebar selama kehamilan untuk

mempersiapkan jalan lahir. Vagina adalah tabung berotot

memanjang dari rahim ke luar tubuh. Ini adalah wadah

untuk sperma yang ejakulasi selama hubungan seksual dan

juga merupakan bagian dari jalan lahir. Selama kehidupan,

hormon estrogen dan progesteron merangsang pembesaran

payudara dan kelenjar susu. Organ genetalia eksternal,

yaitu labia adalah lipatan kulit di kedua sisi organ kelamin

wanita bagian luar. Klitoris, organ kecil sensitiv terletak di

depan labia. Mons pubis adalah jaringan di atas clitoris.


19

b) Laki-laki Munculnya tanda-tanda seks primer pada laki-

laki, yaitu mimpi basah. Tanda-tanda seks sekunder, yaitu

seperti tumbuh jakun, penis dan buah zakar bertambah

besar, terjadinya ereksi dan ejakulasi, suara bertambah

besar, dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis,

cambang dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak. Tugas

utama dari sistem reproduksi laki-laki adalah untuk

menghasilkan sel sperma. Sperma diproduksi di testis,

sepasang kelenjar reproduksi laki-laki yang terletak di

skrotum, kulit yang ditutupi kantung yang menggantung

dari pangkal paha. Dalam setiap testis, bagian tubulus yang

berongga disebut tubulus seminiferus dimana sel sperma

dihasilkan. Testis juga mengeluarkan testosterone hormone

laki-laki, yang merangsang perkembangan struktur

reproduksi dan karakteristik seksual sekunder pada

pubertas. Setelah produksi, sel sperma bergerak ke tabung

melingkar yang disebut epididimis sebagai tempat sperma

matang dan disimpan. Selama ejakulasi (pengeluaran

sperma dari penis saat orgasme), perjalanan sperma dari

epididimis melalui tabung panjang yang disebut vas

deferens ke uretra. Uretra adalah tabung tunggal yang

memanjang dari kandung kemih ke ujung penis atau tempat

keluarnya urin dari tubuh. Sekresi kelenjar yang berbeda 15


20

dari tiga bercampur dengan sperma sebelum ejakulasi,

membentuk cairan mani atau air mani.

2.2.5.2 Masalah Kesehatan Pada Remaja

Menurut FIGO (Federation International de Gynecology et

d’Obstertrique) batasan kesehatan reproduksi adalah kemampuan

untuk bereproduksi, mengatur reproduksi dan untuk menikmati

hasil reproduksinya. Batasan tersebut harus diikuti dengan

keberhasilan untuk mempertahankan hasil reproduksi dan tumbuh

kembangnya. Pubertas pada remaja merupakan masa peralihan

antara masa anak dan masa dewasa. Tidak ada batas yang jelas

antara akhir masa anak awal dan awal masa pubertas, akan tetapi

dapat dikatakan bahwa pubertas mulai dengan awal berfungsinya

ovarium. Pubertas berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi

dengan mantap dan ovulasi teratur, secara klinis pubertas dimulai

dengan timbulnya ciri-ciri seks sekunder dan berakhir jika sudah

ada kemampuan reproduksi. Pubertas pada wanita dimulai kira-kira

pada umur 8-14 tahun dan berlangsung kurang lebih selama 4

tahun. Awal pubertas jelas dipengaruhi oleh faktor genetik dan

faktor lingkungan (kesehatan dan gizi). Usia menarche sekarang

berkisar antara 11-13 tahun namun umur rata-rata menarche dan

ovulasi pada saat ini cenderung lebih muda daripada beberapa

dekade yang lalu. Sebagai akibat menarche awal dan mungkin oleh

karena kebebasan seksual, banyak pusat pelayanan obstetri

mengalami peningkatan kasus kehamilan remaja.


21

Menurut Pinem kesehatan reproduksi remaja dipengaruhi

oleh beberapa hal, yaitu:

a. Faktor demografis, hal tersebut dapat dinilai dari data usia

pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah,

usia pertama hamil

b. Faktor sosial ekonomi, dapat dinilai dari tingkat pendidikan,

akses terhadap pelayanan kesehatan, status pekerjaan, tingkat

kemiskinan, rasio melek huruf, rasio remaja tidak sekolah atau

melek huruf.

c. Faktor budaya dan lingkungan, yaitu mencakup pandangan

agama, status perempuan, ketidaksetaraan gender, lingkungan

tempat tinggal dan 17 bersosialisasi, persepsi masyarakat

tentang fungsi, hak, dan tanggung jawab reproduksi individu,

serta dukungan atau komitmen politik.

d. Faktor psikologi, antara lain rasa rendah diri, tekanan teman

sebaya, tindak kekerasan di rumah atau lingkungan, dan

ketidakharmonisan orang tua.

e. Faktor biologis, meliputi gizi buruk kronis, kondisi anemia,

kelainan bawaan organ reproduksi, kelainan akibat radang

panggul, infeksi lain atau keganasan.

2.2.6 Penanganan Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Upaya promotif dan preventif menurut Leavel dan Clark

adalah suatu pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan adalah

suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan


22

berupa suatu kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau

masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya,

untuk mencapai kesehatan dalam faktor lingkungan. Ada empat

tingkat pencegahan penyakit dalam prespektif kesehatan

masyarakat, yaitu health promotion, spesific protection, early

diagnosis, and disability limitation. Selain itu remaja juga dapat

memperkuat iman, mengisi waktu kosong dengan kegiatan yang

positif dan selektif dalam memilih teman

2.3 Tinjauan menejemen

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan

masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam

memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat

(Depkes RI, 2005).

2.3.2 Pengkajian

Dalam langkah pertama ini bidan mencari dan menggali data

maupun fakta baik yang berasal dari pasien, keluarga maupun anggota

tim lainnya, ditambah dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh

bidan sendiri (Varney, 2007). Proses pengumpulan data dasar ini

mencakup data subyektif dan obyektif

a) Data subyektif

Adalah data yang di dapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap

suatu data kejadian.

1) Biodata pasien

Menurut Varney (2004), pengkajian biodata antara lain :


23

a) Nama : Untuk mengetahui nama klien agar mempermudah dalam komunikasi.

b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko yang ada hubungannya dengan .

c) Agama : Untuk memberikan motivasi sesuai agama yang dianut klien

d) Suku bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawaan atau ras.

e) Pendidikan : Untuk mengetahui pendidikan terakhir klien.

f) Alamat : Untuk mengetahui alamat klien agar mempermudah mencari alamat

jika terjadi sesuatu.

g) Pekerjaan : Untuk mengetahui sosial ekonomi klien.

2) Alasan datang
Alasan datang yaitu menanyakan keluhan yang disarankan saat pemeriksaan serta

berhubungan dengan gangguan dismenorea. Pada pasien dismenorea biasanya mengeluh

nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada punggung dan paha, adakalanya disertai mual

muntah, pusing, diare saat menstruasi (Manuaba, 2009).

2) Riwayat Menstruasi

3) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi meliputi:

a) Menarche, perlu ditanyakan karena dismenorea biasanya terjadi beberapa waktu

setelah menarche, biasanya 6–12 bulan pertama setelah menarche (Dito dan Ari,

2011).

b) Siklus haid perlu ditanyakan untuk mengetahui apakah siklus haid teratur atau

normal (21–40 hari), karena siklus haid setiap wanita berbeda-beda, berkaitan

dengan usia klien (Dito dan Ari, 2011).

c) Lama haid pelu ditanyakan untuk mengetahui apakah lama haid dari klien normal

(3–7 hari), karena lama haid setiap wanita berbeda-beda (Dito dan Ari, 2011).

d) Banyaknya haid dapat diketahui dengan menanyakan jumlah pembalut yang

digunakan tiap harinya. Apabila penggunaan pembalut kurang dari 2 perhari


24

berarti jumlah darah sedikit, 2–4 perhari berarti normal dan lebih dari 5

perharinya banyak normalnya yaitu 30 ml perhari (Wiknjosastro, 2007).

e) Keluhan yang dirasakan klien ditanyakan untuk mengetahui apakah ada nyeri

perut bagian bawah, pegal pada pinggang dan paha serta gejala yang menyertai

dismenorea seperti pusing, mual, muntah maupun diare saat menstruasi

(Manuaba, 2009).

4) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderita suatu

penyakit kronis dan keluhan yang dialami klien saat ini, yang akan

mempengaruhi timbulnya dismenorea. Karena faktor anemia, penyakit

menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea

(Wiknjosastro, 2007).

b) Riwayat kesehatan yang lalu

dapat mengetahui penyakit yang pernah diderita klien

sebelumnya, misal diabetes militus, hipertensi, jantung, asma, TBC,

tumor, kanker, hepatitis, dan lainlain. Penyakit ini dapat membuat berat

badan menjadi kurus sehingga dapat memicu terjadinya dismenorea saat

haid (Yatim, 2004). c) Riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji untuk

mengetahui penyakit yang ada di keluarga pasien khususnya penyakit

menular dan keturunan yang dapat mempengaruhi organ reproduksi dan

apakah keluarganya terdapat riwayat dismenorea (Estiwidani dkk,

2008). d) Riwayat operasi perlu dikaji untuk mengetahui pasien sudah

pernah operasi atau belum (Varney, 2004).

C) Riwayat kesehatan sekarang


25

ditanyakan untuk mengetahui apakah klien menderita suatu

penyakit kronis dan keluhan yang dialami klien saat ini, yang akan

mempengaruhi timbulnya dismenorea. Karena faktor anemia, penyakit

menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi timbulnya dismenorea

(Wiknjosastro, 2007). b) Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui

penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya, misal diabetes militus,

hipertensi, jantung, asma, TBC, tumor, kanker, hepatitis, dan lainlain.

Penyakit ini dapat membuat berat badan menjadi kurus sehingga dapat

memicu terjadinya dismenorea saat haid (Yatim, 2004). c) Riwayat

kesehatan keluarga perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang ada di

keluarga pasien khususnya penyakit menular dan keturunan yang dapat

mempengaruhi organ reproduksi dan apakah keluarganya terdapat

riwayat dismenorea (Estiwidani dkk, 2008). d) Riwayat operasi perlu

dikaji untuk mengetahui pasien sudah pernah operasi atau belum

(Varney, 2004).

b) Data Obyektif

Adalah data yang didapat dari observasi dan pemeriksaan dengan

menggunakan standar yang diakui (Varney, 2004).

1) Pemeriksaan umum Pemeriksaan umum menurut Varney (2004) meliputi :

a) Keadaan umum : Baik, sedang atau jelek (Varney, 2004)

b) Kesadaran : Composmentis atau somnolen (Varney, 2004)

c) Tekanan darah : Untuk mengetahui faktor hipertensi atau hipotensi, normal

120/80 mmHg (Varney, 2004).

d) Suhu : Untuk mengetahui ada peningkatan suhu tubuh / tidak, normalnya suhu

tubuh 36,50C – 37,60C (Varney, 2004). e) Nadi : untuk mengetahui nadi

pasien, normal 60 – 80 kali permenit (Varney, 2004). f) Respirasi : Untuk


26

mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit, respirasi

normal 18 – 22 x/menit (Varney, 2004).

2) Pemeriksaan fisik

fisik dapat dilakukan melalui pemeriksaan inspeksi dan palpasi.

a) Inspeksi Melakukan pemeriksaan pandang terhadap pasien mulai dari kepala sampai

kaki.

(1) Kepala : Rambut, warna, lebat atau jarang, rontok, atau ada ketombe Varney,

2007).

(2) Muka : Pucat, ada oedem atau tidak. Pasien dengan keluhan dismenorea akan

terlihat pucat dan meringis menahan sakit (Varney, 2007).

(3) Mata : Anemis atau tidak, dengan melihat konjungtiva merah segar atau

merah pucat, sklera putih atau kuning, (Varney, 2007).

(4) Hidung : Ada polip atau tidak, bersih atau kotor, untuk mengetahui adanya

gangguan jalan nafas (Varney, 2007).

(5) Gigi : Bersih atau kotor, ada karies atau tidak, untuk mengetahui kecukupan

kalsium (Varney, 2007).

(6) Gusi : Warnanya, ada perdarahan atau tidak, untuk mengetahui kecukupan

vitamin dan mineral (Varney, 2007).

(7) Lidah : Bersih atau kotor, untuk mengetahui indikasi yang mengarah pada

penyakit tertentu misalnya tifoid (Varney, 2007). 23

(8) Bibir : Pecah atau tidak, ada stomatitis atau tidak, untuk mengetahui

kecukupan vitamin dan mineral (Varney, 2007).

(9) Telinga : Bersih atau kotor, ada peradangan maupun benjolan atau tidak,

untuk mengetahui adanya tanda infeksi atau tumor (Varney, 2007).

(10) Payudara : Simetris atau tidak, besih atau kotor, ada retraksi atau tidak,

untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada payudara (Varney, 2007).


27

(11)Abdomen : Simetris atau tidak, ada luka bekas operasi atau tidak (Varney,

2007).

(12)Genetalia eksterna : ada oedem atau tidak, ada pembengkakan kelenjar

bartholini atau tidak (Varney, 2007).

(13)Ekstrimitas : ada varises atau oedem pada tangan maupun kaki atau tidak

(Varney, 2007).

b) Palpasi

Yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan rabaan, pada pemeriksaan ini

hanya diperiksa pada perut adakah massa, adakah nyeri tekan, bagaimana

keadaan umum (Varney, 2007).

3) Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan bila diperlukan untuk mendukung penegakan diagnosa

mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang seperti pemeriksaan HB

(Nursalam, 2004).

2.3.2 Interprestasi Data

Pada langkah ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi

diagnosa atau masalah yang spesifik yang sudah di identifikasikan (Varney, 2004). Data

tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis atau masalah

yang spesifik.

a. Diagnosa kebidanan Adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek

kebidanan (Varney, 2004). “Nn X umur.....tahun dengan dismenorea primer”.

b. Dasar :

1) Data subyektif Nn. X mengatakan bahwa saat ini sedang haid hari pertama

merasakan pusing, nyeri pada perut bagian bawah, pegal pada paha dan pinggang.

2) Data obyektif

a) Keadaan umum baik/cukup/jelek


28

b) Kesadaran komposmentis/somnolen/apatis

c) Tanda-tanda vital d) Muka pucat, meringis menahan sakit

e) Terdapat nyeri pada perut bagian bawah

B. masalah

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai

dengan keadaan pasien. Dalam kasus ini masalah yang timbul adalah rasa

tidak nyaman dan kecemasan yang dialami pasien seperti nyeri perut

bagian bawah, pagal pada pinggang dan paha, pusing, mual, muntah

maupun diare saat menstruasi (Varney, 2004).

c. Kebutuhan

Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang

ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai

dengan keadaan pasien. Dalam kasus ini masalah yang timbul adalah rasa

tidak nyaman dan kecemasan yang dialami pasien seperti nyeri perut

bagian bawah, pagal pada pinggang dan paha, pusing, mual, muntah

maupun diare saat menstruasi (Varney, 2004).

Kebutuhan yang dapat diberikan pada pasien dismenorea ini dapat berupa

olahraga ringan, kompres air hangat atau dingin di tempat yang nyeri,

istirahat cukup dan makan-makanan yang bergizi (Varney, 2004).

3. Diagnosa Potensial

Pada langkah ini diagnosa merupakan tindakan segera yang dapat menimbulkan

kegawatdaruratan pada klien. Pada remaja dengan dismenorea primer merupakan

gejala dan bukan suatu penyakit, karenanya tidak ada diagnosa potensial (Varney,

2004)
29

4. Antisipas

Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Data-data terbaru senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi. Sebagian data menunjukkanS

satu situasi yang memerlukan tindakan segera. Sementara yang lain harus menunggu dari

seorang dokter, situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatdaruratan tetapi

memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainya (Varney,

2004).

5. Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh yang ditentukan oleh

langkah-langkah sebelumnya. Tugas bidan disini adalah merumuskan rencana asuhan

sesuai dengan hasil pembahasan. Merencanakan bersama pasien kemudian membuat

kesepakatan bersama sebelum melaksanakanya (Varney, 2004). Asuhan kebidanan pada

kasus dismenorea primer yang dapat diberikan menurut Atikah dan Siti (2009), yaitu:

a. Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil pemeriksaannya

b. Pemberian analgesik dan tokolitik

c. Anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau

berenang

d. Anjurkan klien untuk cukup istirahat

e. Anjurkan klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran hijau

f. Anjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa

nyeri

6. Implementasi

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan dalam langkah ke V, pemecahan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau

sebagian oleh bidan, klien atau tim kesehatan lainya. Jika bidan tidak melaksanakan

sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaan asuhan


30

kebidanan tersebut (Varney, 2004). Pada kasus ini implementasi yang dilakukan menurut

Atikah dan Siti (2009) adalah : a. Menjelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil

pemeriksaannya b. Memberikan terapi analgesik dan tokolitik c. Menganjurkan klien

olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang d. Menganjurkan klien

untuk cukup istitahat e. Menganjurkan klien untuk memperbanyak konsumsi protein dan

sayuran hijau f. Menganjurkan klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah

perut jika terasa nyeri

7. Evaluasi

merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan. Evaluasi

merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan

klien pribadi maupun bidan. Tujuan evaluasi adalah untuk mangatahui kemajuan

dari hasil tindakan yang dilakukan (Varney, 2004).

Hasil yang diharapkan dari asuhan kebidanan gangguan reproduksi

dengan dismenorea primer menurut Atikah dan Siti (2009) adalah :

a. Keadaan umum klien baik

b. Nyeri perut, pusing, mual, muntah maupun diare karena keluhan dismenorea dapat

berkurang dan hilang

c. Klien dapat mengatasi sendiri keluhan dismenorea primer dengan berolahraga ringan,

istirahat cukup dan amakan makanan tinggi protein dan sayuran hijau

d. Pasien merasa nyaman

Data Perkembangan Menggunakan SOAP

Sistem pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan SOAP (Varney,

2004) yaitu :

S : Data Subyektif Menggambarkan pendokumentasian asuhan kebidanan hasil

pengumpulan dari klien melalui anamnesa

O : Data Obyektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien dan

test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan.
31

A : Assesment / Analisa Menggunakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi

data subyektif dalam suatu identifikasi.

P : Plan Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencana

berdasarkan assesment.
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA REMAJA DAN PRANIKAH


PADA Nn.F DENGAN KASUS GANGGUAN REPRODUKSI
DISMINOREA PRIMER
DI PUSKESMAS PAGELARAN
3.1 PENGKAJIAN

1.1 DATA SUBJEKTIF

Anamnesa dilakukan oleh : Faridatul Ampera Di: PKM Pagelaran

Tanggal : 14-10-2020 Pukul : 09.00 WIB

1.1.1 IDENTITAS KLIEN

Nama Klien: Nn” F” Nama wali/orang : Ny”P”

Umur : 17 tahun Umur :42 tahun

Suku/ Bangsa : Jawa Suku/ Bangsa : Jawa

Agama : Islam Agama Islam

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Penghasilan : 1.500.000/bln

Alamat : Sidorejo Rt 4

1.1 Alasan kunjungan saat ini

Pasien mengatakan saat ini sedang menstruasi hari kedua

dan merasakan nyeri hebat pada perut bagian bawah sehingga

mengganggu aktifitasnya.

1.1.1 Keluhan utama

Nyeri perut bagian bawah

32
33

3.1 Riwayat menstruasi

 Menarche : 12 tahun

 Siklus menstruasi : 28 hari (teratur)

 Lama : 4-5 hari

 Banyaknya darah : 3-4 kali ganti pembalut

 Konsistensi : cair

 Dysmenorhoe : Ya (selama haid berlansung)

 Flour albus : tidak

 HPHT : 12– 10-2020

1.1.2 Riwayat kesehatan keluarga

a. Keturunan kembar : dalam keluarga tidak ada keturunan

kembar

b. Penyakit keturunan: dalam keluarga tidak ada yang menderita


penyakit menurun seperti Asma,
DM, Hiper tensi, jantung.

c. Penyakit lain dalam keluarga : dalam keluarga tidak menderita

penyakit menular seperti TBC,

hepatitis, HIV dan Sypilis.

1.1.3 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : ibu tidak perna menderita penyakit

menahun

 Penyakit menurun : ibu tidak punya penyakit menurun

 Penyakit menular : ibu tidak menderita penyakit

menular
34

 Penyakit menahun : ibu tidak perna menderita penyakit

menahun

 Penyakit menurun : ibu tidak punya penyakit menurun

 Penyakit menular : ibu tidak menderita penyakit

menular

1.1.4 Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit menahun : tidak ada

 Penyakit menurun : tidak ada

 Penyakit menular : tidak ada

1.1.5 Latar belakang budaya dalam keluarga

Kebiasaan/upacara adat istiadat : tidak ada

Kebiasaan keluarga yang menghambat : anak gadis tidak

diperbolehkan keluar rumah saat menjelang sore

Kebiasaan keluarga yang menunjang: diperbolehkan minum

jamu kunir asem

Dukungan dari keluarga yang lain : keluarga mendukung

1.1.6 Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola Nutrisi:

- makan 3 kali sehari, porsi 1 piring, jenis makanan (nasi,

lauk, sayur)

- minum 7-8 gelas/hari, porsi 1 gelas sedang, jenis minuman

(air mineral, teh, susu)

Keluhan yang dirasakan : tidak ada


35

b. Pola Eliminasi:

- BAK 4-5 kali sehari, warna kuning jernih, Bau Khas,

- BAB 1x sehari, warna kecoklatan, bau Khas

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

c. Pola istirahat tidur : 7-8/ hari

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

d. Pola Aktivitas : ringan

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

e. Pola seksualitas :-

Keluhan yang dirasakan :-

f. Perilaku Kesehatan

Penggunaan obat/jamu/rokok, dll : Minum jamu kunir asem

g. Personal Hygiene

- Mandi, keramas, gosok gigi : mandi 2x sehari,

keramas tiap hari, sikat gigi 2x sehari

- Ganti celana dalam dan pembalut : ganti baju 2x sehari,

ganti pembalut 3-4 x sehari.

Cara membersihkan genetalia: menggunakan sabun pembersih

Keluhan yang dirasakan : tidak ada

3.2 DATA OBJEKTIF

1.2.1 Pemeriksaan Umum

 Kesadaran : Composmentis

 TD : 110/70 mmHg

 Suhu : 36,7ºC
36

 Nadi : 84 kali / menit

 RR : 24x/ menit

 BB : 45 Kg

 TB : 155

 LILA : 27 cm

1.2.2 Pemeriksaan Khusus

a. INSPEKSI

 Kepala : simetris, bersih, tidak teraba benjolan.

 Muka : Kelopak mata: simetris

Conjungtiva : merah muda

Sklera : putih

 Mulut dan gigi: Bibir : lembab

Lidah : bersih

Gigi : tidak caries

 Hidung : Simetris : ya

Sekret : tidak ada

Kebersihan : terjaga

 Leher : Pembesaran vena jugularis:

tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar thyroid:

tidak ada pembesaran

Pembesaran kelenjar getah bening :

tidak ada pembesaran


37

 Dada : pembesaran/benjolan : tidak ada

 Perut : Pembesaran : simetris

Bekas luka operasi : tidak ada

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak ada

Varises : tidak ada

b. PALPASI

 Leher : Pembesaran vena jugularis : tidak ada

Pembesaran kelenjar thyroid: tidak ada

Pembesaran kelenjar getah bening: tidak

 Dada : Benjolan/ Tumor : tidak ada

Keluaran : tidak ada

 Perut : Pembesaran lien/ liver : tidak ada

 Ekstremitas atas dan bawah : Oedema : tidak ada

c. AUSKULTASI:

1. Dada : tidak ada suara wezing

2. Perut: terdapat bising usus normal

d. PERKUSI

1. Reflek Patella : kanan (+) Kiri (+).

2. Perut : Tidak ada nyeri tekan

1.2.3 Pemeriksaan laboratorium

- Hb : 12 mg/dl

- Golongan darah :B

- Albuminuria :-
38

- Reduksi Urine :-

1.2.4 Pemeriksaan penunjang:

USG : Tidak dilakukan

3.3 ANALISA/DIAGNOSA:

Nn” F”, umur 17 tahun, dengan gangguan reproduksi disminorhea

Primer

3.4 INTERVENSI

3.4.1.1 Lakukan pemeriksaan pada pasien

3.4.1.2 beritahu pasien bahwa pasien dalam keadaan baik dan

mengalami dismenorhea primer.

3.4.1.3 Jelaskan kepada pasien tentang nyeri disminorhea

3.4.1.4 Jelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri.

3.4.1.5 Jelaskan pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi dan

menyembuhkan nyeri menstruasi

3.4.1.6 Jelaskan penanganan pada nyeri menstruasi selain dengan

terapi obat

3.4.1.7 berikan motivasi pada pasien.

3.4.1.8 berikan terapi obat peroral guna untuk mengurangi rasa

nyeri menstruasi.

3.4.1.9 diskusikan kunjungan ulang .

3.5 PENATALAKSANAAN
39

1. melakukan pemeriksaan pada pasien

TTV

 Keadaan Umum : Baik

 Kesadaran : Composmentis

 TD : 110/70 mmHg

 Suhu : 36,7ºC

 Nadi : 84 kali / menit

 RR : 24x/ menit

 BB : 45 Kg

 TB : 155

 LILA : 27 cm

1. Memberitahu pasien bahwa pasien dalam keadaan baik dan mengalami

dismenorea primer.

2. Menjelaskan kepada pasien tentang nyeri yang dirasakan yaitu pasien

mengalami nyeri menstruasi yang disebut dismenorea primer. Akan tetapi

hal ini normal karena nyeri menstruasi primer timbul sejak menstruasi

pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Penyebabnya

tidak jelas tetapi yang pasti selalu berhubungan dengan pelepasan sel-sel

telur (ovulasi) dan kelenjar indung telur (ovarium) sehingga dianggap

berhubungan dengan keseimbangan hormon.

3. Menjelaskan hal-hal yang dapat menimbulkan nyeri menstruasi atau

dismenorea primer yang berlebihan yaitu faktor psikis dan fisik seperti

stres,shock,kelelahan dan kecemasan.


40

4. Menjelaskan pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi dan

menyembuhkan nyeri menstruasi yaitu menghindari stres yang

menimbulkan kecemasan, memiliki pola makan yang teratur,istirahat

cukup, tidak merokok, tidak meminum-minuman keras, olahraga teratur,

mengurangi konsumsi pada makanan dan minuman yang mengandung

kafein, meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging ikan dan yang

mengandung vitamin B6.

5. Menjelaskan penanganan pada nyeri menstruasi selain dengan terapi obat

yaitu Pola hidup sehat, pengompresan pada bagian yang nyeri dengan

menggunakan air hangat, melakukan posisi knee chest, mandi dengan air

hangat.

6. Memberikan motivasi pada pasien bahwa kondisinya sekarang akan baik-

baik saja. Dan menganjurkan kepada pasien agar tetap berdoa meminta

kesembuhan kepada Allah SWT.

7. Memberikan terapi obat peroral guna untuk mengurangi rasa nyeri

menstruasi.

- Memberikan terapi peroral asammefemanat 500mg 3x1

- vitamin (reboransi) 2x1 selama menstruasi berlangsung

- Fe 2x1 selama menstruasi berlangsung

9. Mendiskusikan kunjungan ulang 2 hari lagi atau jika ada keluhan dan

nyeri semakin hebat.


41

3.6 EVALUASI ( tgl 16 Oktober 2020 jam 16.30)

Subyektif Obyektif Assestment Planning


Pasien mengatakan Keadaan umum : Nn.F Umur 17 thn 1. Memberitau pasien bahwa
rasa nyeri Baik telah sembuh dari keadaannya dalam kondisi
menstruasinya sudah Kesadaran: gangguan reproduksi baik;Pasien merasa senang
tidak lagi dirasakan, Composmenthis yaitu dismenorea dengan keadaannya dan pasien
sekarang pasien Tanda-tanda primer sudah dapat beraktifitas seperti
sudah dapat vital : biasanya
beraktifitas seperti TD : 110/70 2. Menganjurkan pasien agar
biasanya tanpa mmHg tetap menkonsumsi sayur-
merasakan nyeri pada Nadi : 80 sayuran, buah-buahan, ikan dan
perut bagian bawah kali/menit makanan bergizi lainnya serta
Respirasi : menjaga pola makan pasien;
22/menit Pasien mengerti dan bersedia
Suhu : 36,6ºC mengikuti anjuran
3. Menganjurkan dan
mengingatkan kepada pasien
untuk beristirahat cukup,
mengurangi dan menghindari
stress, olahraga teratur, dan
hidup sehat; Pasien mengerti
dan bersedia
4. Memberitahu pasien untuk
tidak meminum obat-obatan anti
nyeri dan lebih baik segera
datang kepetugas kesehatan
terdekat atau kembali kesini
apabila nyeri menstruasi
dirasakannya; pasien mengerti
dan bersedia
5. Tetap menjaga kebersihan
dan persona hygien
BAB 4

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan

yang terjadi antara teori dan praktek yang dilakukan di puskesmas

Pagelaran dengan teori yang ada. Menurut langkah-langkah dalam

manajemen kebidanan ada lima langkah yaitu:

4.1 pengkajian

Dalam kasus Nn.F pengumpulan data baik data subyektif

maupun obyektif untuk kesuluruhan evaluasi terhadap pasien

tanda/keluhan pada pasien dengan disminorea yaitu nyeri perut sesuai

dengan teori yang ada

4.2Analisa/ diagnosa

Pada kasus Nn.F Umur 17 thn telah sembuh dari gangguan

reproduksi yaitu dismenorea primer masalahnya diperoleh nyeri dan cemas

jadi tidak ditemukan kesenjangan yang menyimpan antara teori dan kasus.

Masalah cemas ini terjadi karena remaja mengalami disminore. Bagi remaja

putri ini hal yang abnormal yang menimbulkan rasa nyeri sehingga remaja

putri cemas dan untuk itu remaja perlu mendapatkan penjelasan mengenai

dismenorea dan cara mengatasinya. Keluhan tersebut akan hilang dalam 1-2

hari. setelah mendapat penjelasan tersebut maka rasa cemas yang remaja

rasakan dapat berkurang.

4.3 perencanaan

Perencanaan asuhan pada remaja dengan dismenorea primer menurut

Atikah dan Siti (2009), yaitu : Jelaskan pada klien tentang keadaan dan hasil

42
43

pemeriksaannya, pemberian analgesik golongan Non Steroid Anti Inflamasi

(NSAI), misalnya:parasetamol, asam mefenamat, ibuprofen, metamizol atau

metampiron, anjurkan klien untuk berolahraga ringan seperti berjalan kaki,

bersepeda, atau berenang, anjurkan klien untuk cukup istirahat, anjurkan

klien untuk memperbanyak komsumsi protein dan sayuran hijau, anjurkan

klien untuk mengompres panas atau dingin pada daerah perut jika terasa

nyeri.

4. 4 pelaksanaan

Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada dismenorea merupakan

dari rencana tindakan yang menyeluruh. Semua rencana sudah dilaksanakan

dengan baik sesuai rencana dan remaja mendapatkan perawatan yang baik.

Sehingga tidak ada kesenjangan pada pelaksanaan kasus ini.

4.5 Evaluasi

Setelah dilakukan tatalaksana penanganan disminorea pada

kunjungan 2 hari kemudian Nn.F Umur 17 thn telah sembuh dari gangguan

reproduksi yaitu dismenorea primer


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada bab ini penulis mengambil kesimpulan dan saran setelah

melakukan asuhan kebidanan pada Nn. F dengan disminorea primer di

Puskesmas Pagelaran yaitu sebagai berikut:

1. pada pengkajian subyektif dan okjektif didapatkan dalam batas normal

2. pada analisa di dapatkan Nn.F Umur 17 thn telah sembuh dari gangguan

reproduksi yaitu dismenorea primer

3. pada perencanaan dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, penjelasan

tentang disminorea, penjelasan tentang penyebab nyeri, pemberian obat

analgetik, penjelasan tentang cara mengatasi nyeri, menjaga kebersihan

personal higyen serta kontrol pada tenaga kesehatan.

4. pada pelaksanaan sudah dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan

intervensi

5. pada evaluasi di peroleh Setelah dilakukan tatalaksana penanganan

disminorea pada kunjungan 2 hari kemudian Nn.F Umur 17 thn telah

sembuh dari gangguan reproduksi yaitu dismenorea primer

44
45

5.2 . Saran

Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada

kasus ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Pasien

a. Diharapkan mampu mendeteksi dini tanda-tanda dismenorea pada

remaja dan menganjurkan untuk segera membawa ke petugas

kesehatan yang terdekat bila mengalami tanda dismenorea.

b. Diharapkan dapat memberikan penanganan segera apabila menderita

dismenorea. Memberikan kompres perut dengan botol berisi air

hangat.

2 Bagi bidan

Diharapkan lebih mengutamakan upaya promotif dalam

kasus dismenorea, misalnya KIE tentang dismenorea, pemberikan

pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi sehingga remaja

berprilaku hidup sehat dan memahami tentang organ reproduksi.


DAFTAR PUSTAKA

Everett, Suzanna. 2007. Buku Saku Kontrasepsi & Kesehatan Seksual


Reproduktif. Jakarta: EGC.

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

IBI. 2005. Standar Profesi Kebidanan. Jakarta: EGC

Manuaba, I.B.G. 2003. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Ed.
2. Jakarta: EGC.

Manuaba, C. 2010. Ilmu Kandungan, Penyakit Kandungan, dan KB, Ed 2. Jakarta:


EGC.

Mochtar R, 1998. Sinopsis Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Jilid 2, Ed 2,


Jakarta: EGC

Simatupang E.J. 2006. Manajemen pelayanan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Cet I. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, Hanifa, Dkk. 2005. Ilmu Kebidanan, Cet IX. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

i
ii

Anda mungkin juga menyukai