Anda di halaman 1dari 12

MILLIARIASIS

DOSEN PENGAMPU:

SITI FATIMAH, SST.

DISUSUN OLEH:
NURUL NIKEN BINTARI (161540111022)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
BANJARMASIN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas ridho
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Milliariasis”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, tidak dapat
terselesaikan tanpa bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak,
baik dalam bentuk moral maupun material. Untuk itu penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Siti Fatimah, SST. selaku Dosen
mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi, dan Anak yang telah membimbing dan
membina dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari atas segala keterbatasan yang dimiliki, sehingga masih
banyak kekurangan , baik segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu penyusun
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
selanjutnya.

Banjarmasin, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1-2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Milliariasis.......................................................................... 3
B. Etiologi/Penyebab Milliariasis ............................................................. 4
C. Patofisiologi Milliariasis ...................................................................... 4
D. Klasifikasi Milliariasis ......................................................................... 5-7
E. Tanda Gejala Milliariasis ..................................................................... 7
F. Penatalaksanaan Milliariasis ................................................................ 7-8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biang keringat kerap kita temui pada bayi dan anak kecil, karena kulit mereka
cenderung lebih sensitif daripada orang dewasa. Bahkan 70 persen dari tubuh bayi
mengandung air, itulah mengapa bayi mudah sekali mengeluarkan keringat bila
dibandingkan dengan orang dewasa. Istilah medisnya dikenal dengan Milliariasis.
Sebagai calon tenaga kesehatan khususnya bidan tentunya harus sudah
mengenal dan memahami mengenai kasus diatas sehingga dapat memberi
penatalaksanaan dengan tepat, maka hal ini dipelajari dalam mata kuliah asuhan
kebidanan pada neonatus, bayi, dan balita yaitu perawatan yang diberikan oleh
bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita.
Atas dasar pemikiran di atas, maka disusunlah makalah ini dengan harapan
mahasiswi kebidanan dapat dengan mudah memahami masalah yang lazim terjadi
pada neonatus, bayi, dan balita terutama masalah milliriasis.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Milliariasis ?


2. Apa saja penyebab dari milliriasis ?
3. Bagaimana patofisiologi milliariasis ?
4. Apa saja pembagian dan tanda gejala milliariasis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan milliariasis ?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Milliariasis ?
2. Mengetahui penyebab dari milliriasis ?
3. Mengetahui patofisiologi milliariasis ?
4. Mengetahui pembagian dan tanda gejala milliariasis ?
5. Mengetahui penatalaksanaan milliariasis ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Ada beberapa pengertian mengenai milliariasis, diantaranya :
1. Milliariasis adalah dermatosis yang timbul akibat penyumbatan kelenjar
keringat dan porinya, yang lazim timbul dalam udara panas lembab seperti
daerah tropis atau selama awal musim panas atau akhir musim hujan yang
suhunya panas dan lembab. Karena sekresinya terhambat maka
menimbulkan tekanan yang menyebabkan pecahnya kelenjar atau duktus
kelenjar keringat. Keringat yang masuk ke jaringan sekelilingnya
menimbulkan perubahan anatomi. Sumbatan disebabkan oleh bakteri yang
menimbulkan peradangan dan oleh edema akibat keringat yang tak keluar
(E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988).
2. Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit yang timbul akibat
keringat berlebihan disertai sumbatan saluran kelenjar keringat, yaitu di
dahi, leher, bagian-bagian badan yang tertutup pakaian (dada dan
punggung), serta tempat yang mengalami tekanan atau gesekan pakaian dan
dapat juga dikepala. Keadaan ini biasanya di dahului oleh produksi keringat
yang berlebihan, dapat diikuti rasa gatal seperti ditusuk, kulit menjadi
kemerahan dan disertai banyak gelembung kecil berair. (Arjatmo
Tjoktronegoro dan Hendra Utama, 2000).
3. Miliariasis adalah kelainan kulit akibat retensi keringat, di tandai adanya
vesikel milier, berukuran 1-2 mm pada bagian badan yang banyak
berkeringat. Pada keadaan yang lebih berat, dapat timbul papul merah atau
papul putih. (Sudoyo, 2009).
4. Milliariasis disebut juga sudamina, biang keringat, keringat buntet, liken
tropikus, ataupickle heat. Milliariasis adalah dermatosis yang disebabkan
oleh retensi keringat akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat.(Vivian
Nani, 2010).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya milliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta
adanya infeksi bakteri (Vivian, 2010). Sering terjadi pada cuaca yang panas
dan kelembaban yang tinggi. Akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat
terjadilah tekanan yang menyebabkan pembengkakan saluran atau kelenjar itu
sendiri, keringat yang menembus ke jaringan sekitarnya menimbulkan
perubahan-perubahan anatomis pada kulit berupa papul atau vesikel. (Hassan,
1984)
Faktor-faktor penyebab millariasis :
1. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang
2. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat
3. Aktivitas yang berlebihan
4. Setelah menderita demam atau panas
5. Infeksi bakteri yang menimbulkan radang dan edema akibat perspirasi yang
tidak dapat keluar dan di absorbsi oleh stratum korneum (Lenteraimpian,
2010).

C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya milliariasis di awali dengan tersumbatnya pori-pori
kelenjar keringat sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahannya
pengeluaran keringat ini ditandai dengan adanya vesikel miliar dimuara
kelenjar keringat lalu disusul dengan tingginya radang dan oedema akibat
perspirasi yang tidak dapat keluar yang kemudian diabsorbsi oleh stratum
korneum (Vivian, 2010).
Milliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel
epidermal dan apendik yang belum sempurna. Kasus milliariasis terjadi pada
40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan
menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus
ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya
(Vivian, 2010).
D. Klasifikasi Milliariasis
1. Milliria kristalina
Pada penyakit ini terlihat vesikel berukuran 1-2 mm berisi cairan jernih
tanpa disertai kulit kemerahan, terutama pada badan setelah banyak
berkeringat, misalnya karena hawa panas. Vesikel bergerombol tidak
disertai tanda-tanda radang atau inflamasi pada bagian badan yang tertutup
pakaian. Umumnya tidak memberi keluhan subjektif dan sembuh dengan
sisik yang halus. Pada gambaran histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal. Pengobatan tidak diperlukan, cukup dengan menghindari
panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik, pakaian tipis
dan menyerap keringat. (Adhi Djuanda, 1987)
Daerah predileksi lipat siku, lipat lutut, lipat payudara, lipat paha dan
punggung, dahi, leher, dan dada. Vesikel terletak sangat superfisial, kecil
dan tembus terang, tidak disertai tanda-tanda inflamasi dan mudah pecah.
Biasanya tidak ada keluhan subjektif. (Hassan, 1984)
Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang
berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap
keringat.
2. Milliaria rubra
Penyakit ini lebih berat daripada miliariasis kristalina. Terdapat pada badan
dan tempat-tempat tekanan ataupun gesekan pakaian. Terlihat papul merah
atau papul vesikular ekstrafolikular yang sangat gatal dan pedih. Milliaria
jenis ini terdapat pada orang yang tidak biasa pada daerah tropik. Kelainan
bentuknya dapat berupa gelembung merah kecil, 1-2 mm, dapat tersebar
dan dapat berkelompok. (Adhi Djuanda, 1987)
Patogenesisnya belum diketahui pasti, terdapat dua pendapat. Pendapat
pertama mengatakan primer, banyak keringat dan perubahan kualitatif,
penyebabnya adanya sumbatan keratin pada muara kelenjar keringat dan
perforasi sekunder pada bendungan keringat di epidermis. Pendapat kedua
mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada kulit
menyebabkan spongiosis dan sekunder terjadi pada muara kelenjar
keringat. Staphylococcus juga diduga memiliki peranan. Pada gambaran
histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga
menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis. (Adhi
Djuanda, 1987)
Daerah predileksi sama seperti pada miliaria kristalina. Lesinya berupa
papulo vesikula eritematosa yang sangat gatal dan diskrit, kemudian
konfluens dengan dasar merah, sering terjadi maserasi karena terhalangnya
penguapan kelembaban. Keringat keluar ke stratum spinosum. Bisa terjadi
infeksi sekunder dengan impetigo dan furunkulosis, terutama pada anak-
anak. Terutama timbul pada bagian tubuh yang tertutup pakaian seperti
punggung dan dada. (E.Sukardi dan Petrus Andrianto, 1988)
Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari
udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak
salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
3. Miliaria profunda
Bentuk ini agak jarang terjadi kecuali didaerah tropis. Kelainan ini biasanya
timbul setelah miliaria rubra ditandai dengan penonjolan kulit berwarna
daging yang berdiameter 1-3 mm. Terutama terdapat di badan ataupun
ekstremitas. Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik
lebih banyak berupa papula daripada vesikel. Tidak gatal, dan tidak
terdapat eritema. Pada gambaran histopatologik tampak saluran kelenjar
keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
(Adhi Djuanda, 1987).
Daerah predileksi dapat dimana saja, kecuali muka, ketiak, tangan, dan
kaki. Lesi berupa vesikel yang berwarna merah daging, disertai gejala
inflamasi maupun keluhan rasa gatal, disebabkan penyumbatan di bagian
atas kutis. Kelenjar-kelenjar keringat tersebut sama sekali tidak berfungsi.
Biasanya timbul setelah menderita milliaria rubra yang hebat. (Hassan,
1984)

Asuhan : dengan cara menghindari panas dan kelembaban yang berlebihan,


mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis,
pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula
resorshin 3% dalam alkohol.

E. Tanda dan Gejala


1. Bintik-bintik atau ruam merah pada dahi dan leher bayi. Keadaan ini
disebabkan peradangan kulit bada bagian tersebut. Penyebabnya adalah
proses pengeringan yang tidak sempurna saat dilap dengan handuk setelah
bayi dimandikan. Apalagi bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya
berlipat-lipat.
2. Biang keringat juga dapat timbul dibagian tubuh yang tertutup pakaian
(dada dan punggung). Gejala utamanya adalah gatal-gatal seperti ditusuk-
tusuk, dapat disertai dengan warna kulit kemerahan dan gelembung berair
berukuran kecil (1-2 mm). Kondisi ini bisa kambuh berulang-ulang
terutama jika udara panas dan berkeringat.

F. Penatalaksanaan Milliariasis
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi dan balita dengan milliariasis
tergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang
diberikan yaitu :
1. Perawatan kulit yang benar dan menjaga kebersihan tubuh bayi
2. Mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang
sudah timbul
3. Mengupayakan menciptakan lingkungan dengan kelembapan yang cukup
serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruang ber ac
atau di daerah yang sejuk dan kering
4. Menggunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak terlalu sempit
5. Segera mengganti pakaian yang basah dan kotor
6. Bila basah jangan ditaburi bedak karena akan menggumpal, gumpalan
tersebut dapat meyumbat kelenjar lagi
7. Pada milliaria rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dengan menambahkan
mentol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
8. Bila sangat gatal, pedih, luka dan timbul bisul bisa diberikan antibiotic
Seluruh bentuk miliaria berespon baik terhadap pendinginan penderita dengan
pengaturan suhu lingkungan, melepas pakaian yang berlebihan, dan pada
penderita demam pemberian anti piretik. Pengobatan yang paling efektif
adalah dengan memperhatikan kebersihan lingkungan untuk mengatasi sebab
ini.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah di atas dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah yang lazim terjadi
pada bayi baru lahir diantaranya adalah masalah milliariasis/ sudamina/ liken
tropikus/ biang keringat. Hal ini disebabkan oleh bakteri yang berkembangbiak
karena suasana lembab. Maka dari itu sebagai seorang bidan, kita harus mengetahui
dan memahami apa saja tanda dan gejala dari penyimpangan yang bisa terjadi pada
neonatus seperti halnya milliariasis sehingga nantinya dalam memberikan asuhan
pada bayi baru lahir dilakukan dengan tepat.

B. Saran

Penulis berharap hendaknya kita sebagai calon tenaga kesehatan lebih memahami
tentang macam-macam masalah sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita
terutama milliariasis. Serta bagaimana tindakan kita untuk mengatasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Dwienda R, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita
dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish CV
Budi Utama.
Nanny, Vivian, dkk. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Natahusada EC, Djuanda A. 2000. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi Ketiga.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sudarti, dkk. 2012. Kelainan dan Penyakit Pada Bayi dan Anak. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai